Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENGANIAYAAN
Disusun oleh:
Disusun oleh :
Iin Purnamasari
Sanggiani Diah Aulia
Pembimbing:
dr. Winda Trijayanthi Utama
I. PENDAHULUAN
Survey pada sebuah rumah sakit di London didapatkan bahwa terdaot 425 orang yang
dirawat karena kekerasan fisik yang disengaja. Luka luka yang disebabkan oleh pukulan
(46%), tendangan (17%) , bermacam macam senjata 917%), pisau dan pecahan kaca (15%),
dan sisanya oleh gigitan manusia dan penyebab lain yang tidka diketahui.
Penggunaan benda benda tumpul pada kasus kasus penyerangan diatas dpat
menimbulkan jenis luka akibat benda mekanik yang khas, yaitu luka memar. Luka memar
adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terhadi
sewaktu masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluk darah kapiler akibat kekerasan benda
tumpl (Idris, 1997). Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan
permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering disebabkan
karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri (Satyo, 2006).
Sedangkan luka itu sendiri adalah suatu gangguan dari kondisinormal pada kulit
(taylor, 1997) dimana terjadinya kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang
atau organ tubuh lain (Kozier, 1995). Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda
tumpul yang sering dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka
babras, luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling
banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat
menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga
berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ
vital atau perdarahan yang banyak (Vincent dan Dominick, 2001).
Didalam melakukan pemeriksaan terhadap luka hendaknya seorang dokter diwajibkan
untuk memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang
menyebabkan luka, kualifikasi luka dan ada atau tidaknya hubungan sebab akibat pada luka
tersebut.
II. RESUME
Korban seorang laki laki bernama erwin H diterima di ruang forensic Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, meminta untuk dilakukan visum atas dirinya yang
mengaku sebagai korban penganiayaan yang dilakukan oleh rekan kerjanya yang bernama
Darmanto.
Pada hari Pada hari Minggu, tanggal 28 Juni 2015, pukul 15.06 WIB, dilakukan
pemeriksaan korban penganiayaan seorang laki laki berusia 36 tahun dan didapatkan memar
pada pipi kanan, dan juga luka yang telah dijahit pada bibir , serta beberapa luka lecet gores
dan geser pada beberapa anggota tubuh lainnya..
Korban diperiksa oleh dokter muda Ilmu Kedokteran Forensik dan dokter di Pusat
Pelayanan Terpadu RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan dari hasil pemeriksaan terhadap
Korban, maka dokter Pusat Pelayanan Terpadu membuat Visum et Repertum demi
kepentingan peradilan.
I.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
II.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
IDENTITAS PASIEN/KORBAN
Nama
: Erwin heldeni
Tempat/tanggal lahir
: 36 tahun
Jenis kelamin
: Laki Laki
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Polisi
Alamat
: Jl. Raya Kedondong, Rt/Rw : 002/002, desa
kedondong, kecamatan kedondong
IDENTITAS PELAKU
Nama
: Darmanto
Tempat/tanggal lahir
: belum diketahui
Jenis Kelamin
: laki laki
Warga Negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: wiraswasta
Hubungan dengan klien
: teman kerja
III.
ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dalam keadaan sadar dan keadaan umum baik. Korban mengaku
dianiaya oleh satu orang laki laki yang dikenal. Korban mengaku dipukul dengan
tangan kosong pada bagian muka, dan punggung, kemudian dicakar pada bagian
muak,leher, dan punggung, serta setelah itu korban mengaku rambutnya dijambak
dan kepalanya dibenturkan ke tanah. Kejadian berangsung diluar (didepan)
kandang ayam potong ramajaya I, desa Sumber Jaya, kec. Jati Agung, kab.
Lampung Selatan dimana korban dan pelaku bekerja disana,sekira pukul 22.00
WIB pada hari sabtu, tanggal 27 Juni 2015.
IV.
V.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
1. Pada kepala kiri sisi belakang, 4,5 cm GPB, 0,5 cm BTRB, terdapat bengkak,
warna sesuai dengan kulit sekitar, diameter 0,5 cm.
2. Pada sudut mata kiri, bagian selaput mata, terdapat luka memar berwarna
kemerahan.
3. Pada pipi kanan 4,5 cm GPD, setinggi liang telinga, terdapat luka yang telah
dijahit, jumlah jahitan 4,sepanjang 3 cm, dengan daerah sekitar jahitan
berwarna merah kebiruan dan bengkak.
