Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
RINI EKOWATI
TAUFIK HIDAYAT
YETI SUSIANA
SUPRIYADI
USWATUN
ZUMAROH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pada sistem pernafasan merupakan masalah yang sudah umum terjadi di
masyarakat. Dan TB paru merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kematian dengan
urutan atas atau angka kematian (mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas),
diagnosis dan terapi yang cukup lama. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah.
Di Indonesia TB paru merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan
dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan
China dalam jumlah penderita TB paru di dunia.
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut
WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun
(WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit
yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di
negara-negara berkembang. Dengan munculnya epidemi HIV/AIDS di dunia jumlah penderita
TB akan meningkat. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan
bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler
dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor I dari golongan
infeksi. Antara tahun 1979-1982 telah dilakukan survey prevalensi di 15 propinsi dengan hasil
200-400 penderita tiap 100.000 penduduk.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TB dimana sekitar 1/3 penderita terdapat
disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit/klinik pemerintah dan swasta,
praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian
karena TB diperkirakan 175.000 per tahun.
Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, penderita TB
kebanyakan dari kelompok sosio ekonomi rendah. Dari 1995-1998, cakupan penderita TB
Paru dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau
pengawasan langsung menelan obat jangka pendek/setiap hari baru mencapai 36% dengan
angka kesembuhan 87%. Sebelum strategi DOTS (1969-1994) cakupannya sebesar 56%
dengan angka kesembuhan yang dapat dicapai hanya 40-60%. Karena pengobatan yang tidak
teratur dan kombinasi obat yang tidak cukup di masa lalu kemungkinan telah timbul kekebalan
kuman TB terhadap OAT (obat anti tuberkulosis) secara meluas atau multi drug resistance
(MDR).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana TB Paru pada klien dewasa bisa terjadi ?
2. Apa tanda dan gejala yang muncul (manifestasi klinis) dari TB Paru pada klien dewasa ?
3. Apa pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan TB Paru pada klien dewasa?
4. Bagaimana cara menangani gangguan pernapasan akibat penyakit TB Paru klien dewasa ?
5.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru pada klien dewasa?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan TB Paru.
Tujuan Khusus
1.
2.
1.
2.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
a. Anatomi system pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paruparu beserta pembungkusnya ( pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga
perut oleh diafragma.
1) Hidung = Naso = Nasal
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi),
dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna
untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
a) Bagian luar dinding terdiri dari kulit
b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
(1) konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
(2) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
(3) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus
inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara
pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,
lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga
hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis,
yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga
tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada
rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke
konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut
terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat
serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nervus
olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit
terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan
rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan
dengan
saluran
air
mata
disebut
tuba
lakminaris.
(a)
(b)
(c)
(d)
oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung
2) Tekak=Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama
koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama
istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang
lubang esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya
terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
a) bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut
nasofaring.
b) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
c) Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.
3)
Pangkal Tenggorokan(Laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok
yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kita menelan makanan menutupi laring.
a)
b)
c)
d)
Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
5) Cabang Tenggorokan ( Bronkus)
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus)
dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
a) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung
kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak
terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
b) Bronkiolus terminalis
Bronkiolus
membentuk
percabangan
menjadi
bronkiolus
terminalis(
yang
dan
sakus
alveolar
Alveoli
Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta
yang
jika
bersatu
membentuk
satu
lembar
akan
seluas
70
m2.
alveolar
tipe
sel
epitel
yang
membentuk
dinding
alveoli.
Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan mensekresikan surfaktan
( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak
kolaps)ahanan
Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan.
7) Paru paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau
toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru
kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih
kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa
segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.
8)
pleura
Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi
menjadi 2:
Pleura
Pleura
perietalis
viseralis
yaitu
yaitu
yang
yang
melapisi
menyelubungi
rongga
setiap
dada.
paru-paru..
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi
untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk
mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.
b. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
1) Pengertian Respirasi
Repirasi luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus
dengan darah dalam kapiler dan merupakan pertukaran O2 dan CO2 antara darah
dan udara.
Respirasi
dalam
adalah
pernapasan
yang
terjadi
antara
darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh dan merupakan pertukaran O2 dan CO2
dari aliran darah ke seluruh tubuh.
2) Jenis Respirasi
a) Pernapasan Dada
Merupakan
adalah
pernapasan
yang
melibatkan
otot
antartulang
rusuk.
Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbon dioksida keluar.
b) Pernapasan perut
Merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot
diafragma
yang
membatasi
rongga
perut
dan
rongga
dada.
Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga
udara luar masuk.
Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi
semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih
besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
3) Volume Udara Pernafasan
Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara
ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Besarnya volume
udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi
kesehatan.
4) Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan
Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan
dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta
jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Dalam keadaan biasa, manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi
biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna
darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
5) Proses Kimiawi Respirasi Pada Manusia
a) Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 H2+CO3 H2 + CO2
b) Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 Hb O2
c) Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : : Hb O2 Hb O2
d) Pengangkutan karbohidrat di dalam tubuh : : CO2 + H2O H2+CO2
2. Pengertian TB Paru
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
3. Etiologi
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama
kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
a. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetik.
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
kemungkinan
4. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat
udara disebut dengan air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan
mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi
implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan
fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan
limfe regional, yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam
waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes
tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
berbagai jalan, yaitu:
a. Percabangan bronchus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan
ulserasi laring), maupun ke saluran pencernaan.
b. Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung
mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan
tuberkulosis milier.
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut
material yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai
organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh
dan bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau
tidur. Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat
yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman
dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer.
Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pascaprimer juga dapat diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi
baru), bukan bakteri dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya
infeksi pasca-primer terutama berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai
reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama
kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru,
saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut
sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau
dormant
(tidur).
Kadang-kadang
daya
tahan
tubuh
tidak
mampu
mengehentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai
menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status
gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 %
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang
tetap menular (WHO 1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular
Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
5. Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
a. Berdasarkan organ yang terinvasi
1) TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2,
yaitu :
a) TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak
SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif.
b) TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan
pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan
BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan,
bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
2) TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru,misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe,
tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra
paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a)
TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali
b)
6.
c. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah.
d. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat.
7. Manifestasi Klinis
Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak nafas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain :
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan
serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
3) Gejala Tuberkulosis ekstra Paru
b. Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan
dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin
adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin
positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun
51%. Dari persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun
sampai sekarang cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke
dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
c. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan,
tidak ada gambaran khusus mengenai TB paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya
berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihat sebagai daerah bergaris-garis
opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang tidak jelas. Kriteria yang kabur
dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai pneumonia atau suatu proses
edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan
rontgen
thoraks
sangat
berguna
untuk
mengevaluasi
hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel
terhadap obat antituberkulosis, apakah sama baiknya dengan respons dari klien.
Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi
yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap. Hal ini tampak paling menyolok
pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya dianggap berasal dari
tingkat eksudatif yang besar.
d. Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita
parenkimal,
kalsifikasi
bronkhovaskuler,
nodul
dan
bronkhiektasis,
adenopati,
dan
perubahan
emifesema
kelengkungan
perisikatriksial.
beras
Sebagaimana
pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa kelainan inaktif tidak dapat hanya
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui
isolasi bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang
lainnya harus dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media,
perbedaan kepekaan terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap
binatang percobaan, dan percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen
Mycobacterium. Pemeriksaan darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun
kurang sensitif adalah pemeriksaan laju endap darah (LED). Adanya peningkatan LED
biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin terutama IgG dan IgA.
9.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
a. Pencegahan Tuberkulosis Paru
1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis,
dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
maupun
petugas
LSM
(misalnya
Perkumpulan
Pemberantasan
2)
lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint
Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan
dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru. Etambutol
dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan
pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan.
Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara obat yang diberikan haruslah
yang masih efektif.
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan
panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan
kebutuhan pengobatan dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat
kategori sebagai berikut:
a) Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita
dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan
penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB
saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH,
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
b) Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif
diberikan kepada :
(1) Penderita kambuh
(2) Penderita gagal terapi
(3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat
c) Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak
luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.
d) Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah
karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.
c. Obat-obatan anti tuberkulostatik
1) Isoniazid (INH) : merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti
rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila
ada kontra-indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang
biasanya terjadi bila ada faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes,
alkoholisme, gagal ginjal kronik dan malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu
diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis sejak awal pengobatan. Efek
2)
5) Streptomisin
saat
ini
semakin
jarang
digunakan,
kecuali
untuk
kasus
resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat badan
kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk
pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu
dan diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50
kg. Untuk anak diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali
seminggu untuk pengobatan yang diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur
terutama untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Efek samping akan
meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui dalam
keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang
disebabkan oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek
samping yang tidak bisa ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin,
sikloserin, makrolid generasi baru (azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon
(siprofloksasin dan ofloksasin) dan protionamid.
