Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Topik
Kelompok
: B10
No. Nama
NIM
ZULFA F PRANADWISTA
021311133105
DEA AISYAH
021311133107
MEIDIANA ADININGSIH
021311133108
DINDA KHAIRUNNISA R
021311133109
JERRY SAIFUDIN
021311133110
1.
TUJUAN
1.1.
1.2.
2.
CARA KERJA
2.1.
Bahan
a.
2.2.
Alat
a.
Glass lab
b.
Kompor
c.
Oven
d.
e.
Blow torch
f.
g.
Pinset kecil
h.
Pisau model
i.
Pisau malam
j.
k.
Master die
2.3.
Langkah kerja
3.
HASIL PRAKTIKUM
Pada percobaan ini menggunakan beberapa mold yang telah dibuat dengan
menggunakan bahan tanam tuang gipsum bonded yang telah dilakukan variasi pada
rasio w : p, yaitu normal, encer, dan kental. Berikut ini adalah hasil logam yang telah
dituang ke dalam beberapa jenis mold.
Tabel 3.1. Hasil Penuangan Logam Cair pada Berbagai Macam Mold dengan
Rasio W : P yang Berbeda setelah Mengalami Pendinginan dan Pelepasan dari
Mold.
Rasio
W:P
mold
Bagian
Percobaan
Marginal
ke:
space (mm)
0,9
2,0
0,9
1,6
Porositas
Bintil
Marginal
Keterangan
Lain
Membulat
Ada, besar
dan kecil
II
Sayap
Banyak
bintil kecil
Banyak,
bintil kecil
Banyak
Ada banyak
bagian yang
0,7
Membulat
tidak
terbentuk,
hampir 50%
III
Ada sedikit
B
1,0
Ada satu
bintil besar
bagian yang
tidak
terbentuk
Keterangan:
I: Mold dengan bahan tanam tuang normal.
II: Mold dengan bahan tanam tuang encer.
III: Mold dengan bahan tanam tuang kental.
Pada percobaan yang menggunakan mold I (rasio w : p bahan tanam tuang
normal) memiliki marginal space sebesar 0,9 mm pada percobaan A dan 2 mm pada
percobaan B. Marginal space pada percobaan I B ini merupakan marginal space yang
paling besar di antara percobaan yang lainnya. Pada kedua percobaan tidak dijumpai
porus dan sayap. Pada bagian marginal juga tidak membulat. Namun pada kedua
percobaan dijumpai bintil-bintil dengaa ukuran yang bervariasi. Pada hasil percobaan A
dijumpai bintil dengan ukuran yang besar dan kecil. Dan pada percobaan B bintil-bintil
yang dihasilkan memiliki ukuran yang sama dan relatif lebih kecil dengan jumlah yang
cukup banyak.
Pada percobaan yang menggunakan mold II (bahan tanam tuang yang lebih
encer) memiliki marginal space sebesar 0,9 mm pada percobaan A dan 1,6 mm pada
percobaan B. Pada kedua percobaan tidak dijumpai porus dan sayap. Pada bagian
marginal juga tidak membulat. Bintil yang terdapat pada keduahasil percobaan ini
memiliki jumlah yang cukup banyak.
Pada percobaan yang menggunakan mold III (bahan tanam tuang yang lebih
kental) memiliki marginal space sebesar 0,7 mm pada percobaan A dan 1,0 mm pada
percobaan B. Pada kedua percobaan tidak dijumpai porus dan sayap. Hasil percobaan A
memiliki marginal space yang paling kecil di antara percobaan yang lain. Namun pada
bagian marginal membulat. Hasil percobaan A memiliki bentuk yang tidak sempurna.
Logam yang berhasil tercetak ke dalam mold hanya sekitar kurang lebih 50% saja. Saat
proses pemasukan logam yang telah dicairkan ke dalam mold, api pada blow torch telah
dipadamkan sebelum alat tuang sentrifugal diputar.
dijumpai bagian marginal yang membulat. Terdapat sebuah bintil yang cukup besar di
antara bintil-bintil kecil. Bentuk yang dihasilkan juga kurang lengkap. Terdapat sebuah
lubang atau rongga yang terdapat pada hasil tuangan logam.
4.
PEMBAHASAN
4.1.
mengakibatkan masih adanya sisa-sisa malam yang tertinggal di dalam mold. Adanya
sisa-sisa malam menyebabkan terjadinya porositas pada hasil casting karena terbentuk
gas yang berasal dari terjadinya kontak antara sisa-sisa karbon dari malam dengan
bahan alloy yang panas.
melekat cukup kuat sehingga sulit untuk dibersihkan. (Anusavice 2003, 340)
Sedangkan suhu yang terlalu tinggi saat proses pembakaran mold di dalam oven
dapat menyebabkan terjadinya kehancuran pada bahan tanam tuang gipsum bonded
sehingga permukaan mold menjadi kasar. Selain itu terjadi pelepasa sulfur sebagai
produk sampingan yang mengontaminasi bahan alloy. Kontaminasi sulfur ini
merupakan salah satu penyebab permukaan hasil casting tidak dapat dilakukan pickling.
(Annusavice 2003, 340)
4.2.
