Sie sind auf Seite 1von 22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Proteksi


Dalam suatu proses industri sering dibutuhkan keandalan dan kemampuan
kinerja pada suatu rangkaian kerja tersebut, agar terwujud hal tersebut maka
perlunya sistem proteksi. Sistem proteksi merupakan suatu sistem yang berfungsi
melindungi suatu benda, rangkaian sistem yang lain, makhluk hidup dari suatu
gangguan yang menyebabkan kegagalan dari proses dan kerusakan sistem yang
dilindungi tersebut dan makhluk hidup.
Suatu kondisi-kondisi gangguan yang terjadi pada sistem kerja, dapat
dilindungi dengan sistem proteksi. Pada laporan ini penulis akan memaparkan
sistem proteksi pada sistem tenaga listrik, yaitu sistem proteksi yang dipasang
pada peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik.

2.2 Sistem Proteksi Tenaga Listrik


Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada
peralatan-peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator,
bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran kabel bawah tanah,
dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga listrik
tersebut (J. Soekarto, 1985)
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih, frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. Dengan kata
lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:

1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan


akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan semakin sedikit pengaruh
gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil
mungkin.
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan
pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem
proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada sistem, para operator yang
merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan
circuit-circuit breaker yang tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau
memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB (Circuit Breaker) mana yang dioperasikan untuk mengisolir
gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin
dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk
mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan selanjutnya
menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja memutuskan rangkaian
atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan relai.
Proteksi dan tripping otomatis circuit-circuit yang berhubungan,
mempunyai dua fungsi pokok:

1. Mengisolir peralatan yang terganggu, agar bagian-bagian yang lainnya


tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),
pengaruh gaya-gaya mekanik dan sebagainya.
2.3 Faktor-faktor Penyebab Gangguan/Keadaan Abnormal
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak
komponen dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai
berikut:
a. Faktor Manusia
Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam
memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambung
rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan
sebagainya.
b. Faktor Internal
Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu
sendiri. Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini
bias mengurangi sensitivitas relai pengaman, juga mengurangi daya isolasi
peralatan listrik lainnya.
c. Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang berasal dari lingkungan di
sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir. Di
samping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan
tikus, burung, kelelawar, ular, dan sebagainya.

2.4 Persyaratan Kualitas Proteksi

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu


perencanaan sistem proteksi yang efektif, yaitu:
a. Selektivitas dan diskriminasi
Selekitivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan
sistem dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja.
b. Stabilitas
Sifat yang tetap beroperasi apabila gangguan-gangguan terjadi
diluar zona yang dilindungi (gangguan luar).
c. Kecepatan operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kerusakan peralatan, maka alat proteksi harus mempunyai
kecepatan yang sangat tinggi untuk memutus sistem dari gangguan.
d. Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer) atau
sebagai persentase dari arus sekunder (trafo arus).
e. Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem distribusi aspek ekonomis hampir mengatasi aspek
teknis, oleh karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu
banyak, asal saja pesyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam
sistem-sistem transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif
mahal, namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan
jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital.
Biasanya digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu
proteksi primer atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up).
f. Reliabilitas (keandalan)
Sifat ini jelas. Penyebab utama dari outage rangkaian adalah
tidak bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal-operation).

10

2.5 Tegangan Tinggi


Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah,
sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis
tegangan tinggi yang akan diukur dalam pengujian tegangan tinggi, yaitu
tegangan tinggi bolak-balik, tegangan tinggi searah, dan tegangan tinggi impuls.
Pengujian tegangan tinggi pada umumnya diperlukan untuk mengetahui apakah
peralatan tegangan tinggi yang diuji masih memenuhi standar kualitas dan
kebutuhan yang dispesifikasikan pada peralatan tersebut.
Lingkup studi teknik tegangan tinggi mencakup semua masalah seperti
studi tentang korona, teknik isolasi, tegangan lebih pada sistem tenaga listrik,
proteksi tegangan lebih, dan lain-lain. Dengan begitu banyaknya masalah yang
mencakup tegangan tinggi, maka dibutuhkanlah pengujian tegangan tinggi dengan
maksud sebagai berikut:
1.

Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai

2.

usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah.


Untuk verifikasi hasil rancangan isolasi baru, yaitu hasil rancangan yang telah

3.

dikurangi volume isolasinya.


Untuk memeriksa kualitas peralatan sebelum terpasang, hal ini dilakukan

4.

untuk menghindarkan kerugian bagi pemakai peralatan.


Untuk memeriksa kualitas peralatan setelah beroperasi dalam rangka
mengurangi kerugian semasa pemeliharaan.
Perlunya pengujian tegangan tinggi seperti diuraikan di atas menuntut

adanya cabang studi tegangan tinggi yang membahas khusus pengujian tegangan
tinggi. Studi ini akan mempelajari cara kerja dan karakteristik peralatan-peralatan
uji tegangan tinggi dan prosedur pengujian yang telah distandarisasi.

