Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
-2
Sebagai contoh perkataan Ibn Taimiyyah di atas, jika misal pernyataan itu
benar, maka menggunakan kaidah logika adalah salah. Karena menggunakan
kaidah logika salah, maka prinsip non-kontradiksi salah. Kalau prinsip nonkontradiksi salah . Artinya seluruh kebenaran tiada bermakna, tidak bisa
dibenarkan ataupun disalahkan, atau bisa dibenarkan dan disalahkan
sekaligus. Kalalu seluruh keberadaan tidak bermakna, maka pernyataan itu
sendiri Man tamanthaqa faqad fazandaqa juga nafi. Tak bermakna. Tak
perlu dipikirkan.
Menerima kebenaran pernyataan beliau tersebut sama saja dengan
mengkafirkan beliau. Karena jika peenyataan tersebut benar, maka untuk
membenarkannya telah digunakan kaidah logika. Dan karena beliau telah
menggunakan kaidah logika, menurut pernyataan-nya sendiri beliau kafir. Jadi
sebaiknya pernyataan pengkafiran orang yang menggunakan logika ini benarbenar ditolak. Pernyataan ini salah. Salah. Dan mustahil benar. Karena kalau
benar, semua orang yang berfikir benar kafir. Dan ini mustahil.
Wa qul jaa al-haqqa wazahaaqal-baathil, innal-baathila kaana zahuuqa.
Dalam pandangan saya, Islam jelas menentang adanya relativisme Kebenaran.
Dalam Islam yang benar pasti benar dan tidak mungkin salah. Sedang yang
salah pasti salah dan tak mungkin benar. Dalam dunia dikenali adanya
golongan relativis kebenaran yang disebut sufastaiyyah. Golongan relativis
kebenaran ini merupakan pewaris mazhab pemikiran sophisme, yang bermula
pada abad ke-5 dan ke-4 SM di Yunani melalui pemikiran Protagoras, Hippias,
Prodicus, Giorgias dan lain-lain. Beberapa pemikiran yang mendasari
gelombang filsafat pasca-modernis juga merupakan cerminan dari pandangan
golongan ini. Dalam majalah Ummat No.3/Thn.I/7 Agustus 1995, hal 76,
DR.Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan bahwa Akidah Islam jelas
menentang keras sikap golongan sufastaiyyah ini. Bagi golongan
sufastaiyyah, benar itu bisa salah dan salah itu bisa benar. Bagi golongan
-3
shopisme Yunsni, semua yang jelas-jelas ada ini dianggap tidak memiliki
keberadaan. Jadi ada dan tiada sama saja. Bagi golongan positivis pascaRenaisance, semua yang tidak bisa diukur tidak bisa ditentukan benar
salahnya. Bagi pengikut Marx dan Hegel, kontradiksibukan saja mungkin
terjadi, tapi menjadi arah gerakan alam yang sering disebut sebagai dialektika
Hegel.
Bagi
golongan
relativis
pasca-modern,
yang
mendasarkan
-4