4. Pada bibir bawah bagian dalam, tepat GDP, terdapat luka yang teah dijahit,
jumlah jahitan 2, sepanjang 2,5 cm, dengan daerah sekitar jahitan berwarna
merah kebiruan dan bengkak.
5. Pada bibir bawah bagian luar tepat GPD, terdapat luka lect, berwarna merah
kebiruan, ukuran 1,5 cm.
6. Pada leher kanan bagian depan, 3 cm GPD, 1,5 cm diatas puncak bahu,
terdapat luka lecet gores, berwarna merah kebiruan, ukuran 9 cm x 6 cm.
7. Pada leher kiri bagian depan, 6,5 cm GPD, 4 cm diatas puncak bahu, terdapat
lecet gores, berwarna merah kebiruan, ukuran 5 cm x 6 cm.
8. Pada punggung kiri, 12 cm GPB, 18 cm dibawah puncak bahu, terdapat luka
lecet gores, berwarna merah kebiruan, ukuran 1,5 x 2 cm.
4
9. Pada lengan bawah kiri sisi belakang, 4,5 cm dibawah siku, terdapat luka ecet
geser, berwarna merah kebiruan, ukuran 3,5cm x 3 cm.
10. Pada tangan kiri sisi beakang tepat pada pergelangan tangan, terdapat luka
lecet geser, berwarna merah kebiruan, diameter 0,5 cm
11. Pada tangan kanan sisi belakang, tepat pada pergelangan tangan, terdapat luka
lecet gores, berwarna merah kebiruan, sepanjang 1 cm.
12. Pada kaki kiri bawah sisi depan tepat pada lutut, terdapat luka lecet geser,
berwarna merah kebiruan, diameter 3cm.
13. Pada kaki kiri bawah sisi depan, 12 cm dibawah lutut, terdapat luka lecet geser
, berwarna merah kebiruan, diameter 2 cm.
14. Pada kaki kanan bawah sisi depan, 1 cm dibawah lutut, terdapat luka lecet
geser, berwarna merah kebiruan, ukuran 1x2 cm.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VII.
TINDAKAN/PENGOBATAN
Tidak dilakukan tindakan atau diberikan pengobatan.
VIII. KESIMPULAN
Pada korban laki laki usia 36 tahun didapatkan luka bengkak pada kepala, memar
pda mata dan pipi, luka yang telah dijahit pada bibir, luka goser pada leher, bahu ,
punggung, kedua tangan dan kedua kaki. Perlukaan ini tidak menyebabkan
penyakit dan namun menyebabkan halangan pekerjaan.
Visum et repertum berperan sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam proses pembuktian
perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Dalam VeR terdapat uraian hasil
pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti barang bukti. VeR juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai
hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian Kesimpulan. Bila VeR belum dapat
menjemihkan persoalan di sidang pengadilan, hakim dapat meminta keterangan ahli atau
diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Acuan
Pidana (KUHAP), yang memberi kemungkinan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian
ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.
Perbedaan VeR dengan Catatan Medis dan Surat Keterangan Medis Lain
Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta tindakan
pengobatan/perawatannya yang merupakan milik pasien, meskipun dipegang oleh
dokter/institusi kesehatan. Catatan medis ini terikat pada rahasia pekerjaan dokter yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 tentang rahasia kedokteran dengan sanksi
hukum seperti dalam pasal 322 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Dokter boleh membuka isi catatan medis kepada pihak ketiga, misalnya dalam bentuk
keterangan medik, hanya setelah memperoleh izin dari pasien, baik langsung maupun berupa
perjanjian yang dibuat sebelumnya antara pasien dengan pihak ketiga tertentu, misalnya pada
klaim asuransi.
Karena visum et repertum dibuat berdasarkan undang-undang yaitu Pasal 120, 179, dan 133
ayat 1 KUHAP, maka dokter tidak dapat dituntut karena membuka rahasia pekerjaan
sebagaimana diatur dalam pasal 322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa seizin
pasien. Pasal 50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana, sepanjang visum et repertum
tersebut hanya diberikan kepada instansi penyidik yang memintanya, untuk selanjutnya
dipergunakan dalam proses pengadilan.
Jenis dan Bentuk Visum et Repertum
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu
6
tindak pidana.Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin ketik, di atas
sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan,
dalam bahasa Indonesia, tanpa memuat singkatan dan sedapat mungkin tanpa istilah asing,
bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.
Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum berakhir tidak pada tepi kanan
format, maka sesudah tanpa tanda titik harus diberi garis hingga ke tepi kanan format.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian, yaitu :
1. Kata Pro Justitia yang diletakkan di bagian atas menjelaskan bahwa visum et repertum
khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Tidak dibutuhkan materai untuk dapat dijadikan
sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan. Kata Pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam visum et repertum,
melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini
menerangkan nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya, instansi
penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat, dan waktu
pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas
korban, uraiannya cukup sesuai dengan yang tertulis dalam surat permintaan visum et
repertum.
3. Bagian Pemberitaan. Bagian ini berjudul Hasil Pemeriksaan dan bensi hasil
pemeriksaan medis tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan
dengan
perkaranya,
tindakan
medis
yang
dilakukan
serta
keadaannya
setelah
pengobatan/perawatan selesai. Bila dilakukan autopsi, maka diuraikan keadaan seluruh alat
dalam yang berkaitan dengan perkara dan matinya orang tersebut. Temuan hasil pemeriksaan
medis yang bersifat rahasia dan tidak berkaitan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam
bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
4. Bagian Kesimpulan. Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter
berdasarkan keilmuannya, mengenaijenis perlukaan/cedera yang ditemukan danjenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
5. Bagian Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah
visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keihnuan saya dan dengan
mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua
hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan visum et repertum. Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter
setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum.
Sedangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke
7
Luka memar, sebagai, salah satu jenis luka, memiliki mekanisme tersendiri dalam
pembentukan hingga proses penyembuhannya. Luka memar biasanya diikuti dengan jenis
cedera luka yang lain seperti abrasi dan laserasi, dan lesi-lesi ini akan mengaburkan pokok
yang mendasari luka memar.
2.2 Deskripsi Luka
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi, bentuk, ukuran,
dan sifat luka.Sedangkan untuk luka tertutup, sifat luka tidak perlu dicantumkan dalam
pendeskripsian luka.Untuk penulisan deskripsi luka jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak
harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.
Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008)
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka, meliputi:
a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya
b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh
c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang
luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan
garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal
mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan
garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu
diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk
kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan
lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat
kanan dan kiri.
3. Bentuk luka, meliputi :
a. Bentuk sebelum dirapatkan
b. Bentuk setelah dirapatkan
4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x
lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.
5. Sifat-sifat luka, meliputi :
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
10
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak ke arah benda
yang tidak bergerak.Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
11
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu (Vincent dan
Dominick, 2001).
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat dikenali, yang
mengarah kepada kepentingan medikolegal.Pola trauma banyak macamnya dan dapat
bercerita pada pemeriksa medikolegal.Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak
diperiksa, namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali
polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola
trauma. Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan grafik lokasi dan penyebab trauma
adalah latihan yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma (Shkrum dan Ramsay,
2007).
Contoh pola trauma:
a. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi
kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan menjadi fragmen-fagmen
kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi, kontusio, dan laserasi yang berbentuk
segiempat atau sudut.
b. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan fraktur tulang
panjang kaki. Hal ini disebut bumper fractures. Adanya fraktur tersebut yang disertai
luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban
adalah pejalan kaki yang ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi
bempernya. Karena hampir seluruh kendaraan bermotor nose dive ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak kaki, dapat
mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor untuk mengerem pada saat
kecelakaan terjadi.
c. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya pola luka pada
dan di bawah area hat band dan biasanya terbatas pada satu sisi wajah. Dengan adanya
pola tersebut mengindikasikan jatuh sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
d. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang kepalan tangan,
luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari luar, namun menimbulkan edem
jaringan pada bagian dalam, tepat di depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang
rusak, terutama bila korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala.
e. Kekerasan benda tumpul pada leher dapat berakibat patah tulang leher, robek pembuluh
darah, otot, oesophagus, trachea/larynx, dan kerusakan syaraf
f. Kekerasan benda tumpul pada dada dapat berakibat patah os costae, sternum, scapula,
clavicula, robek organ jantung, paru, pericardium
12
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis, os sacrum,
symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas,
adrenal, lambung, usus,v.urinari
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura, dislokasi os vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah tulang, dislokasi sendi,
robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan saraf
2.5 Jenis Luka Akibat Trauma Benda Tumpul
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka
memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda
tumpul bergantung kepada:
-
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka akibat
trauma benda tumpul dibagi menurut beberapa kategori (Vincent dan Dominick, 2001).
a Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan
kulit epidermis.Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan.Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka.Dua tanda yang dapat digunakan.Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya (Vincent dan Dominick, 2001).
