Sie sind auf Seite 1von 16

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menggunakan alat spektrofotometri serapan atom
2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri serapan atom

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan
1. Peralatan GBC AAS 932 Plus
2. Lampu katoda rongga (misalnya Cu dan Fe)
3. Labu takar 1 liter
4. Labu takar 100 mL
5. Gelas piala
6. Gelas arloji
7. Corong gelas
8. Batang pengaduk
9. Pipet tetes
10. Pipet ukur 1 mL
11. Botol semprot
Bahan yang digunakan
1. Larutan Mg 1000 ppm
2. Aquadest
3. Sampel

III. TEORI DASAR


3.1.

Teori Spektrofotometri Serapan Atom


Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik

dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat
pada konsentrasi rendah (Khopkar, 1990). Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk
analisis unsur. Teknik-teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci

pada metode spektrofotometri Serapan Atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap
atom dalam sampel. (Anonim, 2003)
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel,
kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi
radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang
mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang
gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron
dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik
untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Besarnya energi dari tiap panjang gelombang dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :

E=h

Dimana

E = Energi (Joule)
h = Tetapan Planck ( 6,63 . 10 -34 J.s)
C = Kecepatan Cahaya ( 3. 10 8 m/s), dan

= Panjang gelombang (nm)

Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi
uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan
tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam
keadaan dasar (ground state). Atom-atomground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan
oleh sumber radiasi yang terbuat oleh unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang
dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom
dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan
panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk
ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung
dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar
tunggal dan kurva adisi standar (Anonim, 2003).
Aspek kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = . b . c atau A = a . b . c
Dimana :

A = Absorbansi
= Absorptivitas molar (mol/L)
a = Absorptivitas (gr/L)
b = Tebal nyala (nm)
c = Konsentrasi

(ppm)

Absorpsivitas molar () dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik untuk
jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya tetap. Dengan
demikian absorbansi suatu spesies akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi, sehingga dengan
mengukur absorbansi suatu spesies konsentrasinya dapat ditentukan dengan membandingkannya
dengan konsentrasi larutan standar.
3.2

Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom


Alat spektrofotometer serapan atom terdiri dari rangkaian dalam diagram skematik berikut:

Komponen-komponen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


1.

Sumber Sinar
Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita

harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari
suatu

cuplikan. Maka

kita

harus

menggunakanHallow

Cathode khusus. Hallow

Cathode akan

memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.
Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang
sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan
pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan
pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu
(Khopkar, 1990).
Sumber radiasi lain yang sering dipakai adalah Electrodless Dischcarge Lamp lampu ini
mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Hallow Cathode Lamp (lampu katoda cekung), tetapi
mempunyai output radiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se,
karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil yang bentuknya
dapat dilihat pada Gambar 4.
2.

Sumber atomisasi
Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala. Kebanyakan

instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan. Sampel
masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang

dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray). Jenis nyala yang digunakan secara luas
untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen. Dengan kedua jenis nyala
ini, kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan analit dapat ditentukan dengan menggunakan metodemetode emisi, absorbsi dan juga fluorosensi.
1. Nyala udara asetilen
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya yang lebih
rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan
oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.
2. Nitrous oksida-asetilen
Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit
terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut
adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.
Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel
diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa
diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai
atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap
radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang
gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang
diabsorbsi oleh atom dalam nyala.
3. Monokromator
Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari
spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp
4. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu
isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.
5. Sistem pengolah
Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom
transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.
6.

Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca
oleh mata.
3.3

Optimasi peralatan Spektrofotometri Serapan Atom

Pada peralatan optimasi Spektrofotometri Serapan Atom agar memberikan wacana dan sejauh
mana sensitivitas dan batas deteksi alat terhadap sampel yang akan dianalisis, optimasi pada peralatan
SSA meliputi:

Pemilihan persen (%) pada transmisi

Lebar celah (slith width)

Kedudukan lampu terhadap focus slit

Kemampuan arus lampu Hallow Cathode

Kedudukan panjang gelombang ()

Set monokromator untuk memberikan sinyal maksimum

Pemilihan nyala udara tekanan asetilen

Kedudukan burner agar memberikan absorbansi maksimum

Kedudukan atas kecepatan udara tekan

Kedudukan atas kecepatan asetilen.

Logam

Tabel 2. Kondisi SSA untuk analisis logam Sn,Zn, dan Pb (Rohman, 2007)
Panjang
Tipe
Kisaran kerja
Batas Deteksi
gelombang (nm)
nyala
(g/L)
(g/L)

Sn

224,6

UH

15-60

0,03

Zn

213,9

UA

0,4-1,6

0,001

Pb
217
Keterangan : UA = Udara-asetilen

UA

5-20
UH = Udara-Hidrogen

0,015

Teknik-teknik analisis
Dalam analisa secara spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:
1.

Metode kurva kalibrasi


Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Selanjutnya membuat grafik antara konsentrasi (C)
dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = . B atau
slope = a.b, konsentrasi larutan sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau di
masukkan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi

2.

Metode standar tunggal


Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standard (A std) dan absorbsi larutan sampel (A smp)
diukur dengan spektrofotometri.

Dari hukum Beer diperoleh:


Astd = . B. Cstd

Asmp = . B. Csmp

. B = Astd/Cstd

. B = Asmp/Csmp

Sehingga:
Astd/Cstd = Asmp/Csmp

Csmp = (Asmp/Astd).Cstd

Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.
3.

Metode adisi standard


Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah
volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume
tertentu, kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standard, sedangkan larutan yang
lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu larutan standard dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Cx;
AT = k(Cs+Cx)
Keterangan,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persamaan di atas digabung, akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi

zat

dalam

sampel

(Cx)dapat

dihitung

dengan

mengukur

Ax dan

ATdengan

spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara
AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom
Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan menyebabkan
gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.
1.

Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori


Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion, yang
ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh
fospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca 2P2O7). Hal ini

menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat
diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam larutan. Kedua logam ini
mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat
dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA
berlebih. EDTA akan membentuk kompleks kelat dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa
refraktori dengan fospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdisosiasi dalam
nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabila unsurunsur seperti: Al, Ti, Mo, V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam
oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan
temperatur nyala, sehingga nyala yang umum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous
oksida-asetilen.
2.

Gangguan ionisasi
Gangguan ionisasi ini biasa terjadi pada unsur-unsur alkali tanah dan beberapa unsur yang lain. Karena
unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan SSA yang diukur adalah
emisi dan serapan atom yang tak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi
dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang. Namun demikian
gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang
terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yang mudah terionisasi ke
dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.

3.

Gangguan fisik alat


Gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala
dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah kecepatan alir gas, berubahnya
viskositas sampel akibat temperatur nyala. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering
membuat kalibrasi atau standarisasi

VI. PERHITUNGAN

6.1 Pengenceran Larutan Mg 100 ppm


-

5 ppm
M1 . V1

100 ppm . V1
V1
-

10 ppm
M1 . V1

100 ppm . V1
V1
-

100 ppm . V1
V1

5 ppm . 50 mL

2,5 mL

M2.V2

10 ppm . 50 mL

5 mL

M2 . V2

15 ppm . 50 mL

7,5 mL

M2 . V2

20 ppm . 50 mL

10 mL

M2 . V2

25 ppm . 50 mL

12,5 mL

20 ppm
M1 . V1

100 ppm . V1
V1
-

M2.V2

15 ppm
M1 . V1

25 ppm
M1 . V1

100 ppm . V1
V1

6.2 Penentuan Konsentrasi Mg pada sampel dengan Ms. Excel


Berdasarkan grafik y=0,016x + 0,392

a. Air sungai (absorbansi = -0,0060)


y
= mx + c
-0,0060 = 0,016 x + 0,392
x
= -24,875 ppm
b. Air pam (absorbansi = -0,0155)
y
= mx + c
-0,0155 = 0,016 x + 0,392
x
= -25,4867 ppm

%kesalahan

= -

%kesalahan

= -

c. Air limbah A (absorbansi = 0,4209)


y

= mx + c

%kesalahan

TeoriPraktek
Teori

100%
0,4209

= 0,016 x + 0,392

1,80631,737
1,8063

%
x

= 1,8063 ppm

3,8 %

d. Air limbah B (absorbansi = 0,3257)


y
= mx + c
0,3257
= 0,016 x + 0,392
x
= -4,1437 ppm

%kesalahan

= -

e. Air limbah C (absorbansi = 0,2319)


y
= mx + c
0,2319
= 0,016 x + 0,392
x
= -10,0062 ppm

%kesalahan

= -

6.3 Penentuaan Konsentasi Mg pada sampel dengan cara manual


No
.

Konsentrasi (ppm) =
x

Absorbansi =
y

xy

x2

y2

x 100

1
2
3
4
5

5
10
15
20
25
75

0.49
0.49
0.70
0.73
0.77
3.18

2.4455
4.862
10.563
14.512
19.3725
51.755

Persamaan y = mx + c dimana sloope = m dan intersept = c

m =

x 2
n x 2
n xy x . y

5 (51,755) 75 (3,18)
5 ( 1375 ) - (75) 2

20,275
1250

= 0,0162

c=

x 2
n x 2
x 2 y x . xy

(1375)(3,18) (75)(51,755)
5 ( 1375 )(75)2

490,875
1250

= 0,3927

25
100
225
400
625
1375

0.23921881
0.23639044
0.49589764
0.52649536
0.60047001
2.0984723

xy
r=

x . y
n

( x )2
( y )2
2
x
( y
)
n
n

51,755
=

1375

75(3,18)
5

( 75 )
( 3,18 )
(2,0984723
)
5
5

4,055
250 . 0,0759923

= 0,9303

Persamaan garis lurus secara manual yaitu y = 0,0162 x + 0,3927


a. Air sungai (absorbansi = -0,0060)
y
= mx + c
-0,0060 = 0,0162 x + 0,3927
x
= -24.6111 ppm
b. Air pam (absorbansi = -0,0155)
y
= mx + c
-0,0155 = 0,0162 x + 0,3927
x
= -25.1975 ppm

