Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN :
Nama
: Ny. M
: 50 Th
Alamat
: Bojongsari
Pekerjaan
: IRT
Autoanamnesis :
Keluhan Utama :
Sakit pada kuduk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sakit pada kuduk sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, terjadi perlahanlahan. Awalnya sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluhkan demam, terus-menerus, disertai sakit kepala yang dirasakan di
seluruh kepala.Keluhan dirasa disertai dengan adanya rasa sakit pada
punggung dan pinggang yang menjalar ke tungkai. Sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit pasien mengeluhkan batuk selama 2 bulan. Riwayat mual
dan muntah tidak ada. Riwayat kejang dan keringat malam tidak ada. Riwayat
penurunan kesadaran dan sesak tidak ada
Pasien batuk berdahak 3 bulan yang lalu, batuk dirasakan selama 2 bulan,
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami batuk-batuk lama ataupun yang
menderita penyakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Keadaan umum : sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi/ irama
: 89x/menit, nadi teraba kuat, teratur
Pernafasan
: 18x/menit, torakoabdominal, teratur
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Suhu
: 38,5oC
Turgor kulit
: baik
II. Status internus
Kulit
: tidak ada kelainan
Kelenjar getah bening
Leher
: tidak teraba pembesaran KGB
Aksila
: tidak teraba pembesaran KGB
Inguinal : tidak teraba pembesaran KGB
Rambut
: hitam, tidak mudah dicabut
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Thorak
Paru
:
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi
: fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi
: sonor di semua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung
:
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat
Palpasi
: ictus cordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI
Perkusi
: batas jantung kiri : ictus, kanan : LSD, atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi
: hepar dan lien tak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Korpus vertebrae
Inspeksi : deformitas (-)
Palpasi
: gibus (-)
Alat kelamin
: tidak diperiksa
III. Status Neurologikus
GCS E4 M6 V5
1. Tanda Rangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk
: (+)
Brudzinsky I
: (-)
1
Brudzinsky II
: (-)
Tanda Kernig
: (-)
Tanda Laseque : (+)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
: sukar dinilai
: posisi lidah tidak ada deviasi
Pemeriksaan laboratorium
Darah :
Rutin
Kimia darah
: Hb
: 12,4 gr/dl
Leukosit
: 9.100/mm3
Trombosit
: 323.000/mm3
Hematokrit : 39,1 %
: Ureum
: 32.6 mg/dl
Kreatinin
: 0,87 mg/dl
Gula darah random : 170 mg/dl
Pemeriksaan penunjang
EKG
o Irama sinus
Rontgen Foto Thorak
o Kor Pulmonal Aktif millier
CT scan
o Tidak tampak tanda tanda perdarahan infark, maupun SOL
Diagnosis :
Diagnosis Klinis
: Meningitis subakut
Diagnosis Etiologi
: suspect infeksi bakteri mycobacterium tuberculosa
Diagnosis Sekunder : Tuberculosis
Diagnosis Banding
Meningitis viral
Prognosis :
Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
Terapi :
- Umum : IVFD Asering 20gtt
Pasang kateter urine, hitung balance cairan
- Khusus : Ceftriakson 2x2 gram IV
Dexametason 4x5 mg IV
Ranitidin 2x50 mg IV
Citicolin 2x500 mg IV
Tramadol 3x2 mg IV
Paracetamol 3x500 mg
Anjuran pemeriksaan
1. Lumbal Punksi
2. Pemeriksaan BTA sputum
3. Mantoux test
FOLLOW UP
3
Kesadaran
CM
TD
150/90
Nd
90 x/ menit
Nf
20 x/menit
T
38,60C
Status Neurologis :
GCS
: E4 M6 V5
TRM
TIK
N.Cranial
Motorik
Sensorik
RF
RP
31 Maret 2015
S/
kuduk sakit
demam (-), sesak nafas (-)
O/
KU
Sedang
Kesadaran
CM
TD
160/120
Nd
88 x/ menit
Nf
20 x/menit
T
360C
Status Neurologis :
GCS
: E4 M6 V5
TRM
TIK
N.Cranial
Motorik
Sensorik
RF
RP
1 April 2015
S/
kuduk sakit hebat, mual, tidak bisa tidur
demam (+), sesak nafas (-)
O/
KU
Sedang
Kesadaran
CM
TD
150/100
Nd
88 x/ menit
Nf
16 x/menit
T
38.30C
Status Neurologis :
GCS
: E4 M6 V5
TRM
TIK
N.Cranial
Motorik
Sensorik
RF
RP
Lampiran :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi central nervous
system, yang biasanya dikenal dengan meningens (radang pada arachnoid dan
piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai kasus, seperti
agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen infeksi dapat berupa
bakteri, virus, ricketsia, protozoa, dan jamur.
Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran bahkan
kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara akut dan kronis
ETIOLOGI
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus,
bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri:
2.
3.
Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Virus :
Enterovirus
Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
PATOFISIOLOGI
Agen penyebab
Kerusakan neurologist
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, port dentry
masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak
yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis
cranii yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya
otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam
sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Pada keadaan
lebih lanjut dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, hemiparesis, dan lain-lain.
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
mikroorganisme penyebab. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi,
sakit kepala, mual, muntah, dan kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat
lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi
kurang jelas.
Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel
muncul bercak pada kulit tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat
gerakan tidak beraturan.
Gejala meningitis meliputi :
DIAGNOSIS
Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan gejala
dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut, peningkatan
9
tekanan
intrakranial
dan
rangsang
meningeal
perlu
diperhatikan.
Untuk
mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa tes darah dan
cairan sumsum tulang belakang.
Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut pungsi
lumbal (lumbal puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan pada pertengahan
tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyedap contoh cairan sumsum tulang
belakang. Tekanan cairan sumsum tulang belakang juga dapat diukur. Bila tekanan
terlalu tinggi, sebagian cairan tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak
terlalu menyakitkan. Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit
kepala, yang dapat berlangsung beberapa hari.
KLASIFIKASI
MENINGITIS BAKTERI atau PURULENTA
Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak yang
menimbulkan proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh kuman non spesifik
dan non virus.
Meningitis bakteri merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang
susunan saraf pusat, mempunyai risiko tinggi dalam menimbulkan kematian dan
kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan
meningitis bakteri. Penyebab meningitis purulenta yang tersering adalah Haemophilus
influenza, Diplococcus pneumonia, Neisseria meningitides, Streptococcus B
haemolitikus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Salmonella sp.
ETIOLOGI
1.
2.
3.
PATOGENESA
Bakteri mencapai selaput otak dan ruang subarachnoid melalui :
- Trauma terbuka kepala
- Operasi
- Fraktur basis kranium
- Langsung dari infeksi telinga, sinus paranasalis, tulang
10
- Hematogen: sepsis, radang paru, infeksi jantung, infeksi kulit, infeksi gigi dan mulut
Patogenesa dari meningitis dapat terjadi melalui beberapa fase :
1.
2.
3.
4.
5.
TRIAS MENINGITIS :
Demam
Sakit kepala
Tanda rangsang meningeal (+)
- Muntah, photophobia
- Kejang, defisit fokal neurologik (hemiparesis, paresis saraf cranial)
- Letargi, iritabilitas, gangguan intelektual, penurunan kesadaran
- Gambaran klinis yang khas
Artritis, artralgia
: -Meningococcus
: -Pneumococcus
-Haemophilus influenza
: -Meningococcus
-Haemophilus influenza
PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
1.
Lumbal pungsi
EEG
: perlambatan difus
3.
Darah
4.
Radiologik : CT scan otak, cari fokus infeksi (rontgen kepala, rontgen dada)
Diagnosa pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal pungsi dan
Warna opalesen atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau kedua
Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml
Jenis sel terutama PMN
Kadar gula darah turun antar 0-20 mg/ml
Kadar protein meningkat, tergantung lama sakit
Pada sediaan gram bakteri (+) hampir pada 80% kasus bila belum mendapat
7.
8.
pengobatan sebelumnya.
