Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB 1
METODE PENUGASAN
DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
A. Pendahuluan
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat
diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu
usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional
(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi
lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat
dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak
masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang
dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
identik
berkelanjutan.
Dalam kelompok
caranya
berdasarkan
tingkat
kemampuan
masing-masing
dahulu
mengidentifikasm
tingkat
kesulitan
tindakan,
Model fungsional
ini
sehingga
2. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok
klien
dan
kerja
serta
memiliki
pengetahuan
dibidangnya
bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group
bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan
kemajuan
asuhan
keperawatan
untuk
sekelompok
pasien
di
bawah
diharapkan
menggunakan
gaya
kepemimpinan
meliputi:
penu!isan
perawatan
klien,
rencana
pelayanan
keperawatan
secara
komprehensif.
- Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
- Konflik antar staf dapat dikendalikan
melalui
rapat
dan
kepuasan
anggota
tim
dalam
berhubungan
interpersonal.
- Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang
berbeda-beda secara efektif.
- Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf
situasi sibuk
angota tim
terganggu.
- Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.
- Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
10
audit
asuhan
keperawatan
yang
tanggungjawab timnya,
- Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
menjadi
11
- Melaksanakan
tugas
berdasarkan
rencana
asuhan
keperawatan.
- Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon klien.
- Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
- Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.
- Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
- Memberikan laporan
12
3. Metode Primer.
Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an,
pulang.
Selama
jam
kerja,
perawat
primer
primer
tidak
sedang
bertugas,
perawatan
13
praktek kemandirian
adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan
selama
primer
melakukan
pengkajian
kebutuhan
asuhan
14
Kelebihan :
- Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
- Memberikan
dan komprehensif
peran
tentang
kondisi
klien
selalu
mutakhir
dan
15
Kelemahan :
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
- Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
- Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
- Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
- Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
16
17
dan mengkoordinasikan
pelayanan yang
18
5. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer.
Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai
dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah:
dalam
hasil-hasil
riset
dalam
memberikan
asuhan
19
a.
b.
terfragmentasi
terdapat pada
20
Disamping itu karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagaian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer atau ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan
diaplikasikan dalam bentuk aktifitas pelayanan
profesional yang
21
DAFTAR PUSTAKA
Achir Yani, Model Praktek Keperawatan di Rumah Sakit, disampaikan pada
seminar keperawatan yang diselenggarakan DPD I PPNI, Jawa timur di
Surabaya, 11 Desember 1999.
Cobell, C. ( 1992) , The efficacy of primary Nursing as a Foundation For Patient
Advocacy Nursing Practic, hal : 2-5
Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition,
St. Louis, the CV Mosby.
Gillies,
company
Sistem Approach,
Huber,. D., (2000). Leadershi~ and nursing care management Philadelpia: W.B.
Saunders Company.
Kelompok Pekerja Keperawatan , Konsorsium Ilmu Kesehatan (1995), Konsep
Model Praktek Keperawatan, tidak dipublikasikan.
Keliat,
Manurung, I., (2001). Model Pemberian Asuhan Keperawatan Makalah. Bogor: tidak
dipublikasi
Marquis, BL & Huston, Cj (1998), Management Decision Making For Nurses, 124
Cases Studies, 3 Ed. Philadelphia : JB Lippincott
Nursalam (2007), Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Proffesional. Jakarta : Salemba Medika
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah
sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak
dipublikasikan
Russel C. Swanburg
.(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Tappen, R.M., (l 995). Nursing Leadership and Management. Concepts and Practice.
(3 rd edition). Philadelpia: F.A. Davis Company.
22
BAB 2
Pendekatan Manajemen dalam penerapan MPKP
(Management Approach)
23
Pendekatan
merupakan
salah
manajemen
satu
mengimplementasikan
nilai
praktek
(khususnya
manajemen
profesional
keperawatan
yang
keperawatan
diperlukan
profesional.
dalam
Pendekatan
yang
diperlukan
dalam
mengimplementasikan
praktek
fungsi-fungsi
24
tujuan orgnisasi.
untuk
25
sampai
26
keperawatan mulai
mengintegrasikan
aktifitas-aktifitas
manajemen
27
sesuai
dengan
perkembangan
ipteks
dan
misi yang
28
serta mengilhami
keyakinan
aktifitas-aktifitas
pasien
dan
keluarga.
Waterman
(1982),
sumber-sumber
ekonomi,
atau
kemampuan
teknologi.
4) Tujuan
dari
produk
perawatan
kesehatan
yang
29
perawat
telah
menyetujui
maka
pernytaan-
perawat
pernyataan
profesionalnya
untuk
mengembangkan
menyatakan maksud
untuk
30
Contoh :
Visi Rungan :
- Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit ..A.. dengan pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual
Misi Ruangan
- Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati
- Kami akan selalu berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik
- Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien
- Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada
kesehatan dan kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial
Moto Kami :
- Kami diciptkan untuk berbuat baik dengan sesama
Tujuan khusus keperawatan penyakit bedah
- Memberi asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah secara holistik
dan seoptimal mungkin berdasarkan kasih Allah.
- Mempersiapkan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan menjalani
pembedahan, menjaga agar klien terhindar dari komplikasi pasca bedah.
- Memberi semua bantuan yang diarahkan untuk memelihara rasa aman dan
nyaman klien.
- Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien penyakit bedah, digunakan
standar asuhan keperawatan dengan lima langkah proses keperawatan.
- Memberi penyuluhan kepada klien, sehingga mandiri merawat diri setelah
pembedahan maupun setelah klien pulang.
- Memelihara hubungan kerja yang harmonis sesama tim kesehatan yang ada di
lingkungan kerja.
- Menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk proses belajar mengajar dalam
kegiatan pendidikan bagi peserta didik/magang.
- Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pengembangan staf dalam
pelayanan keperawatan.
Falsafah keperawatan
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit B perawat
meyakini:
- Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, kultur
dan spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur terpenting. Kebutuhan
ini penting selalu diperhatikan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan di
lingkungan RS .
- Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia
melalui tim keperawatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
secara optimal, kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan
suku, bangsa, agama maupun status sosial di tempat pelayanan keperawatan
berdasarkan dorongan kasih dari Allah.
- Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan usaha
bersama tim keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien.
- Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan
31
b. Menyusun Kebijakan,
Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam
pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau
bahan pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah
yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang
berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif
kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya
berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam
ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi,
jenjang karir dan lain-lain.
32
Simamora
standar
33
manajemen
merupakan
solusi
yang
tepat
untuk
34
oleh
perawat
asosiet/perawat
pelaksana,
perawat
35
09.00
10.00
: ...............................(nama)
Tindakan : ..................................................................................................
Ketua tim II : ...............................(nama)
Tindakan : ..................................................................................................
11.00
Nama
: ..............................
Tindakan : .........................................
12.00
13.00
14.00
Operan
Post conference
36
supervisi
perawat
pelaksana
untuk
menilai
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Istirahat
Dokumentasi dan supervisi pendokumentasian yang dibuat perawat
Operan
37
17.00
24.00
11.00
18.00
06.00
12.00
13.00
19.00
20.00
07.00
14.00
21.00
08.00
38
Tanggal/bulan
nama perawat
1
2
3
4
Duki
Romi
Yulia
Saiful
3
-
dst
jml
Kepala Ruangan
Ketua Tim
Perawat
Pelaksana
Rencana Tindak Lanjut :
Bulan : ................................................
Yang Membuat
%
Yang Tidak Membuat
Rencana Harian
Rencana Harian
39
b. Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan
dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
a) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke
empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut,
kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala
ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang
dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Kegiatan yang termasuk rencana bulanan karu
- Membuat jadual dan memimpin case conference
- Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
- Membuat jadual dinas
- Membuat jadual petugas TAK
- Membuat jadual memimpin rapat bulanan perawat
- Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan
40
Tabel 2.6 : Contoh rencana bulanan kepala ruang
RENCANA BULANAN KARU
Bulan :
Senin
Selasa
rabu
kamis
Jum`at
sabtu
minggu
1
Rapat
Lap.
bulanan
Ketua Tim
2
Supervisi
Katim
3
Audit
dokumen
4
Penkes
keluarga
5
Supervisi
PA
6
Audit
dok
7
Dst.
Kepala Ruang
()
(.)
yang
dilakukan
oleh
perawat
pelaksana
dan
Selasa
1
2
Rapat
Supervisi
ruangan
PA
Ketua Tim
()
rabu
kamis
Jum`at
sabtu
3
Supervisi
PA
4
Penkes
keluarga
5
6
Supervisi
Audit
PA
dok
Kepala Ruang
(.)
Minggu
7
Dst.
41
c. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan
dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut
serta penyusunan rencana tahunan berikutnya.
Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik
proses kegiatan (aktifitas yang dilakukan dari 4 pilar praktek
profesioanal) serta evaluasi mutu pelayanan
b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing
tim
c) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang
masih rendah pencapaianya yang bertujuan mempertahankan
kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkanya dimasa
mendatang
d) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan
jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi
karu), rekomendasi untuk melajutkan pendidikan formal, membuat
jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.
42
B. Pengorganisasian
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi
dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi
dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum.
Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional,
misalnya
sebuah
rumah
sakit,
puskesmas,
sebuah
2)
Individu
dalam
organisasi
tersebut
mempunyai
43
diruangan
perawatan
MPKP
menggunakan
diruangan
MPKP
menggunakan
pendekatan
asuhan
sekelompok klien
keperawatan
secara
menyeluruh
kepada
44
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Ruangan A
45
kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas
pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim
mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan
yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur.
Tabel 2.8 : Contoh Jadwal Dinas Ruangan A
N
o
1.
Nama
Karu
Tim I
Katim
PA.1
PA.2
PA.3
PA.4
PA.5
Katim
PA.1
PA.2
PA.3
PA.4
PA.5
Pagi
Sore
Malam
Senin
P
P
M
S
M
S
P
P
M
S
M
S
L
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
46
3. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab
tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien
mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama
dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien
sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien
juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk
berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar
pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas
berikutnya.
Tabel 2.9 : Contoh daftar pasien di ruangan..A..
No
Nama
Pasien
TIM I
1. sinta
2.Alek
3.Ricak
4.Paijo
5.Paiman
6.Dewi
Dokter
Dr. Sri
Dr. Sri
Dr. Ria
Dr. Ari
Dr. Ria
Dr. Ria
Perawat
Primer /
Ketua
tim
Setiadi
Setiadi
Setiadi
Setiadi
Setiadi
Setiadi
PA/PP
Anton
Merina
Ja`far
Atus
Tono
Hari
22-10-09
23-10-09
24-10-09
Pagi
Sore
Malam
Anton*
Merina
Ja`far
Atus
Tono
Hari*
Anton
Merina*
Ja`far
Atus*
Tono
Hari
Anton
Merina
Ja`far*
Atus
Tono*
Hari
TIM II
47
4. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
(1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan
langsung per 24 jam
(2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan
langsung per 24 jam
(3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan
2 jam perawatan
48
49
dst
Perawatan minimal :
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan
setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis
stabil
6. Pengobatan prosedur memerlukan
pengobatan
Perawatan parsial :
1.Kebersihan diri dibantu, makan dan
minum dibantu dilakukan sendiri
2.Observasi tanda-tanda vital setiap 4
Jam
3.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih
dari sekali
4.Folley kateter, intake ouput dicatat
5.Pasien dengan pasang infus, persiapan
pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan total :
1.Segalanya diberi bantuan
2.Posisi yang diatur, observasi tandatanda vital setiap 2 jam
3.Makan memerlukanNGT, inravena
terapi
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/disorientasi
Jumlah total pasien per hari
Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah
tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan
pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien
seperti pada tabel berikut.
50
Tabel 2.11 : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang
JUML
AH
PASIE
N
KLASIFIKASI PASIEN
Pagi
0.17
0.14
0.10
PARSIAL
sian
mala
g
m
0.27
0.15
0.07
0.34
0.28
0.20
0.54
0.30
0.51
0.48
0.30
0.18
0.45
MINIMAL
siang malam
pagi
pagi
TOTAL
siang
malam
0.36
0.30
0.20
0.14
0.72
0.60
0.40
0.21
1.08
0.90
0.60
dst
51
Ha
ri
ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Min
12
14
11
9
12
13
11
8
9
12
13
13
14
9
12
16
13
15
12
9
8
9
Int
Total
9
6
8
3
9
5
11
7
12
8
6
11
7
11
10
11
9
11
7
9
7
8
7
7
4
6
10
8
8
9
6
7
9
6
9
6
8
9
6
14
9
10
12
7
Rata - rata
Jumlah
pasien
27
25
25
27
30
30
29
29
29
28
28
27
24
27
29
29
28
30
29
29
27
28
Jumlah kebutuhan
perawat
Pagi
6.63
5.62
6.05
7.02
7.44
7.90
7.70
8.02
7.92
7.17
6.98
6.62
5.62
7.11
7.44
6.68
6.80
7.40
7.40
8.19
7.39
7.29
7.11
Sore
4.83
3.06
4.39
5.01
5.28
6.02
5.89
5.92
5.91
5.88
5.27
4.97
4.36
5.16
5.58
5.84
4.97
5.25
5.58
6.36
5.47
5.16
5.28
Ket.
Malam
3.30
2.56
2.73
3.07
3.24
3.92
3.79
3.70
3.73
3.49
3.39
3.19
2.88
3.10
3.56
3.42
3.06
3.30
3.56
4.12
3.43
3.14
3.35
Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur 32 buah, diperlukan perawat
sebagai berikut :
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari
= 7.11 + 5.28 + 3.35
= 15.74 16 orang
Libur/cuti
= 5 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan
= 16 + 5 = 21 orang + kepala
ruangan + 4 orang perawat
primer
= 26 orang
52
C. Pengarahan
Memang
diakui
bahwa
usaha-usaha
perencanaan
dan
pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang
akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang
diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan
tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action.
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa
kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian,
supervisi dan komunikasi efektif
1) Program motivasi
Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif
bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian
(reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama.
Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong
kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota.
53
2) Manajemen konflik,
MPKP
merupakan
pendekatan
baru,
maka
kemungkinan
Selain
itu
dalam
implementasi
MPKP,
Kepala
merupakan
hal
yang
penting
dilakukan
untuk
54
dilakukan
melalui
pelaporan
atau
dokumen
yang
biasanya
dilakukan
oleh
perawat
yang
lebih
berupa
penghargaan,
penambahan
pengetahuan
atau
55
56
4) Pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar
aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui
proses sebagai berikut :
a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan
b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas
c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa
tujuaanya
e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena
menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model
peran dan menjadi narasumber
yang etrjadi
g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai
h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
57
alasan tertentu
- Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab
shif
- Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan.
b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil
ruang MPKP berhalangan hadir , sehingga pendelegasian tugas
harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur
pendelegasian
58
59
Tabel 2.13: Contoh lembar pendelegasian
Surat Pendelegasian tugas
Yang Bertanda tangan dibawah ini :
Nama
:
Nip.
:
Unit Kerja :
Jabatan
:
Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai . pada
hari, tanggal..
Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan
pelaksanaan tugas beserta kewenanganya kepada :
Nama
Nip.
Unit Kerja
Jabatan
:
:
:
:
(.)
(..)
5) Komunikasi efektif
Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya
pengarahan. Setiap orang berkomunikasi
60
dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke
dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke
penanggung jawab tim malam.
Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan
informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan
pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada
pasien
untuk
mendiskusikan
tentang
perawatan
yang
diberikan
PEDOMAN OPERAN
: awal pergantian shif
: Nursing station/kantor perawat
: Kepala ruang
:
1. Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
2. Katim/Pj Tim mengoperkan :
- Kondisi/keadaan pasien (dx perawatan, tindakan yang
sudah dilaksanakan, hasil asuhan)
- Tindak lanjut untuk shif berikutnya
3. Perawat shif berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang
sudah disampaikan
4. Karu memimpin Ronde kekamar pasien
5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran
tindak lanjut
6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara
7. Bersalaman
61
b) Pre conferen
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung
jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post
conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (Keliat, 2000).
Tabel 2.15: Pedoman pre conferen
Waktu kegiatan
Tempat
Penanggung
jawab
Kegiatan
c) Post conferen
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post
conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (Keliat, 2000).
62
d) Ronde Keperawatan
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan
melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan
melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain:
- Klien dilibatkan secara langsung
- Klien merupakan fokus kegiatan
- Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan
diskusi bersama
- Kosuler memfasilitasi kreatifitas
- Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat
asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam
mengatasi masalah
63
Tujuan :
- menumbuhkan cara berfikir secara kritis
- Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berasal dari masalah klien
- Meningkatkan vadilitas data klien
- Menilai kemampuan justifikasi
- Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
- Meningkatkan
kemampuan
untuk
memodifikasi
rencana
perawatan.
64
D. Fungsi Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara
terus-menerus
adanya
perencanaan,
pengorganisasian
dan
penggerakan
prestasi
yang
tinggi.
Karena
tantangan
biasanya
65
66
Dalam
bidang
keperawatan
pengendalian
merupakan
upaya
pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat
rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari
pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan
untuk
dalam pengendalian /
pengontrolan meliputi :
1) Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart
4) Mengambil tindakan korektif
67
dokumen
pemeriksaan
pelaksanaan
asuhan
keperawatan
melalui
68
Rumus :
X 100 % :
Keterangan :
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya
28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut
X 100 % :
Keterangan :
-
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode tertentu
69
X 100 % :
Keterangan :
-
70
3) Kondisi pasien
a) Audit dokumentasi asuhan keparawat
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik
yang
pulang
atau
yang
sedang
dirawat
lalu
dibuat
71
(proses)
kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum
tercapai atau masih ada kesenjangan pihak manajemen harus mampu
menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa
fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini memerlukan
perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan untuk menilai
hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada penyimpangan dan jika ada
penyimpangan kegiatan manajerial ditujukan untuk melakukan koreksi
terhadap penyimpangan yang telah terjadi.
Bagan 1
Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen
72
DAFTAR RUJUKAN
B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang
model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Makalah : tidak dipublikasikan
73
BAB 3
PERENCANAAN
TENAGA KEPERAWATAN
74
Formula dikembangkan
untuk memberikan
Tenaga Perawat
A x B x 365
( 365 C ) x jam kerja / hari
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang
dibutuhkan pasien.
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari libur
75
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 120 jam seperti pada
tabel, BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan
perawat di rumah sakit tersebut :
Tabel 3.1 : Rrata-rata perawatn selama 24 jam
NO
1
2
3
Jenis /katagori
Pasien bedah
Pasien anak
Pasien penyakit
dalam
Jumlah
Rata-rata
pasien/hari
10
5
10
25
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
4
6
5
Jumlah jam
perawatan
/hari
40
30
50
120
76
Jawab :
Tenaga
Perawat
120
x (70/100
x 100)
x 365
( 365 76 ) x 6
Perawat
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR
41 mg x 40 jam
x 125%
Keterangan :
TP
= Tenaga perawat
A
= Jumlah jam perawatan / 24 jam
41 Mg
= 365 - 52 (Hr Ming.) - 12 hr libur - 12 hr cuti = 289 / 7
77
Contoh kasus :
Diketahui rata-rata perawatan selama 24 jam adalah 40 jam seperti pada
tabel, BOR rata-rata 70 %, jumlah tempat tidur 100, berapa kebutuhan
perawat di rumah sakit tersebut :
Tabel 1.2 rata-rata perawatn selama 24 jam
NO
Jenis /katagori
Rata-rata
pasien/hari
1
Pasien bedah
Jawab :
10
Rata-rata jam
perawatan
pasien/hari
4
Jumlah jam
perawatan
/hari
40
Tenaga
Perawat
( A x 52 mg ) x 7 Hr ( TT x BOR
41 mg x 40 jam
Tenaga
Perawat
( 40 x 52 mg ) x 7 Hr ( 100 x 0,7 )
x 125%
41 mg x 40 jam
x 125%
= 776
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 776 orang
C. Metode Ilyas
Metode ini dikembangakan oleh Yaslis Ilyas sejak tahun 1995.
