Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Pemelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat mampu menjelaskan konsepkonsep sistem pengendalian intern serta fungsinya dalam suatu entitas.
B. Tujuan Pemelajaran Khusus (TPK)
Setelah mengikuti sesi pemelajaran masing-masing, peserta diklat dapat
menjelaskan:
1. pengertian dan pentingnya sistem pengendalian intern, perkembangan
pengendalian, konsep dasar dan keterbatasan SPIP
2. definisi dan perkembangan sistem pengendalian di sektor publik
3. latar belakang, tujuan, komponen dan penyelenggaraan SPIP
4. penerapan dan keterkaitan komponen SPIP.
C. Deskripsi Singkat Struktur Modul
Untuk memudahkan dalam memelajari modul Gambaran Umum SPIP
sebagai suatu sistem, maka kerangka bahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara umum gambaran menyeluruh atas
isi modul yang meliputi latar belakang, tujuan pemelajaran umum,
tujuan pemelajaran khusus, deskripsi singkat struktur modul dan
metodologi pemelajaran.
BAB II
BAB III
BAB IV
UNSUR
DAN
KETERKAITANNYA
DALAM
SISTEM
PENGENDALIAN INTERN
Dalam bab ini diuraikan unsurunsur Sistem Pengendalian Intern
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008, meliputi lingkungan pengendalian, penilaian risiko, Kegiatan
pengendalian,
informasi
dan
komunikasi,
pemantauan
BAB II
KONSEPSI DAN PERKEMBANGAN SISTEM
PENGENDALIAN INTERN
Setelah memelajari bab ini peserta diharapkan dapat menjelaskan
pengertian sistem pengendalian intern, perkembangan dan konsep dasar
serta keterbatasan sistem pengendalian intern.
2. Pengertian pengendalian
Untuk memahami arti pengendalian biasanya orang akan bertanya:Apa
yang dimaksud dengan sistem pengendalian intern? Jawaban yang
paling
sering
didengar
adalah
penjelasan
karakteristik
sistem
yang
penting
yang
dipahami
sebagai
usaha
untuk
Dalam
perkembangannya,
terjadi
pergeseran
karakter
B. PERKEMBANGAN
SISTEM
PENGENDALIAN
INTERN
DI
SEKTOR
KORPORAT
Perhatian pada sistem pengendalian intern telah dilakukan oleh sejumlah
institusi publik, swasta maupun lembaga profesional yang ditandai dengan
munculnya berbagai filosofi yang disebabkan oleh pandangan yang berbedabeda mengenai sifat, tujuan, dan sarana pencapaian pengendalian intern
yang efektif.
Konsep pengendalian intern dikembangkan oleh berbagai organisasi profesi
auditor baik sektor korporat maupun pemerintah. Mereka menerbitkan
standar dan pedoman rancangan pengendalian intern dan membuat definisi
dengan cara yang berbeda-beda dan perkembangannya diawali di
organisasi yang berhubungan dengan di sektor korporat. Untuk memberikan
gambaran utuh, pada subbab ini akan digambarkan perkembangan
pengendalian yang berkembang pada sektor korporat di luar negeri.
Dalam usaha mengembangkan pengertian sistem pengendalian intern, tak
lepas dari peran berbagai organisasi profesi akuntan dan auditor di Amerika
Serikat, yaitu ; American Institute of Certified Public Accountans (AICPA),
American Accounting Association (AAA), The Institute of Internal Auditors
Auditing
Procedures
(SAP)
Nomor
29,
mendefinisikan
sistem
auditor
tidak
dapat
digunakan
investor
(unrealible)
untuk
intern
dapat
dikelompokkan
dalam
dua
tahapan
dan
prosedur-prosedur
yang
diciptakan
oleh
intern
tidak
terlepas
dari
perkembangan
metode
10
kualitas
sumber
daya
manusia,
maka
alat-alat
Committee
of
Sponsoring
Organizations
COSO
atas,
of
the
Treadway
Commission (COSO).