Quenching
Setelah cating machine berhenti berotasi, bumbung tuang dilakukan quenching
di dalam air. Air segera masuk ke dalam bumbung tuang yang menghasilkan suara
mendesis, kemudian menghancurkan bahan tanam tuang serta memisahkan hasil casting
dengan bahan tanam tuang. (Bhat 2006, 469)
4.3.
Marginal Fit
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, semua logam hasil tuangan
memiliki marginal space. Hal ini berarti seluruh logam hasil tuangan tidak memenuhi
marginal fit. Marginal space yang dihasilkn terjadi karena kurangnya kompensasi
terhadap shrinkage pada logam cair. Hal ini dikarenakan kurangnya setting expansion
pada bahan tanam tuang yang digunakan sebagai mold.(Bhat 2006,465)
Pada tiga percobaan yang telah dilakukan, rata-rata marginal space yang paling
kecil adalah pada hasil casting yang menggunakan bumbung tuang III (bahan tanam
tuang kental). Hal ini sesuai dengan teori yang berlaku, bahwa semakin kental bahan
tanam tuang (rasio w:p semakin kecil) maka menghasilkan setting expansion yang
semakin besar. Sehingga dapat mengkompensasi shrinkage dari logam cair. Sedangkan
rata-rata marginal space yang paling besar adalah pada
menggunakan bumbung tuang I (bahan tanam tuang normal). Hal ini tidak sesuai
dengan teori karena seharusnya yang memiliki marginal space yang lebih besar adalah
hasil casting yang menggunakan bumbung tuang II (bahan tanam tuang encer).
4.4.
Porositas
Pada semua percobaan yang dilakukan, tidak ditemukan adanya porositas. Udara
dan juga gas H2 ada di dalam alloy yang cair tetapi udara dan gas H2 dapat terabsorbsi
jika pemanasan terlalu lama. (Bhat 2006,472) Seluruh percobaan yang telah dilakukan
tidak terdapat porositas.
4.5.
Bintil
Bintil pada hasil casting menunjukkan bahwa adanya porositas pada permukaan.
(McCabe 2008 ,81).Bintil pada hasil casting disebabkan karena gelembung udara yang
terjebak selama dan setelah proses pembakaran. Dalam pembuatan secara manual, bintil
dapat dihilangkan dengan cara pencampuran mekanik dengan getaran yang baik untuk
menghindari udara terjebak. Hal tersebut dilakukan sebelum dan sesudah pencampuran.
Selain itu untuk menghindari bintil pada hasil casting dapat dilakukan dengan cara
mengurangi rasio w/p pada bahan tanam tuang sehingga porositas pada mold dapat
berkurang. (Anusavice 2003, 338-348)
Bintil yang paling banyak terdapat pada percobaan ke tiga. Paada percobaan ke
tiga menggunakan mold yang dibuat dari bahan tanam tuang yang encer (rasio w:p
besar). Hal ini menyebabkan mold memiliki porositas, sehingga terisi dengan logam cair
dan terbentuk bintil setelah mengeras. Sedangkan pada hasil casting yang mengguakan
mold III dengan rasio w:p bahan tanam tuang paling kecil (kental) hanya ada beberapa
bintil. Hal ini dikarenakan hanya ada sedikit air yang ada di dalam mold, sehingga tidak
banyak udara yang terjebak yang menghasilkan porus.
4.6.
Sayap
Adanya sayap pada hasil tuangan disebabkan karena beberapa kesalahan selama
pencampuran maupun selama investing yaitu, Rasio w/p yang terlalu tinggi, Investments
Over heating,kenaikan laju suhu yang terlalu cepat sebelum malam terbakar
keluar.(Bhat 2006,473 ) Seluruh percobaan yang telah dilakukan tidak terdapat sayap.
4.6
fit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu yang pertama kurangnya
fentilasi udara di dalam mold. Hal ini berhubungan dengan tekanan yang mengeluarkan
udara keluar dari mold. Jika udara tidak dikeluarkan dengan cepat,maka logam cair
tidak dapat mengisi ruangan tersebut sebelum mengeras. Logam cair harus memiliki
viskositas yang rendah, agar dapat dengan mudah memenuhi ruangan mold. Viskositas
yang rendah didapatkan dari pemanasan logam yang cukup. Yang kedua, jika masih
terdapat sisa malam, kontak antara logam cair dengan sisa malam menghasilkan tekanan
balik yang dapat mencegah terisinya mold.(Annusavice 2003, 347) Marginal yang
membulat hanya terdapat pada hasil casting yang menggunakan mold III dengan bahan
tanam tuang dengan rasio w:p paling kecil (kental). Karena saat logam cair dimasukkan
ke dalam mold, mengalami pendinginan secara mendadak karena saat mulai memutar
casting machine blow torch telah dimatikan terlebih dahulu.
5.
SIMPULAN
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. 2003. Philips Scince of Dental Materials. St. Louis: Saunders
Elsevier. p: 338-348.
Bhat VS. 2006. Science of Dental Materials. New Delhi: CBS Publisher and
Distrivutor. p: 465-463.
McCabe JF dan Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials. Oxford:
Blackwell Publishing. p: 81.