Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi amanah pada sisi kami.
Kemudian dilanjutan ayat, Yusuf alaihis salam menyatakan,
Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (QS. Yusuf:
54 55)
Di sinilah kesempurnaan Yusuf alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang
mencerminkan pemimpin ideal,
.
.
Sesungguhnya Al Quraan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, yang ditaati di sana (di
alam malaikat) lagi amanah. (QS. At-Takwir: 19 21).
Jibril memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah tunjuk untuk
mengemban tugas paling berat, mengantarkan wahyu kepada para utusan
Allah yang ada di muka bumi.
Dan seperti itulah selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi rakyatnya,
dia orang yang terhormat bukan manusia rendahan, memiliki kemampuan
dan profesionalitas, dan amanah dalam mengemban tugas.
Hadhirin yang kami hormati,
Tentu saja, untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat ideal di
atas, bukanlah hal yang mudah. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita
jadikan renungan bersama. Pertanyaan mendasar yang layak untuk kita
kembalikan kepada pribadi kita masing-masing.
Jika kita berharap untuk memiliki pemimpin yang baik, sudahkah kita
menjadi rakyat yang baik?
Jika kita berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli
dengan islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan
agamanya.
Kita memahami, adanya pemimpin di tengah tengah, adalah bagian dari
taqdir Allah. Satu ayat yang sangat akrab kita dengar,
Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi
pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(QS. Al-Anam: 129)
Sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi
pemimpin yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan
rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan lainnya.
Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai
rakyat. Jika kita menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut
pemimpin harus baik, kita juga seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi
baik pula.
Ada orang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib,
Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak
sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?! tanya si Khawarij.
Jawab Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu,
Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku
dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan
orang-orang yang semisalmu!! (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin,
4/87).
Kaum muslimin, mari kita perhatikan surat al-Anam ayat 129 di atas.
Ayat dia atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang Allah
berikan kepada orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang zalim yang
lain menguasainya. Dengan itu, orang zalim pertama, akan mendapatkan
bentuk kezaliman dari orang zalim kedua.
Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam
menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para
pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas
kebaikan yang telah mereka lakukan.
Sebaliknya, ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan,
tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang
zalim di tengah mereka. Pemimpin yang tidak memihak kepentingan mereka.
Bahkan bisa jadi akan menindas mereka. Sebagai hukuman atas kezaliman
yang dilakukan masyarakat. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 273).
Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,
Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana
karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan
mengendalikan kalian.
Karena pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah
masyarakat, tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.
Demikian khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat,
Khutbah Kedua:
Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajab, maka saya tidak akan
gunakan doa itu kecuali untuk kebaikan pemimpin. (Al-Barbahari dalam
Syarhu Sunnah hlm. 116).
Karena, jangan lupakan dalam doa anda, untuk memohon kepada Allah
pemimpin yang baik, adil, amanah, bijak, dan tentu saja membela
kepentingan kaum muslimin.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk menjadi masyarakat
yang baik, sehingga Allah anugerahkan kepada kita, pemimpin yang baik
pula.
Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Bait
Artikel www.khotbahjumat.com