Sie sind auf Seite 1von 7

Khotbah Jumat Memilih pemimpin yang baik

POSTED ON JUNE 6, 2014 BY MINAN

Memilih pemimpin yang baik

Maasyiral Muslimin, jamaah jumat yang dirahmati Allah


Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan
ibadah jumat di kesempatan ini. Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh
Allah sebagai amal soleh.
Kita juga bersyukur kepada Allah, karena kasih sayang-Nya, kita dikumpulkan
dalam barisan orang-orang yang beriman. Dan kita berharap, semoga di hari
kiamat kelak, kita juga dibangkitkan bersama orang-orang yang beriman.
Kaum muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,
Salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah
siapakah yang akan menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang.
Siapakah nantinya yang akan menjadi presiden bagi bangsa Indonesia.
Sebagai orang yang beriman, tentu kita berharap, manusia yang memimpin
kita adalah manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya,
dan berpihak kepada kaum muslimin.
Jamaah jumah yang dimuliakan Allah,

Dalam al-Quran, Allah telah menjelaskan di beberapa ayat, siapakah sosok


pemimpin yang ideal dalam islam.
Ketika Allah menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf, sebagai
bendahara Mesir, Allah menyebutkan bagaimana al-Aziz, pemuka mesir
memuji Yusuf,




Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
tinggi lagi amanah pada sisi kami.
Kemudian dilanjutan ayat, Yusuf alaihis salam menyatakan,








Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya
aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (QS. Yusuf:
54 55)
Di sinilah kesempurnaan Yusuf alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang
mencerminkan pemimpin ideal,

: memiliki kedudukan, sehingga beliau dihormati dan bisa


melaksanakan tugasnya tanpa ada yang menghalangi.
: beliau orang yang amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah,
sehingga tidak mungkin mengkhianati rakyatnya.
: beliau orang yang mampu menjaga, teliti, bukan orang yang
teledor, dan bukan orang yang menggampangkan masalah.
: beliau orang yang berilmu, paham bagaimana cara mengatur
pemerintahan dengan benar. Mengetahui skala prioritas bagi
negaranya.
Sehingga dengan 4 karakter ini, beliau menjadi pemimpin yang ideal.
Demikian pula karakter Jibril yang Allah amanahi menyampaikan wahyu
kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang Allah puji dalam al-Quran,


.




.







Sesungguhnya Al Quraan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh)
utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai Arsy, yang ditaati di sana (di
alam malaikat) lagi amanah. (QS. At-Takwir: 19 21).
Jibril memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah tunjuk untuk
mengemban tugas paling berat, mengantarkan wahyu kepada para utusan
Allah yang ada di muka bumi.
Dan seperti itulah selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi rakyatnya,
dia orang yang terhormat bukan manusia rendahan, memiliki kemampuan
dan profesionalitas, dan amanah dalam mengemban tugas.
Hadhirin yang kami hormati,
Tentu saja, untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat ideal di
atas, bukanlah hal yang mudah. Namun di sini, ada satu hal yang bisa kita
jadikan renungan bersama. Pertanyaan mendasar yang layak untuk kita
kembalikan kepada pribadi kita masing-masing.
Jika kita berharap untuk memiliki pemimpin yang baik, sudahkah kita
menjadi rakyat yang baik?
Jika kita berharap nantinya akan dipimpin oleh seorang muslim yang peduli
dengan islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan
agamanya.
Kita memahami, adanya pemimpin di tengah tengah, adalah bagian dari
taqdir Allah. Satu ayat yang sangat akrab kita dengar,


























Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau

kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan


Engkaulah segala kebaikan. (QS. Ali Imran: 26)
Adanya pemimpin di tengah kita, karena Allahlah yang mengangkatnya dan
menunjuknya untuk menjadi pemimpin kita.
Kaum muslimin yang kami hormati,
Bagian dari sunatullah, Allah menunjuk dan mengangkat seorang pemimpin,
sesuai dengan karakter rakyatnya. Allah berfirman,









Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi
pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.
(QS. Al-Anam: 129)
Sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi
pemimpin yang amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan
rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan lainnya.
Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai
rakyat. Jika kita menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut
pemimpin harus baik, kita juga seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi
baik pula.
Ada orang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib,
Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak dikritik rakyat, tidak
sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?! tanya si Khawarij.
Jawab Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu,

Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku
dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan
orang-orang yang semisalmu!! (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin,
4/87).

Kaum muslimin, mari kita perhatikan surat al-Anam ayat 129 di atas.
Ayat dia atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang Allah
berikan kepada orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang zalim yang
lain menguasainya. Dengan itu, orang zalim pertama, akan mendapatkan
bentuk kezaliman dari orang zalim kedua.
Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam
menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk para
pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai ganjaran atas
kebaikan yang telah mereka lakukan.
Sebaliknya, ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman, kerusakan,
tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk pemimpin yang
zalim di tengah mereka. Pemimpin yang tidak memihak kepentingan mereka.
Bahkan bisa jadi akan menindas mereka. Sebagai hukuman atas kezaliman
yang dilakukan masyarakat. (Taisir al-Karim ar-Rahman, hlm. 273).
Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,

Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana
karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan
mengendalikan kalian.
Karena pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di tengah
masyarakat, tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.
Demikian khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat,

Khutbah Kedua:

Jamaah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah


Imam Ibnul Qoyim pernah menjelaskan tentang pentingnya memperbaiki
diri, jika kita berharap memiliki pemimpin yang baik. Beliau rahimahullah
mengatakan,



Renungkanlah hikmah Allah. Dia jadikan pemimpin bagi para hamba-Nya,
sejenis dengan amal dan perilaku hamba-Nya. Bahkan seolah-olah amal
mereka berwujud seperti pemimpin mereka. Ketika mereka istiqamah dalam
kebaikan, pemimpin mereka akan istiqamah. Sebaliknya, ketika mereka
menyimpang, maka pemimpin mereka-pun menyimpang. Ketika mereka
berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan bertindak zalim(Miftah Dar asSaadah, hlm. 253).
Selanjutnya, mengakhiri kesempatan khutbah ini, kami mengingatkan
kepada para jamaah, agar tidak pesimis terhadap kondisi bangsa kita. Mari
kita letakkan harapan besar kita dalam doa kita.
Dulu ada seorang ulama yang bernama Fudhail bin Iyadh, beliau
memberikan contoh kepada kita tentang pentingnya mendoakan kebaikan
bagi pemimpin. Beliau mengatakan,











Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajab, maka saya tidak akan
gunakan doa itu kecuali untuk kebaikan pemimpin. (Al-Barbahari dalam
Syarhu Sunnah hlm. 116).
Karena, jangan lupakan dalam doa anda, untuk memohon kepada Allah
pemimpin yang baik, adil, amanah, bijak, dan tentu saja membela
kepentingan kaum muslimin.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk menjadi masyarakat
yang baik, sehingga Allah anugerahkan kepada kita, pemimpin yang baik
pula.









Ditulis oleh ustadz Ammi Nur Bait
Artikel www.khotbahjumat.com

Das könnte Ihnen auch gefallen