Sie sind auf Seite 1von 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian kalangan

islam

beranggapan

bahwa

asuransi sama dengan menentang qadha dan qadhar atau


bertentangan dengan takdir. Padahal sesungguhnya tidak
demikian, karena pada dasarnya islam mengakui bahwa
kecelakaan, kemalangan, dan kematian merupakan takdir
allah yang tidak dapat ditolak. Hanya saja kita sebagai
manusia diperintahkan untuk membuat perencanaan untuk
menghadapi masa depan. Dalam quran surat yusuf ayat
43-49 sangat jelas manusia dianjurkan untuk

berusaha

menjaga kelangsungan kehidupan dengan memproteksi


kemungkinan

kondisi

yang

buruk.

Asuransi

tidak

bertentangan dengan takdir, bahkan allah menganjurkan


adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa
depan dengan sistem

proteksi yang dikenal

dengan

mekanisme asuransi. Terbitnya aturan pemerintah yang


mengharuskan pertanggungan asuransi jamaah haji yang
dilakukan oleh asuransi syariah, membuat perusahaan
syariah berbondong-bondong membebtuk unit syariah
atau

bahkan

mengkonversi

dirinya

menjadi

asuransi

syariah.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian asuransi syariah?
2. Apa saja yang menjadi landasan hukum asuransi
syariah?
1 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007) hlm.297-298

3. Bagaimana mekanisme dalam pengelolaan asuransi


syariah?
4. Apa saja produk-produk asuransi syariah?
Yuni
Wahyuningsih

BAB II
ASURANSI SYARIAH
A. Pengertian
Kata asuransi diambil dari bahasa belanda dengan sebutan
as-surantie, sedangkan dalam hukum belanda disebut
dengan verzeke-ring yang berarti pertanggungan dalam
konsep syariah, asuransi disebut dengan takaful, tamin,
dan islamic insuranse. Takaful mempunyai arti saling
menanggung antar umat manusia sebagai makhluk sosial.
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD)

Pasal

pertanggunga

246,
adalah

yang

dimaksud

asuransi

suatu

perjanjian

(timbal

atau
balik),

dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri


kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena
suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa tak menentu.2
Dalam Undang-undang no 2 tahun 1992 perasuransian
merupakan kegiatan usaha yang bergerak dibidang:
a. Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang
dengan

menghimpun

dana

masyarakat

melalui

pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan


2Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) hlm. 237-238

kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi


terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu
peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup dan
meninggalnya seseorang.
b. Usaha
penunjang
usaha

asuransi

yang

menyelenggarakan jasa perantara, penilaian kerugian


asuransi dan jasa aktuaria3

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi
syariah, memberi definisi asuransi. Menurutnya asuransi
syariah adalah usaha saling melindungi dan tolongmenolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.4
Asuransi Syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan
risiko yang memenuhi ketentuan syariah meliputi al-quran
dan as-sunnah, tolong menolong secara mutual yang
melibatkan peserta dan operator.
B. Landasan Hukum
1. Al-Quran

Irma Febrianti

3Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2008) hlm.38
4Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Jakarta: Gema Insani,
2004) hlm.30
5Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah (Jakarta: Gema Insani, 2005)
hlm.2

Praktik asuransi syariah tidak disebutkan secara tegas


dalam al-quran, tidak ada sebuah ayat pun secara
nyata menjelaskan tentang praktek asuransi. Praktik
asuransi tidak dilarang dalam syariat islam, karena
prinsip dalam praktik asuransi dalam islam adalah
mengajak pada kebaikan sesama manusia. Sesuai
dalam firman allah dalam quran surat al-maidah ayat 2
Artinya:
tolong menolong lah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada

allah,

sesungguhnya

allah

amat

berat

siksaNya.6








[]