Rumus dasar dari formula ini adalah sebagai berikut :
Tenaga Perawat
A x B x 365
(255 x jam kerja / hari)
Keterangan:
A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan pasien)
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
365 = jumlah hari kerja selama setahun
255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional - 12 hari libur cuti tahunan) x 3/4}
= 255 hari
78
Tenaga
Perawat
A x B x 365
(255 x jam kerja / hari)
Tenaga
Perawat
= 100 orang
D. Douglas (1992)
Douglas (1992), mengklasifikasi derajat ketergantungan klien menjadi
tiga kategori, yaitu :
a. Perawatan minimal, memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam dengan
kriteria :
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dengan status psikologis stabil
79
Minimal
Partial
Total
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
Dst
Sumber : Douglas (1984) dalam Sitorus (2006)
80
81
E. Metode rasio
Metode rasio adalah metode yang didasarkan pada SK Menkes Nomor:
262/Menkes/Per/VI/79), sebagaimana pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Rasio Tempat Tidur dan Personel Rumah Sakit
Tipe RS
TM/TT
TPP/TT
TNP/TT
A dan B
1 /(4-7)
(3-4)/2
1/3
C
1/9
1/1
1/5
D
1/15
1/2
1/6
E
Disesuaikan
TM
: Tenaga medis,
TPP
: tenaga paramedis perawatan,
TNP : Tenaga non paramedis,
TnonP : Tenaga non paramedis perawatan,
TT
: Tempat tidur
TnonP/TT
1/1
2/3
Kategori
Kelas 1
Pengkajia 1. Tanda
n
vital
setiap
shift
2. Pasien
mandiri
Mobilisas
Ambulasi
i
sendiri
Kelas 2
1. Tanda vital
setiap 6 jam
2. Tidak ada
selang
Ambulasi atau
duduk di kursi
dengan dibantu
oleh satu orang
Kelas 3
1. Tanda vital setiap
4 jam observasi
2. Tanda neurologi
setiap 2 4 jam
3. Terdapat 1 2
selang
Ambulasi atau
duduk di kursi
dengan dibantu
oleh 2 orang
Kelas 4
1. Tanda vital
setiap 2 jam
2. Terdapat lebih
dari 3 selang
Ambulasi atau
duduk di kursi
dengan dibantu
oleh 3 orang
82
3
Kebersih
an diri
dan
eliminasi
Mandiri
Diet
Makan
sendiri
Obatobatan
Obat 1 -2
macam
tiap shift
1. Disorientasi
2. Hambatan dalam
bahasa
3. Interaksi dengan
keluarga sering
4. Pendidikan
kesehatan untuk
pulang
Lain-lain
1. Mengosongkan
kantung
kolostomi
2. Pelaksanaan
prosedur oleh 2
orang
Tidak ada
1. Menggunakan
psipot dengan
dibantu oleh
satu orang
2. Mandi dibantu
3. Kateter urine
1. Menggunakan
pispot, dibantu
oleh 2 orang
2. Dimandikan di
tempat tidur
3. Ganti sprei oleh 2
orang
Mengatur posisi 1. Mengatur posisi
unuk makan
untuk makan
dengan dibantu
dibantu oleh 2
oleh satu orang
orang
2. Makan dibantu
1. Obat 3 5
1. Obat 6 7 macam
macam tiap
tiap shift
shift
2. Obat IV dua
2. Obat intra vena
macam tiap shift
1 macam
3. Transfusi darah 1
unit
Pelaksanaan
prosedur
sederhana
1. Inkontinensia
2. Diandikan di
tempat tidur
3. Mengganti
sprei beberapa
kali tiap shift
Menggunakan
NGT
1. Obat 8 macam
tiap shift
2. Mendapat
heparin tiap
infus
3. Obat IV 3
macam tiap
shift
1. Memerlukan
perhatian terus
menerus
2. Hambatan
dalam bahasa
3. Pendidikan
kesehatan
tentang
prosedur
kompleks
4. Interaksi
dengan
keluarga yang
intensif
1. Irigasi
kolostomi
2. Suction tiap 2
jam
83
b) Kelas II 3 jam/24 jam, c) Kelas III 4,5 jam/24 jam dan d) Kelas
IV 6 jam/24 jam. Dalam satu hari, perawat terbagi menjadi tiga
shift dimana setiap shiftnya memerlukan 35 % untuk shift pagi,
35 % untuk shift sore dan 30 % untuk shift malam.
84
Beberapa model
dalam
Rumus =
tenaga kep.R. Rawat Inap =
jam perawatan
Jam kerja efektif per shif
+ Loss day
NO
Jenis /katagori
1
2
3
Rata-rata
pasien/hari
Rata-rata
jam
perawatan
pasien/hari
4
6
5
Jumlah
jam
perawatan
/hari
40
30
75
Pasien bedah
10
Pasien anak
5
Pasien penyakit
15
dalam
Jumlah
30
145
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah :
145
7
21
85
52 + 12 + 14
286
21
25 =
25 =
86
b. Kamar Operasi
Dikamar operasi menggunakan dasar perhitungan sebagai berikut :
1) Jumlah jenis operasi
2) Jumlah kamar operasi
3) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari
kerja.
4) Tugas perawat dikamar operasi (instrumentator, perawat sirkulasi =
2 orang /tim)
5) Ketergantungan pasien
-
Operasi besar
: 5 jam/ 1 operasi
Operasi kecil
: 1 jam / 1 operasi
Contoh kasus :
Dalam suatu rumah sakit terdapat 25 operasi /hari, dengan perincian :
-
87
Jawab :
(6 x 5) +(10 x 2) + (9x1) X 2
=
18
7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan dikamar operasi
adalah 18 orang
c. Diruang Gawat darurat
Dasar perhitungan di unit gawat darurat adalah :
1) Rata-rata jumlah pasien / hari
2) Jumlah jam perawatan / hari
3) Jam efektif perawat / hari
4) Ketergantungan pasien
-
Gawat darurat :
Mendesak
Tidak mendesak:
Rumus :
D X 365
TP:
255 X Jam kerja/hari
Keterangan:
TP
D
365
255
= Tenaga perawat
= Jam keperawatan
= jumlah hari kerja selama setahun
88
Contoh :
Diruang gawat darurat diketahui :
-
: 30
: 4 jam
: 7 jam
29
d. Critical care
Diketahui :
-
: 10 orang
: 12 jam
e. Rawat Jalan
Diketahui :
-
89
DAFTAR PUSTAKA
Gillies D.A. (1994). Nursing Management a System Approach. Third edition.
Philadelphia. WB Saunders.
Hasibuan, Malayu SP.(2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Bumi Aksara.
Herawani ( 2006). Semiloka Nasional Trend Issue Kepemimpinan
Manajemen Keperawatan, Hotel Acacia Jakarta.
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda dan
Formula. Depok- Jawa Barat. Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas
Indonesia
Siagian, Sondang P. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.
Bumi Aksara
Sitorus, Ratna dan Yulia A.C (2006). Model Praktik Keperawatan
Profesional di Rumah Sakit Penataan Struktur dan Proses Pemberian
Asuhan Keperawatan di ruang Rawat Inap. Jakarta. EGC
Swansburg, R. (1990). Management and Leadership for Nurse Managers.
Boston. Jones and Bartlett Publishers.
90
BAB 4
Manajemen Konflik Dalam Organisasi
91
B.
Pengertian
Menurut Marquis,& Huston, (20030), Konflik merupakan
ketidaksesuaian internal atau eksternal yang diakibatkan dari perbedaan
ide, nilai atau perasaan antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut
Deutcsh (1973) dalam Huber (2000), menyatakan konflik adalah
perselisihan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran,
hasrat, dan prilaku dua orang atau lebih terancam. Jadi konflik terjadi
kalau tidak ada kesesuaina antara perasaan, pikiran, hasrat, dan
92
perbedaan
ide
atau
nilai-nilai
dalam
mencapai
tujuan
C.
93
konotasi
organisasi.
Konflik
94
D.
Jenis-jenis Konflik
Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar
yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik
atas dasar fungsinya, ada pembagian atas dasar pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik, dan sebagainya.
1. Konfliks dilihat dari Tingkatannya
Untuk mengatasi konflik manajer harus mengetahui pada lefel apa
konflik terjadi sehingga dia dapat menyusun strategi secara cepat
dalam menangani konflik tersebut . Menurut Gordon (1993),
menyatakan ada 5 tingkatan konflik yaitu antara lain :
a. Konflik intrapersonal, yaitu Konflik terjadi jika indifudu
mengalami internal konflik yang berkaitan dengan tujuan atau
mengalami konflik peran dalam kelompok.
b. Konflik Interpersonal, yaitu konflik terjadi jika dua individu
berbeda pendapat tentang isu-issu baru, tindakan atau tujuantujuan dan hasil yang diharapkan kelompok
c. Konfliks Intra Group, yaitu konflik terjadi substantive dan afektif,
substanstif konflik didasarkan pada ketidaksetujuan secara
intelektual, affektif konflik terjadi karena respon emosional
terhadap situasi dan atuu akibat dari interaksi antar anggota
kelompok yang berbeda personality
d. Intergrup group, yaitu konflik terjadi antar kelompok atau antar
departemen dalam organisasi
95
kinerja
kelompok
dan
konflik
disfungsional
96
97
98
E.
saluran
komunikasi
merupakan
penghalang
terhadap
Makin
besar
kelompok,
dan
makin
terspesialisasi
terjadinya
konflik.
3. Variabel Pribadi.
Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang
meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik
99
F.
100
2. Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu
ketajaman observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada
tidaknya suatu (sumber) konflik, sehingga dapat segera ditangani
sebelum mengalami eskalasi.
3. Kotak saran (suggestion box)
Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembagalembaga lain. Cara ini cukup efektif karena para karyawan ataupun
para pengadu tidak perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan
bisa merahasiakan identitasnya. Namun, lembaga juga harus hati-hati
karena adanya kemungkinan adanya fitnah dari kotak saran
tersebut.
4. Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi hasilnya
sering tidak memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan
tidak sungguh-sungguh dalam membuka pintunya. Paling tidak ini
dirasakan oleh karyawan. Juga adanya keseganan dari pihak
karyawan sering menjadi penghalang terhadap keberhasilan cara
semacam ini.
5. Mengangkat konsultan personalia
Konsultan personalia pada umumnya seorang ahli dalam bidang
psikologi dan biasanya merupakan staf dari bagian personalia.
Kadang-kaang karyawan segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa
menceritakan kesulitannya pada konsultan psikologi ini.
6. Mengangkat ombudsman
Ombudsman adalah orang yang bertugas membantu mendengarkan
kesulitan-kesulitan yang ada atau dialami oleh karyawan untuk
101
G.
102
103
H.
104
I.
didenda
diturunkan pangkat/jabatannya
105
106
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P..(1998). Psikologi Kerja (edisi baru), Jakarta : Rineka Cipta
Hasibuan (2001). Organisasi Dan Motivasi, cetakan pertama, Jakarta : Bumi
Aksara
As`ad, M..(2001). Psikologi Industri (edisi ke 4), Yogyakarta : Liberty
Ellis,J.R., & Hartley,C.L.(2000).Managing & coordinating nursing care. 3 th
ed. Philladelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Hani Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia.
Yogyakarta : BPFE
Ilyas, (2001). Kinerja : Teori, penilaian dan Penelitian, Depok : FKM UI
Kreitner, Robert, dan Angelo Kinicki, 1995. Organizational Behavior.
Chicago: Irwin.
Marquis, B.L.,& Huston, C.J.(2003). Leadership roles and management
functions in nursing : theory and application. 3 th. ed. Philladelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
Mulyati, S. (2002). Perbandingan Produktifitas Waktu Asuhan Keperawatan
Perawat Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Kerja Kontrak dan
Hubungan dengan Sistem Penempatan Tenaga Keperawatan di RSUD
Serang, (thesis Magister tidak dipublikasikan), Jakarta : FIK UI
Partini, N. (2001). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Produktifitas Waktu Kerja Perawat di Ruang Gambir RSAB Harapan
Kita, (thesis Magister tidak dipublikasikan), Jakarta : FIK UI
Poerwodarminto, W.J.S.,.(1999). Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan ke
16 , Jakarta : PT. Persero Balai Pustaka
Robbins, S.P. (2001). Perilaku Organisasi, yang diterjemahkan oleh
Pujaatnaka, H.& Molan, B. Jakarta : PT. Prenhalindo
Siagian, S.P.,.(2001). Manajemen Sumber Daya manusia, edisi ke 9, Jakarta :
Bumi Aksara
Schermerhorn, John R., et al., 1982. Managing Organizational Behavior.
New Yor: John Wiley &Sons, Inc.
107
Stephen
P.,
1996.
Organizational
Behavior:
Concepts,Controversies, and Applications. USA: Prentice-Hall
International Editions.
108
BAB 5
IKLIM KERJA
A. Pengertian
Steers & Porter (1991), menyatakan iklim kerja merupakan
lingkungan internal yang mewakili faktor-faktor dalam organisasi yang
menciptakan kultur dan lingkungan sosial dimana aktivitas-aktivitas
pencapaian tujuan berlangsung. Sedangkan Huber, (2000), menyatakan bahwa
iklim kerja disebut juga sebagai kepribadian organisasi yang dapat dirasakan
sebagai anggota suatu organisasi, ketika karyawannya menyatakan persepsi
atau pendapat umum yang timbul dinamika pada tempat bekerja sikap dan
tingkah lakunya dipengaruhi. Kemudian dikemukakan oleh Gibson (1997),
menyatakan bahwa iklim kerja adalah lingkungan internal atau psikologi
organisasi yang mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang diterima
oleh anggota organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa iklim kerja adalah persepsi dari staf terhadap lingkungan kerjanya
berdasarkan realitas yang berisi suatu peraturan dan kebijakan yang berlaku
109
sama untuk setiap pekerja dimana diperlukan empati serta pengertian dari
manajer ke bawahan sehingga tercipta motivasi staf untuk melaksanakan
pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.
c. Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi
kuantitas dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan
dan kerja sama), dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
d. Dimensi Birokratik, yaitu meliputi Undang-undang dan peraturanperaturan konflik peranan dan kekaburan peranan.
Robin (2001) menyebutkan ada enam dimensi iklim kerja organisasi
sebagai berikut :
a. Kesesuaian (Flexibility)
110
Fleksibilitas
merupakan
kondisi
organisasi
yang
untuk
anggota
organisasi
terhadap
adanya
kewajiban
dalam
c. Standart (Standard)
Standart adalah pernyataan deskriptif mengenai model contoh, ukuran
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan
111
d. Penghargaan (reward)
Penghargaaan adalah suatu
immaterial yang didapatkan sebagai balas jasa atas suatu pekerjaan yang
telah dilakukan. Penghargaan adalah dimensi dari iklim organisasi yang
dipersepsikan oleh anggota organisasi terhadap adanya penghargaan atau
imbalan
atas pekerjaan
112
ekstrinsik
e. Kejelasan (Clarity)
Kejelasan adalah persepsi objektif dari suatu keterangan yang terinci dan
jelas mengenai tugas-tugas atau batasan wewenang hak dan kewajiban
yang diberikan kepada staf untuk melakukan tugas. Kejelasan adalah
dimensi dari iklim kerja yang dipersepsikan oleh anggota organisasi
terhadap semua aktifitas pekerjaan yang diorganisir dengan baik dengan
tujuan yang dirumuskan dengan jelas. Aspek ini sangat perlu mendapat
perhatian yang serius, karena penjelasan yang lengkap tentang ruang
lingkup tugas yang menjadi tanggung jawab anggota yang bersangkutan,
bermanfaat dalam melaksanakan aktifitas
pekerjananya terutama
menyangkut kaitan antara tugas satu dengan tugas lainnya. Perlunya kerja
sama, koordinasi dan hal-hal lainnya yang menyangkut sikap anggota
tersebut. Jadi kejelasan itu terkait dengan perasaan pegawai bahwa
mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan dengan
pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
f. Rekan Kerja
Rekan kerja adalah semangat kerja sama saling mendukung antara
anggota didalam suatu kelompok kerja dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan. Rekan kerja adalah
113
dengan
iklim
kerja,
yaitu
dimensi
kepemimpinan,
114
115
kerja sama atau koordinasi, standart kinerja dan otonomi perawat. Bila aspekaspek tersebut kurang mendapat perhatian maka akan tercipta kondisi kerja
yang tidak kondusif.
Swansburg (2000), menyatakan bahwa aktifitas keperawatan yang
dibuat oleh manajer dapat menjadi iklim kerja yang positif yaitu dengan :
1. Mengembangkan misi, tujuan yang objektif berdasarkan masukan dari
perawat pelaksana termasuk tujuan pribadi staf tersebut.
2. Memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang termasuk
perkembangan karir dan pendidikan berkelanjutan.
3. Meningkatkan kerjasama tim.
4. Menganalisa sistem kompensasi organisasi keperawatan dan strukturnya
untuk memberi penghargaan atas kompensasi dan produktifitasnya.
5. Meningkatkan otonomi, harga diri dan rasa percaya diri dalam
melaksanakan keperawatan.
6. Memberikan
kepercayaan
dan
keterbukaan
termasuk
memberikan
motivasi.
7. Mengkaji hal-hal yang tidak diperlukan dan memberikan hukuman berat
membatasinya.
8. Memberikan keamanan dan kebebasan untuk mengemukakan ide tanpa
adanya konflik dan konfrontasi.
9. Mengembangkan
perencanaan
termasuk
desentralisasi
pembuatan
116
A. Etos Kerja
Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus
memiliki etos kerja.
1. Pengertian
Tasmara (1991), menyatakan bahwa etos kerja adalah totalitas
kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang,
meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong
diri manusia untuk bertindak dan meraih amal yang optimal. Sedangkan
Damayanti (2008), secara lebih khusus dapat mengartikan bahwa etos
kerja itu sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi
hidup, atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun sesuatu yang
terkait pada identitas diri yang telak bersifat sakral. Identitas diri
yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu yang telah
diberikan oleh tuntutan religius, kepercayaan yang telah diyakini
dalam kehidupan seseorang.
Jansen (2002), menyatakan etos kerja profesional adalah seperangkat
perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental,
keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada
117
penilaian
terhadap
kegiatan
kerja.
Mengingat
118
kerja
yang
dimiliki
oleh
seseorang
atau
kelompok
119
120
121
bekerja
tetap
merupakan
cara
terbaik
untuk
122
dia
bisa menikmati
pekerjaannya.
g. Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.
Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan
lain yang lebih besar akan datang kepada kita. Jansen mengambil
contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia
kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di
Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan
sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum. Semua
novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
h. Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.
Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu
suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada
sesama. Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan
dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,.
4. Konsep Etos kerja dalam Manajemen Keperawatan
Situasi profesi keperawatan yang sedang mengembangkan diri, maka
etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak,
yang harus ditumbuhkan dalam profesi keperawatan untuk membuka
pandangan dan sikap kepada para perawat untuk menilai tinggi
terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh, dan mengikis sikap kerja
yang asal-asalan yang tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas
yang semestinya. Keperawatan sebagai profesi memerlukan standar
123
etika
keperawatan
sebagai
tuntunan
dalam
124
125
126
127
128
perasaan
kekaguman
atau
penghargaan
pada
tidak
enak
jika
tidak
mentaati
peraturan.
129
130
prinsip-prinsip
sosialisasi
disiplin
seperti
adil
dapat
untuk
mempertinggi
kesadaran
pekerja
tentang
Sasaran
131
belakangi
suatu
standar
agar
mereka
dapat
memahaminya.
b. Disiplin Korektif
Corrective discipline merupakan suatu tindakan yang mengikuti
pelanggaran dari aturan-aturan, hal tersebut mencoba untuk
mengecilkan pelanggaran lebih lanjut sehingga diharapkan untuk
perilaku dimasa mendatang dapat mematuhi norma-norma
peraturan. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman
yang disebut sebagai tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh
peringatan
atau
scoring.
Tujuan
tindakan
pendisiplinan
datang,
Pendekatan
bukan
negatif
menghukum
yang
bersifat
kegiatan
dimasa
menghukum,
lalu.
biasanya
132
dapat
dicapai
oleh
karyawan.
Selain
itu,
133
diberikan
penegasan
mengenai
pokok-pokok
134
bila
beberapa
indikator
yang
dapat
mempengaruhi
tingkat
135
harus
seuai
dengan
kemampuan
karyawaan
jasa
(gaji
dan
kesejahteraan)
ikut
mempengaruhi
karyawan
semakin
baik
terhadap
pekerjaan,
136
f.
Ketegasan
Ketegasan
pimpinan
dalam
melakukan
tindakan
akan
berperan
penting
dalam
memelihara
kedisiplinan
karyawan yang
137
karyawan
telah
melakukan
kesalahan
sehingga
siapapun
yang
telah
melakukan
kesalahan
harus
138
dan menempatkan
139
yang
diberikan
dan
konsistensi
mereka
dalam
140
Manajer
bertanggung
jawab
untuk
memudahkan
141
Perawat
manajer
juga
bertanggung
jawab
untuk
staff
142
143
144
2. Tujuan Khusus :
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan manajemen, peserta
mampu :
a. Melaksanakan pengkajian di Ruang praktek.
b. Melaksanakan analisis situasi berdasarkan analisa SWOT
c. Mengidentifikasi masalah
d. Menyusun rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang Terima, (3)
Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan.
e. Melaksanakan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil pengkajian
Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang Terima, (3)
Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge planning, (6)
Dokumentasi Keperawatan.
f. Mengevaluasi pelaksanaan rencana strategi operasional ruangan berdasarkan hasil
pengkajian Model Asuhan Keperawatan Profesional : (1) Operan, (2) Timbang
Terima, (3) Ronde Keperawatan, (4) Supervisi Keperawatan, (5) Discharge
planning, (6) Dokumentasi Keperawatan.
C. Manfaat
1. Bagi pasien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
b. Terbinanya hubungan antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
c. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
3. Bagi rumah sakit
a. Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan X yang berkaitan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan professional.
b. Dapat menganalisis masalah yang ada dengan metode SWOT serta menyusun
rencana strategi.
c. Mempelajari penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
secara optimal.
