Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
MATERI DASAR 2
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
Materi Dasar - 2
3. POKOK BAHASAN
Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :
Pokok Bahasan 1 Tujuan dan sasaran VCT
Pokok Bahasan 2 Bukti peningkatan efektivitas VCT
Pokok Bahasan 3 Peran konseling dan tes HIV dalam pencegahan, pengobatan dan dukungan
4. METODE, MEDIA DAN ALAT BANTU
A.METODE
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :
1. Curah pendapat
2. Ceramah Tanya Jawab (CTJ)
3. Diskusi Kelompok
B. MEDIA
Pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media
1. Bahan tayang (slide power point)
2. Uraian materi
3. Lembar latihan
C. ALAT BANTU
Pembelajaran disampaikan dengan menggunakan media dan alat bantu :
1. Lap top
2. LCD
3. Kertas Flipchart
4. Spidol
5. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
SESI 1 : PENGKONDISIAN PESERTA
Langkah Proses Pembelajaran sebagai berikut:
18
Materi Dasar - 2
19
Materi Dasar - 2
6. URAIAN MATERI
Materi Dasar - 2
tersedia dapat memperkuat layanan konseling dan tes HIV. Diharapkan tersedia
pelayanan terapi yang luas, layak, terjangkau, efektif (termasuk ARV kombinasi) juga
harus disiapkan lebih matang di masa datang. Akses Konseling dan Tes HIV penting untuk
memastikan keamanan dan efektivitas dari semua intervensi.
2. Konseling dan Tes HIV sudah mendesak untuk dipandang sebagai penghormatan atas
hak asasi manusia dari sisi kesehatan masyarakat, karena infeksi HIV merupakan hal
serius yang mempunyai dampak kesehatan dan kesejahteraan masyarakat demikian
luasnya, termasuk kesehatan reproduktif, kehidupan seksual dan keluarga, kehidupan
sosial dan produktivitas di masyarakat dalam jangka panjang.
3. Konseling dan Tes HIV merupakan komponen kunci dalam program HIV di negara maju
maupun berkembang, termasuk di Indonesia. Penanggulangan HIV melalui perbaikan
akses kepada pelayanan Konseling dan Tes HIV telah mulai dikembangkan dan
ditingkatkan, Indonesia telah secara bertahap membangun pelayanan Konseling dan Tes
HIV sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dasar serta menjadi akses ke pelayanan
lanjutan.
Pokok Bahasan 2 Bukti peningkatan efektivitas VCT
A. PENTINGNYA PELAYANAN VCT YANG EFEKTIF
Pendekatan pelayanan VCT bermacam-macam di berbagai tempat, namun syarat minimal
haruslah dipenuhi agar etik dipenuhi dan tidak merugikan.
Prinsip utama pelayanan VCT yang efektif adalah:
1.Informed Consent
Konseling dan tes harus betul-betul sukarela dan pribadi, ketika mereka tidak mau maka
tes tidak dapat dipaksakan. Direkomendasikan bahwa tes selalu didahului dengan
konseling. Ketika klien tak mau konseling, cobalah menariknya dengan membicarakan
masalah penting yang disampaikan dalam konseling pra-tes. Harus ditekankan bahwa
pemberian informasi tidak dapat menggantikan fungsi konseling. Penting bagi
petugas kesehatan untuk memberikan informasi dalam pra-test. Informasi harus
disampaikan secara jelas, dimengerti dan klien merasa mendapat keuntungan dari
konseling. Idealnya, persetujuan tertulis harus dilakukan sebelum tes dilakukan. Ketika tes
dilakukan dalam klinik anonimus tanda tangan persetujuan dilakukan di tempat terpisah.
2. Menjaga dan Menghormati Kerahasiaan dalam proses Konseling
Pemerintah perlu membangun perangkat hukum dan kebijakan infrastruktur untuk
mendukung kerahasiaan konseling dan tes HIV, dan beberapa sanksi atas dilanggarnya
peraturan tersebut. Setiap pusat pelayanan VCT perlu mengembangkan kebijakan yang
melindungi kerahasiaan klien. Setiap staf pada setiap lini perlu mengetahui kebijakan dan
alasan adanya kebijakan ini. Ketika informasi perlu dibuka untuk kepentingan rujukan
haruslah dimintakan persetujuan tertulis dari klien. Persetujuan ini berisi informasi
spesifik, seperti bagian mana dari informasi yang tak boleh diberikan kepada siapa, dan
bagian mana yang boleh serta kepada siapa. Meskipun ada keuntungan untuk
memberikan status HIV, mereka yang akan dites harus diyakinkan bahwa hasil tes tidak
21
Materi Dasar - 2
akan dibuka tanpa persetujuan klien. Risiko dan keuntungan perlu didiskusikan dan
dipertimbangkan. Keputusan untuk boleh menyampaikan atau menyertakan orang lain
dalam proses VCT ada di tangan klien.
