Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Kata asma berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah atau sukar
bernafas. Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat
dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episode tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan.1
Dalam ilmu kedokteran istilah asma meliputi 2 pengertian pertama, untuk merujuk
pada asma kardial yang sesak nafasnya berkaitan dengan kegagalan jantung yang
menyebabkan oedem paru. Kedua, asma bronkial yang sesak nafasnya diakibatkan oleh
penyempitan saluran nafas secara menyeluruh serta didasari oleh kepekaan yang
meningkat (hyperreactivity) dan tanggapan saluran pernafasan yang berlebihan
(hyperresponsiveness) terhadap berbagai macam rangsangan. Asma bronkial adalah salah
satu penyakit paru yang termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi.
Penderita asma di Amerika Serikat berkisar antara 6 sampai dengan 8 juta, suatu
keadaan klinik yang ditandai adanya kepekaan yang tinggi dari percabangan saluran
pernafasan terhadap berbagai rangsangan. Gambaran awal berupa sesak nafas (dyspneu)
dan nafas berbunyi (wheezing) adalah keluhan yang diakibatkan oleh penyempitan
saluran pernafasan, merupakan gambaran yang khas dari asma bronkial. Pada beberapa
penderita dapat terjadi adanya keluhan awal tersebut berupa batuk dengan atau tidak
adanya dahak yang kental. Keluhan-keluhan pada penderita asma adalah akibat obstruksi
spasme bronkus, edema dan peradangan dinding bronkus, serta sekresi yang berlebihan
dari kelenjar mukosa, yang menyebabkan inflasi yang berlebihan, pertukaran gas
menurun, dan meningkatkan kerja respirasi. Gejala awal tersebut dapat hilang dengan
sendirinya, atau dapat berlanjut dan menjadi berat walaupun sudah diberi pengobatan dan
mengakibatkan timbulnya tanda-tanda asfiksia. Sebagian besar serangan asma dapat pulih
kembali secara spontan baik dengan atau tanpa obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bronkus.4
II.2.1 Penyempitan Saluran Napas
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala dan
perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada saluran
napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mukus. 2
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap berbagai
mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah mekanisme dominan terhadap
penyempitan saluran napas dan prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator.
Edema pada saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini penting
pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan karena perubahan struktural
atau disebut juga remodelling.2 Proses inflamasi kronik pada asma akan menimbulkan
kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing
process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel yang mati atau
rusak dengan sel-sel yang baru. Proses penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan
jaringan yang rusak dengan jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang
rusak dengan jaringan penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua
proses tersebut berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian
akan menghasilkan perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway
remodelling.1
II.2.2 Hiperreaktivitas saluran napas
Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara
klinis paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap
reaktivitas yang berlebihan atau hiperreaktivitas ini belum diketahui dengan pasti tetapi
mungkin berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan
hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyebabkan perubahan kontraktilitas.
Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat
memperberat penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos.7,8
II.3 FAKTOR PENCETUS ASMA
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (host factor) dan
faktor lingkungan. 1
a. Faktor host :
Genetik
Obesitas
Jenis Kelamin
b. Faktor Lingkungan :
Rangsangan alergen
Infeksi
Merokok
Obat
Pengukuran faal paru dilakukan untuk menilai obstruksi jalan nafas, reversibiliti
kelainan faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung hiper-responsif
jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang standar adalah pemeriksaan spirometri dan peak
expiratory flow meter (arus puncak ekspirasi). Pemeriksaan lain yang berperan untuk
diagnosis antara lain uji provokasi bronkus dan pengukuran status alergi. Uji provokasi
bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi spesifisitas rendah. Komponen alergi
pada asma dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik
serum, namun cara ini tidak terlalu bernilai dalam mendiagnosis asma, hanya membantu
dalam mengidentifikasi faktor pencetus.