D. Kompetensi :
Kompetensi yang diharapkan untuk mencapai tujuan khusus tersebut diatas meliputi
N
o
1
Tahapan Proses
Keperawatan
Pengkajian
Mengidentifikasi
masalah terkait
fungsi manajemen
Perencanaan
Fungsi perencanaan
Peran Kepala
Ruangan/ Karu
Mengidentifikasi
masalah terkait fungsi
manajemen
Bersama katim
Bersama karu
Peran pelaksana
Melaksanakan
145
Fungsi ketenagaan
pembagian tugas
yang diberikam
katim
Melaksanakan
rencana asuhan
keperawatan
Menyiapkan
keperluan untuk
melaksanakan
asuhan keperawatan
mengikuti ronde
keperawatan
bersama katim dan
kepala ruangan
146
dan lembar kerja
3
Implementasi
Fungsi
pengorganisasian
Fungsi Pengarahan
Merumuskan sistem
penugasan
Membuat struktur
organisasi
Menjelaskan rincian
tugas ketua tim
Bersama Katim
membuat jadual
dinas perawat
Membuat klasifikasi
pasien
Menjelaskan rentang
kendali di ruang
rawat
Mengatur dan
mengendalikan
tenaga keperawatan
di ruang rawat
Mengatur dan
mengendalikan
logistic
ruangan/fasilitas
Mengatur dan
mengendalikan
situasi lahan praktek
Mendelegasikan
tugas pada ketua tim
Melakukan
pelaporan dan
pendokumentasian
Memberikan
pengarahan
kepada
ketua tim
Memberikan
motivasi
dalam
meningkatk
an
pengetahuan
keterampila
n dan sikap
anggota tim
Melakukan
Operan
bersama
ketua tim
Merumuskan sistem
penugasan
Membuat struktur
organisasi
Menjelaskan rincian
tugas ketua tim
Bersama Katim
membuat jadual dinas
perawat
Membuat klasifikasi
pasien
Menjelaskan rentang
kendali di ruang rawat
Membegi pekerjaan
sesuai tingkat
ketergantungan klien
Membuat rincian
tugas anggota tim
dalam pemberian
askep
Mampu
mengkoordinasi
pekerjaan yang harus
dilakukan bersama
tim kesehatan lain
Mengatur waktu
istirahat untuk
anggota tim
Mendelegasikan
pelaksanaan proses
asuhan keperawatan
pada anggota tim
Melakukan pelaporan
dan
pendokumentasian
Memberikan
pengarahan
kepada
anggota tim
Memberikan
informasi
yang
berhubungan
dengan askep
Mengawasi
proses
pemberian
askep
Melibatkan
anggota tim
dari awal s/d
akhir
Melaksanakan tugas
sesuai system
penugasan yang
diberikan oleh katim
Melaksanakan
asuhan keperawatan
sesuai rencana
keperawatan
Melaksanakan tugas
yang didelegasikan
oleh katim dan
mempertanggungja
wabkannya
Melakukan
pelaporan dan
pendokumentasian
tindakan
keperawatan
Melaksanakan tugas
sesuai sistem
penugasan yang
diberikan oleh katim
Melaksanakan
asuhan keperawatan
sesuai rencana
keperawatan
Melaksanakan tugas
yang didelegasikan
oleh katim
Melakukan
pelaporan dan
pendokumentasian
tindakan
keperawatan
147
Mengatur
pendelegasi
an kepada
bawahan
Melakukan
supervisi
bersama
Katim dan
tim lainnya
Evaluasi
Fungsi
pengendalian
Mengevaluasi kinerja
katim
Memberikan umpan
balik pada kinerja
katim
Meneliti kepuasan
klien dan keluarga
Menghitung BOR,
LOS dan TOI
Melakukan audit
dokumen
Melakukan audit
kasus infeksi
nosokomial
Mengatasi masalah
di ruang rawat &
menetapkan tindak
lanjut
Memperhatikan
aspek legal & etik
keperawatan
Melakukan
pelaporan &
pendokumentasian
kegiatan
Memberikan
pujian,
motivasi
pada anggota
tim
Melakukan
pre dan post
conferen
Melakukan
supervise
bersama
Karu
Mengawasi
discharge
planning
Mengevaluasi
asuhan keperawatan
Memberikan upan
balik pada pelaksana
Memperhatiakan
aspek legal & etik
Melakukan
pelaporan &
pendokumentasian
Mengevaluai asuhan
keperawatan
Memberikan umpan
balik pada
pelaksana askep
Memperhatikan
aspek legal & etik
Melakukan
pelaporan &
pendokumentasian
E. Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Bobot SKS
Praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan mempunyai bobot 3
2) Pengelolaan ruang rawat dilaksanakan dalam 6 minggu dengan menggunakan metode MPKP
3) Kegitan praktek
No
I
Kegiatan
PERSIAPAN
Keterangan
Minggu ke 1
148
Pengkajian diruangan
3 4 hari
Desiminasi awal
Hari ke lima
II
PELAKSANAAN
III
Evaluasi
Penyelesaian laporan
Desiminasi akhir
F. Lahan Praktek
Lahan praktek yang digunakan untuk proses belajar mengajar praktek kepemimpinan dan manajemen
keperawatan adalah ruang rawat di rumah sakit baik ruang perawatan dewasa, bedah, medikal, anak,
maternitas, geriatri maupun psikiatri di RSAL dr. Ramelan Surabaya
G. Pembimbing & Supervisor
1. Pembimbing
Pembimbing adalah seseorang yang menjadi fasilitator dalam pelaksanaan praktek kepemimpinan
dan manajemen keperawatan. Pembimbing berasal dari institusi pendidikan maupun pembimbing
dari rumah sakit lainnya.
a. Pembimbing Institusi
adalah pembimbing yang ditentukan berdasarkan Surat Tugas Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya yang berasal dari Staf Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya, Rumkital Dr. Ramelan
yang sudah terlibat dalam pembelajaran teori pada semester sebelumnya dengan level S2, S1
Keperawatan dengan keahlian khusus
b. Pembimbing Lahan
adalah pembimbing yang ditentukan berdasarkan Surat Tugas Kepala Rumah Sakit Dr.
Ramelan Surabaya dengan keahlian khusus, dengan masa kerja > 5 tahun
2. Tehnik Pelaksanaan Pembimbingan
Bimbingan dilakukan setiap hari praktik (2 x dalam seminggu) dengan alokasi waktu 2-3 jam
dengan metode diskusi dan tanya jawab pada materi yang harus dicapai sesuai kompetensi.
3. Proses Bimbingan
Bimbingan pembuatan proposal awal dan akhir kepada supervisor. Bimbingan pada saat praktek
yaitu pelaksanaan kegiatan manajemen (operan, pre dan post conferent, dll kepada pembimbing
harian).
H. Tehnik Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan melalui :
1). Evaluasi Individu
a. pre test (20 %)
b. Laporan kelolaan ruang rawat sebagai karu/katim/perawat pelaksana (40 %)
c. Post test (20 %)
d. Keaktifan dan sikap koopereatif (20 %)
2). Evaluasi kelompok
a.
Proposal kegiatan awal (10 %)
b. Desiminasi awal (10 %)
c.
Proses manajerial (operan, pre post conferment, delegasi, ronde keperawatan dan
seterusnya (50%)
d. Desiminasi akhir (10 %)
e.
Laporan hasil kegiatan (10 %)
f.
Penilaian dari tim kesehatan lain (10%)
3). Evaluasi total (Nilai individu X 30 % + Nilai kelompok X 70 %)
149
4).
150
Mahasiswa
151
Kadang-kadang
Tidak pernah
dalam pernyataan.
: bila anda hampir tidak pernah melakukan tindakan seperti yang
ditulis dalam pernyataan.
: bila anda tidak pernah melakukan tindakan seperti yang ditulis
dalam pernyataan.
NO
PERNYATAAN
A
1
Fungsi Perencanaan
Dalam melaksanakan tugas, saya
mempunyai tujuan dan rencana kerja
sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
Dalam bekerja saya berdasarkan
peraturan yang ada di rumah sakit
Saya menyusun rencana harian dengan
menggunakan format yang tersedia
diruangan
Pengorganisasian
Saya mengetahui struktur organisasi
ruangan
Dalam bekerja saya melakukan tugas
sesuai dengan uraian tugas
Sistem pemberian asuhan keperawatan
yang digunakan dengan metode team
(MPKP) telah didijalankan dengan baik
Pengaturan shif yang ada dalam ruangan
saya berdasarkan dari tingkat
ketergantungan klien
Dalam melaksanakan pelayanan
keperawatan saya berkoordinasi dan
kolaborai dengan team yang lain
Setiap 1 bulan diadakan ronde
keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien
Pengarahan
Setiap dinas pagi saya selalu melakukan
operan bersama dengan kepala ruangan
Saya merasakan bahwa alur komunikasi
diruangan saya sangat jelas dan baik
Kepala ruang saya mampu menjadi role
model bagi pekerjaan saya
2
3
B
1
2
3
C
1
2
3
4
SELALU
SERING
KADANG
KADANG
TIDAK
PERNAH
152
1
A.
Fungsi Pengorganisasian
a.
Apakah wewenang, tugas dan tanggung jawab saudara sudah cukup jelas ?
b. Adakah sistem klasifikasi pasien ?
c.
Metode apa yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan ?
d. Apakah setiap staf mempunyai uraian tugas yang jelas ?
e.
Apakah perawat melaksanakan tugas sesuai aturan tugas ?
f.
Apakah kebutuhan keperawatan direncanakan sesuai dengan klasifikasi pasien ?
g. Apakah tersedia format pendokumentasian proses keperawatan ?
h. Apakah kepala ruangan yang membuat jadual shift ?
3.
153
k.
l.
4.
Fungsi Pengawasan
a.
Apakah karu melaskanakan pengawasan dengan SAK dan SOP ?
b. Apakah karu mengawasi kehadiran, catatan dokumentasi dan laporan kondite perawat ?
c.
Bagaimana melakukan penilaian mutu keperawatan diruangan?
d. Apa indikator mutu yang digunakan sebagai ukuran kualitas pelayanan keperawatan di
ruangan?
e.
Apa kegiatan mutu yang dilakukan untuk mengukur kualitas pelayanan keperawatan
ruangan?
f.
Apakah tersedia SAK, SOP sesuai kebutuhan ruangan?
g. Apakah karu melakukan audit keperawatan secara berkala?
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Ruangan :
No
Objek Observasi
4
5
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Ada
Hasil Observasi
Tidak Ada
154
19
20
Nama Perawat
Kepala Ruangan
Semester/tahun
: .
: .
: .
A. PERENCANAAN
Petunjuk:
Penilai
: Dosen / Kepala keperawatan
Waktu
: saat bimbingan /supervisi
Cara evaluasi
:
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
No
1
2
3
4
1. VISI
Aspek yang Dinilai
Kepala ruangan menetapkan visi ruangan MPKP
Visi yang ditetapkan sesuai dengan visi rumah sakit
Visi bersifat futuristik (gambaran kemajuan di masa depan)
Visi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Skor
Keterangan
155
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
4
Nilai:
2. MISI
Aspek yang Dinilai
Kepala ruangan menetapkan misi
Misi yang ditetapkan sesuai dengan visi yang hendak dicapai
Misi disusun dalam bentuk rangkaian kegiatan mencapai
visi
4
Misi disosialisasikan kepada semua staf perawat
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
Nilai:
4
No
1
2
3
Skor
Keterangan
3. FILOSOFI
No
1
2
3
4
Keterangan
Skor
Keterangan
No
1
2
3
4
5
6
Skor
Nilai:
4. RENCANA HARIAN
Aspek yang Dinilai
Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas
Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian
Urutan kegiatan disusun secara kronologis
Tercantum kegiatan manajerial
Tercantum kegiatan asuhan
Rencana Harian dikerjakan secara konsisten
Total Skor
Nilai:
156
B. PENGORGANISASIAN
No
1
2
3
4
1. STRUKTUR ORGANISASI
Aspek yang Dinilai
Terdapat organogram ruangan
Menggambarkan kedudukan kepala ruangan
Adanya posisi tim I dan II
Gambaran jumlah perawat pelaksana
Total Skor
No
1
2
3
4
5
Keterangan
Nilai: ..
2. JADWAL DINAS
Aspek yang Dinilai
Menggunakan format yang disediakan
Tercantum nama-nama perawat per Tim
Tergambar adanya penanggung jawab harian
Skor
Keterangan
Skor
Keterangan
Nilai: .
3. DAFTAR PASIEN
Aspek yang Dinilai
Tercantum nama pasien tiap tim
Tercantum nama katim
Tergambar nama perawat pelaksana
Tergambar perawat asosiet (PA)
Tercantum nama dokter yang merawat
Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan malam
Tercantum tanggal , bulan dan tahun
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
Nilai:
7
No
1
2
3
4
5
6
7
Skor
157
C. PENGARAHAN
1. OPERAN
Aspek yang Dinilai
Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
Katim/Pj Tim mengoperkan Dx Keperawatan
Katim/Pj Tim mengoperkan Tuk yg sudah dicapai
Katim/Pj Tim mengoperkan Tindakan yang sudah
dilaksanakan
5
Katim/Pj Tim mengoperkan Hasil Asuhan Keperawatan
6
Katim/Pj Tim mengoperkan Tindak Lanjut
7
Pj Tim berikutnya mengklarifikasi
8
Karu memimpin ronde
9
Karu merangkum informasi operan
10
Karu memimpin doa dan menutup acara
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
Nilai:
10
No
1
2
3
4
2. IKLIM MOTIVASI
Pernyataan Aktivitas Iklim Motivasi
Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5
Anda memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan
untuk mengembangkan diri
6
Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
7
Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai dan
mengontrol pekerjaannya
8
Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9
Anda menjadi role model bagi staf
10
Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100
Nilai : .
10
Petunjuk :
No
1
2
3
4
Skor
Keterangan
158
3. PENDELEGASIAN
Skor
No
1
Pernyataan Pendelegasian
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam
menjalankan tugas
2
Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum
melakukan pendelegasian
3
Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga
dilimpahkan
4
Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5
Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan,
Karu, Katim memberikan arahan untuk
mengatasi masalah
6
Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Total
Nilai = Total skor X 100
Nilai : .
24
4. SUPERVISI
Skor
No
1
2
159
D. PENGENDALIAN
Cara evaluasi
:
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
1. Indikator Mutu
No
Aspek yang Dinilai
Skor
1
BOR dihitung setiap satu bulan
2
AVLOS diukur setiap bulan
3
TOI diukur setiap bulan
4
Angka lari dicatat setiap bulan
5
Angka pengekangan fisik dihitung
tiap bulan
6
Angka infeksi nosokomial dicatat
setiap bulan
7
Angka cedera diukur tiap bulan
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
Nilai : .
7
Keterangan
Keterangan
Keterangan
160
Nilai = Total skor X 100
7
Nilai : .
Keterangan
Kegiatan
Perencanaan
Visi
Misi
Filosofi
Rencana harian
Pengorganisasian
Struktur organisasi
Jadwal dinas
Daftar pasien
Pengarahan
Operan
Iklim motivasi
Pendelegasian
Supervisi
Pengendalian
Indikator mutu umum
Audit dokumentasi
keperawatan
Survey kepuasan
Survey masalah pasien
Nilai Rata rata : nilai
Tgl
penilaian
Nilai
TT
Penilai
Nama
penilai
161
15
Yang Dinilai
Surabaya, . 20 .
Penilai
( .)
( ..)
Nama Perawat
Ketua Tim
Semester/tahun
: .
: .
: .
A. PERENCANAAN
Cara evaluasi
: memeriksa rencana harian yang disusun
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
1. RENCANA HARIAN
No
Aspek yang Dinilai
Skor
1
Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas
2
Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian
3
Urutan kegiatan disusun secara kronologis
4
Tercantum kegiatan manajerial
5
Tercantum kegiatan asuhan
6
Rencana Harian dikerjakan secara konsisten
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
Nilai:
Keterangan
162
6
B. Pengorganisasian
No
1
1. JADWAL DINAS
Aspek yang Dinilai
Menggunakan format yang disediakan
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
5
No
1
2
3
4
5
6
Skor
Keterangan
Nilai: .
2. DAFTAR PASIEN
Aspek yang Dinilai
Skor
Tercantum nama pasien tiap tim
Tercantum nama katim
Tergambar nama perawat pelaksana
Tergambar perawat asosiet (PA)
Tercantum nama dokter yang merawat
Tergambar perawat yang dinas pagi, sore dan
malam
Keterangan
C. PENGARAHAN
No
1
2
1. PRE CONFERENCE
Aspek yang Dinilai
Skor
Katim/Pj Tim membuka acara
Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian
4
5
Keterangan
163
Nilai = Total skor X 100
5
Nilai : ..
2. POST CONFERENCE
Aspek yang Dinilai
Skor
Katim/Pj Tim membuka acara
Katim/Pj Tim menanyakan hasil asuhan
masing-masing pasien
Katim/Pj Tim menanyakan kendala pemberian
asuhan
Katim/Pj Timmenanyakan tindak lanjut pada
dinas berikutnya
Katim/Pj Tim memberikan reinforcement
Katim/Pj Tim menutup acara
Total Skor
No
1
2
3
4
5
6
Nilai : .
3. IKLIM MOTIVASI
Pernyataan Aktivitas Iklim Motivasi
Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5
Anda memberikan tantangan kerja sebagai
kesempatan untuk mengembangkan diri
6
Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan
7
Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai
dan mengontrol pekerjaannya
8
Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9
Anda menjadi role model bagi staf
10
Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub Total
Total
Petunjuk :
No
1
2
3
4
Keterangan
Nilai : .
SL
SR
KD
TP
164
4. PENDELEGASIAN
Skor
No
1
Pernyataan Pendelegasian
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas
2
Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum
melakukan pendelegasian
3
Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga
dilimpahkan
4
Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5
Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan,
Karu, Katim memberikan arahan untuk mengatasi
masalah
6
Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Sub Total
Total
Nilai = Total skor X 100
Nilai : .
6
5. SUPERVISI
No
1
2
Skor
2
165
No
6. Case Conference
Skor
Keterangan
1
2
3
4
1.
No
Visit Dokter
Skor
Persiapan
A
1
2
B
1
2
3
4
5
6
7
8
C
1
Keterangan
166
Kegiatan
A.
1.
B.
2.
3.
C.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Perencanaan
Rencana harian
Pengorganisasian
Jadwal dinas
Daftar pasien
Pengarahan
Pre conference
Post conference
Iklim motivasi
Pendelegasian
Supervisi
Case conference
Visit dokter
Nilai Rata rata : nilai
10
Tgl
penilaian
Nilai
TT
Penilai
Ket.
167
A.
1.
2.
3.
4.
B.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Persiapan
Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/
keluarga
Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Mengucapkan salam
Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/
keluarga
Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/
keluarga
Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
168
16.
: ..
: ..
1. Nilai kinerja
2. Nilai klinik
Yang Dinilai
Surabaya, . 20 .
Penilai
( .)
( ..)
169
Nama Perawat
Perawat Pelaksana Ruang
:
:
A. PERENCANAAN
Petunjuk:
Cara evaluasi
: memeriksa rencana harian yang disusun
o Nilai 1 jika dikerjakan
o Nilai 0 jika tidak dikerjakan
No
1
2
3
4
5
6
RENCANA HARIAN
Aspek yang Dinilai
Skor
Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas
Ada tanggal dinas
Urutan kegiatan secara kronologis
Ada kegiatan manajerial
Ada kegiatan asuhan
Rencana Harian dikerjakan secara konsisten
Keterangan
170
Total Skor
Nilai = Total skor X 100
6
Nilai:
No.
Berilah tanda (V) pada jawaban yang menurut anda sudah dilakukan atau benar.
Kriteria
Penilaian
1
A.
1.
2.
3.
4.
B.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
C.
Persiapan
Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/ keluarga
Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Mengucapkan salam
Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/ keluarga
Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/ keluarga
Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/ keluarga
Dokumentasi asuhan keperawatan
171
17.
18.
: ..
: ..
1. Nilai kinerja
2. Nilai klinik
Yang Dinilai
Surabaya, . 20 .
Penilai
( .)
( ..)
172
Kamar
/Kelas
: ............................
Ruangan : ............................
No. Reg : ............................
Hari/tanggal
Jam
Nama
Jam
Nama
Jam
Nama
Jam
Nama
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
: ..................................
: .................................
: .................................
Nama Cairan
Kamar
/Kelas
: .............................................
Ruangan : ............................................
No. Reg : .............................................
Paraf/nama
Dosis/Tetesan
Hari/tg/jam
Keterangan
Petugas
173
: ..................................
Kamar
/Kelas
: .............................................
: .................................
Ruangan
: ............................................
: .................................
No. Reg
: .............................................
INSTRUKSI DOKTER
LAPORAN PERAWAT
Tanggal/
Isi paraf & nama terang
Tanggal/
Isi paraf & nama terang perawat
jam
dokter
jam
174
NO
175
NO.
: ______________________________
: ______________________________
: 1. ____________________________
2. ____________________________
URAIAN
Fase Orientasi :
1
Kemampuan melakukan sosialisasi dalam orientasi
Kemampuan mengembangkan rencana pengkajian manajemen
2
keperawatan
Fase Praktek :
3
4
5
6
7
SB
(4)
B
(3)
C
(2)
K
(1)
176
8
9
Kemampuan melaksanakan kegiatan penyelesaian
10
Kemampuan bekerja sama dengan tempat praktek
Fase Terminasi
11
Kemampuan membuat laporan kegiatan praktek
12
Kemampuan mempresentasikan hasil praktek
13
Kemampuan memberi jawaban/tanggapan dan diskusi
14
Kemampuan memperlihatkan kreatifitas
15
Ketepatan menyampaikan hasil penugasan/laporan
Catatan : SB (Sangat baik) = 4 C (Cukup) = 2
Total Nilai
B (Baik)
= 3 K (Kurang) = 1
Nilai Akhir (Total nilai/15)
.
__________ =
15
LATAR BELAKANG
Dalam era persaingan yang semakn ketat, setiap perusahaan dituntut untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi dan berkewajiban memuaskan setiap
pelangganya, hal ini berlaku hampir diseluruh perusahaan yang berkepentingan
memenangkan persaingan, tidak hanya perusahaan penyedia jasa pada umumnya, tetapi
hal ini pun berlaku juga terhadap pelayanan rumah sakit (Ilyas : 2004). Rumah Sakit
sebagai sarana penyedia pelayanan kesehatan dimana setiap klien dan keluarganya
menggantungkan harapan begitu besar terhadap kualitas pelayanan bagi mereka, maka
sudah sepatutnya kualitas pelayanan prima bagi setiap pelanggan mendapatkan perhatian
serius, sehingga tercipta suatu kualitas hubungan emosional yang baik antara rumah sakit
dengan pelanggan dan mitra usahanya.