Karakteristik luka lecet :
-
dari
abrasi
sendiri
dapat
menentukan
bentuk
dari
benda
yang
mengenainya.Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan
kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk
menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam
13
sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas (Idries, 2008).
Memperkirakan umur luka lecet:
-
POST MORTEM
Kekuningan
Epidermis terpisah sempurna dari dermis
Tanda intravital (-)
Pada daerah yang ada penonjolan tulang
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka
lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka
lecet berbekas (patterned abrasion).
-
14
Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak
dengan kulit. (Dikutip dari forensic pathology 2nd edition)
-
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya.Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick,
2001).
B. Proses Memar
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan
dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah sehingga
terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan. Pembengkakan ini
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstsial.
Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru
kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru
kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.
Perubahan warna memar merupakan waktu hemoglobin dimetabolisme dalam sel-sel
ini, yang menyebabkan dihasilkannya suatu bentuk kompleks yang mengandung besi yang
dinamakan hematoidin. Hemosiderin berwarna coklat karat dan hematoidin berwarna kuning
muda. Pigmen pigmen ini berperan pada perubahan memar yang berkisar dari tanda hitam
dan biru. Perubahan warna inilah yang nantinya akan memperkirakan umur memar.
Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses peradangan
(inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur jaringan disekitar luka
memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikat longgar (mata, leher, atau pada lansia) maka
luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas.
Ada 4 faktor yang
mempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:
1. Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan sublutan.
16
Hal yang harus diingat bahwa luka memar yang disebabkan oleh serangan benda
tumpul tidak dapat dilihat dengan segera. Dapat terlihat jejas sepanjang jaringan tubuh atau
dapat meluas jika terdapat pada bagian bagian tubuh yang bergantung pada grafitasi.
Penampakan tempat dan waktu dari perubahan warna harus dinilai secara teliti sebelum
membuat diagnosa pasti. Luka memar yang jelas terlihat pada muka , leher, tungkai bawah,
dan di sekitar mata kaki dan kaki semua itu merupakan daerah-daerah yang rawan salah
diagnosa. Selain itu tidak semua luka memar disebabkan oleh serangan, luka memar karena
serangan dan yang bukan karena serangan dapat bercampur jadi diperlukan penekanan untuk
membedakan antara lesi yang lama dengan yang baru ketika memeriksa sebuah kasus yang
dicurigai karena serangan. Inilah yang membedakan antara luka memar dan lebam mayat.
17
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk
dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal
haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat
yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga
terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang
ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak
ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial),
Luka memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas (Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah
secara subkutan.
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari
lapisan kulit subkutan.Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat
terlihat di permukaan kulit.
c. Luka memar berbekas
18
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang
menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.Pada mayat waktu antara
terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar
yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin
membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat
digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian.Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
C. Mekanisme Biomolekuler
Sel sebagai bagian dari sebuah jaringan yang apabila mengalami jejas atau cedera
akan melakukan respon adaptasi tersendiri. Penyebab jejas sel, antara lain:
1. Hipoksia.
2. Fisik
3. Obat-obatan dan zat kimia.
4. Reaksi imunologis.
5. Defek genetic.
6. Ketidakseimbangan nutrisi.
19
Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi dikarenakan trauma fisik benda tumpul. Sel
yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase unruk beradaptasi agar dapat kembali
homeosatis. Mekanisme jejas sel pada luka memar merupakan suatu proses biomolekuler sel
yang meliputi:
1. Ischemia.
Pada jejas reversible seperti luka memar, sel akan mengalami penurunan aktifitas
oksidasi fosforilasi karena sel mengalami iskemia (kekurangan suplai nutrisi),
sehingga terjadilah penurunan jumlah ATP (kalsium bebas dalam sitosol meningkat)
dan penurunan kemampuan pompa natrium. Penurunan kemampuan pompa natrium
ini berakibat ion natrium berakumulasi di dalam sel, terjadi pembengkakan sel
(peningkatan isoosmotik), dan difusi ion kalium dari dalam sel. Lain halnya dengan
ion kalsium intra sel, pada kondisi ini terjadi peningkatan ion kalsium dalam
sitoplasma yang berasal dari mitokondria yang fungsinya menurun, reticulum
endoplasma, dan dari luar sel. Konsekuensi dari kenaikan kadar ion kalsium intra sel
ini adalah terjadinya aktivasi beberapa enzim, antara lain:
a. Enzim ATP-ase (menurunkan kadar ATP).
b. Enzim Fosfoipase (menurunkan kadar fosfolipid).
c. Enzim Endonuklease (merusak inti kromatin).
d. Enzim Protease (merusal protein membrane dan sitoskeletal).