3. Hak Asasi Manusia, Pencegahan Stigma dan Diskriminasi
Program pendidikan masyarakat, legislasi, dan kebijakan kesehatan masyarakat yang
berpihak pada hak asasi manusia akan mampu menurunkan diskriminasi ODHA. Petugas
kesehatan juga membutuhkan pendidikan agar tidak melakukan stigma, diskriminasi, dan
semua pelayanan kesehatan harus mempunyai kebijakan menjaga hak asasi manusia
dengan melindungi pasien dari diskriminasi oleh petugas kesehatan. Terbatasnya orang
yang dilayani VCT mungkin disebabkan oleh ketakutan diskriminasi. Ketakutan
diskriminasi juga menurunkan minat klien untuk datang kembali mengambil hasil tes.
Konseling dan Tes HIV tersedia dalam berbagai situasi dan menggunakan berbagai pendekatan.
1. Konseling dan Tes HIV secara Sukarela (KTS)/ Voluntary Counseling and Tes Tes
HIV yang dilakukan atas inisiasi dari klien di klinik VCT Pelayanan VCT dapat
dikembangkan di berbagai layanan terkait yang dibutuhkan, misalnya layanan IMS,
layanan TB, layanan PDP, program penjangkauan dan setting lainnya. Layanan VCT dapat
diimplementasikan dalam berbagai setting, dan sangat bergantung pada kondisi dan
situasi daerah setempat, kebutuhan masyarakat dan profil klien/pasien, seperti individual
atau pasangan, perempuan atau laki-laki, dewasa atau anak muda.
22
Materi Dasar - 2
2. Konseling dan Tes HIV atas inisiasi petugas kesehatan Provider initiated Tes and
Counseling (PITC) petugas layanan kesehatan menginisiasi Tes HIV kepada pasien.
Strategi tersebut bisa diterapkan di setiap layanan kesehatan, misalnya di layanan IMS,
layanan TB, atau layanan antenatal dimana tingkat prevalensi HIV tinggi. Tes HIV tetap
harus memenuhi prinsip 3C. Pasien diberi informasi bahwa Tes HIV tersedia dan mereka
yang memutuskan untuk melakukan Tes HIV atau tidak. Ada beberapa pendekatan dalam
model PITC. Salah satu pendekatan adalah bahwa pasien secara aktif memilih untuk Tes
HIV. Pendekatan yang lain adalah pemberian informasi bahwa semua pasien yang datang
ke sarana layanan kesehatan di Tes HIV sebagai bagian dari standar pelayanan
laboratorium kecuali mereka menolak. Tes HIV juga dijadikan alat untuk mendiagnosis
penyakit yang terkait HIV sebagai diagnostik klinis. Pada kondisi ini tetap diperlukan
persetujuan dari yang bersangkutan, serta jaminan untuk menjaga konfidensialitasnnya.
Materi Dasar - 2
1. Studi-studi menunjukkan bahwa Konseling dan Tes HIV (khususnya KTS/VCT) dapat
membantu orang mengubah perilaku seksual untuk pencegahan penularan HIV. Lebih
lanjut, Konseling dan Tes HIV dapat merupakan intervensi cost-effective untuk mencegah
penularan HIV melalui hubungan seks. Studi ini dilakukan pada program penilaian cepat
layanan konseling dan tes HIV oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2009 2010.
2. Murah dan intervensi efektif telah tersedia untuk pencegahan penularan HIV dari ibu ke
anak (PMTCT). Program ini sangat bergantung pada penjaringan perempuan hamil
dengan HIV, sehingga ibu dan anak dapat meraih keuntungan dari intervensi ini. Kini
banyak dikembangkan proyek-proyek percontohan dan program PMTCT nasional untuk
perempuan hamil. Program PMTC sudah dicobakan dengan menerapkan prog 1-4 di
puskesmas Gambir Jakarta bekerjasama dengan LSM Kios Atmajaya Jakarta dari tahun
2007 hingga sekarang.
3. Peningkatan akses terapi dan perawatan untuk orang dengan HIV AIDS di mana tersedia
profilaksis cotrimoxazole dan terapi tuberkulosis relatif murah dan mudah. Dengan
memberikan pelayanan Konseling dan Tes HIV terdapat penurunan morbiditas Odha pada
proyek tersebut diatas. Ketika ARV cukup terjangkau harganya, maka obat lebih efektif
dan tersedia, dan status HIV perlu dipastikan sehingga akses terhadap Konseling dan Tes
HIV makin lebih penting. Penerapan ini terlihat pada program VCT dan Pengobatan TBHIV di PPTI Jakarta pada tahun 2007 - 2009
4. Mengurangi stigma dan penyangkalan serta mempromosikan normalisasi merupakan
faktor besar dalam upaya prevensi HIV, dan makin luas ketersediaan pelayanan Konseling
dan Tes HIV (meningkatnya orang yang sadar akan status HIV) makin besar kekuatan
menuju tujuan.
5. Konseling dan tes HIV merupakan hak asasi dalam hal sulitnya seseorang memutuskan
untuk berperilaku seksual sesuai dan seorang anak untuk mengetahui status HIVnya. Maka
VCT merupakan hak dasar masyarakat dalam mengakes ke pelayanan kesehatan.
6. Pencegahan HIV bagi IDU (Injecting Drug Users) di Indonesia pengguna NAPZA suntik
merupakan kontributor besar di balik epidemi HIV. Jika tidak dilakukan program besar
penanggulangan komprehensif NAPZA yang terimplementasikan bersama Konseling dan
Tes HIV, maka dapat dibayangkan akan meningkatnya populasi yang terimbas HIV.
7. Teknologi tes HIV pemeriksaan HIV dengan cara cepat dan lebih murah telah tersedia. Ini
mendorong pelayanan Konseling dan Tes HIV lebih praktis dan ekonomis, dan orang
banyak yang ingin tahu status HIV nya.
Pokok Bahasan 3 Peran konseling dan tes HIV dalam pencegahan, pengobatan dan
dukungan
24
Materi Dasar - 2
Materi Dasar - 2
yang terinfeksi dan tidak. Dalam rangka mendorong pengungkapan yang menguntungkan,
bentuk lingkungan yang membuat orang tertarik memeriksakan diri, dan menguatkan
mereka untuk mengubah perilaku. Ini dapat dilakukan melalui :
a. Lebih memapankan pelayanan konseling dan tes HIV;
b. Menyediakan KIE agar pelayanan tes mempunyai akses lebih mudah ke
pelayanan dukungan dan perawatan masyarakat dan contoh hidup positif
c. Mengurangi ketakutan orang untuk melakukan tes dan pengungkapan status
dengan jalan memberikan rasa aman dari stigma dan diskriminasi.
3. Pengungkapan kepada pasangan memerlukan strategi dengan mengintegrasikan
komponen dalam program Konseling dan Tes HIV dan merancangnya untuk membantu
mengurangi penyangkalan, stigma, dan diskriminasi berkaitan dengan penyakit.
4. Meningkatkan kesehatan dan mengurangi sakit serta perawatan di RS
5. Mencegah penularan HIV yang resisten ARV .
7. REFERENSI
1.Departemen Kesehatan RI, Pelatihan Konseling dan Tes HIV secara sukarela bagi konselor,
2006.
2.Departemen Kesehatan, Modul Pelatihan PMTCT Nasional, 2008
3.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV di
Berbagai Tatanan, 2010
4.UNICEF East Asia and Pasific, Family Health International, and World Health Organization, HIV
Couseling for Asia Pasific, 2006
26
Materi Dasar - 2
2.
Fasilitator
Kegiatan dilakukan dengan melibatkan seluruh peserta.
a. Fasilitator akan membagi kelompok menjadi dua kelompok dan setiap kelompok
mendapatkan tugas yang sama.
b. Fasilitator meminta masing-masing kelompok menjelaskan arti dari bagan matahari VCT
dan menjelaskan dalam kelas besar.
Peserta
a. Memahami dan melaksanakan tugas kegiatan dari fasilitator
b. Masuk dalam kelompok yang telah ditentukan dan berpartisipasi aktif
c. Mensimulasikan pada kegiatan
d. Diskusi dan tanya jawab
LEMBAR LATIHAN
Penjelasan Diskusi Kelompok
1) Jelaskan makna dari matahari VCT pada bagan ini
2) Tentukan skenario penjelasan bagan matahari VCT akan ditujukan kepada kelompok apa,
kapan dan dalam rangka kegiatan apa.
3) Presentasikan hasil skenario diskusi kelompok dalam kelas besar
27
Materi Dasar - 2
28