II.6 KLASIFIKASI ASMA1,2
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Berat Asma Berdasarkan Gambaran Klinis
(Sebelum Pengobatan)1
Derajat asma
Gejala
Gejala malam
I. Intermiten
Bulanan
Gejala < 1x/minggu
2x/bulan
Tanpa gejala diluar serangan
Serangan singkat
II. Persisten
Ringan
Mingguan
Gejala > 1x/minggu, tapi < > 2x/bulan
1x/hari
Serangan dapat mengganggu
aktivitas dan tidur
Membutuhkan bronkodilator
setiap hari
III. Persisten
Sedang
Harian
Gejala setiap hari
>1x/minggu
Serangan menggangu aktivitas
APE 80%
VEP1 80% nilai prediksi
APE 80% nilai terbaik
Variabilitas APE 20-30%
APE 60-80%
VEP1 60-80% nilai prediksi
APE 60-80% nilai terbaik
dan tidur
Membutuhkan
Faal paru
APE 80%
VEP1 80% nilai prediksi
APE 80% nilai terbaik
Variabilitas APE < 20%
setiap hari
IV. Persisten
Berat
Kontinyu
Gejala terus menerus
Sering kambuh
Aktivitas fisik terbatas
Sering
APE 60%
VEP1 60% nilai prediksi
APE 60% nilai terbaik
Variabilitas APE > 30%
Tahap 3
Intermiten
Pesisten ringan
Persisten
sedang
Persisten
sedang
Tahap I: Intermiten
Gejala < 1x/mggu
Serangan singkat
Gejala malam < 2x/bln
Faal paru normal diluar serangan
Tahap II: Persisten Ringan
Gejala >1x/mggu, tapi <1x/hari
Gejala malam >2x/bln, tapi <1x/mggu
Faal paru normal diluar serangan
Tahap III: Persisten Sedang
Gejala setiap hari
Serangan mempengaruhi tidur dan aktivitas
Gejala malam >1x/mggu
60%<VEP1<80% nilai prediksi
60%<APE<80% nilai terbaik
Tahap III: Persisten Berat
Gejala terus menerus
Serangan sering
Gejala malam sering
VEP160% nilai prediksi, atau
APE60% nilai terbaik
Intermiten
Persisten ringan
Persisten ringan
Persisten sedang
Persisten berat
Persisten sedang
Persisten berat
Persisten berat
Persisten berat
Persisten berat
Persisten berat
Sebagian penderita dengan mudah mengenali fakor pencetus, akan tetapi sebagian lagi
tidak dapat menegtahui faktor pencetus asmanya.
MERENCANAKAN DAN MEMBERIKAN PENGOBATAN JANGKA PANJANG
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan. Dalam
menetapkan atau merencanakan pengobatan jangka panjang untuk mencapai atau
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan:
1. Medikasi (obat-obatan)
2. Tahapan pengobatan
3. Penanganan asma mandiri (pelangi asma)
Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas,
terdiri atas pengontrol dan pelega.
A. Pengontrol
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan
setiap hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma
persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol adalah:
a. Glukokortikosteroid inhalasi
Adalah medikasi jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma.
Berbagai penelitian menunjukkan penggunaan steroid inhalasi menghasilkan
perbaikan faal paru, menurunkan hiperesponsif jalan nafas, mengurangi gejala,
mengurangi frekuensi dan berat serangan dan memperbaiki kualitas hidup. Efek
samping adalah efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia dan
batuk karena airitasi saluran nafas atas.
b. Glukokortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Kemungkinan digunakan sebagai
pengontrol pada keadaan asma persisten berat, tetapi penggunaannya terbatas
mengingat risiko efek sistemik. Untuk jangka panjang, lebih efektif menggunakan
steroid inhalasi daripada steroid oral selang sehari. Jika steroid oral terpaksa harus
diberikan, maka dibutuhkan selama jangka waktu tertentu. Efek samping jangka
panjang adalah osteoporosis, hipertensi, diabetes, supresi aksis adrenal pituitari
hipotalamus, katarak, glaukoma, obesitas, penipisan kulit, striae, dan kelemahan
otot.
c. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Sebagai
bersama/kombinasi
dengan
pelega,
agonis
teofilin/aminofilin
2
kerja
singkat,
oral
diberikan
sebagai
alternatif
meningkatkan
pembersihan
mukosilier, menurunkan
permeabilitas
pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan basofil.