Irma Febrianti

2. Al-Hadist
Hadist riwayat muslim dari abu huraira R.A yang artinya:
Barang siapa melepaskan dari seseorang muslim suatu
kesulitan didunia, allah swt akan melepaskan kesulitan
darinya pada hari kiamat, dan allah swt senantiasa
menolong

hamba-Nya

selama

ia

(suka)

menolong

saudaranya.
Dalam hadist tersebut tersirat adanya anjuran untuk
saling membantu antara sesama muslim didunia ini
dengan

menghilangkan

kesukaran

dideritanya.
Dalam kaitanya dengan asuransi,

hidup

yang

hadis ini terlihat

adanya anjuran agar melaksanakan pembayaran premi


asuransi

dalam

bentuk

pembayaran

dana

sosial

6Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup, 2012) hlm.245

(tabarru) yang akan digunakan untuk membantu dan


mempermudah urusan bagi orang atau anggota yang
mendapatkan musibah dan bencana.
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian
Peraturan

perundang-undangan

ini

kurang

mengakomodasi asuransi dalm prinsip syariah.


4. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21/

DSN-

MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah


Memerhatikan hasil loka karya Asuransi Syariah
DSN-MUI

pada

tanggal

13-14

Rabiuts

Tsani

1422

Hijriah/4-5 juli 2001 M, pendapat dan saran peserta


Rapat Pleno Dewan Syari;ah Nasional pada hari senin
tanggal 15 Muharram 1422 H/9 April 2001 M, dan
pendapat saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah
Nasional pada tanggal 25 Jumadil Awal 1422H/ 15
Agustus 2001 dan Rajab 1422H/ 17 Oktober 2001M,
maka pada tanggal 17 Oktober 2001 memutuskan dan
menetapkan Pedoman Umum Asuransi Syariah.7
5. Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
Nomor
426/KMK.06/2003

tentang

Perizinan

Usaha

dan

Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan


Reasuransi
Sementara belum ada peraturan perundang-undangan
tentang asuransi dan reasuransi syariah. Peraturan
tersebut

dapat

dijadikan

dasar

untuk

mendirikan

asuransi dan reasuransi berdasarkan prinsip syariah.


Dalam peraturan ini disebutkan bahwa setiap pihak
dapat

melakukan

usaha

atau

usaha

reasuransi

berdasarkan prinsip syariah.


6. Keputusan Menteri Keuangan RI
7Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) hlm. 246-249

Ketentuan yang berkaitan dengan asuransi syariah


tercantum dalam pasal 15-18 mengenai kekayaan yang
diperkenankan

harus

memiliki

dan

dikuasai

oleh

perusahaan asuransi dan perusahaan dengan prinsip


syariah.
7. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor
Kep.1499/LK/2000

Penilaian

dan

Perusahaan

Asuransi

dan

Reasuransi dengan Sitem Syariah


Berdasarkan peraturan ini, jenis

investasi

bagi

Pembatasan,

tentang

Investasi,

Jenis,

perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan


prinsip syariah terdiri hal-hal sebagai berikut:
a. Deposito dan Sertifikat deposito syariah
b. Sertifikat wadiah bank indonesia
c. Saham syariah yang tercatat dibursa efek
d. Obligasi syariah yang tercatat dibursa efek
e. Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin
pemerintah
f. Unit penyertaan Reksadana syariah
g. Penyertaan langsung syariah
h. Bangunan atau tanah dengan bangunan

untuk

investasi8
i. Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan.
Kendaraan bermotor, dan barang modal dengan
skema murabahah (jual beli dengan pembayaran
ditangguhkan).
j. Pembayaran modal kerja dengan skema mudarabah
(bagi hasil)
k. Pinjaman polis
C. Mekanisme Pengelolaan Asuransi Syariah

Dian Rani Kusuma D

8Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup, 2012) hlm.251

Pengelolaan asuransi syariah di indonesia didasarkan pada


kontrak mudarabah yakni kontrak kerja sama antara dua
pihak (peserta dan perusahaan). Pihak yang satu memiliki
moal (uang) tetapi tidak dapat mengelola secara maksimal
karena tidak memiliki kemampuan dan waktu. Sementara
itu

dipihak

pengalaman

lain,

memiliki

yang

baik,

kemampuan,

tetapi

tidak

waktu

memiliki

dan
dana.

Penggabungan dua unsur ini terjadilah kontrak usaha yang


saling menguntungkan kedua belah pihak.

Apabila ada

hasil dari usaha ini, maka akan dibagi dua, satu bagian
untuk

pemilik

perusahaan

modal

yang

dan

satu

mengelola

bagian

dana

lagi

tersebut

untuk
setelah

dipotong biaya administrasi seperlunya atau pajak yang


telah

ditetapkan.