Kadar asam laktat dan pH meningkat
Pada sediaan dengan methylene blue (+)
PENATALAKSANAAN
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif
suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil
pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama minimal 10
hari atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol disuntikkan
intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila
pasien alergis terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yagn disebabkan enterobacteriaceae.
12
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim,
berikan: campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg per infuse 2
kali 1 ampul per hari, selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisiten terhadap
penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi
terhadap penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi
dikombinasi dengan kloramfenikol
13
Multiplikasi
Penyebaran hematogen
Meningens
Membentuk tuberkel
14
MENINGITIS
Terjadi peningkatan inflamasi granulomatous di leptomeningen (piamater dan
arachnoid) dan korteks serebri di sekitarnya menyebabkan eksudat cenderung
terkumpul di daerah basal otak.
GEJALA KLINIS
Stadium I : Stadium awal
- Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise,
demam, anoreksia
Stadium II : Intermediate
- Gejala menjadi lebih jelas
- Mengantuk, kejang,
- Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial (terutama N.III
dan N. VII, gerakan involunter
- Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
- Penurunan kesadaran
- Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi
DIAGNOSIS
1. Lumbal pungsi
LCS
:
-Warna jernih / xantokrom
-Sel meningkat
-Limfositer
-Protein meningkat
-Glukosa menurun
Periksa :
-Ziehl-Neelsen ( ZN )
-PCR ( Polymerase Chain Reaction )
2. Rontgen thorax
-TB apex paru
-TB milier
3. CT scan otak
- Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
- Tuberkuloma
: massa nodular, massa ring-enhanced
- Komplikasi
: hidrosefalus
4. MRI
TERAPI
1. Rifampicin ( R )
15
2.
3.
4.
5.
Efek samping
: Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping
: Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping
: Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping
: Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping
: Neuritis optika
Nama Obat
INH
DOSIS
Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari
Anak : 20 mg/kgBB/hari
+ piridoksin 50 mg/hari
Streptomisin
Etambutol
Rifampisin
Steroid
Diberikan untuk:
Mencegah perlekatan
Indikasi:
Kesadaran menurun
16
MENINGITIS VIRAL
Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir / sequel
dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes
simpleks dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan
pada pemeriksaan cairan cerebrospinal tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi
terjadi pada korteks cerebri, white matter, dan lapisan menigens. Terjadinya kerusakan
jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini
akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan
gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis.
ETIOLOGI
- Sering : ENTEROVIRUS
Coxsackie dan Echovirus termasuk dalam family Enterovirus merupakan hampir 50%
penyebab dari meningitis virus (meningitis aseptic).
- Virus neurotropik
GAMBARAN KLINIS
- TRIAS MENINGITIS :
o Sakit kepala
o Demam
o Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Kerniq, Brudzinski)
- Muntah, irritabilitas, malaise, photophobia, myalgia
DIAGNOSA
Pungsi lumbal
LCS : - Tekanan meningkat
- Sel meningkat (awal PMN limfositer)
- Warna jernih
- Peotein normal/ sedikit meningkat
- Glukosa normal
Periksa
:
-PCR ( Polymerase Chain Reaction ) : DNA / RNA virus
-Kultur virus
-Titer antibodi
TERAPI
17
Simptomatik
MENINGITIS JAMUR
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang
ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka
kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para
klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak
langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit / infeksi dan jamur tidak sering
ditemukan dalam cairan cerebrospinal (CSS) pasien yang terinfeksi oleh karena jamur
hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya.
ETIOLOGI
1.
Cryptococcus neoformans
Cryptococcus neoformans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang ada
dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur sistemik yang
disebut cryptococcis, dahulu dikenal dengan nama Torula hystolitica. Jamur ini paling
dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab
terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas. Cryptococcus
neoformans dapat ditemukan pada kotoran burung (terutama merpati), tanah, binatang
juga pada kelompok manusia (colonized human). Dengan adanya AIDS, insiden
Cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini termasuk lima
besar penyebab infeksi opportunistik pada pasien AIDS.
