Sie sind auf Seite 1von 14

I.

PENDAHULUAN
Dalam persepsi atau aturan dari bunyi, kondisi ruangan merupakan masalah yang paling
vital dan utama dalam keberhasilan penyaluran bunyi. Ruang yang ada harus sesuai dengan
hitungan dan aturan yang telah ditentukan. Begitu juga pada aturan tentang cahaya. Contohnya,
pada ruangan yang kecil dengan dinding yang dicat putih dan langit langit yang ada
diiluminasikan denga 50 Watt lampu. Karena refleksi tinggi dari ruangan tersebut maka lampu
dapat memancarkan level iluminasi yang baik. Berbeda dengan ruangan yang gelap, aka tingkat
refleksinya lebih rendah sehingga pancaran lebih pendek.

Hukum kuadrat terbalik


Seiring dengan bertambahnya jarak dari sumber cahaya, energy cahaya yang sama akan terdistribusikan
pada permukaan yang lebih besar. Sebagai hasilnya, tingkat iluminasi akan berkurang. Hukum kuadrat
terbalik dirumuskan sebagai :

E=

CP
r2

Dimana :
E = tingkat iluminasi (fc)
CP = kekuatan candela dari sumber cahaya (cd)
r = jarak sumber cahaya (ft)

Hukum cosine
Cahaya yang terkena pada permukaan dengan sudut tertentu (
permukaan yang lebih lebar (

E1 )kemudian terdistribusikan pada

E2 ) dapat dirumuskan sebagai :

E2=E 1 cos
Dimana :
E = tingkat iluminasi (fc)

= sudut antara permukaan 1 dan permukaan 2

Cahaya pada permukaan miring


Untuk menghitung tingkat iluminasi pada permukaan miring dirumuskan sebagai :

E=

CP
cos
2
r

Dimana :
E = tingkat iluminasi (fc)
CP = kekuatan candela dari sumber cahaya (cd)
r = jarak sumber cahaya (ft)

= sudut antara permukaan 1 dan permukaan 2

Cahaya dari Beberapa Sumber (Hukum Abney)


Jumlah total tingkat iluminasi dari beberapa sumber pada suatu permukaan yang sama dapat dirumuskan
sebagai :

E=

CP
CP
cos 1 + 2 cos 2 +
2
r1
r2

Dimana :
E = tingkat iluminasi (fc)
CP = kekuatan candela dari sumber cahaya (cd)
r = jarak sumber cahaya (ft)

= sudut antara permukaan 1 dan permukaan 2

Segitiga Siku - Siku


Trigonometri adalah hubungan antara sisi dan sudut pada segitiga. Segitiga siku-siku merupakan segitiga
dimana kedua sisinya, x dan y, tegak lurus, rasio panjang dari sisi segitiga siku siku dinamakan sin, cos
dan tan. Rasio trigonometri dapat digunakan untuk menentukan sudut. Jumlah total dari ketiga sudut
adalah 180.

sin =

x
r

cos =

y
r

tan =

x
y
r2 =

x 2+ y 2

r= x 2 + y 2
Dimana :
x = sisi tegak lurus 1
y = sisi tegak lurus 2
r = sisi miring segitiga

= sudut antara y dan r

Contoh Metode Titik


Iluminasi horizontal dan vertical
1. Tingkat iluminasi pada permukaan di titik A dengan sudut

adalah 0, jadi cos = 1 dan

CP = 1950 cd, dan jarak r dari sumber cahaya pada titik 18-3 = 15 ft, maka :

E=

CP
1950
cos = 2 ( 1 )=9
2
fc
r
15

2. Tingkat iluminasi pada permukaan horizontal 6 ft dari titik B dengan sudut

x
y

= 0,4 dan

= 22, maka :

E=

CP
2100
cos = 2 2 ( 0.9272 )=7
2
fc
r
15 + 6

3. Tingkat iluminasi pada permukaan vertical dari titik C dengan sudut


= 0.5dan

dari tan =

= 27, maka :

E=

CP
1900
cos = 2 2 ( 0.454 ) =5
2
fc
r
12 +6

dari tan =

x
y

COEFICIENT OF UTILIZATION
Koefisien utilisasi merupakan suatu perbandingan lumen dalam kerja suatu lampu. Nilai
koefisien yang tinggi berarti bahwa cahaya yang dihasilkan dalam lampu tersebut akan lebih
besar. Kerja suatu koefisien ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti refleksi space ruang,
luas dan bentuk ruang, lokasi dari luminar dan desain dari luminar itu sendiri.
Dalam kenyataanya, luas dan bentuk ruang memberikan efek yang berarti dalam kerja
koefisien utilisasi. Contohnya pada ruang yang kecil atau sempit, cahay akan diserap dengan
mudah oleh dinding dibandingkan pada ruangan luas dengan ketinggian plafond yang rendah.