Berdasarkan

kontrak

mudarabah

tersebut, ada dua cara pengelolaan asuransi syariah


diindonesia:
1. Pengelolaan

dana

yang

memiliki

unsur

tabungan

(saving)
Mekanisme pengelolaan dana yang memiliki unsur
tabungan, setiap premi yang dibayarkan oleh peserta
akan dimasukan dalam dua rekening yaitu rekening
untuk

dana,

tabarru

(sosial)

dan

rekening

untuk

tabungan (saving)9

2. Produk asuransi syariah non-saving


Adapun status kepemilikan dana

tanpa

rekening

tabungan (saving) masih menjadi milik peserta asuransi,


9Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) hlm.251-269

bukan menjadi milik perusahaan asuransi, perusahaan


hanya berfungsi sebagai lembaga pengelola. Oleh
karena itu dana tabungan itu masih menjadi milik
peserta asuransi, maka kapan saja ia dapat menarik
dana tabungan tersebut.
Disamping dana yang dimasukan dalam rekening
tabungan sebagaimana tersebut, perusahaan asuransi
juga menyediakan rekening khusus untuk menyimpan
dana tabarru (sosial) yang telah diniatkan oleh peserta
asuransi untuk dijadikan dana tolong-menolong, dana ini
akan digunakan apabila ada peserta asuransi yang
meninggal dunia atau kontrak transaksi sudah berakhir
dengan catatan ada surplus dana.
tidak

bisa

berhenti

diambil

menjadi

jika

Dana

perjanjian

peserta

asuransi

tabarru

belum

berakhir

syariah.

Hasil

investasi yang diperoleh perusahaan akan dibagi sesuai


dengan nisbah yang telah ditentukan yakni sekitar 40%
merupakan

hak

perusahaan

untuk

biaya

operasionalnya, sedangkan 60% dibayarkan kepada


peserta dalam bentuk manfaat asuransi.
Skema mekanisme pengelolaan dana pada premi
dengan unsur tabungan yang biasa dipakai oleh PT
Asuransi Takaful keluarga sebagai berikut:10
BAGIANPERU
SAHAAN

40 %
CONTOH

PESERTA

PREMI
TAKAF
UL

INVESTASI

REKENING
TABUNGAN

HASIL
INVESTASI
TOTA
L
DANA

REKENING
KHUSUS

REKENING
TABUNGA

TABUNGAN
REKENING

REKENING
KHUSUS

REKENING
KHUSUS

MANFAAT
TAKAFUL

REKENING
KHUSUS

10Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup, 2012) hlm.269-270

Mekanisme

pengelolaan

dana

(premi)

asuransi

syariah tanpa tabungan (nom-saving) adalah dana yang


diserahkan kepada perusahaan asuransi hanya berupa
dana tabarru (dana sosial) yang akan dimasukan
kedalam rekening khusus. Dana yang terkumpul ini oleh
perusahaan

asuransi

diinvestasikan

sesuai

dengan

prinsip syariah jika ada surplus dana, maka para


peserta asuransi akan mendapat bagian keuntugan
sesuai dengan nisbah yang telah ditetapkan, yakni 40%
untuk para peserta dan 60% untuk perusahaan asuransi
sebagai pihak yang mngelola dana. Produk asuransi
syariah

yang

non

tabungan

ini

digunakan

untuk

kepentingan bersama dan untuk saling membantu


diantara peserta asuransi yang mengalami musibah.
Skema pengelolaan dana non tabungan (non-saving)
sebagaimana tersebut sebagai berikut ini11