Di
samping
konsep
di
beberapa
negara
juga
pengendalian
manajemen
penekanan
utama
lebih
pada
11
berintikan
pemungutan
uang
dari
warga
negaranya
dan
yang
dipedomani
dalam
melaksanakan
audit
pada
unit
12
merupakan
subsistem
dalam
suatu
organisasi
yang
merupakan
satu
sarana
pengendalian
sistem
pengendalian
manajemen
(pengorganisasian,
13
berikut:
1. Mendorong efisiensi dan kehematan dalam melaksanakan kegiatan,
2. Menjaga aktiva agar jangan sampai boros atau hilang, termasuk
pencegahan terjadinya kekeliruan dalam mengalokasikan dana dan harta
milik,
3. Menekan timbulnya kewajiban dan biaya sampai sekecil mungkin sesuai
dengan pencapaian tujuan kegiatan secara efektif,
4. Menjamin bahwa semua pendapatan yang bertalian dengan aktiva atau
kegiatan sudah diterima dan dipertanggungjawabkan,
5. Menjamin
ketepatan
dan
dapat
diandalkannya
laporan-Iaporan
14
dasar
pengendalian
menurut
COSO
memandang
bahwa
pengendalian intern bukan suatu kejadian atau keadaan yang terjadi sesaat
dan mandiri, namun suatu rangkaian tindakan yang mencakup seluruh
kegiatan organisasi yang dilakukan orang untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai bahwa tujuan organisasi akan tercapai. Tindakan ini melekat
dan mencakup cara manajemen dan personil lain dalam organisasi dalam
menjalankan aktivitas kegiatannya serta saling berhubungan antar unit kerja.
Konsep dasar tersebut memberikan 3 pemahaman utama bahwa :
1. Sistem pengendalian intern merupakan komponen operasi organisasi
atau kegiatan yang terpasang secara terus menerus (a continuous built-in
component of operations).
Sistem pengendalian intern adalah suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan
secara terus menerus. Sistem pengendalian intern bukanlah suatu sistem
terpisah dalam suatu organisasi, melainkan
15
pengendalian
intern
sangat
efektif
apabila
dibangun
ke
dalam
akan
ada
peringatan
dini
dari
aplikasi
untuk
segera
sistem
pengendalian
intern
yang
baik,
namun
tidak
16
merancang
dan
melaksanakan
mekanisme
pengendalian,
dalam
organisasi
memegang
peranan
penting
untuk
pekerjaan
pembangunan
jalan
telah
dikerjakan
oleh
17
18
tanggung
jawabnya.
Meskipun
suatu
organisasi
memiliki
sistem
melaksanakan
pembangunan
suatu
proyek
dengan
cara
19
BAB III
PERKEMBANGAN SISTEM
PENGENDALIAN INTERN DI SEKTOR
PUBLIK
20
kekayaan/rumah
tangga
negara
yang
sangat
besar
(Pemerintah,
pertanggungjawaban
LSM,
pelaksanaan
Yayasan)
wajib
menyusun
kegiatannya
secara
transparan
Pemerintah
yang
disusun
oleh
Kementrian
Negara
21
pemerintah dan Pejabat instansi pemerintah serta badan hukum lain yang
diberi
wewenang
untuk
melaksanakan
semua
fungsi
atau
tugas
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Instansi
Internal
Control
Standards
Committee,
dalam
Guidelines for Internal Control Standards for the Public Sector, Budapest
2004, sistem pengendalian intern didefinisikan sebagai :
" An integral process that effected by an entity's management and
personnel and is designed to address risk and to provide reasonable
assurance that in pursuit of the entity's mission, the following general
objectives are being achieved:
1) Executing orderly, ethical, economical, efficient and effective
operations ;
2) Fulfilling accountability obligations;
3) Complying applicable laws and regulations ; and
4) Safeguarding resources againts loss, misuse and damage.
22
menerus
dilakukan
oleh
atasan
langsung
terhadap
23
melekat
harus
dilakukan
oleh
atasan
terhadap
efisien
sesuai
dengan
rencana
kegiatan
dan
24
PP 60
sistem
pengendalian
intern
yang
baik
dalam
rangka
25
adanya situasi yang etis dan moral, masalah integritas, dan adanya
komitmen pimpinan pada kompetensi.
Sistem pengendalian intern yang efisien tidak harus mengendalikan
semua kegiatan dengan pertimbangan efisiensi, sehingga organisasi
harus menentukan tujuan secara jelas dan mengidentifikasi risiko,
menganalisis risiko, dan mengelola risiko yang ada. Berdasarkan hasil
analisa tersebut ditentukan pengendalian untuk meminimalisir risiko.
Salah satu komponen sistem pengendalian intern versi COSO, adaiah
penilaian risiko, dimana organisasi mengharuskan menetapkan
tujuan baik tingkat organisasi secara keseluruhan, maupun pada
tingkat kegiatan dan mengidentifikasi risiko, mengana!isis risiko, serta
mengelola perubahan tersebut.
Dalam pelaksanaan sistem dan prosedur pengendalian diperlukan
kondisi yang kondusif serta jalur informasi dan komunikasi yang baik
serta adanya mekanisme untuk mengidentifikasikan berkembangnya
kebutuhan informasi. Dalam konsep COSO, organisasi diharuskan
memiliki lingkungan yang baik, mengkomunikasikan informasi dalam
bentuk dan waktu yang tepat dan melakukan pemantauan secara
terus menerus.
C. PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM PENGENDALIAN
INTERN PEMERINTAH BERDASARKAN PP NOMOR 60 TAHUN 2008
1. Latar belakang SPIP
Selain melaksanakan amanat pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, terbitnya SPIP merupakan
upaya
penyesuaian
dengan
perkembangan
terbaru
konsepsi
pengendalian intern dari hard control menuju soft control. Selain itu, SPIP
juga diharapkan akan meningkatkan efektivitas pengendalian dalam
membantu mencapai tujuan dengan mengenali risiko yang dihadapi
dalam pencapaian tujuan.
26
27
mewujudkan
akuntabilitas
dan
transparansi
dalam
yang
lebih
tepat
waktu
kepada
shareholders
dan
stakeholders.
c) Ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku,
diwujudkan
dengan
semakin
berkurangnya
penyimpangan-
28
yang
meliputi
kegiatan
identifikasi,
analisis,
dan
29
PE
LA
P
KE OR
UA AN
NG
AN
KE
TA
AT
AN
PE
NG
AS AM
ET AN
AN
OP
ER
A
OP SIER
AS
I
KEGIATAN 2
KEGIATAN 1
UNIT B
UNIT A
PENILAIAN RISIKO
LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Gambar 1 Keterkaitan Unsur-unsur Sistem pengendalian intern
30
31
menggunakan
unsur-unsur
SPIP
sebagai
acuan.
Pemetaan
harus
tetap
dipelihara
dan
dikembangkan
secara
32
pengendalian.
Termasuk
dalam
kelompok
item
yang
33
BAB IV
UNSUR-UNSUR
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
:
Setelah memelajari bab ini peserta diharapkan dapat menjelaskan unsurunsur sistem pengendalian intern instansi pemerintah dan mampu
menjelaskan keterkaitan antar unsur
Sesuai PP No. 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari 5 unsur, yaitu lingkungan
pengendalian,
penilaian
risiko,
kegiatan
pengendalian,
informasi
dan
A. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Pondasi dari sistem pengendalian adalah orang-orang di dalam organisasi
yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai
sasaran dan tujuan yang ingin dicapai Instansi Pemerintah. Penerapan
lingkungan pengendalian yang baik dalam rangka peningkatan kepedulian
dan keikutsertaan seluruh pegawai serta menjadi komitmen bersama dalam
melaksanakannya, sangatlah penting untuk terselenggaranya unsur-unsur
SPIP lainnya.
Lingkungan pengendalian dibentuk oleh perilaku dari orang-orang di dalam
organisasi yang mendukung pengendalian internal dan memengaruhi
kesadaran mereka akan pentingnya pengendalian dalam mencapai tujuan
organisasi. Hal ini dihasilkan dari tata kelola (governance) yang dilakukan
manajemen, yang terdiri dari: filosofi, gaya dan perilaku yang mendukung,
Pusdiklatwas BPKP - 2009
34
dipengaruhi oleh
pengendaliannya
tidak
positif,
maka
seluruh
sistem
resiko.
Lingkungan
pengendalian
memengaruhi
35
12. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber
daya manusia
13. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif
14. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait
B. PENILAIAN RISIKO
Unsur kedua dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah
penilaian risiko.
36
arah
yang
jelas
bagi
instasi
pemerintah
untuk
tujuan
merupakan
bagian
penting
dalam
proses
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko meliputi identifikasi dan analisis risiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan. Risiko yang diidentifikasi tersebut
bersumber dari faktor eksternal dan internal instansi pemerintah. Baik
risiko
internal
perubahan
maupun
dalam
eksternal
terutama
disebabkan
pemerintahan,
ekonomi,
industri,
adanya
peraturan,
37
risiko dikendalikan.
Untuk dapat memperoleh pertimbangan bagaimana risiko dapat
dikendalikan, diperlukan informasi mengenai risiko yang dapat diterima
dan tidak dapat diterima. Yang dimaksud dengan tingkat risiko yang
dapat diterima adalah batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan
aspek biaya dan manfaat.