Efek dari iskemia tidak berhenti sampai disini, Jejas sel pada luka memar juga
memacu peningkatan glikolisis anaerob yang mengkibatkan :
a. Penipisan cadangan glikogen.
b. Akumulasi asam laktat.
c. Akumulasi fosfat anorganik.
d. Penurunan pH intrasel.
Pada ribosom juga terjadi penurunan sintesis protein, fungsi mitokondria menjadi
jelek, kenaikan permeabiltas membran, hingga kerusakan sitoskeleton. Pada akhirnya
mitokondria, reticulum endoplasma, dan sekitar sel ikut membengkak.
2. Radikal Bebas (Activated Oxygen Species).
Jejas sel pada luka memar juga melibatkan radikal bebas, ini dapat dilihat pada
proses kerusakan oleh karena proses peradangan. Radikal bebas sendiri ialah sejenis
bahan kimia yang memiliki satu elektron tanpa pasangan pada orbit luarnya. Sifat
radikal bebas tidak mantap, sangat reaktif, dalam sel mengadakan reaksi dengan
bahan kimia anorganik dan organik, protein, lemak, dan karbohidrat. Sumber radikal
bebas berasal dari hidrolisis air menjadi OH- dan H+ dengan ionisasi radiasi, raksi
reduksi-oksidasi pada fisiologi normal (respirasi, oksidasi intrasel, dan resksi logam
transisi), dan metabolism bahan kimia eksogen. Mekanisme jejas oleh karena radikal
bebas meliputi:
20
21
diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree
tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari
sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.Laserasi juga dapat
terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ
jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan
yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan hebat (Idries, 2008).
d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada
pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu
pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan
luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan
jaringan sekitar luka.Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatanjembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak
adanya luka lecet atau luka memar.Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri
yang hebat dan lambat mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri
dengan membuat luka terbuka dengan benda tumpul mengenai tubuh korban (Vincent dan
Dominick, 2001).
2.6 Aspek Medikolegal Luka
Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Dalam KUHP dikenal luka akibat kelalaian atau karena yang disengaja.Luka yang
terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf.Kejahatan
terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan
sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).Jenis
kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan
358.Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361
KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementar, atau
23
tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh
terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan
amat kurang perhatian (Satyo, 2006).
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan
dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker,
supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah
penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum sematamata dan tidak dikenal dalam istilah medis (Satyo, 2006).
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit atau luka
yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat
mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai salah satu panca
indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan
atau memnbunuh anak dari kandungan ibu (Satyo, 2006).
Disinilah dokter berperan bear sebagai saksi ahli di depan pengadilan. Hakim akan
mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lain nya (setiap dokter)
dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.
VeR Dalam KUHP
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-
penganiayaan tidak boleh dimunculkan dalam Visum et Repertum. Akan tetapi sebaiknya
dokter tidak boleh mengabaikan luka sekecil apapun. Sebagai misalnya luka lecet yang satudua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak mempunyai arti medis, tetapi
sebaliknya dari kaca mata hukum.
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana tidak dijumpai istilah Visum et
Repertum. Pasal 133 KUHAP memakai istilah surat keterangan ahli yang dibuat oleh
spesialis kedokteran forensik atau surat keterangan bila dibuat oleh dokter umum atau
dokter spesialis lainnya, adalah identik dengan Visum et Repertum.
Profesionalisme seorang dokter dapat dimunculkan pada kesimpulan Visum et
Repertum yang dapat menjadi pertimbangan pihak penegak hukum.
Ada empat kualifikasi (derajat) yang dapat dipilih dokter :
24
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi saksi atau mendapat halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit tetapi tidak ada halangan untuk melakukan
pekerjaan atau jabatan.
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau
4.
a.
b.
c.
d.
e.
jabatannya.
Orang yang bersangkutan mengalami :
Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh.