%kesalahan

= -

%kesalahan

= -

c. Air limbah A (absorbansi = 0,4209)


y

= mx + c

%kesalahan

TeoriPraktek
Teori

x 100

100%
0,4209

= 0,0162 x + 0,3927

1,80631,7407
1,8063

%
x

= 1.7407 ppm

3,631 %

d. Air limbah B (absorbansi = 0,3257)


y
= mx + c

%kesalahan

= -

0,3257
x

= 0,0162 x + 0,3927
= -4.1358 ppm

e. Air limbah C (absorbansi = 0,2319)


y
= mx + c
0,2319
= 0,0162 x + 0,3927
x
= -9.9259 ppm

%kesalahan

= -

Tabel Perbandingan konsentrasi Mg dengan cara manual, Ms. Excel, dan alat
No.

Sampel

Air Sungai

2
3
4
5

Air PDAM
Air Limbah A
Air Limbah B
Air Limbah C

Konsentrasi Mg
Pada Alat (ppm)
ND
ND
1,737
ND
ND

Konsentrasi
Pada Ms. Excel
(ppm)
-24,875
-25,4687
1,8063
-6,0273
-14,5545

Konsentrasi
secara manual
-24.6111
-25.1975
1.7407
-4.1358
-9.9259

VII. ANALISA PERCOBAAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri
serapan atom ini, dapat dianalisa kandungan unsur logam di dalam sampel berdasarkan pada
penyerapan radiasi atom-atomnya. Unsur yang dianalisis kali ini adalah Mg (magnesium). Pada
analisis tembaga ini digunakan campuran gas udara dan asetilen. Sebelum menganalisis sampel
dilakukan terlebih dahulu yaitu kalibrasi dengan mengencerkan larutan standar Mg 100 ppm
menjadi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm. Hal ini dilakukan untuk memeriksa
instrumen pada keadaan standarnya.
Pada saat pengukuran sampel, sampel dialirkan melalui pipa kapiler untuk selanjutnya
masuk ke burner untuk dibakar dengan gas asetilen dan udara, namun sebelum dibakar sampel
harus diubah menjadi bentuk aerosol dahulu. Aerosol adalah fase dimana liquid diubah menjadi
gas yang mengandung partikel atom yang menyebar melewati nyala api sehingga atom tersebut
tereksitasi. Sumber radiasi berasal dari lampu katoda dimana lampu tersebut tergantung pada
unsur apa yang akan dianalisis. Radiasi tersebut menuju detektor melalui monokromator cahaya
dimana akan melewati atom-atom tersebut sehingga akan ada cahaya yang terserap dan
diteruskan. Panjang gelombang yang diserap tersebutlah yang disebut absorbansi sehingga
didapatlah konsentrasi sampel yang akan dianalisa. Amplifier digunakan untuk memperkuat
sinyal menuju detektor dimana diletakkan diantara monokromator dan detektor.
Dari hasil percobaan analisis kandungan Mg dalam sampel dapat dianalisa bahwa hanya
limbah A yang terdeteksi mengandung kandungan Mg sebanyak 1,737 ppm pada alat dimana
setelah diperhitungkan dengan Ms. Excel dan manual didapat kesalahan sedikitnya 6 %.
Sebenarnya ini bukan berarti pada keempat sampel lainnya tidak menutup kemungkinan untuk
mengandung unsur Mg. Hal ini bisa saja terjadi karena pada alat digunakan range untuk
mengukur kandungan Mg hanya sampai 25 ppm. Ada dua kemungkinan yang bisa diambil yaitu
bisa jadi memang keempat sampel tidak mengandung unsur magnesium atau bisa juga beberapa
diantara sampel tersebut memiliki konsentrasi melampaui range pengukuran.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a) Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode analisis unsur-unsur logam/metalloid
berdasarkan penyerapan energi radiasi atomnya
b) Absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi unsur yang dianalisis
c) Hanya air limbah A yang terdeteksi mengandung unsur magnesium sebanyak 1,737 ppm.

GAMBAR ALAT

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN


Spektrofotometri Serapan Atom

Oleh :
1. Kiki Risky Midia

NIM. 0613 3040 0347

2. Mardian

NIM. 0613 3040 0348

3. Muhammad Farhan

NIM. 0613 3040 0351

4. Pusta Aryani

NIM. 0613 3040 0353

5. Susi Susanti

NIM. 0613 3040 0358

6. Wahyu Sisilia Deviana

NIM. 0613 3040 0359

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014

Das könnte Ihnen auch gefallen