Pembaharuan dan adaptasi harus dilakukan oleh rumah sakit untuk dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan yang ingin dilayani secara cepat dan akurat. Usaha mengadaptasi
segala kiat manajemen dilakukan agar arah dan proses pelayanan rumah sakit dapat
berjalan dan berorientasi sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga rumah sakit siap
177
untuk berkompetensi diarena pelayanan kesehatan global. Dalam hal ini, manajemen
keperawatan memegang peranan yang tidak kalah penting dalam mengelola keperawatan
untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga
dan masyarakat yang bermuara kepada kualitas pelayanan rumah sakit. Dalam hal ini
Azwar (1996), mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standard
dan kode etik profesi.
Rumah Sakit Husada Setya merupakan rumah sakit rujukan bagi masyarakat. Sebagai
rumah sakit rujukan, rumah sakit Husada Setya selalu berusaha melakukan pembaharuan.
Hal ini dapat dilihat melalui restrukturisasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak Juni 2009
termasuk restrukturisasi manajemen keperawatan. Rumah sakit juga melakukan
pemekaran fisik dengan memberikan pelayanan rawat inap pada 3 (tiga) instalasi yaitu :
instalasi A, B, dan C. Restrukturisasi rumah sakit yang dilakukan bersamaan dengan
proses akreditasi rumah sakit, dimana keperawatan menjadi salah satu dari 12 (dua belas)
bidang pelayanan yang dinilai. Dalam kegiatannya, keperawatan melakukan revisi Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Berdasarkan wawancara dengan kepala komite keperawatan tanggal 2 September
2009, diketahui bahwa masih ada permasalahan yang ditemui dalam penerapan
manajemen keperawatan, baik dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
maupun pengawasan, dimana fungsi manajemen tersebut belum dilaksanakan secara
optimal. Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah Surabaya, (2008), melaporkan
terdapat 7 (tujuh) permasalahan berdasarkan urutan prioritas, yaitu belum optimalnya
pelaksanaan metode penugasan, belum optimalnya pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan, belum optimalnya pelaksanaan SAK dan SOP, belum adanya persamaan
persepsi dalam pembuatan rencana kegiatan harian, belum optimalnya mekanisme
supervisi terhadap kinerja perawat, belum optimalnya penerapan sistem reward dan
punishment, dan belum optimalnya Subdepwat dalam melaksanakan fungsinya.
Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah Surabaya (2008), dalam
prakteknya juga melaporkan hasil pelaksanaan dan evaluasi kegiatan yaitu pelatihan dan
bimbingan praktek penerapan MPKP berjalan dengan baik dan peserta merasakan manfaat
dari pelathian tersebut. Dari hasil peneilaian angket sebelum dan sesudah mengikuti
pelatihan terjadi peningkatan rata-rata 12.6%, artinya terjadi peningkatan pengetahuan
tentang MPKP di Rumah sakit Praktek profesi manajemen dari Stikes Hang Tuah. Dan
dari penerapan MPKP diruang percontohan (ruang I dan II) beberapa kegiatan MPKP yang
direncanakan sudah dilaksanakan, namun ada beberapa kegiatan MPKP yang belum
dilaksanakan, yaitu diskusi kasus untuk kedua ruangan. Ada beberapa hambatan yang
dirasakan antara lain : beban kerja yang banyak, pekerjaan nonkeperawatan seperti
mengambil darah, , membuat administasi pasien, pendokumentasian sering terhambat
karena format pendokumentasian terbatas.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, mahasiswa Program studi SI Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya akan melaksanakan program kegiatan praktek profesi dalam
lingkup manajemen keperawatan untuk melanjutkan program yang telah dijalankan dan
mencoba menjalankan program yang belum terealisasi pada pada program manajemen
sebelumnya. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan diatas
dan dapat membantu pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan manajemen
178
keperawatan khususnya manajemen keperawatan melalui beberapa alternatif penyelesaian
masalah kepemimpinan dan manajemen keperawatan dengan pendekatan Problem Solving
for Better Nursing Service (PSBNS).
B.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek profesi manajemen, mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan serta administrasi/manajemen
keperawatan pada instalasi/unit pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan prsktek profesi manajemen, mahasiswa mampu:
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah
sakit tempat residensi
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama
pihak rumah sakit tempat residensi
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang telah ditetapkan
d. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang
bersifat teknis operasional bagi rumah sakit
e. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang
disepakati bersama unit terkait rumah sakit
f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan
dampak pada manajemen keperawatan
g. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama dengan unit terkait
di rumah sakit
C.
MANFAAT
1. Bagi Program Studi SI Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, adalah peningkatan
kualitas proses belajar mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam
kegiatan administrasi dan manajemen secara nyata di rumah sakit.
2. Bagi rumah sakit, pada periode praktek profesi manajemen ini mahasiswa dapat
membantu rumah sakit atau instansi pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan
masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu aspek manajemen pelayanan
keperawatan tertentu, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit atau instansi
pelayanan kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum
yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
3. Bagi mahasiswa, diharapkan kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan menambah
pengalaman dalam mengaplikasikan administrasi dan manajemen keperawatan.
179
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A.
2.
Falsafah
Dengan Iman dan Taqwa berdasarkan Pancasila kita tingkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia.
b.
Motto
Suksesku adalah kepuasan pasien (pelanggan)
180
c.
Visi
Memberikan mutu pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
d.
Misi
e.
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
3.
181
g.
Pelayanan Ruang operasi dengan 6 ruang OK di Instalasi Bedah Sentral untuk operasi
Bedah, Kebidanan dan Kandungan, Mata dan THT
h. Pelayanan Perinatologi
i. Pelayanan Kamar Bersalin
j. ICU yang sekaligus berfungsi sebagai ICCU
k. Pelayanan Keperawatan Jiwa
l. Pelayanan Kesehatan Tahanan
m. Pusat Pelayanan Terpadu
4.
Penampilan Kerja
Berdasarkan laporan indikator pelayanan rumah sakit, data triwulan dari bulan Januari
sampai dengan bulan September tahun 2008 yaitu:
5.
a.
b.
BOR 81,59 %
c.
d.
BTO 11,71
e.
TOI 1,62
Ketenagaan
Jenis ketenagaan yang ada di Rumah Sakit Husada Setya pegawai tetap, tenaga honorer
yang terdiri dari dokter, perawat, administrasi, teknik dan tenaga lain. Tenaga perawat di
ruang rawat inap dan ruang rawat jalan berjumlah 406 orang (September 2008) dengan
status kepegawaian PNS 222 orang, pegawai harian lepas (PHL) 170 orang,
Kategori perawat berdasarkan tingkat pendidikan terdiri dari (Subdepwat, 2005):
a.
S-2
: 2 orang (0,49 %)
b.
S-1
: 12 orang (2,9 %)
c.
D-III
d.
SPK
Distribusi tenaga keperawatan diruang rawat inap berdasarkan status pendidikan dapat
dilihat pada tabel 2.1.
PERAWAT
No
Nama Ruangan
S-1
1
2
Mawar 1
Mawar 2
PHL
PNS
D-III
1
SPK
6
1
S-1
D-III
3
13
SPK
4
JML
JUM
TT
14
15
14
15
182
3
4
5
7
8
9
10
10
11
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
6.
Mawar 3
Mawar 4
VIP Melati
Nuri
Bugenvill
Parkit I
Parkit II
Cemara I
Cemara II
Cendana I
Cendana II
Cempaka I
Cempaka II
Mahoni I
Mahoni II
ICU
Eboni
Trembesu
ECW/IGD/Anes
tes
PPT
TOTAL
2
2
14
14
13
13
14
13
12
13
15
14
14
13
14
13
13
19
11
13
13
25
49
34
5
12
3
51
153
152
36
8
406
0
388
1
1
3
4
2
1
1
2
1
2
4
5
4
1
3
2
8
5
5
4
9
5
1
9
7
7
4
6
3
3
4
2
4
6
4
7
7
5
1
6
10
1
5
5
5
1
5
8
5
6
2
1
1
3
1
6
6
2
5
13
9
7
10
16
20
20
25
25
26
24
22
20
23
22
7
16
35
Kelemahan (Weakness)
1) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam keperawatan yang masih kurang,
hal ini dapat dilihat dari proporsi SDM keperawatan berdasarkan tingkat
pendidikan sebagai berikut: SPK sebesar 62,5%, D-III Keperawatan 35,2%, S-1
Keperawatan 2,2%, S-2 Keperawatan 0,27%.
2) Program pemasaran yang masih kurang dimana masih banyak anggapan
masyarakat bahwa RS pemerintah hanya menerima anggota PNS dan
keluarganya.
183
3)
4)
5)
6)
B.
Jumlah perawat yang belum sesuai dengan perhitungan alokasi jumlah klien
yang ideal
48% tenaga keperawatan yang ada adalah Pegawai Harian Lepas (PHL) yang
sewaktu-waktu akan keluar
MAKP belum dilaksanakan dengan optimal
Pelaksanaan model MAKP belum sesuai harapan.
c.
Peluang (Opportunity)
1) Rumah Sakit ini menerima pasien umum sehingga memungkinkan masyarakat
luas dapat memanfaatkan sarana dan fasilitas pelayanan yang tersedia.
2) Dengan menerima pasien Kelas III, saat ini RS dapat menjadi alternatif pilihan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena biaya yang relatif
murah bahkan gratis.
3) Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan
4) Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
d.
Ancaman (Threath)
1) Semakin banyak rumah sakit yang menawarkan pelayanan keperawatan
berkualitas yang bisa menjadi pesaing
2) Diberlakukannya Undang-Undang tentang perlindungan konsumen dan tuntutan
akan penerapan hukum dan etik keperawatan.
184
2.
Fungsi Perencanaan
1)
2)
Filosofi keperawatan
Wawancara, menurut Karu agar perawat dapat bekerja berdasarkan
filosofi ilmu mereka secara rutin dilakukan disetiap kesempatan
diantaranya pada saat apel pagi, kesamaptaan dan pada saat pelatihan.
Observasi, belum terlihat filosofi diruangan
Kuesioner, persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori kurang baik
(92%) dalam bekerja berdasarkan filosofi keperawatan.
Masalah : Filosofi ruangan belum ada
3)
Peraturan organisasi
Wawancara, menurut kepala bidang keperawatan Rumah sakit sudah
memiliki peraturan yang merujuk ke Depkes, tetapi dalam pelaksanaannya
tetap memakai aturan yayasan.
Observasi, ada uraian peraturan kepegawaian
Kuesioner, persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori baik
(90%).
Masalah
4)
:-
b.
Pengorganisasian
185
1)
Struktur Organisasi
Wawancara, menurut Kepala ruang didapatkan informasi bahwa struktur
ketenagaan yang ada sudah dibentuk 2 tim sebagai penerjamaan dari
konsep MPKP diruangan.
Observasi : adanya struktur organisasi yang di pasang di dinding ruangan
nurse station.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori cukup baik
(78,3% & 82 %),
Masalah : -
2)
3)
Uraian tugas
Wawancara : Menurut Kepala ruanga setiap perawat sudah mempunyai
uraian tugas masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan. Batas wewenang
dan tanggung jawab perawat cukup jelas dengan dibuat job discription
dimasing-masing ruangan.
Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai
perannya.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruang menunjukkan
katagori baik (86 % & 76 %).
Masalah : -
4)
Metode penugasan
Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa penghitungan
jumlah tenaga sudah disesuaikan dengan rasio klien tetapi menggunakan
standart minimal dengan rumus Gillis.
Observasi : jumlah perawat masih kurang dengan dinas rincian dinas
sebagai berikut Pagi = 2, Siang = 2, malam 2, libur = 2 dan cuti 2. Untuk
dinas pagi ditambah 1 kepala ruang, 1 wakil kepala ruang dan 1 ketua tim.
Kuesioner : Persepsi Perawat pelaksana mengenai penghitungan tenaga
dengan kategori cukup (74 %)
186
Masalah : Rasio jumlah perawat belum sesuai dengan tingkat
ketergantungan klien.
5)
6)
c.
Fungsi pengarahan
1)
187
Masalah : 2)
Komunikasi
Wawancara : menurut Kasubdepwat didapatkan informasi bahwa jalur
komunikasi dilakukan secara bottum up dan top down. Asuhan keperawatan
yang didokumentasikan diberitahukan pada saat timbang terima pasien dan
ditindaklanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift berikutnya.
Observasi : komunikasi antara staff esuai dengan jalur. Pada saat timbang
terima pasien di ruangan, dilaporkan tindakan yang telah dilakukan dan
yang akan dilanjutkan oleh perawat pada shift berikutnya.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan katagori baik
(97,5%).
Masalah : -
3)
Pendelegasian
Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendelegasian
diruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lesan.
Observasi : Format pendelegasian diruangan tidak ada
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup baik
(74 %).
Masalah : Belum optimalnya penerapan pendelegasian dalam
penerapan metode MPKP.
d.
Fungsi pengendalian
1)
2)
188
Masalah : 3.
3
4
5
6
7
8
Mn
Nc
Af
Skor
800
768
960
2500
144
960
384
1200
189
4.
5.
6.
7.
8.
4.
5.
190
-
Total
256
256
192
500
320
400
192
144
2
3
4
6
7
8
BAB III
PERENCANAAN
A. Kebutuhan Sumber Daya
Berdasarkan analisis hasil pengkajian manajemen pelayanan keperawatan, ada 8 (delapan)
masalah yang ditemukan yaitu :
1. Pemahaman tentang metode modifikasi tim-primer belum seragam
2. Belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Kepala ruang (audit) dalam
penerapan dokumentasi asuhan keperawatan
3. Evaluasi pengendalian mutu (penghitungan BOR, ALOS, TOI) keperawatan belum
berjalan.
4. Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam
5. Penerapan pendelegasian dalam penerapan metode MPKP belum dijalankan
6. Pemahaman tentang sistem pengklasifikasian pasien belum seragam
7. Pemahaman tentang proses penghitungan tenaga keperawatan belum seragam
8. Penjadualan belum menggunakan tingkat ketergantungan klien.
Dari masalah-masalah diatas dengan mempertimbangkan sumberdaya, waktu, kewenangan
dan kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, maka masalah yang diatasi pada
program residensi ini hanya 5 (lima) masalah pertama.
Prioritas rencana kegiatan yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan manajemen
keperawatan yaitu dengan kegiatan penyegaran tentang MPKP yang difokuskan pada 4
fungsi manajemen keperawatan,yaitu fungsi perencanaan dengan membuat rencana harian
bagi perawatn pelaksana, katim dan karu, fungsi pengorganisasian dengan diskusi dengan
191
karu mengenai uraian tugas masing-masing tim, fungsi pengarahan yang ditekankan pada
kegiatan supervisi, dan fungsi pengendalian yang difokuskan pada indikator mutu dalam
bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Dengan
melakukan kegiatan penyegaran diharapkan keempat masalah yang didapatkan pada
pengkajian terselesaikan secara bersamaan.
Untuk melakukan pelatihan ini dibutuhkan sumber daya yang mencakup materi pelatihan,
ketenagaan, peralatan, ruangan dan konsumsi. Materi pelatihan disiapkan dan digandakan
oleh mahasiswa. Materi disiapkan dalam bentuk hand out dan buku catatan harian
sejumlah perawat diruangan. Materi yang disiapkan yaitu tentang konsep MPKP,
pengorganisasian pemberian asuhan keperawatan, pendokumentasian asuhan keperawatan,
dan supervisi dalam Keperawatan.
Ketenagaan yang terkait dalam kegiatan ini adalah pemberi materi pelatihan oleh
mahasiswa, Peralatan yang dibutuhkan adalah papan untuk latihan penulisan catatan
harian dan buku catatan harian. Peralatan disiapkan oleh mahasiswa bersama ruangan.
Ruang yang dipilih untuk penyegaran adalah ruang percontohan yaitu ruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 dan cempaka 2 yang mampu menampung kurang lebih 15 orang.
Konsumsi berupa makan siang disiapkan oleh mahasiswa.
B. Jadual waktu dan Rancangan pelaksanaan
Rencana kegiatan meliputi:
1. Pre test tentang Konsep MPKP, dokumentasi askep, SOP & SAK, rencana kegiatan
harian, supervisi
2. Penyegaran dan penerapan tentang metode penugasan tim-primer
3. Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dalam bentuk kartu anggota Tim, Format
pengkajian awal keperawatan, 10 (sepuluh) diagnosa yang sering muncul diruangan,
format pendelegasian, dan format discharge planning, format audit dokumentasi
keperawatan, format penghitungan BOR, LOS, TOI
4. Praktek pelaksanaan dokumentasi keperawatan ke klien dengan format dan diagnosa
yang telah disediakan
5. Praktek audit dokumentasi keperawatan
6. Praktek penulisan discharge planning
7. Praktek sistem pendelegasian
8. Praktek pembuatan catatan harian perawat pelaksana, Katim dan Karu
Tabel 3.1
Rencana kegiatan residensi manajemen Keperawatan di RS Polpus
R.S Sukanto
N
o
1
Kegiatan
Pre test
Konsep MPKP
dan dokumentasi
askep,
Penyegaran
tentang konsep
penugasan timprimer.
Waktu
Ruang
Sasara
n
Metoda
Hasil yang
diharapkan
Diketahui
informasi
pengetahuan
awal peserta
Peserta
memahami 7
menerapkan
konsep metode
penugasan
tim-primer
192
3
Pembuatan
perangkat
MPKP
- Buku catatan
harian
- Format audit
catatan harian
- Format
pengkajian
awal
keperawatan
- Renpra (10
diagnosis yg.
Sering
dipakai)
- Format
discharge
planning
- Format
pendelegasian
- Format
penghitungan
BOR, LOS,
TOI
Praktek
pelaksanaan
kegiatan :
- Membuat
catatan harian
- Audit catatan
harian
- Mengisi
pengkajian
awal
keperawatan
- Menulis
Renpra (10
diagnosis yg.
Sering
dipakai)
- Mengisi
format
pendelegasian
- Mengisi
format
discharge
planning
- menghitung
BOR,ALOS,
TOI
Pelaksanaan
kegiatan
Terbentuk
format catatan
harian
Terbentuk
format
pengkajian
keperawatan
Terbentuk
rencana
diagnosis (10
diagnosa)
Terbentuk
format
discharge
planning
Terbentuk
format BOR,
ALOS dan
TOI
26-11-08
(2 jam X 3
ruang = 6
jam)
Cempaka
2
Cemara 2
Kalak,
Wakal
ak, PP
Diskusi
Praktek
Ada
keseragaman
pemahaman
tentang cara
pengisian
catatan harian,
audit catatan
harian dan
dokumentasi
keperawatan,
menentukan
renpra,
pembuatan
discharge
planning dan
penghitungan
BOR, LOS
dan TOI
Peserta
mampu
mempraktekka
n hasil
193
Evaluasi
Program
- Knowledge
(Post test)
- Sikap
- Psikomotor
penyegaran
dan latihan
berdasarkan
format yang
telah
disepakati
Peserta
mampu
menerapkan
mpkp dengan
model Timprimer
194
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Presentasi kegiatan residensi dan hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah
manajemen keperawatan di rumah sakit ...A.... dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 20
November 2007 yang dihadiri oleh, subdepartement keperawatan, komite keperawatan yang
merangkap pembimbing lapangan, kepala instalasi A,B,C dan para kepala ruangan, serta
pembimbing akademik. Pada pertemuan tersebut telah disepakati prioritas masalah yang telah
ditetapkan meliputi : 1) Pemahaman tentang metode penugasan tim belum seragam, 2) belum
optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan dokumentasi asuhan
keperawatan, 3) Pemahaman tentang rencana kegiatan harian belum seragam, 4) tim
pengendali mutu keperawatan belum berjalan sebagaimana mestinya, dan 5) penerapan
pendelegasian dalam penerapan metode MPKP belum dijalankan.
Rencana penyelesaian masalah diatas adalah melakukan kegiatan penyegaran dengan tema
penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional dengan metode modifikasi tim-primer.
Fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana harian, operan, pre post conference,
supervisi, pengisian format dokumentasi keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan
dokumentasi keperawatan, konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format
discharge planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.
A.
Pelaksanaan Kegiatan
1. Penyegaran
Penyegaran dilakukan di tiap ruangan dengan tujuan untuk efektifitas kegiatan dan
pelaksanaan ditempatkan pada jam 12.00 s/d 14.00 wib agar yang dinas siang bisa
hadir. Materi penyegaran yang diberikan adalah konsep MPKP dengan fokus
kegiatan antara lain adalah fokus penyegaran antara lain adalah penulisan rencana
harian, operan, pre post conference, supervisi, pengisian format dokumentasi
195
keperawatan, cara melakukan audit catatan harian dan dokumentasi keperawatan,
konsep pendelegasian dalam asuhan keperawatan, pengisian format discharge
planning dan penghitungan BOR, ALOS, TOI.
Penyegaran dilakukan hanya 1 (satu) kali dan masing-masing penyegaran dilakukan
di ruang masing-masing yaitu ruang Cemara 2, Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 secara
terpisah. Pelaksanaan diruang Cempaka 2 tanggal 18 November 2008 yang dihadiri
oleh 10 orang, Pelaksanaan diruang Cendrawasih 2 tanggal 19 November 2008 yang
dihadiri 7 orang dan pelaksanaan diruang Cemara 2 yang dihadiri 9 orang perawat.
Penyegaran dibuka oleh kepala ruang (cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2),
kemudian dilanjutkan dengan pre test dan pemberian materi oleh mahasiswa.