11

Adapun peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian tegangan


tinggi adalah:
1.

Pembangkit tegangan tinggi yang terdiri atas: pembangkit tegangan tinggi


bolak-balik, pembangkit tegangan tinggi searah, dan pembangkit tegangan

2.

tinggi impuls.
Alat ukur tegangan tinggi yang terdiri atas alat ukur tegangan tinggi DC,

3.

alat ukur tegangan tinggi AC, dan alat ukur tegangan tinggi impuls.
Alat pengukur sifat listrik dielektrik, antara lain alat ukur rugi-rugi
dielektrik, alat ukur tahanan isolasi, alat ukur konduktivitas, dan alat ukur
peluahan parsial.

2.6 Pembangkit Tegangan Tinggi AC


Tegangan tinggi bolak-balik diperoleh dari suatu trafo satu fasa dengan
perbandingan belitan yang jauh lebih besar daripada trafo daya yang biasa disebut
trafo uji.

Gambar 2.1 Rangkaian pembangkit tegangan tinggi AC variable

Belitan primer trafo dihubungkan ke sumber tegangan rendah bolak-balik,


220 VAC/50 Hz. Belitan sekundernya membangkitkan tegangan tinggi dalam orde
ratusan kilovolt.

12

Rangkaian pembangkit tegangan tinggi bolak-balik pada Gambar 2.1


membangkitkan tegangan tinggi bolak-balik pada frekuensi jala-jala (50 Hz).

2.7 Pembangkit Tegangan Tinggi Searah


Tegangan tinggi searah dibangkitkan dengan menyearahkan tegangan
tinggi bolak-balik.

Gambar 2.2 Rangkaian penyearah setengah gelombang

Gambar 2.3 Bentuk gelombang tegangan output penyearah setengah


gelombang

13

Jika dibutuhkan tegangan keluaran yang lebih rata maka di terminal


keluaran dipasang kapasitor perata.

2.8 Pembangkit Tegangan Tinggi Impuls


Ada tiga bentuk tegangan impuls yang mungkin dialami sistem tenaga
listrik yaitu: tegangan impuls petir, tegangan impuls surja hubung, dan tegangan
impuls terpotong.

a. Impuls kilat

b. Impuls surja hubung


Gambar 2.4 Jenis tegangan impuls

c. Impuls terpotong

Alat pembangkit tegangan tinggi impuls antara lain adalah generator


impuls RLC, generator impuls RC, dan generator marx. Untuk rangkaian
generator impuls RC dapat dilihat pada Gambar 2.5.

14

Gambar 2.5 Rangkaian generator impuls RC

2.9 Mekanisme Terjadinya Tegangan Tembus pada Bahan Isolator


Suatu dielektrik tidak mempunyai elektron-elektron bebas, melainkan
elektron-elektron yang terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik
tersebut. Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan
elektrik. Pada Gambar 2.6 ditunjukkan suatu bahan dielektrik yang ditempatkan di
antara dua elektroda piring sejajar. Bila elektroda diberi tegangan searah V, maka
timbul medan elektrik (E) di dalam dielektrik. Medan elektrik ini memberi gaya
kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron bebas.
Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik
agar berubah sifat menjadi konduktor. Jika terpaan elektrik yang dipikulnya
melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung cukup lama, maka dielektrik akan
menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal
ini dielektrik disebut tembus listrik atau breakdown. Terpaan elektrik tertinggi
yang dapat dipikul suatu dielektrik tanpa menimbulkan dielektrik tembus listrik
disebut kekuatan dielektrik. Jika suatu dielektrik mempunyai kekuatan dielektrik
sebesar Ek, maka terpaan elektrik yang dapat dipikulnya adalah Ek.
Jika terpaan elektrik yang dipikul dielektrik melebihi Ek, maka di dalam
dielektrik akan terjadi proses ionisasi berantai yang akhirnya dapat membuat
dielektrik mengalami tembus listrik. Proses ini membutuhkan waktu dan lamanya
tidak tentu tetapi bersifat statistik. Waktu yang dibutuhkan sejak mulai terjadi
ionisasi sampai terjadi tembus listrik disebut waktu tunda tembus (time lag). Jadi

15

tidak selamanya terpaan elektrik dapat menimbulkan tembus listrik, tetapi ada dua
syarat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) terpaan elektrik yang dipikul dielektrik
harus lebih besar atau sama dengan kekuatan dielektriknya dan (2) lama terpaan
elektrik berlangsung lebih besar atau sama dengan waktu tunda tembus.
Tegangan yang menyebabkan dielektrik tersebut tembus listrik disebut
tegangan tembus atau breakdown voltage. Tegangan tembus adalah besar
tegangan yang menimbulkan terpaan elektrik pada dielektrik sama dengan atau
lebih besar daripada kekuatan dielektriknya.