Manfaat penilaian risiko bagi suatu instansi pemerintah adalah:
a) Membantu pencapaian tujuan instansi
b) Meyakinkan kesinambungan pemberian pelayanan
c) Menghindari pemborosan biaya atas pengendalian yang berlebihlebihan.
perubahan
adalah
serangkaian
tindakan
berupa
efektivitas
pengendalian
intern
yang
telah
ada
pengelolaan
perubahan
adalah
agar
pimpinan
instansi
38
membantu
manajemen
menciptakan
mekanisme
untuk
C. KEGIATAN PENGENDALIAN
Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa
tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam
pencapaian tujuan organisasi.
dan
prosedur-prosedur
dikembangkan
untuk
39
Pengendalian Preventif
Pengendalian Detektif
Pemisahan fungsi
40
tepat waktu
Pembatasan
akses
kepada
Akuntabilitas sumber daya dan
sumber daya dan pencatatan
pencatatan
Pembinaan yang menghasilkan
pegawai
kompeten
dan Dokumentasi atas SPIP dan
berintegritas
transaksi penting
Penetapan
kinerja
dan
Pengendalian
informasi
reviu
indikator
atas
sistem
pimpinan
instansi
pemerintah
harus
melakukan
reviu
mencapai target, maka proses dan aktivitas yang telah disusun untuk
mencapai tujuan harus direviu kembali untuk dilakukan tindakan
perbaikan lebih lanjut.
Reviu kinerja adalah sebuah kegiatan pengendalian yang bersifat
detektif untuk mengetahui dan memastikan tercapainya tujuan dari
sistem pengendalian, terutama terkait efisiensi dan efektivitas operasi.
Oleh karena itu, tujuan dilakukannya reviu kinerja adalah :
a) Untuk mengetahui tingkat pencapaian target atau rencana kinerja
yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja
b) Untuk
mengetahui
tingkat
efisiensi
dan
efektivitas
dari
kegiatan/program
c) Untuk mengetahui penyebab dari kesenjangan (gap) kinerja antara
realisasi dan target/rencana
d) Merumuskan rencana aksi untuk mengatasi penyebab kegagalan
pencapaian target/rencana kinerja
Pusdiklatwas BPKP - 2009
41
keputusan
pimpinan
instansi
pemerintah
dapat
42
dan
prosedur
pengamanan
fisik
aset
adalah
untuk
demikian,
setiap
pimpinan
instansi
pemerintah
harus
43
dan
mendorong
peningkatan
kinerja
pegawai
yang
dipimpinnya. Untuk itu, diperlukan suatu alat yang dapat menjadi sarana
pendorong pencapaian tujuan tersebut; alat yang dimaksud adalah
ukuran kinerja.
Ukuran kinerja dan indikator tersebut ditetapkan pada setiap level
organisasi, kegiatan, dan individu. Ukuran kinerja pada ketiga tingkatan
tersebut harus selaras. Dengan menggunakan ukuran kinerja yang
selaras, capaian kinerja pada tingkat individu akan mendukung
pencapaian target kinerja pada tingkat kegiatan, yang pada gilirannya
akan mendorong pencapaian target kinerja instansi pemerintah.
Tujuan penetapan dan reviu indikator kinerja adalah untuk:
a) menyediakan
alat
ukur
yang
tepat
dalam
menilai
kinerja
44
Dengan tersedianya alat ukur ini, akan memberi manfaat bagi pimpinan
instansi pemerintah melakukan penilaian dan pemantauan capaian
kinerja sebagai dasar merumuskan rencana aksi untuk mencapai
rencana kinerja yang diinginkan. Pada akhirnya, hal ini akan membantu
instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
secara lebih efisien dan efektif.
6. Pemisahan Fungsi
Dalam melaksanakan kegiatan dan programnya, instansi pemerintah
memiliki berbagai tugas dan fungsi penting. Guna meningkatkan efektivitas
pengendaliannya dan meningkatkan check and balances dari setiap fungsi
yang dilakukan, perlu dilakukan pemisahan fungsi. Pimpinan instansi
pemerintah harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa tidak satu pegawai atau pejabat yang dapat mengendalikan semua
tahap penting suatu transaksi atau kejadian. Melainkan, tugas dan
tanggung jawab harus dibebankan secara sistematis kepada beberapa
pegawai untuk menyakinkan bahwa pengecekan telah berjalan secara
efektif.
45
Di
46
47
untuk
mempertanggungjawabkan
pengelolaan
dan
adanya
pertanggungjawaban
sumber
daya
yang
memadai
c) Memastikan bahwa seluruh pegawai memahami tanggung jawabnya
terkait akuntabilitas sumber daya dan catatan
Dengan
dilaksanakannya
akuntabilitas
atas
sumber
daya
dan
48
11. Dokumentasi
yang
Baik
atas
Sistem
Pengendalian
intern dan
transaksi/kejadian penting
Terkait dengan kegiatan pengendalian dokumentasi dimaknai sebagai
kegiatan pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
dan penyimpanan
serta
memuat
informasi
atas
beberapa
pemprosesannya
sampai
dengan
selesai
adanya
manfaat
berupa
peningkatan
kualitas
pengambilan
diproses,
dan
dikomunikasikan
kepada
pihak
yang
49
disampaikan kepada
50
kemudian
memungkinkan
dipantau
pimpinan
melalui
organisasi
sistem
mengetahui
pemantauan
efektivitas
yang
sistem
51
pada
integritas
dan
kompetensi
dari
manusia
yang
menjalankannya.