Dapat mendatangkan bahaya maut.
Tidak dapat menjalankan pekerjaan.
Tidak dapat memakai salah satu panca indera.
Terganggu pikiran lebih dari empat minggu
25
IV. PEMBAHASAN
Korban datang keruang forensic RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek, dalam keadaan sadar,
keadaan umum baik, meminta dirinya divisum atas tindak penganiayaan yang telah dilakukan
oleh seorang yang dikenal yang merupakan rekan kerja korban, saat datang pasien belum
membawa surat permintaan visum dari kepolisan.
Pembuatan Visum et Repertum disertai dengan permintaan tertulis dari penyidik berupa
Surat Permohonan Visum serendah-rendahnya pembantu letnan dua sesuai dengan pasal 133
ayat 1 KUHAP. Dengan demikian sesuai pasal 184 ayat 1 KUHAP, Visum et Repertum yang
dibuat dapat dijadikan salah satu alat bukti yang sah di pengadilan.
Dengan adanya SPV yang dibuat oleh penyidik maka doker berkewajiban memberikan
keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan. Hasil pemeriksaan ini tertuang dalam Visum et
Repertum yang dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah. Terdapat sangsi pidana kepada
dokter yang menolak ataupun menghalang-halangi melaksanakan kewajibannya membantu
peradilan. Sangsi tersebut sesuai dengan yang telah disebutkan pada pasal 216, 222, 224, dan
522 KUHP.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya dapat
menyelesaikan permasalahan mengenai :
-
kepolisian, sebagai seorang dokter kita tidak diperbolehkan untuk menolak pasien, dalam hal
ini kita harus tetap memeriksa pasien dan menuliskannya dalam catatan medis, hal in sudah
sesui dengan yang dituliskan didalam teori yang ada di tinjauan pustaka yaitu setiap pasien
26
yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat permintaan visum et repertum
dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua hasil pemeriksaan medisnya
secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et repertum.
Umumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter setelah melapor ke penyidik,
sehingga membawa surat permintaan visum et repertum. Sedangkan korban dengan luka
sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan
datang terlambat. Keterlambatan dapat diperkecil dengan komunikasi dan kerjasama antara
institusi kesehatan dengan penyidik.
Pada korban ditemukan memar pada pipi kanan. Kontusio terjadi karena tekanan yang besar
dalam waktu yang singkat.Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil
dan
dapat
menimbulkan
perdarahan
pada
jaringan
bawah
kulit
atau
organ
pekerjaan maka luka pada korban masuk kedalam klasifikasi drajat luka ringan - sedang.
(Pasal 90)
Luka berat berarti:
(1).Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
(2).Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
(3). Kehilangan salah satu pancaindera;
(4). Mendapat cacat berat;
(5). Menderita sakit lumpuh;
(6). Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7). Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
Pada luka yang menyebabkan kematian dengan jenis kejahatan yang dilakukan
dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan 358.Jenis kejahatan yang
disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal
tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementar, atau tidak dapat menjalankan
pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi
karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan amat kurang perhatian
(Satyo, 2006).
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan
dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker,
supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah
penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum sematamata dan tidak dikenal dalam istilah medis (Satyo, 2006).
VI. KESIMPULAN
28
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa luka memar, sebagai, salah satu
jenis
luka,
memiliki
mekanisme
tersendiri
dalam
pembentukan
hingga
proses
penyembuhannya. Luka memar biasanya diikuti dengan jenis cedera luka yang lain seperti
abrasi dan laserasi, dan lesi-lesi ini akan mengaburkan pokok yang mendasari luka memar.
Luka memar tersering merupakan akibat benda tumpul dimana darah yang terkumpul
dibawah luka memar dialirkan ke tepi-tepi daerah yang mengalami trauma sehingga
membentuk pola objek yang menyebabkan luka memar, ini yang membedakan dengan lebam
mayat (Livor mortis).
Pada pasien ini didapatkan luka memar pada beberapa anggota tubuh disertai dengan
adanya luka lecet. Yang berwarna merah kebiruan. Dimana umur luka dapat ditentukan
dengan melihat warna yang ada.
29
LAMPIRAN
30
mata
Gambar 3. Ditemukan luka yang sudah dijahit pada pipi kiri dengan daerah sekitar yang
bengkak
Gambar 4. Ditemukan luka yang telah dijahit pada bibir bawah bagian dalam
32
33