Gambar 2.6 Medan elektrik dalam dielektrik

2.10 Magnetik Kontaktor.


Magnetik kontaktor merupakan saklar elektromagnetik, yaitu saklar
dengan yang dapat menutup dan membuka bila koil/kumparan dialiri arus listrik
sesuai nominalnya. Magnetik kontaktor mempunyai bagian:

16

Gambar 2.7 Bagianbagian magnetik kontaktor

Kontak koil: kontak input tegangan agar magnetik kontaktor bisa bekerja.
Kontak utama: Kontak NO (normally open) yang berfungsi sebagai
saklar , akan menutup bila magnetik kontaktor bekerja, dan dihubungkan

ke beban
Kontak bantu: Kontak NO (normally open) dan NC (normally close) untuk
membantu fungsi kontrol untuk mengendalikan magnetik kontaktor
tersebut atau yang lainnya.
Magnetik kontaktor digunakan untuk mengerjakan atau mengoperasikan

dengan seperangkat alat kontrol beban, seperti:

Penerangan
Pemanas
Pengendali motor listrik
Pengaman motor listrik
Pada pengamanan motor-motor listrik beban lebih dilakukan secara

terpisah. Kontaktor akan bekerja dengan normal bila diberikan tegangan 85%
sampai dengan 110% dari tegangan permukaannya.

17

Sedangkan bila lebih kecil dari 85%, kontaktor akan bergetar atau
berbunyi. Jika lebih besar 110% kontaktor akan panas dan terbakar. Penandaan
nomor pada kontak untuk kontaktor menurut IEC adalah:
Tabel 2.1 Kode kontak pada kontaktor menurut IEC
KODE

KETERANGAN

A1 , A2

Hubungan kontak untuk sumber tegangan pada kontaktor

1,3,5

Hubungan kontak untuk supply pada rangkaian utama.

2,4,6

Hubungan kontak untuk beban pada rangkaian utama.

13 & 14
23 & 24
33 & 34
63 & 64
73 & 74

Hubungan untuk kontak-kontak bantu pada kondisi


NORMALLY OPEN (NO)

83 & 84
93 & 94
11 & 12
21 & 22
31 & 32

Hubungan untuk kontak kontak bantu pada kondisi

61 & 62

NORMALLY CLOSE (NC)

71 & 72
81 & 82
91 & 92

Sedangkan untuk simbol bagian kontaktor adalah sebagai berikut


= Koil elektromagnetik dengan A1 dan A2 sebagai penghantar
keluaran dari koil elektromagnetik.

18

= Kontak pada kondisi NORMALLY OPEN (NO).


= Kontak NORMALLY CLOSE (NC).
= Kontak ON DELAY pada kondisi NORMALLY OPEN (NO)
= Kontak OFF DELAY pada kondisi NORMALLY CLOSE (NC)

2.11 Push Button (Tombol Tekan)


Push button merupakan suatu bentuk saklar yang sering digunakan dalam
suatu rangkaian kontrol dan mempunyai fungsi sama dengan saklar-saklar lainnya
pada umumnya, tetapi memliki perbedaan dalam penguncian.

Gambar 2.8 Push button


1. Push Button Normally Open (NO) dengan fungsi jika ditekan bekerja (ON),
apabila dilepas akan kembali semula (OFF).
Simbol Rangkaian:

2. Push Button Normally Close (NC) dengan fungsi jika ditekan bekerja (OFF),
apabila dilepas menjadi bekerja (ON)
Simbol Rangkaian:

19

3. Push button mengunci, berfungsi jika ditekan bekerja (ON) dan apabila
dilepas tetap bekerja (ON), tetapi jika ditekan untuk kedua kalinya maka akan
tidak bekerja (OFF)
Simbol Rangkaian:

2.12 Miniatur Circuit Breaker (MCB)


MCB merupakan salah satu pengaman pada suatu rangkaian kontrol. Pada
MCB memiliki

fungsi sebagai pengaman beban/daya lebih dari daya yang

dipakainya, sehingga apabila daya yang digunakan pada sistem tersebut


melebihinya (P = V.I Cos ) maka akan terjadi trip pada MCB. MCB juga
berfungsi sebagai pengaman kesalahan rangkaian, sehingga apabila terjadi short
circuit (hubung singkat) maka MCB juga akan trip. Hubung singkat tersebut
terjadi apabila antara penghantar/kabel fasa/line terhubung langsung dengan
penghantar/kabel netral/nol dan juga ground/pentanahan. Dalam melakukan
pendesainan kontrol dengan menggunakan MCB jenis 1 fasa. Tetapi pengamanan

20

yang digerakkan oleh rangkaian kontrol tersebut dapat menggunakan MCB jenis 3
fasa, sehingga dalam suatu panel yang digunakan untuk mengontrol suatu sistem
minimal terdapat 2 MCB yaitu 1 buah MCB jenis 1 fasa dan 1 buah MCB 3 fasa.

