Sie sind auf Seite 1von 7

Askep Pada Anak Dengan Invaginasi

PENDAHULUAN
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang
dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat ideopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2 12 bulan dan
sering ditemukan pada anak laki-laki.
DEFINISI
Invaginasi atau sering disebut juga intususepsi adalah keadaan, sebagian usus masuk
ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang
terjadi sebaliknya.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan pada lokasi invaginasi:
1. Ileocaecal : Ileum masuk ke dalam colon ascendens pada katub ileocaecal.
2. Ileocolic : Ileum masuk ke dalam colon.
3. Colocolic : colon masuk ke dalam colon.
4. Ileo-ileo : usus kecil masuk ke dalam usus kecil.
D. ETIOLOGI
Penyebabnya belum diketahui pasti (idiopatik) diduga berupa infeksi virus
pernafasan atas, peristaltic yang meningkat, divertikulum meckel (suatu duktus
yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka
pada ujung usus), anak mulai makan makanan padat terlalu cepat.
Pada bayi usia lebih dari 3 tahun bias disebabkan factor mekanik seperti:
1. Meckel diverticulum

2. Polip pada intestinum


3. Lymposarcoma intestinum
4. Trauma tumpul pada abdominal
5. Hemangioma (www.emedicine.com, 2003)
D. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa
detik hingga menit dengan interval waktu 5-15 menit.
2. Pada bayi, anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir.
3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras.
4. Muka pucat dan lemah
5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung
6. Anak cepat marah, nafas dangkal, mendengkur, dan konstipasi
7. Anak sering menarik kaki ke atas perut dikarenakan nyeri yang diderita.
E. FAKTOR RISIKO
1. Pasien HSP (Purpura Henoch Schonlein)
2. CF (Fibrosis Cistik) berisiko jika mengalami dehidrasi

PATOFISIOLOGI
Infeksi Virus


Peristaltik bekerja secara berlebih

Bagian ileum terminalis masuk kedalam kolon

Invaginasi

Strangulasi pembuluh darah usus halus

Intususepsi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah : Leukosit meningkat, CRP meningkat, U & E
2. AXR : mencari usus kecil yang dilatasi dan tidak ada gas pada daerah
caecum
3. Enema barium/udara/kontras larut air : diagnostic dan kuratif pada 75%
anak
4. Foto Rontgen abdomen
H. PENATALAKSANAAN
Hentikan masukan oral

Jika terjadi dehidrasi, segera bawa ke Rumah Sakit untuk


mendapatkan terapi cairan intravena secepatnya
Reduksi merupakan gawat darurat
Enema terapeutik : menggunakan barium, udara, atau kontras larut
air, tekanan dapat secara perlahan-lahan meningkatkan gaya balik
usus yang mengalami intususepsi.
Enema terapeutik hanya akan digunakan jika riwayat intususepsi
kurang dari 24 jam dan tidak ada tanda peritonitis dan dehidrasi
berat.
Reduksi Bedah
Jika enema terapeutik gagal atau merupakan kontraindikas
I. KOMPLIKASI
Peritonitis
Intususepsi lama bias menyebabkan syok
Perforasi usus
Kerusakan / kematian jaringan
Infeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian

ASUHAN KEPERAWATAN
I.Pengkajian
Pola defekasi

Pola makan anak


Nyeri abdomen akut
Anak muntah dan letargi
Feses bercampur darah dan lendir
Nyeri tekan abdomen
Adanya distensi abdomen
II. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan cairan berhubungan dengan mual muntah
Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital
b. Kaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai
c. Pantau intake dan output cairan sesuai dengan
kebutuhan tubuh
d. Anjurkan banyak minum
e. Berikan cairan melalui IV
f. Tempatkan klien diruangan yang nyaman
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis: virus
Tujuan: Anak

tidak

menunjukkan

tanda-tanda

nyeri

menunjukkan ketidaknyamanan yang minimal


Intervensi: a. Tanyakan pada klien dimana daerah yang sakit

atau

b. Tentukan tingkat nyeri dengan skala nyeri


c. Pada bayi, kaji tangisan, ekspresi wajah, postur dan gerakan
tubuh
d. Kolaborasi dengan tim untuk pemberian analgesic
e. Tempatkan kklien di ruangan yang nyaman
3. Kerusakan integritas berhubungan dengan tidak adanya suplai darah
ke jaringan
Tujuan:
Klien menunjukkan penyembuhan luka
Terbebas dari adanya lesi jaringan
Itervensi: a. Pantau keadaan umum klien
b. Kolaborasi tim untuk melakukan operasi
c. Tingkatkan kualitas koping social
d. kaji lokasi luas dan kedalaman luka pada anak
e. Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan
kepada keluarga
f. Ajarkan

anggota

keluarga/pemberi

asuhan

tentang tanda kerusakan kulit


g. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan
tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin

h. Inspeksi adanya kemerahan atau pembengkakan


pada daerah insisi
4. Hipertensi berhubungan dengan dehidrasi
Intervensi: a. Berikan terapi kompres hangat
b. Kolaborasi dengan tim untuk pemberian obat penurun panas
c. Ciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman untuk anak

Daftar Pustaka
http://dr-zapra.blogspot.com
www.pediatric.com
www.emedicine.com
Bresler, Michael John & George L. Sterbach. 2006. Kedokteran Darurat,
edisi 6. EGC: Jakarta
Brought, Helen.dkk. 2008. Rujukan Cepat Pediatrik dan Kesehatan Anak.
EGC: Jakarta
Donnal, Wong. 2004. Keperawatan Pediatrik. EGC: jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen