Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
Sirosis hepatis merupakan perjalanan patologi akhir berbagai macam penyakit
hati. Istilah sirosis diperkenalkan pertama kali oleh Laennec pada tahun 1826. Diambil
dari bahasa Yunani scirrhus atau kirrhos yang artinya warna oranye dan dipakai untuk
menunjukkan warna oranye atau kuning kecoklatan permukaan hati yang tampak saat
otopsi. Sirosis hepatis adalah keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatis yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Sirosis hepatis secara klinis dibagi menjadi
sirosis hepatis kompensata yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata dan
sirosis hepatis dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinis yang khas.1,2,3
Penyakit hati menahun dan sirosis dapat menimbulkan sekitar 35.000 kematian
per tahun di Amerika Serikat. Sirosis merupakan penyebab kematian utama yang
kesembilan di AS, dan bertanggung jawab terhadap 1.2% seluruh kematian di AS.
Banyak pasien yang meninggal pada dekade keempat atau kelima. Setiap tahun ada
tambahan 2000 kematian yang disebabkan karena gagal hati fulminan (fulminant
hepatic failure).3,4,5 FHF dapat disebabkan hepatitis virus (virus hepatitis A dan B), obat
(asetaminofen), toksin (jamur Amanita phalloides atau jamur yellow death-cap),
hepatitis autoimun, penyakit Wilson, dan berbagai macam penyebab lain yang jarang
ditemukan.
Belum ada data resmi nasional tentang sirosis hati di Indonesia. Namun dari
beberapa laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia, berdasarkan diagnosis
klinis saja dapat dilihat bahwa prevalensi sirosis hati yang dirawat di bangsal penyakit
dalam umumnya berkisar antara 3.6-8.4% di Jawa dan Sumatra, sedang di Sulawesi dan
Kalimantan di bawah 1%. Secara keseluruhan rata-rata prevalensi sirosis adalah 3.5%
seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47.4% dari
seluruh pasien penyakit hati yang dirawat.
Dengan data seperti ini, dapat disimpulkan bahwa sirosis hati merupakan penyakit
kronik progressif yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas jika tidak
ditindaklanjuti secara profesional. Tindakan yang tepat dapat dilakukan jika para
praktisi medis mengenal dengan baik faktor-faktor risiko, etiologi, patogenesis, serta
tanda dan gejala klinis dari sirosis hati. Oleh karena itu, kami mengambil kasus ini
sebagai bahan presentasi kasus dengan harapan kami dan teman sejawat mampu
membuat diagnosis klinik dan memberikan penatalaksanaan yang tepat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan untuk kasus ini.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama
: Tn. Abu Aman
b. Umur
: 67 tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. Agama
: Islam
e. Pekerjaan
: Petani
f. Alamat
: Gunung megang Muara Enim
g. No Registrasi
:
h. Tgl masuk RS
: 29 Desember 2014
II.
ANAMNESIS
(Dilakukan pada tanggal 05 Januari 2015, pukul 10.00 WIB)
a. Keluhan Utama
Perut semakin membesar dan terasa penuh sejak 3 hari SMRS.
b. Keluhan Tambahan
Kaki semakin membengkak sejak 3 hari SMRS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
3 minggu SMRS pasien mengeluh kaki terasa bengkak. Nyeri perut (-),
nyeri ulu hati (-), nafsu makan seperti biasa, nyeri dada (-), badan berwarna
kuning (-). Demam (-), sesak nafas (-), mudah merasa lelah (-), sembab pada
kelopak mata di pagi hari (-), sembab seluruh tubuh (-). BAK frekuensi 4-5x
sehari, warna putih kekuningan, darah (-). BAB tidak ada keluhan, darah (-).
Pasien berobat ke Mantri di dekat rumahnya dan diberi obat yang pasien lupa
namanya tapi tidak ada perbaikan..
2 minggu SMRS pasien mengeluh perut membesar. Mual (+) muntah
(+) frekuensi 2-3 kali, sebanyak setengah gelas belimbing, isi apa yang
dimakan. Perut terasa penuh (+) nyeri perut (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan
menurun, nyeri dada (-), badan berwarna kuning (-), badan terasa lemas (+).
Demam (-), sesak nafas (-), mudah merasa lelah (+), kaki terasa semakin
bengkak (+). BAK dan BAB tidak ada keluhan, darah (-). Pasien tidak
berobat.
3 hari SMRS pasien mengeluh perut semakin membesar. Mual (+)
muntah (-), perut terasa penuh (+) nyeri perut (-), nyeri ulu hati (+), nafsu
makan menurun, nyeri dada (-), badan berwarna kuning (-), badan terasa
3
lemas (+). Demam (-), sesak nafas (-), mudah merasa lelah (+), kaki terasa
semakin bengkak (+), bengkak pada kemaluan (+). BAK frekuensi 2-3x
sehari, warna kuning terang, darah (-). BAB tidak ada keluhan, darah (-).
Pasien kemudian dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD dr. H. M.
Rabain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat BAB hitam seperti kecap ada selama satu minggu pada tahun
3 kali seminggu.
Riwayat operasi batu, tahun 2012 batu di kandung kemih dan 2013 batu di
ginjal kiri
Riwayat transfusi darah disangkal.
Riwayat minum jamu-jamuan tradisional (-).
Riwayat merokok ada sejak usia 25-58 tahun sebanyak 2 bungkus/ hari
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga sakit kuning atau sakit yang sama dengan pasien
disangkal.
Riwayat hipertensi pada keluarga disangkal.
Riwayat kencing manis pada keluarga disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan pada tanggal 05 Januari 2015, pukul 10.30 WIB)
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Tekanan darah : 120/70 mmHg
4. Nadi
: 81 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
5. Pernapasan
: 21 x/menit
6. Suhu tubuh
: 36,6 oC
7. Berat badan
: 90 kg
8. Tinggi badan : 165 cm
9. IMT
: 33
10. Status gizi
: Obese ( ascites + edema pretibial )
b. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali, simetris, ekspresi tampak sakit sedang, warna rambut hitam,
alopesia (-).
2. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebral pucat (+/+), sklera ikterik (+/+),
pupil isokhor.
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), cavum nasi lapang,
tidak keluar cairan, epistaksis (-).
4. Mulut
Sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah pucat (-), lidah kotor (-), atrofi papil
(-), pembesaran tonsil (-).
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus externus lapang,
tidak ada keluar cairan.
6. Leher
JVP (5+0) cmH2O, struma (-), isthmus (-), pembesaran KGB (-).
7. Thoraks
Paru
Inspeksi: spider naevi (-), ginekomastia (-), statis dan dinamis simetris
Jantung
Palpasi: tegang, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak bisa dinilai, lingkar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium ( 29 Desember 2015 )
No Pemeriksaan
HEMATOLOGI
1 Hb
2 LED
3 Ht
4 Leukosit
5 Trombosit
6 Hitung jenis
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
5.1
20
18
7.100
126.000
14-18 g/dL
<10 mm/jam
40-50 vol%
5000-10000/mm3
150-400 103/L
Menurun
Meningkat
Menurun
Normal
Menurun
Basofil
0-1 %
Normal
Eosinofil
1-3 %
Menurun
Segmen
49
50-70 %
Normal
Limfosit
29
20-40 %
Normal
Monosit
22
2-8 %
Meningkat
V.
DIAGNOSIS
Ascites e.c Susp. Sirosis Hepatis Dekompensata
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Ascites e.c Susp. Sirosis Hepatis Dekompensata
Ascites e.c Susp CHF
VII. TATALAKSANA
Nonfarmakologis
Edukasi
Tirah baring
Diet hati III
Diet rendah garam dan diet protein 1 gr/kgBB
Farmakologis
IVFD RL:D5% 1:1
Injeksi furosemide 2 x 1 ampul
6
Human albumin
Spironolakton tablet 3 x 100 mg
Sucralfate syrup 3 x 1 C
Curcuma tablet 2 x 1
Transfusi PRC
PROGNOSIS
a. Ad vitam: dubia
b. Ad functionam: dubia ad malam
X.
FOLLOW UP
Tanggal
S
05 Januari 2015
Keluhan: Perut membesar (+), perut terasa penuh (+),
kaki bengkak mulai berkurang
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Compos mentis
120/70 mmHg
81 x/menit
20 x/ menit
36,6 oC
Leher
Thorax:
Paru
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
Laboratorium
Rontgen
A
P
Tanggal
S
06 Januari 2015
Keluhan: Perut membesar (+), perut terasa penuh (+),
kaki bengkak mulai berkurang
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Keadaan spesifik
Kepala
Compos mentis
120/ 80 mmHg
87 x/menit
21 x/ menit
36,4 oC
Leher
Thorax:
Paru
Jantung
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
USG
Echo
A
P
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sirosis Hepatis
I. DEFINISI
Istilah Sirosis hepatis diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari
kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan
warna pada nodul-nodul yang terbentuk. Sirosis hepatis adalah suatu keadaan
disorganisasi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif
yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Secara lengkap Sirosis hepatis
adalah kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan perubahan
histopatologi, yaitu kerusakan pada sel-sel hati yang merangsang proses
peradangan dan perbaikan sel-Sel hati yang mati sehingga menyebabkan
terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati yang tidak mati beregenerasi untuk
menggantikan sel-sel yang telah mati. Akibatnya, terbentuk sekelompoksekelompok sel- sel hati baru (regenerative nodules) dalam jaringan parut.5
II.
EPIDEMIOLOGI
a. Distribusi dan Frekuensi
Case fatality rate (CSDR) sirosis hati yang terjadi laki-laki di
Amerika Seikat tahun 2001 sebesar 13,2 per 100.000 dan wanita sebesar
6,2
per
100.000
penduduk.
persentase kematian akibat sirosis hepatis sebesar 3,4 % dari. tahun 2006 ke
11
tahun 2007. Pada tahun 2001di Islandia insidensi sirosis hepatis 4 % dan
tahun 2002 sebesar 2,4%7 . Pada tahun 2002, PMR sirosis hepatis di dunia
yaitu 1,7% . Di Modolvo terjadi peningkatan, pada
sirosis
hati 89,2%
per
tahun 2002
CSDR
negara Asia
faktor
Hadi
hati di
menetap
dan
bahan
kimia
dapat
menyebabkan
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan
kronis akan berupa sirosis hepatis. Zat hepatotoksik yang sering disebutsebut ialah alkohol.
4) Wilsons Disease
Suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orangorang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia
dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat
kehijauan disebut Kayser Fleischer
disebabkan
belum
defesiensi
diketahui
bawaan
dengan
Ring. Penyakit
dari seruloplasmin.
ini
diduga
Penyebabnya
13
III.
ETIOLOGI
Penyebab dari sirosis hepatis sangat beraneka ragam, namun mayoritas
(schistosomiasis),
penyakit
autoimun
yang
menyerang
hepatosit atau epitel bilier, penyakit hati bawaan, penyakit metabolik seperti
Wilsons disease, kondisi inflamasi kronis (sarcoidosis), efek toksisitas obat
(methotrexate dan hipervitaminosis A), dan kelainan vaskular, baik yang
didapat ataupun bawaan.3 Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia, virus
hepatitis B merupakan penyebab tersering dari sirosis hepatis yaitu sebesar
40-50% kasus, diikuti oleh virus hepatitis C dengan 30-40% kasus, sedangkan
10-20%
sirosis
tergantung
pada
jumlah
dan
hati.
Tiga
puluh
persen
dari
yang
penyebab-
yang
kronis,
yang
dapat
menyebabkan kerusakan hati yang progresif dan menjadi sirosis atau kanker
hati.10
d. Kelainan Genetik
Kelainan genetik berakibat pada akumulasi unsur-unsur toksik hati yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan sirosis., termasuk akumulasi
besi yang abnormal (hemochromatosis) atau tembaga
(penyakit
Wilson).
sirosis,
menyebabkan gagal jantung, dan disfungsi (kelainan fungsi) pada testis yang
menyebabkan kehilangan rangsangan seksual.10
IV. PATOFISIOLOGI
Jaringan parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah
melalui hati dan ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada
aliran darah melalui hati, darah tersumbat pada vena portal, dan tekanan
dalam vena portal meningkat, suatu kondisi yang disebut hipertensi portal.
Karena terdapat halangan pada aliran dan tekanan-tekanan tinggi dalam vena
portal, darah dalam vena portal menuju vena-vena lain untuk kembali ke
jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah yang membypass hati.1,5,10
Hipertensi portal merupakan gabungan antara penurunan aliran darah
porta dan peningkatan resistensi vena portal. Hipertensi portal dapat terjadi jika
tekanan dalam sistem vena porta meningkat di atas 10-12 mmHg. Nilai normal
tergantung dari cara pengukuran, terapi umumnya sekitar 7 mmHg. Peningkatan
15
tekanan vena porta biasanya disebabkan oleh adanya hambatan aliran vena
porta atau peningkatan aliran darah ke dalam vena splenikus. Obstruksi
aliran darah dalam sistem portal dapat terjadi oleh karena obstruksi vena porta
atau cabang-cabang selanjutnya (ekstra hepatik), peningkatan tahanan vaskuler
dalam hati yang terjadi dengan atau tanpa pengkerutan (intra hepatik) yang
dapat terjadi presinusoid, parasinusoid atau postsinusoid dan obstruksi aliran
keluar vena hepatik (supra hepatik).10,11
Penyebab lain sirosis adalah hubungan yang terganggu antara sel-sel
hati
dan saluran-saluran
melalui
empedu.
abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti
hubungan antara sel- sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai
akibatnya,
hati
tidak
16
Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit sirosis hepatis
atas:9
a. Sirosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau
sirosis toksik atau subcute yellow, atrophy cirrhosis yang terbentuk karena
banyak terjadi jaringan nekrose.
b. Nutrisional cirrhosis, atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler,
sirosis alkoholik, Laennecs cirrhosis atau
mata
terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat
menjadi penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya
pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit.9
2) Timbulnya Ascites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin,
air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
Ascites adalah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler usus. Edema
umumnya
timbul
setelah
timbulnya
Ascites
sebagai
akibat
dari
17
3) Hepatomegali
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah.
Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan
menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.9
4) Hipertensi Portal
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal
yang memetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati.9
VII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Urine
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita
ada ikterus. Pada penderita dengan Ascites, maka ekskresi Na dalam urine
berkurang (urine kurang dari 4 meq/l)
ikterus,
18
Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau lebih. 39 Selain itu,
kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk
mendeteksi kelainan hati secara dini.10
b. Radiodiagnostik
Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah: pemeriksaan
fototoraks, splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP).
1) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di
hati, termasuk sirosis hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat
ringannya penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati
membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat
perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati yang
irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi dalam batas
normal.10
2) Peritoneoskopi (Laparaskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hepatis
akan jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul
yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi
biasanya tumpul. Seringkali didapatkan pembesaran limpa.1,14
3) Endoskopi
Pemeriksaan
endoskopi
dengan
menggunakan
esophagogastroduodenoscopy (EGD) untuk menegakkan diagnosa
dari
gastropati
hipertensi
porta
hipertensi porta.1,3,16
VIII.
DIAGNOSIS
19
Penegakan
diagnosis
sirosis
hepatis
didasarkan
pada
anamnesis,
kadar estrogen
Palmar eritema, warna merah pada thenardan hipothenar telapak tangan.
Ginekomastia, dikaitkan dengan peningkatan estrogen dalam darah.
Atrofi testis hipogonadisme
Hepatomegali, biasanya ditemukan pada sirosis hepatis dengan komplikasi
hepatoma
- Ascites, penimbunan cairan dalam rongga peritonium akibat hipertensi
portal dan hipoalbuminemia.
- Caput medusa, muncul sebagai akibat dari hipertensi porta.
- Fetor hepatikum, bau napas akibat peningkatan dimetil sulfid.
- Ikterus, peningkatan bilirubinemia.
Selain itu Haryono Soebandiri membagi manifestasi klinis sirosis dalam
dua bagian, yaitu:13
- Hepatoseluler
o Sklera ikterik
o Spider nevi (teleangiektasis)
o Ginecomastia
20
o Atropi testis
o Palmar erithem
- Hipertensi portal
o Varices oesophagus
o Splenomegali
o Kolateral dinding perut
o Ascites
o Hemoroid (Hermawan, 2006)
Penegakkan diagnosis menurut kriteria Soebandiri yaitu jika terdapat 5
dari 7 tanda dan gejala berikut:13
- Spider naevi
- Eritema palmar
- Kolateral vein (venektasi)
- Ascites
- Splenomegali
- Inverted ratio albumin : globulin
- Hematemesis melena
c. Gambaran Laboratoris
Apabila dicurigai adanya sirosis hepatis, beberapa tes laboratorium perlu
dilakukan. Tes fungsi hati (LFT) meliputi aminotransaminase, alkali fosfatase,
gamma-GT, bilirubin, albumin, dan protombin time.3
- Aspartat aminotranferase (AST)/SGOT dan alanin aminotransferase
(ALT)/SGPT meningkat tapi tak begitu tinggi. SGOT biasanya lebih tinggi
-
daripada SGPT.
Alkali fosfatase meningkat kurang dari 2-3 kali batas normal.
Peningkatan gamma-GT
Bilirubin meningkat atau normal
Penurunan kadar albumin
Peningkatan kadar globulin
Waktu protrombin, menunjukan tingkat disfungsi sintesis hepar, pada sirosis
memanjang
- Kelainan hematologi anemia
IX. PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa:1,3,9
a. Simptomatis
b. Supportif
21
virus
dapat
dicoba
pada
sirosis
dengan interferon.
hati
Sekarang
akibat
telah
kerongkongan
yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengembang dan mereka
dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan portal,
lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat
perdarahan dari varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau
lambung.2
23
mempunyai
suatu
risiko
dalam
makanan
yang
terlepas
dari
normal hadir dalam usus. Ketika menggunakan protein untuk tujuantujuan mereka sendiri, bakteri-bakteri membuat unsur-unsur yang mereka
lepaskan kedalam usus. Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam
tubuh. Beberapa
dari
unsur-unsur
ini,
contohnya,
ammonia, dapat
fungsi
encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada pada malam hari (kebalikkan
dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling dini dari
hepatic encephalopathy.4
Gejala-gejala lain termasuk sifat mudah marah, ketidakmampuan untuk
konsentrasi atau melakukan perhitungan- perhitungan, kehilangan memori,
kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran yang tertekan. Akhirnya, hepatic
encephalopathy yang parah/berat menyebabkan koma dan kematian.
e. Hepatorenal Syndrome
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan
hepatorenal syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius
dimana fungsi dari ginjal- ginjal berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi
dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik pada ginjal-ginjal. Sebagai
gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh
perubahan-perubahan
membersihkan
unsur-unsur
dari
darah
dan
penting
lain
dari
ginjal-ginjal,
seperti
penahanan
garam,
dipelihara/dipertahankan.13
f.
Hepatopulmonary Syndrome
Beberapa
pasien-pasien
dapat mengembangkan
dapat
dengan
hepatopulmonary
sirosis
syndrome.
yang
berlanjut
Pasien-pasien
ini
rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau
suatu
jumlah
platelet
menyebabkan kelemahan,
yang
b. Sekunder
Penyebab primernya dihilangkan, maka dilakukan pengobatan hepatitis
dan pemberian
imunosupresif
pada
autoimun.
Pengobatan
sirosis
yang
cukup
dan
makanan yang adekuat dan seimbang. Protein diberikan dengan jumlah 11 g/kg berat badan. Lemak antara 30 %- 40%. Infeksi yang terjadi
memerlukan
pemberian
antibiotik
yang
sesuai. Ascites
dan edema
1 point
<2
>3.5
<1.7
Tidak ada
Tidak ada
2 point
2-3
2.8-3.5
1.71-2.30
Ringan
Derajat I-II
3 point
>3
2.8
>2.30
Sedang-Berat
Derajat III-IV
26
27
beresiko tinggi untuk menjadi gagal jantung tanpa ditemukan adanya disfungsi jantung,
stadium B adalah adanya disfungsi jantung tanpa gejala, stadium C adalah adanya
disfungsi jantung dengan gejala, stadium D adalah adanya gejala yang berat dan
refrakter terhadap terapi maksimal. Pembagian ini mengutamakan pada keberadaan
faktor resiko dan abnormalitas struktural jantung, pengenalan progresifitasnya, dan
strategi pengobatan pada upaya preventif. Penderita gagal jantung akan mengalami
perjalanan penyakitnya dari stadium A ke D namun tidak dapat kembali lagi ke stadium
A, hal mana dapat terjadi bila menggunakan klasifikasi menurut NYHA.
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi,
foto toraks, ekokardiografi-doppler. Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk
diagnosis gagal jantung yaitu dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria minor. Adapun kriteria Framingham sebagai berikut:
Kriteria Mayor :
O Paroksismal nocturnal dispnu
O Distensi vena leher
O Ronkhi paru
O Kardiomegali
O Edema paru akut
O Gallop S3
O Peninggian tekanan vena jugularis
O Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
O Edema ekstremitas
O Batuk malam hari
O Dispnea deffort
O Hepatomegali
O Efusi pleura
O Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
O Takikardia (>120 x/menit)
Diperkirakan hampir lima persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7%
wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7
29
per 1000 penderita per tahun. Prevalensi gagal jantung adalah tergantung umur.
Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak
tajam pada usia 75 84 tahun. Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan
meningkat pada usia yang lebih lanjut dengan rata-rata umur 74 tahun. Prognosis dari
gagal jantung akan jelek bila dasar atau penyebabnya tidak dapat diperbaiki. Seperdua
dari pasien gagal jantung akan meninggal dunia dalam 4 tahun sejak diagnosis
ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50 % akan meninggal pada
tahun pertama.
Penyakit jantung koroner dan hipertensi merupakan penyebab tersering pada
masyarakat Barat, sementara penyakit katup jantung dan defisiensi nutrisi mungkin
lebih penting di negara berkembang. Di Amerika Serikat, diperkirakan 550.000 kasus
baru gagal jantung didiagnosis dan 300.000 kematian disebabkan oleh gagal jantung
setiap tahunnya manakala di Indonesia belum ada data yang pasti.20
BAB IV
ANALISA KASUS
30
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan disorganisasi yang difuse dari struktur hati
yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan fibrosis. Penegakan
diagnosis sirosis hepatis dekompensata bila ada 5 dari 7 tanda berikut menurut
Soebandiri, yaitu spider naevi, eritema palmar, kolateral vein, ascites, splenomegali,
inverted ratio albumin : globulin, dan hematemesis melena.
Pasien sirosis hepatis sering mengeluhkan mudah lelah dan lemas, selera makan
berkurang, perut terasa kembung, mual, berat badan menurun, buah dada membesar,
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tak begitu tinggi. Beberapa pasien
juga ditemukan adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, ikterus
dengan urin berwarna seperti teh.
3 minggu SMRS pasien mengeluh kaki terasa bengkak. Nyeri perut (-), nyeri
ulu hati (-), nafsu makan seperti biasa, nyeri dada (-), badan berwarna kuning (-).
Demam (-), sesak nafas (-), mudah merasa lelah (-), sembab pada kelopak mata di pagi
hari (-), sembab seluruh tubuh (-). BAK frekuensi 4-5x sehari, warna putih kekuningan,
darah (-). BAB tidak ada keluhan, darah (-). Pasien berobat ke Mantri tapi tidak ada
perubahan.
2 minggu SMRS pasien mengeluh perut membesar. Mual (+) muntah (+)
frekuensi 2-3 kali, sebanyak setengah gelas belimbing, isi apa yang dimakan. Perut
terasa penuh (+) nyeri perut (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun, nyeri dada (-),
badan berwarna kuning (-), badan terasa lemas (+). Demam (-), sesak nafas (-), mudah
merasa lelah (+), kaki terasa semakin bengkak (+). BAK frekuensi 4x sehari, warna
putih kekuningan, darah (-). BAB tidak ada keluhan, darah (-). Pasien tidak berobat.
3 hari SMRS pasien mengeluh perut semakin membesar. Mual (+) muntah (-),
perut terasa penuh (+) nyeri perut (-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun, nyeri
dada (-), badan berwarna kuning (-), badan terasa lemas (+). Demam (-), sesak nafas (-),
mudah merasa lelah (+), kaki terasa semakin bengkak (+), bengkak pada kemaluan (+).
BAK frekuensi 2-3x sehari, warna kuning terang, darah (-). BAB tidak ada keluhan,
darah (-). Pasien kemudian dibawa ke Puskesmas dan dirujuk ke RSUD dr. H. M.
Rabain. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan sklera ikterik, venektasi pada abdomen
regio kanan bawah, juga didapatkan penonjolan umbilikus, pemeriksaan hepar dan lien
31
tidak bisa dinilai, undulasi (+), edema pretibial (+), edema skrotum (+) sedangkan
pemeriksaan lain dalam batas normal.
Berdasarkan keluhan pasien, dapat dipikirkan beberapa kemungkinan penyebab
perut membesar yaitu adanya udara, massa, atau cairan dalam abdomen. Pada
pembesaran abdomen karena udara, pembesaran terjadi secara akut. Sedangkan pada
pasien ini perut terasa semakin membesar sejak 2 minggu yang lalu, sehingga
kemungkinan perut membesar karena adanya udara bisa disingkirkan. Selain itu, perut
membesar karena adanya udara juga biasanya disertai dengan nyeri perut, sedangkan
pada pasien ini tidak ada nyeri perut. Sedangkan perut membesar karena adanya massa
umumnya terjadi secara perlahan. Pada pasien ini pembesaran perut sama kiri dan
kanan, sedangkan pada pembesaran karena adanya massa umumnya terjadi secara
perlahan dan tidak simetris. Umumnya pembesaran abdomen hanya pada sisi yang ada
massa saja, sehingga kemungkinan pembesaran abdomen karena adanya massa dapat
disingkirkan.
Perut membesar karena adanya cairan atau yang dikenal dengan ascites,
umumnya terjadi secara perlahan dan pembesaran umumnya simetris/sama kiri dan
kanan. Pembesaran abdomen karena adanya cairan bisa disebabkan oleh adanya
gangguan pada jantung, ginjal, hepar, atau adanya kelainan pada albumin yaitu kondisi
hipoalbumin. Ascites terjadi karena adanya perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler, hal ini terjadi karena adanya penurunan tekanan onkotik (yang diatur
oleh albumin) atau peningkatan tekanan hidrostatik (yang diatur oleh volume cairan
intravaskuler).
Gangguan pada jantung yang bisa menyebabkan edema dan ascites adalah CHF
(Congestive Heart Failure). Pada CHF terjadi peningkatan tekanan hidrostatik, sehingga
akan terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler (interstisial). Pada
CHF gejala yang ada umumnya bukan ascites, melainkan edema seperti pada pretibial
dan dorsum pedis. Juga adanya sesak disertai batuk karena adanya edema pulmonal.
Selain itu, pada pemeriksaan fisik pasien CHF seharusnya ada peningkatan tekanan
vena jugularis, pada pasien ini dijumpai JVP yang meningkat, yaitu (5+0) cmH 2O. Pada
pasien ini juga ditemui batas jantung kiri yang melebar, kemungkinan terjadi
kardiomegali.
32
Gangguan pada ginjal yang dapat menyebabkan ascites adalah sindrom nefrotik
dan gagal ginjal. Pasien dengan sindrom nefrotik biasanya datang dengan keluhan
bengkak pada seluruh tubuh juga termasuk sembap di kelopak mata, juga disertai
keluhan BAK. Sedangkan pada pasien ini tidak ada sehingga kemungkinan pembesaran
abdomen karena sindrom nefrotik bisa disingkirkan. Gangguan ginjal lain yang dapat
menyebabkan pembesaran abdomen adalah CKD/ gagal ginjal, karena pada pasien
dengan CKD terjadi gangguan fungsi ginjal dalam hal ini fungsi ekskresi. Sehingga
akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular. Umumnya pada pasien
dengan gagal ginjal didapatkan anemis. Untuk menyingkirkan kemungkinan gagal
ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan ureum kreatinin. Pada pasien ini ditemui hasil
ureum dan kreatinin sedikit meningkat. Dengan GFR = 72, sehingga CKD masih bisa
dipikirkan ditambah lagi pasien punya riwayat operasi batu ginjal kiri.
Kondisi lain yang bisa menyebabkan ascites adalah malnutrisi. Seseorang yang
malnutrisi sering mengalami kekurangan albumin. Hipoalbuminemia inilah yang
berperan dalam terjadinya asites pada orang yang malnutrisi. Keadaan malnutrisi
biasanya dapat dilihat dari perbandingan BB dan TB, pada pasien ini masih tergolong
normal sehingga malnutrisi dapat disingkirkan.
Gangguan pada hati juga bisa menyebabkan ascites, yaitu sirosis hepatis. Asites
pada sirosis hepatis terjadi tidak hanya melibatkan satu mekanisme namun terdapat
beberapa
mekanisme
seperti
hipertensi
porta,
hipoalbuminemia,
dan
ascites masif (3 poin), dan tidak ada hepatic encephalopathy (1 poin), maka total 8 poin
dengan interpretasi kelas B (poin 7-9) atau kelas C (poin 10-15). Pasien ini dapat
bertahan hidup 1 tahun (45-81%) dan bertahan hidup 2 tahun 35-57%).
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumobroto O Hernomo, Sirosis Hati, dalam buku ajar Ilmu Penyakit Hati, edisi
I, Jakarta, Jayabadi, 2007, hal 335-45.
2. Petrides AS, Stanley T, Matthews
DE
Vogt
35
Rockey, Scott L.
Friedman.
http://www.eu.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9781416032588/97814
16032588.pdf .Diakses pada tanggal 05 Januari 2015.
11. Knobler H, Zhornicky T , Tumor Necrosis Alfa induced insulin resistance
may mediate
the
hepatitis
virus,
Diabetes
association,
American
Hepatogenous
replace
Child-Pugh's
classification
for
assessing
prognosis
in
37