Pada pemberian jangka lama mempunyai efek antiinflamasi, walau kecil dan
mempunyai efek protektif terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian
inhalasi agonis 2 kerja lama menghasilkan efek bronkodilatasi yang lebih baik
dibandingkan preparat oral. Karena pengobatan jangka panjang dengan agonis 2
kerja lama tidak mengubah inflamasi yang sudah ada, maka sebaiknya selalu
dikombinasi dengan glukokortikosteroid inhalasi, dimana penambahan agonis 2
kerja lama inhalasi akan memperbaiki gejala, menurunkan asma malam,
8
Medikasi Pengontrol
Harian
Alternatif/Pilihan Lain
Alternatif Lain
Asma
Intermiten
Tidak perlu
Asma Persisten
Ringan
Glukokortikosteroid
inhalasi (200-400ug
BD/hari atau equivalennya)
Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (400800ug BD/hari atau
equivalennya) dan agonis 2
kerja lama
Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (400800ug BD/hari atau
equivalennya) ditambah
teofilin lepas lambat, atau
Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (400800ug BD/hari atau
equivalennya) ditambah
agonis 2 kerja lama oral,
atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800ug BD atau
equivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800ug BD
Asma Persisten
Sedang
Kromolin
Leukotrien modifiers
Ditambah agonis
2 kerja lama oral,
atau
Ditambahkan
teofilin lepas
lambat
10
atau equivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
Asma Persisten
Berat
Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid
(>800ug BD/hari atau
equivalennya) dan agonis 2
kerja lama, ditambah 1
dibawah ini:
- teofilin lepas lambat
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid oral
Prednisolon/
metil
prednisolon oral selang sehari
10 mg ditambah agonis 2
kerja lama oral, ditambah
teofilin lepas lambat
Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian
diturunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
Ringan
Berat
Sesak nafas
Posisi
Cara berbicara
Kesadaran
Berjalan
Dapat tidur terlentang
Satu kalimat
Mungkin gelisah
Berbicara
Duduk
Beberapa kata
Gelisah
Istirahat
Duduk membungkuk
Kata demi kata
Gelisah
Frekuensi nafas
Nadi
Pulsus
paradoksus
< 20/menit
< 100
10 mmHg
20-30/menit
100-120
10-20 mmHg
> 30 menit
> 120
+
> 25 mmHg
Otot bantu
nafas dan
retraksi
suprasternal
Mengi
Akhir ekspirasi
APE
PaO2
PaCO2
SaO2
> 80%
> 80 mmHg
< 45 mmHg
> 95%
60-80%
80-60 mmHg
< 45 mmHg
91-95%
Inspirasi dan
ekspirasi
< 60%
< 60 mmHg
> 45 mmHg
< 90%
Keadaan
Mengancam
Jiwa
Mengantuk,
gelisah,
kesadaran
menurun
Bradikardia
kelelahan
otot
Torakoabdo
minal
paradoksal
Silent chest
11
Tabel 5. Rencana Pengobatan Serangan Asma Berdasarkan Berat Serangan dan Tempat
Pengobatan1
Serangan
Pengobatan
Ringan
Terbaik:
Aktivitas relatif normal
Inhalasi agonis 2
Berbicara satu kalimat dalam 1 Alternatif:
nafas
Kombinasi oral agonis 2 dan
Nadi < 100
teofilin
APE > 80%
Sedang
Terbaik:
Jalan jarak jauh timbulkan gelaja
Nebulasi agonis 2 @ 4 jam
Berbicara beberapa kata dalam 1
Alternatif:
nafas
- Agonis 2 subkutan
Nadi 100-120
- Aminofilin iv
APE 60-80%
- Adrenalim 1/1000 0,3 mL sc
Oksigen bila mungkin
Kortikosteroid sistemik
Tempat pengobatan
Di rumah
Berat
Terbaik:
Sesak saat istirahat
Nebulasi agonis 2 @ 4 jam
Berbicara kata perkata dalam 1 Alternatif:
nafas
- Agonis 2 sc/iv
Nadi > 120
- Adrenalim 1/1000 0,3 mL sc
APE < 60% atau 100 L/dtk
Aminofilin bolus dilanjutkan drip
Oksigen
Kortikosteroid iv
Darurat gawat/RS
Klinik
Mengancam jiwa
Kesadaran berubah /menurun
Gelisah
Sianosis
Gagal nafas
Darurat gawat/RS
ICU
Darurat gawat/RS
Klinik
Praktek dokter
Puskesmas
karena rokok merupakan oksidan yang dapat menimbulkan inflamasi dan menyebabkan
12
: NKS
Umur
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
Suku
: Bali
Agama
: Hindu
Status Perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Gumbrih
Tanggal Pemeriksaan
: 29 Mei 2012
13
Panas tidak ada, mual muntah tidak ada, BAK, BAB dirasakan biasa, tidak ada
keluhan lainnya.
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4V5M6
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 112 x/mnt
Respirasi
Suhu aksila
: 36,0 C
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 152 cm
14
IMT
: 23,81 kg/m
Status General:
Mata
THT
Hidung
bibir normal
Leher
Thorax
:
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: batas kiri
: ICS II
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
15
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
-/-
III.5 ASSESMENT
Serangan asma akut pada asma intermiten
III.6 PENATALAKSANAAN
- O2 4 lpm
- Nebulizer Ventolin
- Salbutamol 3x1
- Dexamethason 3x1
- Glyseril Guaicolate 3x1
16