2. Coccidioides immitris
PATOGENESA
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis
kronis, vaskulitis, dan invasi parenkimal. Pada infeksi Cryptococcal jaringan
menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen basal yang dapat
menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dan dapat mengobstruksi
aliran likuor dari foramen luschka dan magendi sehingga terjadi hydrocephalus. Pada
jaringan otak terdapat substansia gelatinosa pada ruang subarachnoid dan kista kecil
di dalam parenkim yang terletak terutama pada ganglia basalis pada distribusi arteri
lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri dari agregasi atau gliosis. Infiltrate meningen
terdiri dari sel-sel inflamasi dan fibroblast yang bercampur dengan Cryptococcus.
18
Bentuk granuloma tidak sering ditemukan, pada beberapa kasus terlihat reaksi
inflamasi kronis dan reaksi granulomatosa sama dengan yang terlihat pada
Mycobacterium tuberculosa dengan segala bentuk komplikasinya.
GEJALA KLINIS
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik seperti
akibat infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma meningitis
atau sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau semakin progresif selama
observasi (paling kurang empat minggu).
Manifestasi klinis lainnya dapat berupa kombinasi beberapa gejala seperti demam,
nyeri kepala, lethargi, confuse, mual, muntah, kaku kuduk atau defisit neurologis.
Sering kali hanya satu atau dua gejala utama yang dapat ditemukan pada gejala awal.
DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tambahan
seperti laboratorium cairan cerebrospinal. Gambaran cairan cerebrospinal infeksi
Cryptococcus sama dengan meningitis tuberculosa. Diagnosa dapat dibuat dengan
menemukan Cryptococcus dalam cairan cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India,
kultur dalam media sabouraud dan berdasarkan hasil inokulasi pada hewan percobaan.
Jamur ini juga dapat dikultur dari urine, darah, feses, sputum, dan sumsum tulang.
Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada serum dan cairan cerebrospinal dapat
menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urine, darah, feses, sputum, dan sumsum
tulang.
Karakteristik LCS yang ditemukan pada meningitis jamur
10-500 sel/mm3 (dengan dominasi limfosit)
Peningkatan kadar protein
Penurunan kadar gula biasanya sekitar 15-35 mg
Kultur bakteri yang negatif membedakan dengan meningitis bakterial
TERAPI
Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan hasil yang baik. Amfoterisin B
diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/Kg, diberikan enam sampai sepuluh
minggu, tergantung dari perbaikan klinis dan kembalinya cairan cerebrospinal ke arah
19
normal. Amfoterisin B dapat diberikan dengan 5-flurocytosine 150 mg/Kg per hari
(dalam empat dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang baik.
PERBANDINGAN GAMBARAN LCS ANTARA MENINGITIS PURULENTA, TB,
VIRAL, DAN JAMUR
PURULENTA
TUBERKULOSA
VIRUS
JAMUR
Pemeriksaan
Kultur bakteri negatif
mikroskopik
Biakan cairan otak
Pemeriksaan serologik
serum dan cairan otak
Keruh sampai purulen Jernih atau xantokrom Jernih
Jernih
Leukosit meningkat
Meningkat, <500/mm3, Meningkat antara 1095 % PMN
MN dominan
1000/mm3
Meningkat, >75 mg% meningkat
Normal / sedikit
meningkat
Menurun, <700 mg% menurun
Normal
Normal
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth
Edition, Mcgraw-Hill.
2. Ropper, AH., Brown, Robert H. 2005. Adams & Victors Principles of
Neurology, Eight Edition, McGraw-Hill.
3. Anonim.
2007.
Apa
Itu
Meningitis.
URL:
http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html
4. Ellenby, M., Tegtmeyer, K., Lai, S., and Braner, D. 2006. Lumbar
Puncture.The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL:
http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf
5. Harsono.
2003.
Meningitis.
Kapita
Selekta
Neurologi.
URL:
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm
6. Japardi,I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL:
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
7. Quagliarello, VJ., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The
New
England
Journal
of
Medicine.
336
708-16
URL:
http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf
8. Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503.
URL: http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503
21