Koefisien utilisasi juga dapat dimanfaatkan untuk menentukan jumlah lumens pada
lampu yang dapat dicari dengan formula kalkulasi :
F = (E x A) / CU x LLD x LDD
Keterangan

F : inisial hasil dari luminar lampu (lm)


E : illuminasi level (fc)
A : work plane area (ft2)
CU : koefisien utilisasi (decimal %)
LLD : penyusutan lumen lampu ( decimal %)
LDD : penyusutan luminar (decimal %)

EFEK LUAS RUANG

Perbandingan ruang dapat dihitung melalui dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan tinggi. Dalam
kasus suatu bangunan, kapasitas ruang dapat diketahui melalui beberapa lapisan ruang seperti
bagian atas (ruang atap / plafon), diantara plafond dan ruang gerak, dan ruang bawah atau ruang
lantai. Apabila ruang gerak / ruang kerja terletak pada lantai maka ruang lantai / kapasitas lantai
adalah 0.

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEHILANGAN CAHAYA


Dalam suatu ruang, cahaya dapat mengalami penyusutan atau bahkan hilang seluruhnya.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal yaitu
:
1. Reflektansi Plafond atau Reflektansi Langit Langit
Reflektansi plafond memberikan efek yang paling besar pada pancaran cahaya tidak langsung.
Hal ini diperlihatkan pada grafik, bahwa refleksi yang paling tinggi pada area plafond adalah
yang memiliki koefisien utilisasi yang paling tinggi. Sedangkan reflektansi pada dinding
mempunyai nilai CU yang paling rendah, kecuali pada ruang dengan luasan yang sangat sempit.
2. Dirt Depreciation
Dirt Depreciation merupakan faktor yang digunakan dalam metode lumen untuk menghitung
level iluminasi yang terbuang.
METODE LUMEN
Dalam menentukan ilumanasi dnegan metode lumen, ruang dibagi menjadi 3 bagian yaitu ruang
atap, ruang gerak dan ruang lantai. Dari beberapa bagian tersebut, ruang atap dan lantai
merupakan ruang yang paling efektif.
Berikut cara metode lumen

1. Ruang dibagi menjadi beberapa ruang. Biasanya sudut yang digunakan tergantung pada fungsi
ruang yang ada.

2. Tentukan perbandingan ruang dari rumus yang sudah ada. Dengan menggunakan rumus CCR,
RCR, dan FCR
CCR = 5hcc ((L+W) / (L x W)
RCR = 5hrc ((L+W) / (L x W)
FCR = 5hfc ((L+W) / (L x W)
3. Tentukan ruang yang paling efektif untuk plafond dan lantai sehingga gunakan nilai yang
sesungguhnya dan yang paling efektif dari ruang plafond dan lantai tersebut.
Setelah tiga cara diatas, dari nilai awal yang telah didapat dari tabel, nilai tersebut akan
dihitung dnegan rumus lumen lampu dan perbandingan perbandingan lainnya. Dan hasil dari
nilai tersebut merupakan patokan dalam mendesain suatu ruangan sesuai fungsinya. Hal tersebut
akan mengurangi tingkat kesilauan dari luminar yang ada dengan memberikan sidelighting
(penerangan tambahan) pada bagian bagian yang diperlukan.

KOMPONEN LANGIT
Nilai komponen langit dapat ditemukan untuk kondisi langit yang mendung oleh grafik
dibawah ini. Komponen langit adalah presentase dari cahaya yang berada dilangit yang langsung
masuk ke dalam jendela yang dibuka. Untuk menggunakan grafik dibawah, pertama tama
temukan rasio bentuk jendela (WID dan HID) yang berupa :
H : tinggi dari jendela diatas pesawat kerja (ft)
W : panjang jendela ke satu sisi tengah dari pesawat kerja yaitu 2W adalah tinggi penuh dari
jendela (ft)
D : jarak dari jendela ke titik utama yang menjadi pusat perhatian (ft)
Jika obstruksi luar menutup jalan pandangan langit dari pembukaan jendela, gunakan
rasio WID dan angle obstruksi untuk menemukan SC yang terobstruksi.
Lihat Grafik dibawah ini :

TRANSMITANSI
Transmitansi bernilai untuk kaca dan plastik. Pada persenan kejadian cahaya yang
tertransmisi dapat diberikan data seperti dibawah ini :

OBSTRUKSI
Koefisien obstruksi untuk kondisi langit yang mendung, diberikan pada tabel dibawah
ini. Digunakan untuk menghitung komponen yang ter refleksi secara internal. Koefisiennya
bervariasi dengan sudut antara horizontal pada pesawat kerja dan pada batas dari obstruksi.