Gambar 2.9 MCB

2.13

Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik kerangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan medan magnet dan berdasarkan prinsip-prinsip
elektromagnet.
Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik
maupun elektronika. Penggunaanya dalam sistem tenaga memungkinkan

21

dipilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan, misalnya
kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokan
menjadi:
1. Transformator daya
2. Transformator ditribusi
3. Transformator pengukuran: yang terdiri dari transformator arus
(CT/current transformator) dan transformator tegangan (PT/potential
transformator).
Kerja transformator yang berdasarkan induksi elektromagnet menghendaki
adanya gandengan medan magnet antara rangkaian primer dan sekunder.
Gandengan medan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks bersama.

Gambar 2.10 Transformator


Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik
maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena

22

kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.


Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi
(self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh
induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder,
maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga
energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).

e=

dimana:

(2.1)

e : gaya gerak listrik (volt)


N : jumlah lilitan (turn)
d
: perubahan fluks magnet (webber/sec)
dt

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian. Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common
magnetic circuit).

2.14 Over Current Relay / Relai Arus Lebih

23

Sebagaimana diketahui bahwa impedansi gangguan lebih rendah dari


impedansi pada keadaan normal. Bila terjadi gangguan hubung singkat, impedansi
menjadi rendah dan arus gangguan yang mengalir menjadi demikian besar
melampaui batas normal. Dalam keaadaan ini diharapkan Circuit Breaker (CB)
akan bekerja untuk mengisolir daerah gangguan sehingga bagaian yang lain yang
tidak mengalami gangguan berjalan normal. CB akan bekerja setelah menerima
perintah dari relai yang menerima sinyal dari sensor arus berupa trafo arus (CT).
Bila arus yang diterima relai mencapai nilai arus pick-up maka relai tersebut akan
bekerja dan memerintahkan CB melepaskan rangkaian. Dilihat dari waktu
kerjanya, Relai arus lebih dikategorikan menjadi 2 yaitu:
-

Relai arus lebih seketika (instantaneous over current relay)


Relai arus lebih tunda waktu (definite time over current relay)

Untuk menjelaskan rangkaian pemasangan relai arus lebih, secara sederhana


ditunjukkan oleh Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram pengawatan OCR

Relai arus lebih seketika (instantaneous over current relay)

24

Relai arus lebih seketika adalah relai yang bekerja tanpa penundaan waktu,
atau jangka waktu relai mulai saat relai arusnya pickup sampai selesai, sangat
singkat (sekitar 20 sampai 100 ms). Gambar 2.12 menunjukkan karakteristik relai
arus lebih seketika.

Gambar 2.12 Karakteristik instantanous relay

Relai arus tunda waktu (definite time over current relay)


Berdasarkan jenis karakteristiknya relai arus lebih tunda waktu dapat

dibedakan menjadi 3 yaitu:


1. Waktu minimal tertentu terbalik (inverse definite minimum time)
Relai arus lebih jenis inverse pada dasarnya hampir sama dengan
relai arus lebih jenis definite, perbedaannya hanya pada waktu kerjanya
saja. Gambar 2.13 menunjukkan karakteristik definite time relai.

25

Gambar 2.13 Karakteristik definite time relay


2. Sangat berbanding terbalik (very inverse time relay)
Gambar 2.14 dibawah menunjukkan karakteristik very inverse time
relay.

Gambar 2.14 Karakteristik very inverse time relay

3. Sangat berbanding terbalik (extremely inverse)

26

Gambar 2.15 Karakteristik extremely inverse time relay

Untuk relai arus lebih jenis very inverse dan extremely inverse, bisa
diperoleh dengan memodifikasi rangkaian pengisian kapasitor, dioda zener atau
lainnya yang merupakan modifikasi karakteristik waktu penundaan.
Istilah-istilah yang digunakan pada relai arus lebih:
-

Arus pickup (Ip)


Arus drop-out

: Arus minimum yang menyebabkan relai bekerja.


: Arus maksimum yang menyebabkan relai kembali
tidak bekerja.

Perbandingan antara arus kembali dan arus kerja (Id/Ip) merupakan


gambaran kestabilan kerja terhadap kondisi kejutan, yang sering terjadi pada
sistem tenaga listrik. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat operasi circuit
breaker akan timbul gelombang transient yang waktunya sangat singkat. Relai
arus lebih (RAL) harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menyebabkan trip pada sistem apabila terjadi arus kejutan atau transient.

27

Gambar 2.16 Skematik pengendalian tenaga pada alat uji tegangan tinggi

Das könnte Ihnen auch gefallen