Selanjutnya hasil penilaian risiko akan memberikan arahan bagi perumusan
kebijakan dan prosedur pengendalian yang baik dan memadai yang
dipandang
dapat
mengurangi
timbulnya
risiko
atau
meminimalkan
52
informasi
positif
maupun
negatif.
Bila
pemantauan
Penjabaran lebih rinci keterkaitan antar unsur dalam SPIP adalah sebagai
berikut:
53
tetap dalam koridor integritas dan nilai etika sehingga gerak langkah
instansi tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Proses penilaian risiko juga dapat diarahkan sesuai dengan kompetensi
masing-masing pegawai sesuai dengan levelnya.
Setiap level
dan
tanggung
jawab
tidak
jelas
dan
tidak
dikomunikasikan.
Pengendalian
merupakan
pengendalian
yang
bersifat
prosedural dan tampak secara fisik (hard control) yang berbeda dengan
lingkungan pengendalian yang bersifat lunak (soft control) yang
cenderung tidak berwujud fisik namun dapat dirasakan keberadaannya.
Kegiatan Pengendalian dalam penerapannya membutuhkan lingkungan
pengendalian
sebagai
faktor
pendukung
dan
menjadi
atmosfir
54
contoh
yang
potensial
akan
terjadi
dalam
Kegiatan
3. Lingkungan
pengendalian
dengan
Informasi
dan
Komunikasi
Komunikasi dan informasi akan berjalan dengan baik apabila terdapat
komitmen bersama dari seluruh pegawai tentang pentingnya informasi
Pusdiklatwas BPKP - 2009
55
secara
memadai
oleh
para
pegawai
karena
tidak
4. Lingkungan
Pengendalian
dengan
Pemantauan
Pengendalian Intern
Pemantauan pengendalian intern merupakan unsur dalam pengendalian
intern yang berfungsi untuk memantau efektivitas pengendalian yang
dibangun instansi. Lingkungan pengendalian dapat lebih mengefektifkan
lagi unsur Pemantauan Pengendalian Intern dengan mengelaborasi
variabel-variabel unsur lingkungan pengendalian ke dalam sistem
pemantauan pengendalian intern. Komitmen yang kuat dan kompetensi
merupakan
faktor
yang
penting
di
dalam
membangun
unsur
instansi
pengendalian
untuk
pemerintah
harus
memastikan
bahwa
memantau
pada
lingkungan
seluruh
tingkat
56
yang
nuklir
(PLTN)
dilakukan
dengan
menggunakan
standar
yang
perlu
dikomunikasikan
kepada
pihak
yang
57
58
9. Kegiatan
Pengendalian
dengan
Pemantauan
Pengendalian Intern
Pemantauan Pengendalian Intern dilakukan pada setiap Kegiatan
Pengendalian diseluruh tingkatan manajemen dan terintegrasi dengan
kegiatan rutin yang dilaksanakan misalnya dengan supervisi dan reviu.
Pemantauan Pengendalian Intern dimaksudkan untuk memastikan
apakah Kegiatan Pengendalian yang dilaksanakan tersebut telah
berjalan dengan semestinya dan diharapkan mampu mengidentifikasi
Pusdiklatwas BPKP - 2009
59
pemerintah
tidak
membuat
prosedur
untuk
melakukan
60
pemerintah!
2. Filosofi dan gaya operasi menentukan lingkungan pengendalian intern
yang tercipta dalam suatu organisasi. Jelaskan pernyataan tersebut!
3. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia menentukan lingkungan
pengendalian intern yang tercipta dalam suatu organisasi. Jelaskan
pernyataan tersebut!
4. Jelaskan kondisi yang akan terjadi, apabila dalam dalam pelaksanaan
transaksi suatu entitas tidak terdapat sistem otorisasi yang memadai!
5. Aktivitas
pengendalian
adalah
merupakan
salah
satu
unsur
pengendalian intern :
Pusdiklatwas BPKP - 2009
61
untuk anggota
ini
mengandung
kelemahan
yang
dapat
mengakibatkan
62
63