FAKTOR HARIAN UNTUK PENERANGAN OLEH JENDELA


Tabel dibawah dapat digunakan sebagai penunjuk untuk mengevaluasi keefektifan dari
pembukaan untuk cahaya bantuan selama tahap skematik dari sebuah proyek. Menyarankan
cahaya matahari yang minimal dan rasio area terbuka dari jendela Aw ke area lantai Af diberikan
di bawah ini :

RATA-RATA PENERANGAN LANGIT YANG MENDUNG


Tabel dibawah menampilkan rata rata level penerangan eksternal Eo (dalam kaki lilin) dari
kondisi langit yang mendung, tersedia sekitar 85 persen siang hari dari jam 8 pagi sampai jam 4
sore. Data diberikan untuk contoh lokasi lintang utara :

PENGUKURAN-PENGUKURAN CAHAYA

PENCAHAYAAN
Light meter tersedia untuk mengukur keadaan cahaya baik indoor maupun outdoor. untuk
mengukur tingkat pencahayaan, mengambil bacaan dengan paralel sel cahaya untuk dan di
pesawat yang menarik. gradien pencahayaan dapat diukur antara sumber cahaya dan bentuk
ruang dan reflektan.

LUMINANSI
Kecerahan atau pencahayaan dari permukaan yang
diukur paling baik diukur dengan meteran pencahayaan. Ini
adalah light meter khusus dengan optik untuk fokus pada daerah
yang sangat kecil dan mengukur kecerahan.

REFLEKTANSI
Tercermin metode cahaya insiden digunakan untuk menentukan pemantulan difus, atau
non mengkilap, mencerminkan permukaan. Misalnya, meteran ditempatkan terhadap permukaan
dan kemudian ditarik kembali sekitar 2 sampai 4 di sampai tidak ada bayangan jatuh di
permukaan. Pembacaan meter pada posisi ini dibagi dengan insiden bacaan ringan ketika dasar
meter melawan permukaan. hati-hati untuk menghindari bayangan, dan selalu menjaga meter
menghadap ke atas.
TRANSMITANSI

Untuk mengukur transmitansi dari bahan transparan atau tembus, terus siram sel cahaya
meter untuk sampel. Menggunakan sumber cahaya konstan pada sisi yang berlawanan,
mengukur lilin kaki dari sumber dengan dan tanpa sampel di tempat. transmitansi adalah rasio
dua bacaan tersebut.
PERKIRAAN DISTRIBUSI LILIN LISTRIK
Di laboratorium, fotometer yang digunakan untuk menentukan dalam distribusi candela
dari sumber cahaya atau tokoh-tokoh. Jika sumber titik diukur, kekuatan lilin adalah lilin kaki
membaca pada posisi tertentu kali alun-alun. dari jarak dari sumber. rekor grafis dari intensitas
cahaya yang dipancarkan di berbagai sudut dari sumber cahaya disebut kurva distribusi candela.
PENGUKURAN TINGKAT ILUMINASI
Untuk menentukan pencahayaan ruangan, sejumlah pembacaan footcandle diambil secara
berkala, dan rata-rata dihitung. terus paralel sel cahaya meter untuk pesawat yang menarik,
biasanya permukaan kerja. Jangan melemparkan bayangan pada meteran atau memegangnya
dekat dengan tubuh Anda, di mana pakaian yang cerah akan menambahkan cahaya yang
dipantulkan ke membaca.

PENGUKURAN KECERAHAN
Untuk mengukur kecerahan dengan light meter, posisi sel cahaya meter terhadap permukaan
yang diukur dan perlahan-lahan menarik meter ke posisi 2 sampai 4 di pergi sampai pembacaan
konstan diperoleh. pencahayaan sama dengan pembacaan meter.

PENGUKURAN KECERAHAN DARI SUMBER CAHAYA


Untuk sumber cahaya, menempatkan sel cahaya secara langsung terhadap permukaan
yang diukur. Pembacaan meter adalah sama dengan tingkat pencahayaan.

METODE CAHAYA INSIDEN TERCERMIN


1. Ukur insiden cahaya. Sebagai contoh, pembacaan meter dengan dasar dinding adalah 70fc.
2. Ukur memantulkan cahaya. Sebagai contoh. pembacaan meteran dengan sel cahaya
menghadap
dinding
45fc.
3. Hitung reflektansi permukaan.