Sumber dana untuk kegiatan penyegaran (makalah dan komsumsi) dari mahasiswa.
2.
3.
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan MPKP mulai dilakukan tanggal 25 November 2008 sesuai
jadwal yang telah disusun. Karena ada 2 (dua) orang mahasiswa yang praktek, maka
praktek pelaksanaan observasi dan pengamatan MPKP diunit percontohan dibagi
berdasarkan instalasi. Instalasi A (Ruang Cendrawasih 2) oleh mahasiswa diamati
bersama-sama, Instalasi C (Ruang Cemara 2) oleh mahasiswa Setiadi, dan Instalasi B
( Ruang Cempaka 2) oleh mahasiswa Dewi Maryam.
Ada beberapa kegiatan yang dilatih pada saat praktek tersebut, yaitu: latihan
penulisan rencana harian, latihan operan, latihan pre & post conference, latihan
penulisan pengkajian dokumentasi keperawatan, latihan menentukan diagnosa yang
telah disediakan, latihan melakukan audit dokumentasi keperawatan dan rencana
harian oleh kepala ruang, latihan penulisan discharge planning oleh ketua tim, latihan
pengisian format pendelegasian, dan latihan menghitung BOR, LOS, TOI bagi kepala
ruang.
Pembagian Fokus kegiatan adalah kepala ruangan difokuskan untuk memimpin
operan, audit catatan harian perawat dan dokumentasi keperawatan, membuat rencana
harian Kepala ruang, memberikan pengarahan dan memotivasi pada staf, dan
pendelegasian. Ketua tim difokuskan untuk melakukan kegiatan pengisian pengkajian
awal keperawatan dan penentuan dignosis dan rencana keperawatan yang telah
dibuat, memimpin pre post conference, pembagian tugas, membuat rencana harian.
Perawat pelaksana difokuskan untuk membuat rencana harian, pelaksanaan asuhan
keperawatan berdasarkan rencana yang telah dibuat oleh Katim.
Penerapan dan uji coba MPKP di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S Sukanto, dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Penulisan rencana kegiatan harian
Latihan penulisan rencana harian ditulis berdasarkan note book yang telah dibuat
pada tahap diskusi penyiapan perangkat MPKP. Pelaksanaan latihan penulisan
196
rencana harian dilakukan pada pagi hari sebelum operan dengan pemikiran nanti
bisa ditambah apabila pada saat operan terdapat hal-hal yang perlu dilakukan
bagi pasien tanggung-jawabnya. Hasil diskusi dengan para perawat didapatkan
data bahwa pembuatan rencana harian dirasakan lama, isinya masih sangat
umum, sehingga penentuan Note Book kemudian di ringkas lagi supaya efektif.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
kepala ruangan selalu membuat rencana harian yang ditulis pada buku harian
tetapi isi catatan masih bersifat umum belum berisi tentang supervisi katim dan
perawat pelaksana dan supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan
unit lain yang terkait. ketua tim dan perawat pelaksana belum optimal membuat
rencana harian dengan alasan jumlah pasien cukup banyak sehingga para
perawat lebih menekankan pada Catatan perawat yang ada distatus klien.
b.
Operan
Operan dinas malam ke perawat dinas pagi, dinas pagi ke dinas sore dipimpin
oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung
dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam.
Seluruh perawat dinas pagi dan malam berkumpul di ruang perawat, kepala
ruang memberi pengarahan secara umum dan penekanan pada hal-hal yang
perlu diperhatikan. Untuk selanjutnya dilakukan ronde keliling dengan operan
langsung ke pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan operan sudah
dilakukan. Kegiatan operan lebih terfokus pada masalah kolaborasi, lalu
mahasiswa melakukan diskusi dengan perawat yang ada serta dibuat panduan
operan yang lebih terfokus pada masalah keperawatan, tindakan yang sudah
dilakukan dan rencana tindak lanjut, serta pencatatan jumlah cairan terakhir.
Saat operan, terjadi tanya jawab dan klarifikasi data atau pasien dan perawat
pemberi dan penerima laporan diarahkan oleh mahasiswa terutama untuk
penentuan masalah keperawatan dan prioritas masalah.
c.
Pre-post conference
Setelah operan dan pengarahan dari kepala ruangan, ketua tim melakukan
kegiatan pre-post conference bersama anggota timnya dan membagi habis
pasien sesuai dengan pasien kelolaan dan pasien titipan pada shiftnya.
Mahasiswa berdiskusi dengan kepala ruang tentang metode penugasan tim
primer, bersama-sama dengan ketua tim menentukan tingkat ketengantungan
pasien agar mempunyai persepsi yang sama sehingga dalam pembagian tugas
perawat pelaksana disesuaikan tingkat ketergantungan pasien.
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference pada umumnya sudah dilakukan
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan, tetapi para perawat belum terbiasa. Lalu
mahasiswa diskusi dengan ketua tim agar pre & post conference bisa dilakukan
secara efektif. Ketua tim cukup mengecek catatan harian perawat pelaksana
dan menambahkan informasi perencanaaan dan pelaksanaan sesuai kondisi
klien.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, diruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 Katim hanya mempunyai 1 perawat pelaksana, karena jumlah
perawat yang masih kurang, sehingga pre & post conference yang dilakukan
sangat singkat karena hanya kepada satu perawat.
197
d.
Supervisi
Kegiatan supervisi meliputi operan, pre-post conference, pembuatan rencana
harian, dokumentasi, pelaksanaan SOP & SAK. Mahasiswa melakukan
sipervisi kepada kepala ruangan, katim dan perawat pelaksana. Kepala ruangan
melakukan supervisi kepada ketua tim pada kegiatan pre-post conference, dan
pembuatan rencana harian. Ketua tim mensupervisi perawat pelaksana dalam
melakukan kegiatan asuhan keperawatan, dan pendokumentasian asuhan
keperawatan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mahasiswa, Kepala ruangan telah
melakukan supervisi kepada perawat pelaksana dan ketua tim mengenai
pelaksanaan kegiatan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Ketua tim juga
telah melakukan supervisi kepada perawat pelaksana hanya dokumentasi
asuhan keperawatan tetapi masih belum terstruktur.
e.
f.
g.
Sistem pendelegasian
198
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi
dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan
kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian
dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa
selama ini belum dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak
ada pelimpahan secara resmi. Pelaksanaan kegiatan mahasiswa residen adalah
diskusi dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan format yang telah
disepakati dan cara pengisiannya.
h.
i.
B. Evaluasi Kegiatan
1. Kemampuan kognitif
Evaluasi kognitif dilakukan dengan memberikan soal pre test sebelum penyegaran dan
pelaksanaan dan soal post test setelah penyegaran dan pelaksanaan kepada seluruh
peserta pelatihan. Kemudian lembar jawaban dinilai berdasarkan kunci jawaban yang
dibuat. Soal pre test dan post test yang terdiri dari 30 soal mengenai MPKP,
dokumentasi keperawatan dan studi kasus yang ada diruangan. Penilaian pre dan post
dilakukan diawal kegiatan dan akhir kegiatan.
Hasil observasi di dapatkan nilai sebagai berikut nilai rata-rata pre tes adalah 70.88 %
(jumlah peserta 24 orang), rata-rata nilai post test adalah 80,24 % (jumlah peserta 24
orang). Terjadi peningkatan rata-rata 9,36 %, artinya terjadi peningkatan pengetahuan
tentang MPKP di 3 ruang yaitu Ruang Cempaka 2, Cendrawasih 2 dan Cemara 2
Rumkitpolpus RS Sukanto.
Observasi Tiap ruang didapatkan hasil sebagai berikut ruang Cemara 2 nilai pretest
70,1 % dan post test 81,2 %, ruang Cendrawasih 2 pre test 71, 6 % dan post test 81,4%.
199
Ruang Cempaka 2 pre test 70,92 dan post test 78,1 %.
2. Kemampuan Psikomotor
Evaluasi psikomotor dilakukan dengan mengobservasi peserta selama latihan dan
praktikum. Mahasiswa mengobservasi kegiatan peserta dalam melakukan operan,
kegiatan pre dan post conference, penulisan catatan harian, supervisi, pengisian
pengkajian awal keperawatan, pemilihan diagnosis yang tepat dari 10 diagnosis yang
telah dibuat, pendelegasian, penulisan discharge planning saat klien pulang dan
pembuatan BOR, LOS dan TOI.
Penilaian dilakukan pada tanggal 2, 3 dan 4 Desember 2008 dan di dapatkan hasil
bahwa kegiatan operan, pre -post conference, rencana harian, supervisi, penulisan
pengkajian awal keperawatan dokumentasi asuhan keperawatan, penulisan
pendelegasian, penulisan discharge planning dan penghitungan BOR, LOS dan TOI
telah dilakukan. Rata-rata kepala ruang telah menulis rencana harian setiap hari,
kegiatan operan sebanyak 2 kali, supervisi sebanyak 2 kali, penulisan pengkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan 5 pasien dan audit dokumentasi sebanyak 1 kali
terhadap status pasien.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa, seluruh kegiatan yang dilakukan
masih belum optimal, hal ini tampak melalui kegiatan operan belum menggambarkan
aktivitas yang telah dilakukan oleh perawat, rencana harian belum menggambarkan
keseluruhan tindakan yang akan dilakukan pada pasien, rencana supervisi kepala ruang
kepada katim dan perawat pelaksana tidak dijalankan sesuai kontrak, pengisian
pengkajian keperawatan telah dilakukan sesuai pedoman, format discharge planning
telah terisi dengan benar, format pendelegasian dalam latihan telah terisi dengan benar.
Hasil observasi didapatkan nilai rata-rata kegiatan operan di 3 ruang percontohan
diruang 90%, pre dan post conference 93,34 %, pembuatan rencana harian 100%,
Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 90%, pemberian
asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %,
penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Hasil observasi tiap ruang didapatkan data sebagai berikut Ruang Cemara nilai
kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%, pembuatan rencana harian 100%,
Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis keperawatan 86,67%, pemberian
asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit dokumentasi keperawatan 85 %,
penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cempaka 2 nilai kegiatan operan 90%, pre dan post conference 90%,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis
keperawatan 80%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit
dokumentasi keperawatan 85 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan
penulisan discharge planning 100 %.
Ruang Cendrawasih 2 nilai kegiatan operan 100%, pre dan post conference 100%,
pembuatan rencana harian 100%, Penulisan pengkajian awal dan penentuan diagnosis
keperawatan 90%, pemberian asuhan keperawatan langsung 95 %, hasil audit
dokumentasi keperawatan 90 %, penghitungan BOR, LOS dan TOI 100 %, dan
penulisan discharge planning 100 %.
3. Afektif
Evaluasi sikap dinilai dengan observasi keaktifan peserta dalam bertanya dan sikap
mereka terhadap program perubahan cara kerja. Cara penilaian adalah melakukan
200
exsplorasi pandangan para perawat terhadap program MPKP dan dokumentasi
keperawatan selama mengikuti kegiatan penerapan MPKP.
Berdasarkan laporan tertulis dan hasil diskusi dengan 3 perawat diruang Cemara 2
Cempaka 2 dan Cendrawasih 2 pada tanggal 3 Desember 2008, diperoleh informasi
bahwa perawat merasakan keuntungan dengan menerapkan MPKP, yaitu : Perawat
pelaksana mengetahui apa yang harus dikerjakan berdasarkan operan, pre dan post
conference serta rencana harian yang dibuat untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan, terdorong untuk melihat SAK pada saat melakukan pendokumentasian
proses keperawatan, pekerjaan perawat menjadi lebih terarah, mempunyai rasa
tanggung jawab pada pasien dan pada profesi, waktu dapat dialokasi dengan baik,
kerja sama antar anggota tim lebih terasa, mengenal pasien secara holistik, bekerja
sesuai peran dan fungsi masing-masing dan lebih efektif dalam melakukan
dokumentasi keperawatan
.Hambatan yang dirasakan oleh perawat di 2 ruang (cemara 2, dan Cendrawasih 2)
adalah beban kerja tinggi, pekerjaan nonkeperawatan seperti mengambil darah,
mengantar pasien rontgen dan membuat administasi pasien, sarana-prasarana yang
kurang memadai untuk pelaksanaan tindakan seperti alat EKG dan Oksigen untuk
transportasi pasien belum ada, pendokumentasian sering terhambat karena format
pendokumentasian terbatas, SDM kurang, sehingga jika dinas pagi Katim merangkap
menjadi perawat pelaksana. Konflik peran yang diemban oleh kepala ruang dan katim
masih merasa ragu dalam menjalankan perannya.
Tabel 4.1 Audit Dokumentasi Proses Keperawatan Cemara 2 sebelum dan
sesudah uji coba format pengkajian yang baru
PROSENTASE (%)
No
SEBELUM
75.5
SESUDAH
100
Pengkajian
Diagnosa
85.0
100
Perencanaan
52.0
85
Tindakan / Implementasi
83.0
85
Evaluasi
72.0
90
Catatan Keperawatan
100
100
77,92
93,34
Rata-rata
SEBELUM
87.0
85.0
67.0
85.0
82.0
100
84,34
SESUDAH
100
100
90
90
90
100
95,00
201
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan penerapan MPKP diruang percontohan (ruang Cemara 2 dan Cendrawasih2) Rumkitpolpus RS
Sukanto, akan dijelaskan berdasarkan teori yang terkait dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
sebagai berikut:
1. Rencana Kegiatan harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat perawat pelaksana,
perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Pembuatan rencana harian merupakan salah satu
kegiatan dalam tahap perencanaan. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang
MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang diterapkan adalah
rencana harian, mingguan dan bulanan. Isi dari perencanaan berupa kegiatan tentang apa, bagaimana
dan dimana kegiatan akan dilaksanakan (Keliat, dkk,2000).
Diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 pembuatan rencana harian dirasakan sangat menyita waktu dan
lama, isinya masih sangat umum. Kendala yang dirasakan adalah budaya membaca dan menulis serta
membuat perencanaan sebelum melakukan kegiatan belum terbiasa. Kadang-kadang perencanaan
harian dibuat pada saat tugas sudah berjalan, sehingga belum menggambarkan rencana kegiatan secara
keseluruhan. Pembuatan rencana kegiatan harian belum optimal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
para perawat mengenai fungsi dari catatan itu sendiri sebagai pedoman kegiatan selama bekerja.
Menurut Schein (1987, dalam Kreitner, 2000), merencanakan sebuah budaya kerja melibatkan proses
belajar. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi akan mengajarkan satu sama lain mengenai nilainilai, keyakinan, pengharapan dan perilaku yang dipilih organisasi.
Rencana tindak lanjut pembuatan perencanan kegiatan harian adalah dibuat kesepakatan/komitmen
bersama dan dilakukan pengawasan oleh ketua tim dan kepala ruangan, menerapkan budaya sadar
membaca dan menulis, kepala ruangan dan ketua tim menjadi role model dalam memberikan contoh
dan bimbingan kepada perawat pelaksana. Pimpinan keperawatan perlu memberikan dukungan
202
menyediakan fasilitas (buku/note book) yang mendukung pelaksanaan pembuatan rencana kegiatan dan
dibuat buku/note book) yang efisien dan efektif.
2. Operan
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam.
Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas
malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam. Tujuan
operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu
untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta
membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan
diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas.
Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan
perkembangan klien saat itu.
Kegiatan operan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 sudah dilakukan sesuai dengan prinsip operan,
namun masih belum optimal, antara lain : isi dari operan yang masih bersifat kolaboratif, operan yang
dilakukan kadang-kadang tidak dilakukan bersama-sama karena belum semua perawat hadir pada
waktunya, visit dokter pada jam pergantian shift, kepala ruang / ketua tim tidak hadir karena ada acara
tertentu.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : menyepakati kembali jadwal dinas pagi, sore dan malam,
menulis laporan pada status pasien saja, dibuat kesepakatan mengenai jam visite dokter, membuat
rencana perawatan yang komprehensif dan terorganisir.
3. Pre-post conference
Pre-post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan dan sebelum
operan berikutnya yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference
adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Pelaksanaan kegiatan pre-post conference diruang Cemara 2 & cendrawasih 2 pada umumnya sudah
dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tetapi isi post conference belum sepenuhnya hasil
asuhan keperawatan.
Ada beberapa kendala dalam kegiatan pre post conference diruangan antara lain adalah perawat belum
terbiasa pendekatan manajemen dalam pengelolaan askep, kegiatan yang begitu padat, jadwal visite
dokter bersamaan dengan tindakan perawat, fungsi struktur diruang masih belum menggambarkan
kegiatan fungsi kegiatan MPKP, yang terdiri dari kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan motivasi agar pelaksanaan
pre-post conference dapat terus dilakukan, peningkatan kualitas melalui pendidikan dan pelatihan,
kepala ruangan melakukan supervisi dan mengingatkan katim terhadap pelaksanaan pre-post
conference agar terbiasa dan menjadi budaya kerja. Perlunya peninjauan struktur ruangan dan
pemetaan tenaga yang proporsional, adanya uraian tugas yang jelas di Ruang Cemara 2 dan
Cendrawasih 2 agar kegiatan diruangan lebih optimal.
4. Supervisi
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang
disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan
efektif (Sudjana, 2004).
Kron & Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan,
membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi
secara berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
203
yang dimiliki anggota.
Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumbersumber (resources) yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Mc Farland, Leonard & Morris,1984).
Supervisi merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan
berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan
mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi
pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Untuk menjadi supervisor yang baik diperlukan kompetensi
yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi ( Bittel, 1997).
Dalam penerapan MPKP diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 kegiatan supervisi sudah dapat
dilakukan oleh kepala ruangan maupun ketua tim, antara lain supervisi kegiatan operan, pre-post
conference, pemberian askep dan dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi kegiatan masih belum
terjadual dan dilakukan secara spontan jika kepala ruang tidak sibuk.
Kendala dalam pelaksanaan supervisi yang ditemukan adalah belum terbiasa dengan perencanaan
pengarahan dan merasa canggung untuk melakukan supervisi, serta tenggelam dengan kegiatan rutin,
ilmu pengetahuan masih kurang, kepala ruangan dan katim tidak dapat memberikan masukan dan
perbaikan kepada perawat yang disupervisi. Hal ini akan berdampak terhadap kualitas pemberian
asuhan keperawatan yang tidak optimal.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan supervisi yang harus dilakukan adalah : direncanakan siapa, kapan
waktunya, kegiatan apa yang akan disupervisi, bagaimana supervisi dilaksanakan dan penentuan
standar serta alat supervisi. Agar supervisi dapat dilakukan dengan lebih baik, kepala ruangan / ketua
tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan supervisi secara terus menerus dan mengembangkan
ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan turut terlibat dalam pelaksanaan supervisi diruanganruangan, merencanakan pengembangan SDM baik secara formal maupun informal, dan juga
memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan
dengan supervisi.
5. Dokumentasi Proses Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis dari kegiatan yang telah dilakukan
oleh perawat (Priharjo, 1995 dalam Hariyati, 2007). Dokumentasi keperawatan menggambarkan
keadaan perkembangan pasien, mencatat asuhan keperawatan yang telah diberikan, dan mencatat
riwayat kesehatan untuk masa yang akan datang. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan adalah
sebagai sarana koordinasi dan mencegah pemberian informasi kepada pasien secara berulang, aspek
legal, sumber penelitian, sarana pendidikan, sarana monitoring mutu, akreditasi, sarana pendukung
pada pembayaran (Kozier, 2004). Pencatatan asuhan keperawatan bukan sekedar menuliskan sesuatu
dalam lembar pencatatan tetapi sebelum pencatatan tersebut, harus dianalisa apa yang harus dicatat,
bagaimana penyusunan kalimat, dan dimana tiap tulisan tersebut diletakkan (Rubenfels & Scheffer,
1999 dalam Hariyati, 2007).
Di Rumkitpolpus RS Sukanto, sejak dikeluarkannya format dokumentasi asuhan yang baru rampung
direvisi, telah disepakati oleh seluruh kepala ruangan bersama subdepwat dalam rapat rutin
keperawatan untuk melakukan dokumentasi proses keperawatan yang merupakan tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat profesional, sekaligus merupakan salah satu penilaian akreditasi yang akan
berlangsung awal desember ini.
Permasalahan yang sering ditemui dari perawat diruangan adalah penerimaan status pasien pindahan
dari ruangan lain dengan pendokumentasian proses keperawatan tidak lengkap terutama pada
pengkajian dan implementasi. Format pengkajian yang terlalu kompleks dan sulit sehingga
menyebabkan para perawat tidak bisa mengisi, Belum adanya pedoman khusus untuk pengisian format
pengkajian, format perencanaan sampai evaluasi dibagi dalam kolom yang sangat kecil, sehingga
pengisiannya memerlukan banyak format dan tidak efektif. Pengisian format dokumentasi juga tidak
204
kontinyu, karena waktu yang ada dirasakan sangat sempit.
Dari hasil uji coba format dan pemilihan 10 diagnosa yang sering dipakai diruangan setelah diaudit di
Ruang Cemara 2, terjadi peningkatan pada semua aspek dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan Format pengkajian yang efektif
disesuaikan dengan kebutuhan, adanya perencanaan yang tinggal memilih, adanya petunjuk pengisian
format. Dari Persepsi perawat terhadap pengisian kolom perencanaan dan implementasi dalam uji coba
berbeda-beda tetapi sebagian besar setuju karena dirasakan efektif. Namun demikian secara kualitas,
dokumentasi proses keperawatan baik sebelum maupun setelah mendapatkan pelatihan masih belum
optimal.
Rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan : Supervisi terhadap penerapan proses keperawatan perlu
ditingkatkan agar dokumentasi asuhan dapat dilakukan secara berkesinambungan, audit dokumentasi
askep dilakukan pada setiap pasien pulang, penggunaan format hasil uji coba. RS perlu menyediakan
format supervisi dalam jumlah yang cukup. Kainstalasi ranap perlu melakukan supervisi secara
terjadwal terhadap kinerja kepala ruangan untuk memotivasi mereka dalam bekerja dan memberikan
dukungan bagi perawat diruangan dan disediakan buku raport untuk katim dan perawat pelaksana.
6. Sistem pendelegasian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam
bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat
pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Manajer
dapat mengontrol staf dan waktu yang diguakan oleh staf dalam meningkatkan produktivitas.
Kenyataan yang terjadi , dengan waktu yang hanya sedikit , sering terlalu banyak perkerjaan yang
harus diselesaikan oleh seseorang. Pada situasi ini maka pendelegasian dan pembagian pekerjaan
diperlukan.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data bahwa selama ini belum
dilakukan pelimpahan tugas secara tertulis, sehingga tidak ada pelimpahan secara resmi. Pelaksanaan
kegiatan adalah diskusi dengan Karu tentang proses pendelegasian dengan format yang telah disepakati
dan cara pengisiannya.
Kendala dalam pelaksanaan pendelegasian yang ditemukan adalah para perawat belum terbiasa dengan
perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan
masih kurang, belum adanya format pendelegasian yang baku yang dibuat oleh rumah sakit.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan pendelegasian yang harus dilakukan adalah : kepala ruangan / ketua
tim perlu melatih dan membudayakan kegiatan pendelegasian secara tertulis, dibuat format baku yang
sosialisasikan ke semua orang.
7. Discharge planning
Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang perawatan yang merupakan
bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera setelah klien masuk rumah sakit.
Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga
dan orang yang penting bagi klien.
Hasil pengamatan diruang Cemara 2 dan Cendrawasih 2 didapatkan data discharge planing sudah
dilakukan, akan tetapi isinya masih singkat tidak mencakup aspek discharge planning yang meliputi
penjelasan penyakit dalam leaflet, obat-obatan, perawatan kontrol, nutrisi, aktifitas dan istirahat.
Disamping itu belum adanya dokumen yang baku.
Kendala dalam pelaksanaan discharge planing yang ditemukan adalah para perawat belum terbiasa
dengan perencanaan pengorganisasian yang baik serta tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu
pengetahuan masih kurang, belum adanya format discharge planing yang baku yang dibuat oleh rumah
sakit.
Rencana tindak lanjut pelaksanaan discharge planing yang harus dilakukan adalah : membuat format
discharge planing yang disosialisasikan kepada. Memasukan kegiatan discharge planing sebagai salah
205
satu kegiatan program keperawatan.
8. Penghitungan BOR, LOS, dan TOI
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Pengendalian difokuskan
pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan,
keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, Audit
dokumentasi keperawatan.
Hasil pengamatan diruangan sudah ada penghitungan BOR, LOS dan TOI, sehingga keberadaan
mahasiswa hanya diskusi dengan kepala ruang tentang cara penghitungannya.
Kendala dalam penghitungan BOR, LOS & TOI adalah belum terbiasa dengan evaluasi kegiatan,
budaya tenggelam dengan kegiatan rutin, ilmu pengetahuan masih kurang, adanya persepsi bahwa daya
guna tidak nampak bagi keperawatan. Hal ini akan berdampak terhadap kualitas pemberian asuhan
keperawatan yang tidak optimal.
Rencana tindak lanjut harus dilakukan adalah : agar penghitungan BOR, LOS & TOI dilakukan dengan
lebih baik, rumah sakit perlu melatih dan membudayakan kegiatan ini secara terus menerus dan
mengembangkan ilmu yang dimiliki. Pihak manajer keperawatan yang turut terlibat dalam pelaksanaan
supervisi diruangan-ruangan memasukan penghitungan BOR, LOS & TOI dalam kegiatan supervisi,
memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan dan katim terutama yang berkaitan
dengan pengendalian program.
C. Kegiatan lain
Selain melakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, mahasiswa juga
melakukan diskusi dengan Komite keperawatan dan KaIrna keperawatan secara terpisah yang
berhubungan dengan uji coba format asuhan keperawatan dan penentuan 10 (sepuluh) diagnosa yang
sering ditemukan diruangan dan penulisan format discharge planning yang selama ini belum
dilakukan.
Hal-hal yang dibicarakan mengenai format dokumentasi asuhan keperawatan askep yang terlalu
komplek sehingga menyebabkan perawat malas mengisi, sehingga perlu dilakukan uji coba format
yang efektif. Mahasiswa memberikan solusi dengan memberikan format dokumentasi hasil diskusi
dengan mahasiswa dengan kepala ruang selama residensi yang lebih efektif dan efisien. Untuk format
discharge planning karena sifatnya adalah untuk kepuasan klien dan keluarganya maka sebaiknya
dimasukan dalam kegiatan keperawatan diruangan.
206
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian ditemukan 14 (empat belas) masalah yang berkaitan dengan
manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan. Dari masalah-masalah diatas dengan
mempertimbangkan sumberdaya, kewenangan dan kemampuan yang diatasi hanya 5
(lima) prioritas masalah, yaitu pemahaman tentang metode penugasan tim belum
seragam, belum optimalnya pelaksanaan umpan balik dari Karu dalam penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan, fungsi pengendalian mutu ruangan yang
difokuskan pada Indikator mutu dalam bentuk penghitungan BOR, LOS, TOI yang
belum optimal, belum optimalnya pembuatan rencana kegiatan harian, dan sistem
pendelegasian yang belum dilakukan.
2. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi masalah diatas adalah :
a. Penyegaran :
Penjelasan tentang konsep MPKP yang meliputi penulisan catatan harian bagi
Kalak, Katim dan perawat pelaksana, pengisian Format audit catatan harian dan
dokumentasi keperawatan oleh kepala ruangan, pengisian format pengkajian awal
keperawatan, penentuan diagnosis dan rencana keperawatan, penulisan format
discharge planning, pendelegasian dan pembuatan penghitungan BOR, LOS, TOI
b. Penyiapan perangkat MPKP
Penyiapan perangkat kegiatan MPKP dilakukan dengan menyusun format
bersama dengan kepala ruang dan supervisor ruangan. Perangkat yang disusun
antara lain adalah kartu anggota Tim, Format pengkajian awal keperawatan,
penentuan 10 (sepuluh) diagnosa yang sering muncul diruangan, format
207
B.
208
a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada perawat
pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi asuhan keperawatan.
b. Melakukan audit keperawatan secara berkala pada pasien yang akan pulang atau
dalam proses perawatan.
c. Melakukan supervisi tingkat ruang sesuai dengan acuan yang ada yang telah
ditentukan oleh direksi Rumah Sakit.
4. Perawat Pelaksana
a. Membudayakan kegiatan yang telah ajarkan dan menjadikan suatu rutinitas
kegiatan.
b. Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang profesionalisme
perawat.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil residensi
terdahulu khususnya di ruang percontohan MPKP dan menambah kegiatan lain yang
belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan, bulanan, dan ronde keperawatan
dan menyempurnakan format pengkajian dan rencana intervensi yang sudah ada.
ROPOSAL
DOKUMENTASI PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penerapan MAKP. Di
masa yang akan datang perawat professional dihadapkan pada suatu tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanakan. Kesalahan sekecil apapun
yang dilakukan akan berdampak terhadap citra keperawatan secara keseluruhan. Kesadaran
masyarakat menggunakan jasa pengacara untuk memperoleh, membela dan meminta
tanggung jawab serta tanggung gugat dalam perawatan kesehatan juga semakin meningkat.
Untuk itu dibutuhkan sebuah pendokumentasian yang lengkap dan jelas.
Dalam pendokumentasian komponen yang penting adalah komunikasi, proses
keperawatan dan standart keperawatan. Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi
keterampilan berkomunikasi, keterampilan mendokumentasi proses keperawatan dan
keterampilan standart. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan
informasi yang relevan dan akan meningkatkan kualitas pencacatan keperawatan.
209
Pencacatan disusun berdasarkan standart dokumentasi sebagai suatu ukuran terhadap
kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara akurat dalam suatu situasi
tertentu.
Sistem dokumentasi yang telah digunakan oleh ruangan .B adalah
pendokumentasi model SOR (Sources Orientasi Record) yaitu sistem pendokumentasian
yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan. Sistem SOR yang digunakan
dilengkapi dengan adanya format pengkajian yang berupa model pengkajian ROS (review
of system), lembar asuhan keperawatan, resume keperawatan dan buku penunjang lain yaitu
buku injeksi, buku suhu nadi, dan laporan harian perawat. Namun dalam pengisian
dokumentasi keperawatan masih belum sesuai dengan standart, dikarenakan keterbatasan
tenaga perawat di ruang ..B.
Oleh karena itu pada praktek profesi manajemen di ruang ini, akan menerapkan sistem
pendokumentasian dengan model SOAP dan format pengkajian yang berorientasi pada
ROS (review of system), dan ditunjang dengan lembar observasi dan lembar tindakan
keperawatan. Model keperawatan ROS sudah dilaksanakan di ruangan. Sistem
pendokumentasian yang telah diterapkan oleh ruang Interna Wanita adalah model SOR
(Source Oriented Record) yaitu suatu sistim pendokumentasian yang berorientasi pada
berbagai sumber tenaga kesehatan. Di ruang Bedah A kelompok 1 akan memakai model
dokumentasi keperawatan SOAP (Subyektif obyektif Analisis and planning), diharapkan
dengan model ini dapat menjadikan proses dokumentasi di ruang Bedah A lebih lengkap
efektif dan efisien.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan sistem pendokumentasian yang efektif, efesien, akurat, lengkap dan
menjamin kepastian hukum
2. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru (addmision orientation)
b. Mendokumentasikan pengkajian
c. Mendokumentasikan tindakan dan perkembangan klien dengan menggunakan
sistem pendokumentasian model SOAP
d. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari dengan
lembar observasi
e. Mendokumentasikan sentralisasi obat oral dan injeksi pada semua pasien kelolaan.
f. Mendokumentasikan timbang terima setiap pergantian shift.
g. Mendokumentasikan discharge planning pada klien yang akan pulang
h. Mendokumentasikan resume keperawatan pada klien yang sudah pulang
3. Manfaat
a. Mempunyai nilai hukum, sebagai pertanggungjawan perawat
b. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
c. Sebagai alat komunikasi dengan perawat dan tenaga kesehatan lain
d. Sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
e. Sebagai referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan
f. Mempunyai nilai penelitian, sebagai bahan atau obyek riset
g. Akreditasi
210
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dokumentasi adalah semua catatan otentik dalam penerapan manajemen asuhan
keperawatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam perasoalan hukum .
Dokumentasi keperawatan adalah keterangan tertulis dari seluruh pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada klien, baik pasien yang mengalami rawat inap maupun rawat jalan.
B. Tujuan dokumentasi keperawatan
Tujuan dari dokumentasi keperawatan antara lain adalah :
1. Komunikasi
- Koordinasi asuhan keperawatan
- Mencegah informasi berulang
- Meminimalkan kesalahan dan meningkatkan asuhan keperawatan
- penggunaan waktu lebih efisien
2. Mekanisme pertanggungjawaban
- Dapat dipertanggungjawabkan baik kualitas dan kebenaran
- Sebagai perlindungan hukum kepada perawat
3. Metode pengumpulan data
- Mencatat kemajuan pasien secara reliable dan objektif
- Mendeteksi kecenderungan yang mungkin terjadi
- Sebagai bahan penelitian
- Sebagai data statistik
4. Sarana pelayanan keperawatan secara individu
Mencatat secara terintegrasi berbagai aspek pasien : kebutuhan, kekuatan, dan kedaan
khusus.
5. Sarana untuk evaluasi
- Sarana untuk meningkatkan kerjasama antar disiplin dalam tim kesehatan
- Sarana pendidikan lanjutan
- Memantau kualitas asuhan keperawatan yang diterima dan kompetensi yang
berhubungan untuk asuhan keperawatan
C. Standart dokumentasi keperawatan
1. Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh profesi atau
pemerintah. Pencatatan tersebut menyediakan pedoman penggunaan singkatan, tanda
tangan, metode jika kesalahan dan peraturan jika terlambat masuk.
2. Standart profesi keperawatan dituliskan kedalam catatan kesehatan. Data yang ada
menjabarkan tindakan yang dilakukan perawat.
3. Peraturan tentang praktek keperawatan dapat dilihat pada catatan pelayanan
kesehatan. Data yang tertulis menunjukkan kegiatan yang independen dan
interdependent.
4. Pedoman akreditasi harus diikuti. Penekanan yang khusus pada data tentang kegiatan
observasi dan evaluasi.
D. Dokumentasi asuhan keperawatan
1. Dokumentasi pengkajian keperawatan
211
Pengkajian keperawatan adalah fase pengumpulan data dari proses keperawatan
untuk mengumpulkan data yang sistematis. Tujuan dari pengkajian adalah untuk
mengumpulkan, mengorganisir dan mencatat data yang menjelaskan respon manusia
terhadap masalah-masalah kesehatan.
Tujuan dari pencatatan dan pengkajian keperawatan adalah
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan respon pasien yang dinyatakan dalam
diagnosa keperawatan yang mempengaruhi tindakan keperawatan yang
diperlukan.
b. Menggabungkan dan mengorganisir informasi yang dikumpulkan dari beberapa
sumber menjadi satu sumber umum, sehingga pola-pola kesehatan paisne dapat
dianalisa dan masalah-masalah dapat diidentifikasi.
c. Meyakinkan garis dasar informasi yang ada dan untuk bertindak sebagai point
referensi untuk mengukur perubahan pada kondisi pasien.
d. Mensuplai data yang cukup untuk memberikan alasan akan kebutuhan pasien
terhadap pelayanan keperawatan.
e. Memberikan dasar guna penulisan rencana keperawatan yang efektif.
2.
3.
212
Komponen yang mendasari rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 komponen :
1)
Diagnosis keperawatan
2)
Hasil yang diharapkan/kriteria hasil
3)
Instruksi perawat/intervensi keperawatan
BAB 3
PERENCANAAN
1.
Persiapan pendokumentasian
Penanggungjawab: ..
2.
Tujuan:
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa PSIK
mampu menerapkan pendokumentasian keperawatan kepada pasien secara efektif,
efisien, akurat dan menjamin kepastian hukum.
3.
Rencana Strategi
a. Mendiskusikan format pengkajian, observasi, tindakan keperawatan, dan
pendokumentasian yang sesuai .
b. Menyiapkan format pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi
keperawatan dengan bekerjasama dengan perawat ruangan.
c. Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format/ pendokumentasian keperawatan.
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
4.
Kriteria Hasil
a. Tersedia lembar penerimaan pasien baru
b. Tersedia lembar serah terima pasien baru
c. Tersedia format pengkajian persistem (ROS)
d. Terdapat lembar observasi
e. Terdapat lembar hasil laboratorium
f. Terdapat lembar hasil pemeriksaan radiologi
g. Terdapat rencana keperawatan
h. Terdapat lembar konsultasi
i. Terdapat lembar sentralisasi obat
j. Terdapat lembar timbang terima
k. Terdapat discharge planning
l. Terdapat resume keperawatan
m. Dokumentasi terlaksana sesuai format
5.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dilaksanakan selama praktik manajemen
keperawatan mulai tanggal...........
Pembagian peran berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
a.
Pengkajian
Format pengkajian persistem (ROS) dilakukan oleh PP didokumentasikan
sesuai dengan kasus di ruang Mawar.
b.
Diagnosa keperawatan
213
6.
7.
214
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2009
B1 (Breath) sesuai dengan keadaan px saat di kaji diantaranya tentang keluhan, irama
napas, suara napas hingga dapat disimpulkan masalah keperawatan pada B1
B2 (Blood) sesuai dengan keadaan px saat dikaji diantaranya tentang suara jantung,
nyeri dada, CRT, edema, akral, terpasang infus dan lain-lain hingga dapat
disimpulkan masalah keperawatan pada B2
B3 (Brain) sesuai dengan keadaan px saat dikaji diantaranya keluhan pusing, keadaan
pupil, adanya kaku kuduk, kelumpuhan, gangguan persepsi sensorik dan lain-lain
hingga dapat disimpulkan masalah keperawatan
Endokrin diisi sesuai dengan keadaan saat px dikaji mengenai pengkajian fisik
pembesaran thyroid, hiperglikemi, hipoglikemia hingga disimpulkan suatu masalah
keperawatan.
Keadaan psiko sosio spiritual diisi persepsi klien terhadap penyakitnya, ekspresi
klien, reaksi saat interaksi, gangguan konsep diri hingga disimpulkan suatu masalah
keperawatan
215
Keadaan spiritual berisi tentang kebiasaan beribadah dan lain-lain hingga dapat
disimpulkan suatu masalah keperawatan.
216
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PRODI SI KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
Petunjuk Teknis
Pengisian Work Sheet
I. Tujuan
Work sheet dibuat dengan tujuan sebagai catatan perawat primer dan perawat
asociate yang berisi data-data klien untuk memudahkan perawat melakukan asuhan
keperawatan kepada klien.
II. Petunjuk Penulisan
1. Lengkapi identitas pasien meliputi:
2.
Tanggal
Mengisi
No bed
Nama pasien
Diagnosa medis
217
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PRODI SI STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
Petunjuk Teknis
Pengisian Format Timbang Terima
I. Tujuan
Laporan timbang terima dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung jawaban
serta dokumentasi terhadap informasi-informasi yang berkaitan dengan kondisi atau keadaan
pasien secara umum dan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan pada pasien.
II. Petunjuk Penulisan
1. Perawat primer wajib mengisi:
Masalah keperawatan pasien yang terjadi saat itu sesuai data subjektif dan
objektif
Data subjektif (data yang diungkapkan oleh klien) dan data objektif (data
yang ada pada pasien)
218
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PRODI SI TIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
Petunjuk Teknis
Pengisian Format Penerimaan Pasien Baru
I. Tujuan
Laporan Penerimaan pasien baru dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung
jawaban terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan sekaligus sebagai bahan dokumentasi
pelaksanaan penerimaan pasien baru.
II. Petunjuk Penulisan
A. Lengkapi identitas pasien meliputi :
1. Nama pasien
2. Nomer register
3. Diagnosa medis
4. Alamat pasien
5. Nomor telepon yang bisa dihubungi
6. Jenis pembiayaan
7. Tanggal masuk dan jam
8. Kelas
9. MRS melalui (URJ/UGD/Pindahan ruang lain)
B. Perawat primer wajib melakukan penjelasan mengenai hal-hal di bawah ini :
1. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga
2. Memperkenalkan perawat dan dokter yang bertanggung jawab kepada pasien
dan keluarga.
3. Menjelaskan aturan RS, meliputi :
A. Tentang fasilitas yang di dapat oleh pasien dan keluarga, yaitu :
Kursi
Kipas angin
Lampu dan
Jemuran handuk
B. Aturan berkunjung di ruangan :
Orang yang dekat dengan pasien dan penunggu hanya 1 orang saja.
D. Jadwal waktu makan pasien, meliputi:
Ruang perawat
219
C.
Ruang dokter
Dapur
Mushola
5. Menjelaskan tentang sistem sentralisasi obat serta informed consent.
6. Melarang pasien dan keluarga membawa barang berharga. Jika ada barang yang
hilang bukan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit.
7. Memperkenalkan pasien baru dengan pasien lain yang sekamar (bila ada).
8. Menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah disampaikan oleh
perawat
9. Meminta tanda tangan keluarga atau pasien bahwa telah menerima penjelasan
perawat primer pada lembar admission orientation.
Perawat primer menandatangani lembar penerimaan pasien baru sebagai bahan
dokumentasi bahwa pasien dan keluarga sudah mendapat informasi yang jelas.
220
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PRODI SI STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
Petunjuk Teknis
Pengisian Lembar Serah Terima Pasien Baru
I. Tujuan
Lembar serah terima pasien baru dibuat dengan tujuan sebagai bahan pertanggung
jawaban terhadap data-data dari pasien (identitas, daftar obat, alat dan jenis pemeriksaan yang
dimiliki serta catatan khusus dari pasien ) sebagai bahan dokumentasi pelaksanaan penerimaan
pasien baru.
II. Petunjuk Penulisan
1. Lengkapi identitas pasien meliputi:
a. Nama
b. Diagnosa medis
c. Asal ruangan
d. Tanggal
e. Waktu
2. Mengisi daftar obat, alat dan jenis pemeriksaan penunjang yang dimiliki oleh
pasien (jenis dan jumlah).
3. Mengisi catatan khusus pasien (bila ada).
4. Mengisi daftar nama dan tanda tangan antara perawat yang mengantar dan perawat
primer.
221
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PRODI SI STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
WORKING SHEET
NAME :................
SHIFT............................
DATE :................
Bed
Name
Medical
Nursing
Note
Patient
Dx
Problem
Observation
222
Alamat/No. Tlp
:
Tanggal MRS/Jam
:
Penjelasan tentang :
1.
Perkenalan diri
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Klien/keluarga
223
B.
Jumlah
Jumlah
Tanggal :
Waktu
Surabaya,...................................
Perawat asal ruangan
PP Ruang Bedah A
224
(.................................)
Lampiran
7 : Laporan discharge planning
(................................)