BAGIAN
PERUSAHAAN

HASIL
INVESTASI

INVESTASI

PREMI
TAKAFU
L

TOTAL
DANA

TOTAL
DANA

PESERT

BEBAN
ASURANSI

SURPLU
S
BAGIAN
PESERTA

D. Produk Asuransi Syariah

Juli Wahyu
Pratama

11Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup, 2012) hlm.270

Ahmad Azhar Basyir menjelaskan bahwa asuransi syariah


menawarkan dua produk jenis pertanggungan yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Asuransi syariah keluarga (asuransi jiwa)
Adalah
bentuk
asuransi
yang

memberikan

perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan


kecelakaan atas diri asuransi. Adapun jenis asuransi
syariah keluarga (asuransi jiwa) dibagi dua macam
sebagai berikut:
a. Asuransi syariah dengan unsur tabungan, antara
lain:
Asuransi

syariah

berencana

atau

dana

investasi
Asuransi syariah dana haji
Asuransi syariah pendidikan atau dana siswa
b. Asuransi syariah tanpa unsur tabungan, meliputi:
Asuransi syariah berjangka
Asuransi syariah wisata dan perjalanan
Asuransi syariah kecelakaan diri
Asuransi syariah pembiayaan
Asuransi syariah perjalanan haji dan umrah
2. Asuransi syariah umum (asuransi umum)
Adalah bentuk asuransi yang memberi perlindungan
dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta
milik

peserta

asuransi

seperti

rumah,

kendaraan

bermotor, dan bangunan pabrik. Adapun jenis asuransi


syariah yang bersifat umum antara lain:
a. Asuransi syariah kebakaran
b. Asuransi syariah kendaraan bermotor
c. Asuransi syariah risiko pembangunan12
d. Asuransi syariah pengangkutan barang
e. Asuransi syariah risiko mesin
Tati Urrokhmah
12Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) hlm.271-272

10

Adapun produk-produk asuransi yang dikeluarkan oleh PT


Syarikat Takaful Indonesia pada saat ini adalah sebagai
berikut:
1. Takaful keluarga:
a. Layanan individual
Terdiri dari Takafulink, Takaful Fala, Takaful Dana
Investasi, Takaful Dana Haji, Takaful Kecelakaan Diri,
Takaful Wakaf, Fulnadi, dan Takafulink Alia.
b. Layanan grup/kumpulan
Takaful ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu
Takaful Ordinary
Yang terdiri dari Takaful Al Khairat, Takaful
Kecelakaan

diri,

Takaful

Kecelakaan

Siswa,

Takaful Wisata dan Perjalanan


Bancassurance
Produknya berupa Takaful Pembiayaan
Takafu Kesehatan
Yang terdiri dari FulMedicare dan Takaful Family

Care
2. Takaful Umum
a. Takaful Abror
b. Takaful Baituna
c. Takaful Surgaina
d. Takaful aneka
e. Takaful Kebakaran
f. Takaful Pengangkutan dan Rangka Kapal
g. Takaful Kendaraan Bermotor
h. Takaful Rekayasa (enineering)
i. Takaful Surety Bond13
Dalam operasionalnya asuransi syariah yang terjadi pada
hakikatnya

adalah

membantu,

dan

saling

saling

bertanggung

melindungi

jawab,

diantara

saling

peserta.

Perusahaan asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh


para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan
dengan jalan yang halal dan memberikan santunan kepada
13Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2012) hlm.273

11

yang mengalami musibah sesuai dengan isi akta perjanjian


tersebut.14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi merupakan bisnis yang unik, didalamnya terdapat
berbagai aspek. Diantaranya aspek ekonomi, hukum,
bisnis, sosial, dan matematik. Perkembangan asuransi
syariah dimasa yang diharapkan akan terus berkembang,
seiring

dengan

membaiknya

perkembangan

ekonomi

dunia, khususnya di indonesia. Meskipun perusahaan


syariah di indonesia masih terlalu sedikit dibandingkan
14Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2012) hlm.273

12

dengan jumlah penduduk indonesia yang sebagian besar


beragama islam, diharapkan diwaktu yang akan datang
produk-produk

asuransi

yang

bernilai

syariah

dapat

tumbuh dan berkembang secara baik. Diharapkan pula,


ada

perusahaan

asuransi

konvensional

dalam

operasionalnya tidak hanya menghendaki profit dan bonafit


saja, tetapi bersedia mengalihkan operasionalnya kepada
prinsip syariah yang mendasarkan operasionalnya kepada
prinsip tolong-menolong dan kejujuran yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif
Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007)
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2012)
Abdul Ghofur Anshori, Penerapan Prinsip Syariah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Jakarta: Gema
Insani, 2004)
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah (Jakarta: Gema
Insani, 2005)

13

Das könnte Ihnen auch gefallen