METODE PERBANDINGAN SAMPLE YANG TELAH DIKENALI

1. Ukur memantulkan cahaya dari kartu tes reflektansi dikenal. Misalnya, p kartu tes adalah 90
persen,

dan

pembacaan

meter

adalah

60fc.

2. Ukur memantulkan cahaya dari dinding pada posisi meteran yang sama. Misalnya, pembacaan
meter

adalah

43

fc

dengan

kartu

dihapus.

3. Hitung p reflektansi permukaan.

PENGUKURAN TRANSMITASI
1. Ukur cahaya yang ditransmisikan melalui materi.
Misalnya, pembacaan meter dengan sampel benar-benar
meliputi
sel
cahaya
80fc.
2. Mengukur insiden cahaya dengan sampel dihapus.
Sebagai contoh, pembacaan meter dengan sampel dihapus
adalah 150fc. Hati-hati untuk menjaga jarak yang sama dari
sumber
cahaya.
3. Hitung T transmitansi sampel.
GRADIEN KEKUATAN PENERANGAN (ILUMINANSI) DAN SEKELILINGNYA
Gradient kekuatan penerangan adalah penyajian grafis menyangkut lipatan ataupun peningkatan
kekuatan penerangan dengan pengukuran panjang suatu poros.
Berikut dibawah ini adalah pandangan bagian yang melukiskan gradient kekuatan penerangan
dan pandangan rencana yang melukiskan isofootcandle di sekelilingnya,

STANDAR PENCAHAYAAN
Kebutuhan iluminansi berdasarkan aktivitas visual
No

Kerja visual

Iluminansi
(lux)
Penglihatan biasa
100
Kerja kasar dengan detail besar
200
Kerja umum dengan detail wajar
400
Kerja yang lumayan dengan detail kecil (studio, gambar, 600
menjahit)
Kerja keras, lama, detail kecil (perakitan barang halus, 900
menjahit dengan tangan)
Kerja sangat keras, lama detail sangat kecil (pemotongan 1300-2000
batu mulia, tisik halus, mengukur benda sangat kecil,
dll)
Kerja luar biasa keras, detail sangat kecil (arloji dan 2000-3000
pembuatan instrument kecil)

1
2
3
4
5
6

Standar iluminansi pada bidang kerja


Contoh iluminansi pada bidang kerja:

50 lux : jalan
100 lux : koridor, kamar ganti, auditorium
150 lux: toko obat
200 lux: ruang makan
300 lux : perpustakaan, ruang olahraga, ruang kuliah
500 lux : kantor umum, laboraturium
750 lux: ruang gambar
1000 lux : ruang inspeksi, supermarket.

Standar iluminansi menurut IES:


kategori
A
B
C
D
E
F
G
H

Rentang
iluminansi
(lux)
20-30-50
50-75-100
100-150-200
200-300-500
500-750-1000
1000-1500-2000
2000-3000-5000
5000-7500-10000

Jenis kegiatan
Area public berlingkungan gelap
Tempat kunjungan singkat
Ruang public, tugas visual jarang
Tugas visual berkontras tinggi
Tugas visual berkontras sedang
Tugas visual berkontras rendah
Tugas visual berkontras rendah dalam waktu lama
Tugas visual sangat teliti dalam waktu sangat lama

I
10000-15000-20000
Tugas visual khusus berkontras sangat rendah dan kecil
Pengukuran Iluminansi Pada Bidang Kerja
o Menggunakan luxmeter sebagai alat ukur iluminansi (lux) pada bidang kerja (meja dsb.)
o Iluminansi yang diukur umumnya pada horizontal, kecuali pada ruangan dengan bidang
kerja vertical (misal komputer, lukisan)
o Umumnya diambil beberapa titik pada bidang kerja dalam ruangan, kemudian diambil
harga rata-ratanya atau ditinjau distribusinya.
Penentuan Jumlah Luminer yang Tepat Dalam Ruangan
o Jumlah Luminer yang dipasang dalam suatu ruangan harus diperhitungkan dengan tepat
supaya dihasilkan iluminansi yang memenuhi standar pada bidang kerja
o Jumlah luminer yang sebaiknya dipasang dalam suatu ruangan dapat diperhitungkan
dengan metoda lumen
Koefisien Penggunaan
o Perbandingan antara fluks luminous yang sampai diterima di bidang kerja dengan fluks
luminous yang dihasilkan oleh luminer
o Disebut juga coefficient of utilization (CU)
o Tergantung pada:
Jenis luminer (efisiensi dan distribusi intensitas luminous)
Faktor refleksi ruangan (dinding, lantai, langit-langit)
Luas daerah bidang kerja
Dimensi ruangan

Das könnte Ihnen auch gefallen