LAPORAN DISCHARGE PLANNING
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN PROGRAM PROFESI NERS
STIKES HANG TUAH SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara berkesinambungan
mulai dari klien masuk sampai dengan klien pulang. Untuk itu diperlukan adanya suatu
perencanaan klien pulang (discharge planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status
kesehatan klien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk
rehabilitasi lanjut, dengan adanya discharge planning klien dapat mempertahankan
kesehatannya dan membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka
sendiri (Jane Erwin, 1999).
Dari pengkajian yang kami dapatkan Discharge planning di Ruang Bedah A sudah
dilakukan hampir pada semua pasien yang akan pulang tetapi belum optimal diantaranya belum
terdokumentasi dengan baik dan hanya dilakukan secara lisan. Dokumentasi discharge planning
yang ada di ruang Bedah A hanya meliputi tanggal kontrol dan hasil-hasil laborat.
Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat didapatkan 25% perawat
menyatakan telah memberikan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu
discharge planning dan didokumentasikan, sedangkan 75% perawat menyatakan pernah
melakukan pendidikan kesehatan tentang perencanaan pulang dengan kartu discharge planning
namun tidak didokumentasikan.Format dan kartu discharge Planning sudah tersedia.
Program pendidikan profesi ners PSSKp Fakultas Keperawatan Unair diharapkan mampu
menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning di ruang Bedah A RSU Dr. Soetomo
Surabaya secara benar. Dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan
pasien dapat tercapai secara optimal.
1.2
Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan discharge planning diharapkan dapat memberikan
kontinuitas perawatan setelah pasien pulang.
b. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Discharge Planning mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan.
2. Mengidentifikasi masalah utama pasien pulang.
3. Memprioritaskan masalah pasien.
4. Membuat perencanaan terhadap pasien pulang dengan melibatkan tim
multidisiplin dalam penyusunannya.
5. Mengajarkan kepada pasien dan keluarganya tentang kebutuhan pasien di
rumah (meliputi pengobatan/kontrol, kebutuhan nutrisi, aktifitas dan istirahat,
perawatan diri).
6. Melakukan evaluasi pada pasien selama Discharge Planning.
7. Mendokumentasikan perencanaan pulang pasien.
225
1.3
Manfaat
a. Pasien dan keluarga:
1. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam melakukan perawatan
di rumah.
2. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
3. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
b. Mahasiswa :
1. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerima pelayanan dengan mahasiswa saat melakukan asuhan keperawatan.
2. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien.
3. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki serta
mengaplikasikannya.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien secara tepat.
1. 4
Pengorganisasian
Kepala Ruangan
PP1
PA1
Supervisor
Pembimbing:
1.5
Pelaksanaan
Topik
Hari/ Tanggal
Waktu
Pelaksana
Tempat
Sasaran
Materi
Metode
Media
: Hamidha, S.Kep.
: Sri Mahdani, S.Kep.
: Rizka amaliah, S. Kep.
: 1. Setiadi, M.Kep
2. Hj. Hadi amarawati, SKM
3. Sri Rejeki, SST
1. Hidayatus Sa`diyah, S.Kep, Ns
2. Diah Arini, S. Kep. Ns
3. Puji Hastuti, S.Kep.Ns
226
1.6
Mekanisme Kegiatan
Tahap
Persiapan
Pelaksanaan
Penutup
Kegiatan
1. PP1 sudah siap dengan status klien,
format discharge planning, dan
leaflet.
2. Menyebutkan masalah klien.
3. Menyebutkan hal-hal yang perlu
diajarkan pada klien dan keluarga.
4. Karu memeriksa kelengkapan
administrasi
1. Karu menanyakan tentang kebutuhan
klien selama di rumah kepada klien
dan keluarganya
2. Karu memberikan kesempatan
kepada PP 1 untuk menjelaskan
materi yang disampaikan.
3. PP1 menyampaikan pendidikan
kesehatan dibantu PA tentang
aktivitas, diet, obat-obatan yang
masih dilanjutkan, dan perawatan luka
di rumah.
4. PP1 memberi kesempatan kepada
klien / keluarga untuk bertanya.
5. PP1 menanyakan kembali pada klien
dan keluarga tentang materi yang
disampaikan.
6. PP1 memberikan reinforcement
kepada klien dan keluarga.
7. PP 1 dibantu PA 1 memberikan leaflet
dan mempersilahkan pasien/keluarga
pasien untuk menandatangani form
discharge planning.
8. PP1 mengucapkan terima kasih.
9. PP1 melakukan pendokumentasian.
Karu memberikan reward kepada PP1.
Waktu
5 menit
Tempat
Ners
Station
Pelaksana
PP1
Karu
10 menit
Bed Pasien
Karu
PP1
PA1
Ners
station
Karu
227
Alur Discharge Planning
Klien MRS
Perawat
(PP & PA)
Keadaan pasien :
1. Klinis & pemeriksaan penunjang
lain.
2. Tingkat ketergantungan.
(menurut kebutuhan perawatan diri
dari Orem)
Perencanaan Pulang
(Discharge Planning)
Penyelesaian
administrasi
Program HE :
1. Pengobatan/control
2. Kebutuhan nutrisi
3. Aktivitas & istirahat
4. Perawatan diri
Lain-lain
228
1.7 Kriteria Evaluasi
a.
Evaluasi Struktur
Penyusunan proposal
Menetapkan kasus
b. Evaluasi Proses
Kelancaran kegiatan
229
d.
e.
Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap klien
masuk tatanan layanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
dan
230
5.
6.
7.
c.
BAB 3
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan
Topik
Hari/ Tanggal
Sasaran
Waktu
Tempat
Acara Dihadiri oleh :
a. Pembimbing pendidikan sebanyak 1 orang
b. Pembimbing ruangan sebanyak 1 orang
c. Supervisor sebanyak 4 orang
d. Mahasiswa PSKp sebanyak 10 orang
3.2 Metode
Metode yang digunakan dalam discharge planning adalah diskusi dan Tanya jawab
setelah diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan
klien oleh keluarga setelah keluar dari rumah sakit, meliputi :
a. Perawatan di rumah
Pemberian pendidikan kesehatan mengenai : pedoman perawatan luka di rumah,
aturan makanan, aktivitas dan istirahat, waktu dan tempat kontrol.
b. Obat-obatan yang masih harus diminum
Penjelasan tentang obat yang pemberiannya masih dilanjutkan, dosis, cara pemberian,
dan waktu pemberian yang tepat.
c. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan selama MRS dibawakan kepada klien sewaktu pulang.
d. Surat-surat
Surat-surat, seperti surat kontrol ulang, dan surat-surat yang diperlukan saat akan
melakukan kontrol ulang
3.3 Media
Media yang digunakan dalam pelaksanaan discharge planning kepada klien dan
keluarganya diantaranya; status pasien, kartu discharge planning, leaflet, sarana dan
prasarana perawatan.
231
3.4 Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Persiapan dilaksanakan sejak 3 hari sebelum acara dimulai. Acara dimulai tepat
waktu sesuai dengan jadwal pada gannt chart. Penetapan pasien yang akan dijadikan role
play dilaksanakan satu hari sebelum acara.
b. Evaluasi Proses
No.
Waktu
Kegiatan
1.
2.
c. Evaluasi Hasil
1.
2.
Selama kegiatan, setiap mahasiswa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing peran
yang dimainkan.
3.
Acara dimulai waktu terlambat 30 menit dari waktu yang telah ditentukan.
4.
d. Hambatan
1. Pelaksana discharge planning kurang berpengalaman terhadap masalah yang dihadapi
klien sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien kurang maksimal.
2. Adanya hambatan perbedaan bahasa sehingga penyampaian materi discharge planning
tidak dapat diserap klien secara optimal.
232
e. Dukungan
1.
2.
Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat ruangan
dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
3.
Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan pelaksana
didscharge planning.
4.
Tersedianya fasilitas pendukung discharge planning yang baik di ruang bedah Aster.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Discharge planning diharapkan membawa manfaat bagi pasien dan keluarganya
dalam meningkatkan kemandirian pasien, dan kualitas pemeliharaan kesehatan keluarga
setelah keluar dari rumah sakit, terutama dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pelaksanaan discharge planning oleh mahasiswa berjalan dengan lancar. Adapun
materi pendidikan kesehatan yang disampaikan dalam discharge planning yang
dilaksanakan meliputi lima hal, yakni tentang pedoman perawatan luka pad carcinoma
mammae, pengobatan, aturan diet, jadual kontrol ulang, dan aktivitas-istirahat.
4.2 Saran
1. Discharge planning sebaiknya dilaksanakan sejak pertama kali pasien MRS sampai
dengan pasien akan dipulangkan, karena perencanaan pemulangan pasien telah
dimulai sejak awal pasien dirawat di ruang rawat.
2. Perawat primer sebagai pelaksana kunci discharge planning, sebaiknya meningkatkan
pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan interpersonal sehingga
klien mampu menyerap informasi yang diberikan dan pelaksanaan discharge planning
dapat dilaksanakan kepada setiap pasien
3. Evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang telah diberikan sebaiknya dilakukan
pada tiap-tiap inti materi sehingga perawat dapat mengetahui tingkat pemahaman
pasien dan keluarga, serta dapat merencanakan materi pendidikan kesehatan yang
akan diberikan selanjutnya.
233
Daftar Pustaka
Chesca, (1990). Perencanaan Pulang Pasien. Makalah Kuliah untuk Perawat. Yogyakarta.
Morison (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC
Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika. Jakarta.
Gillies, (1989). Managemen Keperawatan Suatu pendekatan Sistem, Edisi Terjemahan. Alih
Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta.
234
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH
SURABAYA 2008
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NO.Reg
:...................................
Nama/umur
: .................../.............
Kamar
: .................................
RESUME KEPERAWATAN
Diagnosa Medik : .................................
Tgl MRS
:..................................
Keadaan penderita ketika pulang atau pindah
Keadaan Umum :
Suhu : ...., Nadi :.., RR :., Tensi : .....
Masalah selama dirawat :
Perubahan eliminasi urine
Gangguan mobilisasi
Ansietas
Resti infeksi
Nyeri
Resti hemoragi
Ggn keseimbangan cairan &elektrolit
Lain-lain ....................
Kurang pengetahuan
Pengobatan
Meneruskan obat :
Ya
Tidak
Diberikan resep :
Ya
Tidak
Jenis Obat :
Antibiotika
Roboransia
Jenis dan dosis :...
Jenis dan dosis :...
Analgesik
Antipiretika
Jenis dan dosis :...
Jenis dan dosis :....
Lainnya :
Jenis dan dosis :....
Perawatan luka
Operasi
Ya
Tidak
Lain-lain :
Kontrol ulang
:
1 minggu
2 minggu
3 minggu
Tgl dan tempat : ...................................
Pendidikan kesehatan :
Nutrisi
Cara rawat luka
Aktivitas dan istirahat
Lainnya :.......
Lain-lain :
Surabaya, 2008
(..)
Perawat Primer
235
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH
SURABAYA
2009
PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN
FORMAT RESUME KEPERAWATAN
1.
2.
Keadaan umum
b.
c.
d.
3.
Pengobatan :
a.
b.
c.
Jenis dan dosis obat yang diberikan : diisi berdasarkan obat yang dibawa
pulang klien
4.
Perawatan luka : diisi jika ada luka yang harus dirawat setelah pulang .
5.
6.
7.
Lain-lain : diisi terhadap apa saja yang harus diperhatikan oleh pasien ketika pulang
atau control jika belum tercantum dalam ketujuh item diatas.
8.
236
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN
DISCHARGE PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
237
PRAKTEK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2009
DICHARGE PLANNING
Tanggal MRS:
Tanggal KRS:
No. Reg
:
Nama
:
Jenis Kelamin :
Alamat
:
Tanggal/Tempat Kontrol :
Lain-lain :
Yang di bawa pulang (Hasil Lab, Foto, ECG) :
Lab ....................lembar
Foto................... lembar
USG ...................lembar
EKG ......................lembar
CT Scan ................lembar
lain-lain ..................lembar
Saya selaku keluarga menyatakan telah mendapat penyuluhan hal-hal tersebut di atas oleh
mahasiswa PSSKp Fakultas Keperawatan Unair Surabaya dan telah mengerti.
Surabaya, ...................... .2008
Perawat
Pasien/Keluarga
( ................................. )
JADWAL PESAN KHUSUS
Tgl/
Pesan
Pelaksanaan
Hari
Khusus
(jam)
( ........................)
Discharge Planning
(Perencanaan Pasien Pulang)
Nama
No. Register
Pasien
:
:
238
Kontrol Ulang
Tempat Kontrol
Perawatan di rumah:
Diet:
Jenis:
Jumlah:
Frekuensi:
Kartu kontrol
Jika Anda pasien Askes:
Surat rujukan puskesmas
Kartu Askes asli (foto copy)
Dosis
Perawatan Luka:
Catatan Khusus:
239
1.
2.
3.
4.
Pelaksanaan
Hari/tanggal
Pukul
Pelaksana
Topik
Tempat
Sasaran
Pengorganisasian
Moderator
Penyaji
Fasilitator
Observer
Pembimbing
Pelaksanaan Kegiatan
No.
Waktu
1.
12.40
12.43
2.
12.43
12.50
3.
12.50
13.05
4.
13.05
13.10
:
:
:
:
:
:
Kegiatan
Pembukaan :
a. Penyampaian salam
b. Memperkenalkan anggota
c. Menyampaikan tujuan penyuluhan
d. Kontrak waktu
Penyajian :
a. Menggali pengalaman peserta
penyuluhan tentang persiapan pre
operasi
b. Penyajian materi persiapan pre operasi
Diskusi
a. Tanya Jawab
b. Masukan oleh pembimbing
Penutup :
a. Melakukan evaluasi tentang materi
yang telah disampaikan
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan.
c. Menyampaikan salam
d. Membagikan leaflet
Pelaksana
Moderator
Penyaji materi
Moderator
dan fasilitator
Moderator
Pertanyaan
1) Tolong dijelaskan kembali tentang maksud dari Sabar, Tawakal dan Ikhtiar saat
menunggu acara operasi ? (Tn. Paidi)
2) Saat sebelum operasi kan tubuh harus dalam keadaan sehat tetapi mengapa harus
dilakukan puasa sebelum melakukan operasi ? (Tn. Saruwi)
3) Apa yang dapat menyebabkan kanker itu muncul? Apakah bisa dari makanan? (Tn.
Krido)
240
4)
5)
5.
Jawaban
1) Sabar, tawakkal dan ikhtiar menunggu jadwal operasi yang kadang tidak menentu
dengan cara banyak berdoa dan berdzikir sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing.
2) Puasa dan urus-urus sebelum dilakukan operasi bertujuan agar pencernaan pasien
bersih dan saat dilakukan operasi tidak mengotori area operasi (ditakutkan pasien
tiba-tiba buang air besar di kamar operasi) karena area operasi harus tetap steril
sampai pasien selesai dilakukan operasi.
3) Penyebab utama kanker sebenarnya belum diketahui secara pasti tetapi setiap orang
pasti mempunyai bakat kanker yang artinya setiap orang dapat menderita kanker.
Beberapa faktor pencetus terjadinya kanker adalah makanan yang mengandung
penyedap atau penambah rasa (mono sodium glutamat atau MSG atau sering dikenal
dengan micin), pewarna buatan, pengawet (termasuk makanan kaleng), makanan
cepat saji, makanan yang dipanggang (seperti sate, ikan bakar, dll).
4) Faktor-faktor yang dapat mempercepat pertumbuhan kanker adalah faktor pencetus
terjadinya kanker seperti yang telah dijelaskan sebelumnya serta stress, cara
pencegahannya dengan cara menghindari makanan yang telah disebutkan diatas dan
menambah konsumsi buah-buahan, sayur hijau dan makanan yang banyak
mengandung nutrisi serta mengurangi stress.
5) Yang dapat meningkatkan trombosit kalau dari makanan adalah buah-buahan seperti
jeruk, jambu biji merah, sayuran hijau, dan lain-lain.
6.
a)
Hasil evaluasi
Evaluasi stuktur
a. Persiapan sarana dan prasarana dilakukan satu hari sebelum acara.
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan dua hari sebelum acara.
c. Penyelenggaraan acara sesuai dengan tempat dan waktu yang direncanakan.
Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan :
Semua pertanyaan para peserta dapat dijawab dengan baik oleh fasilitator dan
penyaji serta moderator.
b. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal hingga akhir
c. Peserta tidak ada yang mennggalkan tempat saat penyuluhan berlangsung.
Evaluasi Hasil.
a. Peserta dapat menjelaskan dan menyebutkan kembali materi penyuluhan yang telah
dijelaskan
b. Jumlah peserta yang hadir adalah 9 orang dari 10 orang yang diundang (90%), 1
orang tidak dapat mengikuti penyuluhan karena harus mengambil obat dengan segera
di depo farmasi.
b)
c)
241
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Hari / tanggal
Pukul
: 08.30 WIB
Waktu
: 30 Menit
Tempat
Sasaran
IV. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
V. Media
Leaflet dan flip chart
242
Kegiatan Acara
Kegiatan Peserta
Waktu
1.
Pembukaan
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyampaikan topik
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan
5 .Melakukan kontrak waktu
-Menjawab salam
5 menit
-Mendengarkan
-Mendengarkan
-Mendengarkan
-Mendengarkan
2.
Penyajian Materi:
1.Mengkaji pengetahuan awal
peserta tentang topik yg akan
disampaikan
2.Menyampaikan materi:
a. Pengertian
persiapan
px
sebelum operasi
b. Tujuan persiapan sebelum
operasi
c.
Persiapan
fisik
sebelum
operasi
d. Persiapan psikologis sebelum
operasi
Evaluasi
1.
2.
4.
Penutup
1.
2.
3.
10
- Menjawab
menit
- Mendengarkan dan
memperhatikan
10
Peserta mampu menyebutkan
7 dari 12 persiapan fisik
sebelum operasi
Peserta mampu menyebutkan
3 dari 5 persiapan psikologis
sebelum operasi
Menyimpulkan materi
Memberi salam
Membagikan leaflet
-. Bertanya
menit
-. Menjawab
-Mendengarkan
-Menjawab salam
5 menit
243
VII. Pengorganisasian
Pembicara
Moderator
Fasilitator
Observer
Pembimbing
:
:
:
:
VIII. Evaluasi
a. Struktural :
- Peserta hadir di tempat penyuluhan
- Penyuluhan dilakukan di Ruang Mawar RS ..B
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (satuan acara
penyuluhan dan leaflet)
b.Proses :
- Masing-masing anggota tim bekerja sesuai dengan tugas
- Peserta antusias terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang terlibat
penyuluhan 50% dari peserta yang hadir
c. Hasil:
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu
sesuai dengan tujuan khusus, peserta dapat menyebutkan:
1. Pengertian persiapan pasien sebelum operasi
2. Macam-macam persiapan pasien sebelum operasi
3. Persiapan fisik sebelum operasi
4. Persiapan psikologis sebelum operasi
IX. Antisipasi Masalah
1. Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat
menstimulasi dengan cara berdialog dengan pemberi materi dalam membahas
yang sedang diberikan
2. Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji hendaknya
dilakukan konfirmasi pada pembimbing klinik. yang mendampingi.
244
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu
klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi. Salah satu bentuk penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan model praktik keperawatan
yang ilmiah dan sering disebut sebagai Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
(Sitorus, R & Nurachmah, 2005). Salah satu metode yang diterapkan pada MAKP adalah
dengan memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien kemudian
mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah
dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik
perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi
pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan
keperawatan. Berdasarkan hasil kuesioner dari 8 orang perawat di ruang Bedah A, didapatkan
bahwa 87,5 % perawat menyatakan belum pernah mengikuti ronde keperawatan dan 12,5 %
menyatakan sudah pernah mengikuti ronde keperawatan. Ronde keperawatan yang sesuai
dengan konsep belum pernah dilaksanakan karena kurangnya sumber daya manusia.
Melalui ronde keperawatan perawat dapat meningkatkan kemampuan afektif, kognitif, dan
psikomotor. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan
klien terhadap pelayanan keperawatan.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang belum teratasi dapat
diatasi.
2) Tujuan Khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu :
1. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
3. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
7. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana Asuhan Keperawatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.
245
1.3 Manfaat
1) Bagi Klien :
1) Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
2) Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
2) Bagi Perawat :
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Menjalin kerjasama tim.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3) Bagi rumah sakit :
Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
1.4
Pengorganisasian
Kepala Ruangan
PP 1
PP 2
PA 1
PA 2
Konselor
Supervisor
Pembimbing
1.5
246
1.6
TAH
AP
Pra
Ronde
Ronde
2)
3)
Pasca
Ronde
Validasi Data
Memberi
salam
dan
memperkenalkan
tim
ronde
kepada klien dan keluarga.
Memvalidasi data yang telah
disampaikan
Menjawab
pertanyaan
dari
keluarga pasien.
Pasca Ronde
a) Karu membuka dan memimpin
diskusi.
b) Diskusi antar anggota tim dan klien
tentang
masalah
keperawatan
tersebut
c) Menyimpulkan hasil diskusi dan
merekomendasikan
solusi
yang
dilakukan dalam mengatasi masalah.
d) Reward dan Salam penutup
TEMPAT
PELAKSANA
Ruang
BedahA
PP 1
Nurse
Station
Nurse
Station
WAKTU
Sehari
sebelum
pelaksanaan
ronde
15 menit
Kepala Ruangan
Nurse
Station
Nurse
Station
PP1
PP1
PP1
Nurse
Station
PPI
PP2
Bed Klien
Karu
Bed Klien
PP2
Bed Klien
Nurse
Station
Nurse
Station
Karu
Konselor, Karu, PP,
PA, Gizi, Dokter
Konselor,
Nurse
Station
Karu, PP2
15 menit
15 menit
Karu
Nurse
Station
247
1.7
a.
b.
c.
Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
1) Persiapan dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan ronde keperawatan
2) Penyusunan proposal ronde keperawatan
3) Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik
4) Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan sehari sebelum pelaksanaan ronde
keperawatan
5) Penentuan pasien dan kasus yang akan dilaksanakan ronde
6) Membuat informed consent dengan pasien dan keluarga
Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat
menjalankan perannya dengan baik.
Evaluasi Hasil
Dapat dirumuskan tindakan keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas
dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam, 2002).
2.2 Tujuan Ronde :
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan klien.
2) Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien
3) Meningkatkan kemampuan validitas data klien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
2.3 Manfaat
a.
b.
c.
d.
e.
248
2.5
2.6
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
PP
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Inform Concernt
TAHAP PELAKSANAAN DI
NURSE STATION
Penyajian
Masalah
validasi data
TAHAP RONDE PADA BED
KLIEN
Diskusi PP-PP, Konselor,KARU
Lanjutan-diskusi di Nurse
Station
2.7
Kriteria Evaluasi
a. Struktur
249
b.
c.
Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
Hasil
Perawat dapat :
1. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2. Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
3. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
4. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
5. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien.
250
: ..
: ..
: ......................................................
Alamat
: ..
..
Ruang
: Bedah Aster
No. RM. : ..
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1)
2)
Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde keperawatan
Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan dilakukan
ronde keperawatan
3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat dan saya telah
mengerti dengan sepenuhnya.
Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Surabaya,
September 2009
Pasien
Saksi-saksi :
1. ..
()
2. ..
(....)
251
BAB 4
PENUTUP
4.1
Simpulan
Ronde keperawatan diharapkan membawa manfaat bagi perawat dalam mengasah
kemampuan berpikir kritis dan menciptakan komunitas keperawatan yang profesional. Bagi
pasien dan keluarganya, ronde keperawatan diharapkan dapat mempercepat penyembuhan dan
meningkatkan kualitas kesehatan klien sehingga pada akhirnya turut meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit.
Pelaksanaan Ronde keperawatan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen
keperawatan PSKp FKp Unair angkatan B9 di ruang bedah Aster dilaksanakan pada Kamis, 25
September 2008 terhadap keluarga Ny. Tumiarsih berjalan dengan cukup lancar. Adapun
masalah keperawatan yang diangkat saat pelaksanaan ronde adalah PK: Trombositopenia,
dengan beberapa saran intervensi antara lain modifikasi jenis makanan dan kolaborasi untuk
pemeriksaan penunjang secara lengkap untuk mengetahui adanya metastase serta kolaborasi
untuk pemberian tranfusi trobosit.
4.2
Saran
2. Ronde keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruang rawat inap oleh
perawat-perawat yang terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
3. Perawat primer sebagai pelaksana kunci ronde keperawatan, sebaiknya
meningkatkan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan
interpersonal sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi pasien, komunitas
perawat, dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical
Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company,
Philadelphia
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.
Jakarta.
Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran,
Bandung.
Muchlis Ramli dkk, 2000. Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta.
252
Pendahuluan
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektivitasannya adalah saat pergantian shift,
yaitu saat timbang terima pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulisan dan
lisan.
Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar pada 8 orang perawat didapatkan
hasil 75 % perawat menyatakan timbang terima dilakukan dengan fokus pada
masalah medis dan 25 % dilakukan dengan fokus pada masalah medis dan masalah
keperawatan. Berdasar dari hasil observasi pelaksanaan timbang terima di Ruang
Bedah A saat ini untuk shift malam ke shift pagi telah memenuhi standar yaitu telah
disampaikan tentang diagnosis keperawatan, intervensi yang telah dan belum
dilaksanakan serta pesanan khusus yang berkaitan dengan klien, sedangkan shift pagi
ke sore dan sore ke malam belum terlaksana secara optimal.
1.2
Tujuan
1.1.1
klien.
1.1.2
Tujuan Umum
Mengkomunikasikan segala informasi yang berkaitan dengan kondisi
Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien (Data Fokus).
b. Menyampaikan diagnosis keperawatan klien.
c. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan kepada klien.
d. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang
belum dilakukan kepada klien.
e. Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
f.
Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
g. Mendokumentasikan timbang terima.
253
1.3
1.3.1
1.3.2
1.4
1.5
1.6
Manfaat
Bagi Perawat
a.
Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar perawat.
b.
Menjalin hubungan yang bertanggung jawab antar perawat.
c.
Meningkatkan kualitas pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan.
Bagi Klien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung pada saat perawat
melakukan validasi data
Pengorganisasian
Kepala ruangan
PP 1 (pagi)
PA 1 (pagi)
PP 2 (pagi)
PA 2 (pagi)
PP 3 (sore)
PA 3 (sore)
Pasien
Supervisor
Pembimbing:
: .
:
: .
: .
:
:
: .
:
: .
:
TAHAP
KEGIATAN
WAKTU
TEMPAT
PELAKSANA
Persiapan
5 menit
Nurse
Station
Karu
254
Pelaksanaan
Penutup
30 menit
5 menit
Nurse
Station
PP
Bed Klien
Nurse
Station
Semua perawat
PP
Karu
255
1.7
1.8
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN
MASALAH
Teratasi,
Belum teratasi
1.9
Evaluasi
Teratasi sebagian
1. Struktur
Pada timbang terima, sarana prasarana yang menunjang telah tersedia antara
Muncul
masalah
baru
lain : Lembar timbang
terima,
status
klien, work sheet dan alat tulis, serta kedua
kelompok shif timbang terima Kepala ruangan seharusnya memimpin timbang
terima yang dilaksanakan pada pergantian shif yaitu malam ke pagi, pagi ke
sore. Kegiatan timbang terima pada shif sore ke malam dipimpin oleh PP yang
bertugas saat itu.
256
2.
3.
Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh Karu dan diikuti oleh seluruh perawat
yang bertugas sebelumnya maupun yang akan ganti dinas. PP mengoperkan
kepada PP berikutnya yang akan mengganti dinas. Timbang terima pertama
dilakukan di Nurse Station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke Nurse
Station. Isi timbang terima mencakup identitas klien, diagnosis keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang belum dilakukan dan pesan
khusus. Setiap klien tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
Hasil
a) Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift
b) Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
c) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1
Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).
2.2
Tujuan :
a.
Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum
b.
Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
c.
Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
2.3
Langkah-langkah
a.
Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b.
Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan halhal apa yang akan disampaikan
c.
Perawat primer menyampaikan kepada penaggungjawab shift yang
selanjutnya meliputi :
1)
Kondisi atau keadaan klien secara umum
2)
Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan
3)
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
d.
Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburuburu
e.
Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien
2.4
b.
Pelaksanaan
257
Dalam penerapan sistem MAKP : Primer, timbang terima dilaksanakan
oleh perawat primer kepada perawat primer yang mengganti jaga pada shift
berikutnya :
1)
Timbang terima dilaksanakan setiap pergantin shift atau operan
2)
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum
dilaksankan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan
3)
Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat
jaga berikutnya
4)
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
Hasil Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan 5 hari sebelum acara dimulai. Acara sesuai dengan jadwal
gannt chart yang telah dibuat.
b.
Evaluasi proses
258
No
1
2
Waktu
13.00-13.45 WIB
13.45-14.00 WIB
Kegiatan
Pelaksanaan timbang terima
Diskusi dan klarifikasi dari supevisor serta pembimbing (baik
pendidikan ataupun ruangan) :
PEMBIMBING 1.
Pada lembar timbang terima, kolom implementasi
yang telah dilakukan harap dilengkapi untuk hasil observasi
tanda-tanda vitalnya.
PEMBIMBING 2.
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronik tidak
cukup hanya di berikan tehnik relaksasi dan distraksi untuk
mengurangi nyeri tetapi perlu juga kolaborasi untuk konsul
paliatif guna mendapatkan obat yang dapat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri seperti Copar dan lain sebagainya.
PEMBIMBING 3.
1. Pada saat ke bed pasien, seharusnya PP lebih berperan
dan aktif dari pada Kepala ruang.
2. Penulisan pada proposal harap lebih teliti.
3. Penulisan pada lembar timbang terima diharapkan lebih
diperhatikan dan di lengkapi.
4. Pada leaflet persiapan pre operasi, ditambahkan untuk
perawatan post opersinya juga seperti pasien harus
mobilisasi sedini mungkin (miring kanan dan kiri
selanjutnya diteruskan dengan duduk dan berdiri serta
berjalan-jalan).
5. Resiko efek samping kemoterapi jangka pendek tidak
hanya muntah, mual dan urtikaria tetapi perlu
ditambahkan juga kehilangan nafsu makan karena pada
umumnya klien akan tidak dapat merasa makanan
(kehilangan rasa makanan) sehingga perlu dijelaskan
tentang makanan tambahan yang bisa dikonsumsi klien
seperti susu, buah-buahan dan lain sebaginya.
PEMBIMBING 4
Pada proses pelaksanaan yang telah dilaksanakan
sudah sangat bagus, hanya perlu dipelajari lagi tentang
penguasaan grammer dan cara pengucapan dalam bahasa
inggris.
c.
d.
Evaluasi hasil
1) Kegiatan dihadiri 54,5 % dari 11 orang yang diundang.
2) Selama kegiatan, masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan
tugasnya.
3) Acara dimulai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4) Kegiatan berjalan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan baik.
Hambatan
259
Pelaksanaan timbang terima keperawatan belum optimal karena Karu
kurang memberikan kesempatan kepada PP (yang mengoperkan) sehingga peran
PP saat di pasien kurang terlihat.
e.
Dukungan
1) Pengorganisasian acara timbang terima keperawatan yang terstruktur.
2) Proses bimbingan pelaksanaan timbang terima oleh pembimbing akademik
dan ruangan.
3) Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak
perawat ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4) Hubungan saling percaya yang terjalin antara keluarga klien dengan
pelaksanaan timbang terima keperawatan.
5) Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses timbang terima
yang baik di ruang bedah Aster.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat disampaikan juga
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan klien
secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
Pelaksanaan timbang terima pada hari Rabu, 08 Oktober 2008 terhadap semua klien
kelolaan di ruang elektif kelas III (bed no. 5-10 dan 15-20) Ruang bedah Aster, sebanyak 11
klien. Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan dan semua personal dapat
melaksanakan kegiatan sesuai peran masing-masing.
4.2 Saran
1. Timbang terima keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruang rawat inap oleh
perawat-perawat yang terlibat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
2. Kepala Ruangan sebaiknya memberikan kesempatan kepada kedua PP untuk lebih aktif
dibed pasien.
3. Kenyamanan pasien harus tetap diperhatikan saat melakukan tindakan (validasi)
4. Validasi data saat di pasien seharusnya tidak berulang-ulang (cukup 1x) dengan alokasi
waktu tiap pasien kurang lebih 5 menit.
260
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH SURABAYA
PETUNJUK TEKNIS
PENGISIAN FORMAT TIMBANG TERIMA
1.
2.
No. Bed atau kamar ditulis sesuai nomor bed yang ditempati klien
3.
Diagnosis medis ditulis lengkap tentang diagnosis terakhir termasuk pro atau post op
dan hari ke berapa.
4.
5.
6.
Masalah keperawatan dan data fokus (DO dan DS), diisi masalah
keperawatan yang masih muncul sampai masalah ini dituliskan beserta data
objektif (DO) dan data subjektif (DS) yang mendukung.
b.
c.
d.
Pesan khusus atau hal-hal yang perlu diperhatikan digunakan untuk menulis
pesan-pesan khusus yang harus diberitahukan di luar implementasi keperawatan
yang harus dilanjutkan.
e.
Tanda tangan diisi oleh PP yang mengoperkan dan menerima setelah validasi
ke pasien.
f.
Tanda tangan karu diisi oleh Karu setelah antara PP yang mengoperkan dan
menerima sudah sepakat dan sudah tidak ada klarifikasi lagi dan hanya berlaku
untuk pagi hari saja saat karu bertugas
261
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2003). Memberikan
asuhan keperawatan secara profesional didukung dengan adanya sumber daya manusia yang
bermutu, standart pelayanan, termasuk pelayanan yang berkualitas, disamping fasilitas yang
sesuai harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan sesuai dengan harapan konsumen dan
memenuhi standard yang berlaku maka perlu dilakukan pengawasan atau supervisi terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari dan memperbaiki
secara bersama-sama. Kunci sukses supervisi yaitu 3 F, yaitu Fair, Feedback, dan Follow Up
(H. Burton, dalam Pier AS, 1997 : 20). Dan merupakan ujung tombak tercapainya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 8 perawat ruang Bedah A, 62,5% perawat
menyatakan supervisi keperawatan di ruang Bedah A sudah dilaksanakan secara rutin setiap
tahun namun belum efektif. Dan 37,5% perawat menyatakan tidak tahu. Pelaksanaan supervisi
di Ruang Bedah A telah dilakukan namun instrumen dan pendokumentasian supervisi belum
ada.
Berdasar atas kondisi di atas maka kami merencanakan dan akan melaksanakan supervisi
tentang Perawatan Luka Post-Operasi di Ruang Bedah A. Perawatan luka post operasi
mencegah timbulnya infeksi, mengobservasi keadaan luka, dan mempercepat penyembuhan
luka.
Adapun tujuan dari supervisi pelaksanaan perawatan luka adalah untuk mengetahui
pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat tentang pelaksanaan perawatan luka dan dapat
berdiskusi bersama tentang sesuatu yang baru mengenai pelaksanaan perawatan luka.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran seorang kepala ruangan sebagai supervisor dalam lingkup
tanggung jawabnya, terutama dalam melakukan supervisi terhadap Perawat Primer dalam
melakukan perawatan luka.
1.2.2Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi.
b. Mampu mempersiapkan instrumen perawatan luka.
c. Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan prinsip perawatan luka.
d. Mampu membimbing dan memberikan masukan terhadap staf.
e. Mampu memberikan follow-up terhadap hasil supervisi terhadap staf
f. Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi.
262
1.3. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi pelaksanaan perawatan luka akan dilaksanakan pada :
Hari / tanggal
: Kamis, 18 September 2008
Waktu
: 09.00 WIB s/d 09.30 WIB
Lama kegiatan
: 30 menit
Tempat
: Kantor Karu , Nurse Station dan Ruang perawatan pasien
Topik
: Pelaksanaan perawatan luka Ny. Muminah dengan diagnosa
medis Abses Retroperitoneal dan post-operasi drainase abses
hari ke-6
Aspek
: Pengetahuan dan keterampilan perawat dalam perawatan
luka
Supervisor
: Kepala ruangan
Yang disupervisi
: Perawat primer dan perawat associate
4.
5.
Instrumen
1) Format instrumen supervisi prinsip pelaksanaan perawatan luka
2) Format laporan supervisi keperawatan
6.
Tahap
Kegiatan
Pra
Supervisi
5 menit
Kepala Ruangan
( Supervisi )
1. Salam Pembuka
2. Menyampaikan tujuan
supervisi
3. Menentukan kegiatan
yang akan
disupervisi:
mengecek jadwal
rawat luka milik PP
4. Menjelaskan
instrumen/ format
penilaian yang akan
digunakan.
5. Mempersilahkan PP
membaca instrumen
penilaian dan
klarifikasi terhadap
instrumen yang akan
digunakan
6. Mempersilahkan PP
untuk tindakan rawat
luka
Perawat Primer
1. Menguraikan tentang
tindakan rawat luka
hari itu
2. Mendelegasikan
kepada PA untuk
menyiapkan
perlengkapan rawat
luka
Perawat Associate
Tempat
1.Menerima
delegasi dari PP
untuk
menyiapkan
perlengkapan
rawat luka
Ruang
Karu
263
Supervisi
30 menit
1. Melakukan
pengawasan &
koordinasi
2. Melakukan crosscheck
kelengkapan alat.
3. Menilai pelaksanaan
rawat luka berdasarkan
format supervisi
4. Mencatat jika
ditemukan ada hal-hal
yang perlu
didiskusikan bersama
PP dan PA.
5. Mengisi format/
instrumen penilaian
supervisi
Post
Supervisi
10 menit
Evaluasi :
1. Menginformasikan
hasil dari penilaian.
2. Melakukan evaluasi
hasil bimbingan
3. Memberikan solusi
dan feed back
4. Memberikan
reinforcement
5. Melakukan
dokumentasi hasil
supervisi
7.
Struktur Pengorganisasian
1) Kepala Ruangan
2) Perawat Primer
3) Perawat Assosciate
4) Supervisor
5) Pembimbing
1. Membantu PP
mempersiapkan
alat yang belum
ada untuk rawat
luka
2. Membawa
trolley rawat
luka ke bed
pasien
3. Membantu PP
melakukan
perawatan luka
Nurse
Station
Bed
Pasien
1. Mendengarkan
dengan seksama
2. Klarifikasi hasil
penilaian
3. Tanda tangan hasil
supervisi
1. Mendengarkan
dengan seksama
2. Klarifikasi hasil
penilaian
Ruang
Karu
264
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah mempelajari
dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burton, dalam Pier AS, 1997 : 20). Supervisi
keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
2.2 Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan dan kemampuan
perawat dalam melaksanakan tugas.
2.3 Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standart.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara supervisor dan
perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreatifitas
dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan manajer.
2.4 Pelaksana Supervisi
1. Kepala Ruangan :
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien di
ruang perawatan
b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan
diruang perawatan.
2. Pengawas perawatan :
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala ruangan yang
ada di instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan :
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan seluruh
perawat secara tidak langsung.
265
2.5 Alur Supervisi
Alur Supervisi
Ka. Bid Perawatan
Kasi Perawatan
Pre Supervisi
Ka. Per IRNA
Ka Ru
Supervisi
Supervisi
PP 1
PP 2
Delegasi
Pasca Supervisi
Fair
Feed Back
Follow Up
PA
PA
Kualitas Pelayanan
Meningkat
Keterangan :
Kegiatan supervisi
Delegasi dan supervisi
266
Langkah-langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
b) Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen
yang telah disiapkan.
b) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c) Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
d) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
e) Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan Perawat
Associate
f) Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan
Perawat Associate
g) Supervisor memberikan reinforsement pada Perawat Primer dan Perawat
Associate.
Peran supervisor dan fungsi supervisi keperawatan
Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang tersedia.
1. Manajemen pelayanan keperawatan.
Tanggung jawab supervisor adalah :
a) Menetapkan dan mempertahankan standard praktek keperawatan.
b) Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan
pengembangan. Supervisor berperan dalam :
a) Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan
yang tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan
RS.
b) Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan anggaran
keperawatan.
c) Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu saja, tetapi
memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan dengan tepat.
Kegegalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
Tehnik Supervisi meliputi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen kelompok, yaitu :
a) Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian.
c) Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
267
2.
3.
2)
Area Supervisi.
a) Pengetahuan dan pengertian tentang klien.
b) Ketrampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran, empati
Cara Supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
a) Langsung.
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, feed back
dan perbaikan.
Adapun prosesnya adalah:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan
petunjuk.
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
Supervisi secara tidak langsung :
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi dilapangan sehingga mungkin terjadi
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
BAB 3
PELAKSANAAN SUPERVISI PERAWATAN LUKA
Pelaksanaan Kegiatan
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
Acara
268
2)
No.
1
2
3)
Evaluasi Proses
Waktu
09.00-09.45
09.45-10.00
Kegiatan
Pelaksanaan supervisi perawatan luka pada Ny. Muminah
Masukan dan klarifikasi dari pembimbing dan supervisor
Pembimbing 1:
1. Untuk pelaksanaan rawat luka, kasa yang basah diperas terlebih
dahulu sehingga tidak menetes dan membasahi lantai serta pakaian
pasien.
Pembimbing 2:
1. Proses sudah sempurna, kepala ruangan keliling tidak hanya
mengawasi yang merawat luka
Pembimbing 3:
1. Proses supervisi oleh kepala ruangan sudah berjalan dengan baik
2. Pada persiapan alat kepala ruangan harus mengawasi dan
membuka alat untuk perawatan luka sebaiknya dilakukan di
depan pasien
3. Waktu yang digunakan untuk perawatan luka terlalu lama selain
itu harus memperhitungkan pemakaian kasa dan kapas jangan
terlalu banyak
Evaluasi Hasil
1. Kegiatan dihadiri oleh undangan 40 % dari 10 orang yang diundang
2. Acara dimulai sesuai dengan waktu yang ditentukan
3. Mahasiswa melaksanakan tugasnya sesuai dengan peran masing-masing.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Selama pelaksanaan supervisi perawatan luka pada Ny. Muminah dapat
dilaksanakan sesuai rencana dalam proposal. Proses pelaksanaan supervisi dapat terlaksana
dengan baik, sesuai dengan alur, terlihat dari pembagian antara peran Perawat Primer dan
Perawat Asosiate sudah sesuai dengan Job Description masing-masing dan kepala ruangan
dapat menjalankan perannya dalam pelaksanaan tahap-tahap tindakan supervisi sesuai dengan
prinsip supervisi Fair, Feedback, dan Follow Up. Selain itu kepala ruangan telah menyebutkan
rencana pelaksanaan supervisi selanjutnya dalam rangka meningkatan kualitas pelayanan
keperawatan.
4.2 Saran
1. Karu perlu meningkatkan pengetahuan tentang supervisi keperawatan melalui
pendidikan dan pelatihan tentang supervisi sehingga dapat melaksanakan supervisi
sesuai peran
2. PP perlu secara aktif dalam mengevaluasi tindakan yang dilakukan PA
3. Secara keseluruhan masing masing orang perlu meningkatkan soft skill sehingga
dapat melaksanakan tindakan dengan tepat.