Tabel Panduan Pemberian Obat Anti-Tuberkulosis
Rekomendasi Dosis
Obat anti-TB
(mg/kgBB)
Per minggu
Per hari
3x
2x
5
10
15
Aksi
Potensi
Isoniazid (INH)
Bakterisidal
Tinggi
Rifampisin (R)
Bakterisidal
Tinggi
10
10
10
Pirazinamid (Z)
Bakterisidal
Rendah
25
35
50
Streptomisin (S)
Bakterisidal
Rendah
15
15
15
Etambutol (E)
Bakteriostatik
Rendah
15
30
45
esensial
d. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, diantaranya :
1) Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
2) Komplikasi lanjut :
a) Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tubercolosis)
b) Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor pulmonal,
Microbacterium
tuberkulos
Droplet
infection
Keluar dari
tracheobionchial
bersama sekret
Sembuh tanpa
pengobatan
Hiperthermi
Komplek primer
Menyebar ke organ
lain (paru lain,saluran
pencernaan,tulang)
melalui media
(bronchogentinuitum,h
ematogen,limfogen)
Radang tahunan di
bronkus
Berkembang
mengahncurkan
jaringan ikat sekitar
Bagian tengah
nekrosis
Membentuk jaringan
keju
Dibersihkan
oleh makrofag
Pengeluaran zat
pirogen
Tumbuh dan
berkembang di
sitoplasma makrofag
Mempengaruhi
hipothalamus
Sarang primer/efek
primer
Mempengaruhi sel
Limfangitis
lokal
Sembuh sendiri
tanpa pengobatan
Limfadinitis
regional
Sembuh dengan
bekas fibrosis
Pertahanan primer
tidak adekuat
Pembentukan
tuberkel
Pembentukan
sputum berlebihan
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
Kerusakan membrane
alveolar
Menurunnya permukaan
efek paru
Alveolus
Alveolus mengalami
konsolidasi dan eksudasi
Gangguan pertukaran
gas
Droplet infection
Batuk berat
Terhirup orang
sehat
Resiko infeksi
Distensi abdomen
Mual, muntah
Intake nutrisi kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah
sebagai berikut :
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit
tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif
g. Pola nutrisi
Subjektif
Objektif
h. Respirasi
Subjektif
Objektif
Obiektif
: Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul
bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
j. Integritas ego
Subjektif
Objektif
k. Pemeriksaan Diagnostik:
1) Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa
cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
2.
Nursing Interv
(NOC)
Airway Suctioning
untuk
Aktivitas keperawa
dari
untuk
jalan
Definisi
Ketidakmampuan
saluran
pernafasan
mempertahankan
kebersihan
1.
Pastikan k
suctioning
2.
nafas.
Auskultas
sesudah suct
Batasan Karakteristik :
Perubahan
frekuensi
3.
Informasik
tentang suctio
4.
Minta klie
suction dilaku
napas
Kriteria Hasil :
5.
nasal
Sianosis
nasotrakeal
Kesulitan
sianosis
dan
mengeluarkan
berbicara/mengeluarkan suara
dyspneu
(mampu
sputum,
mampu
Dispnea
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten
berlebihan
Ortopnea
Gelisah
6.
7.
abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
mencegah
factor
yang
dan
Perokok pasif
Mengisap asap
Merokok
Gunakan
Anjurkan p
napas
da
dikeluarkan d
8.
Monitor sta
9.
Ajarkan k
untuk
melakukan tin
melakukan su
10.
Hentikan
oksigen apa
dapat
bradikardi, pe
Airway Manageme
Aktivitas keperawa
1.
Buka jalan
Posisikan
memaksimalk
3.
Identifikasi
pemasangan
4.
Pasang ma
5.
Lakukan fis
6.
Keluarkan
napas
suction
Sekresi
yang
7.
tertahan/sisa
sekresi
Berikan O
Auskultasi
suara tambah
8.
Lakukan su
9.
Berikan bro
10.
Berikan
Asma
12.
Infeksi
13.
basah NaCl L
11.
Atur
in
mengoptimal
Monitor res
Disfungsi neuromuskular
Airway Manageme
Aktivitas keperawa
kapiler
1.
chinlift atau ja
2.
Batasan karakteristik :
PH darah arteri abnormal
PH arteri abnormal
Posisikan p
memaksimalk
kecepatan, irama,kedalaman)
Buka jalan
Kriteria Hasil :
3.
Identifikasi
pemasangan
4.
Pasang ma
5.
Lakukan fis
6.
Keluarkan
pernafasan
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suction
7.
Auskultasis
Konvusi
Diaforesis
Dispneu
Hkiperkapnea
Hipoksemia
Hipoksia
Irritabilitas
Gelisah
Somnolen
tambahan, re
Takikardia
dan intercost
Gangguan penglihatan
pussed lips)
- Tanda tanda vital dalam rentang normal
suara tambah
8.
Lakukan su
9.
Berikanbro
10.
Berikan pe
11.
Atur intake
mengoptimal
12.
Monitor res
Respiratory Monito
1.
Monitor rata
dan usaha re
2. Catat pergera
kesimetrisan
3. Monitor suara
4. Monitor pola
Perubahan membrane
alveolar kapiler
Ventilasi -perfusi
takipena, kus
cheynostoke
5. Catat lokasi t
6. Monitor kelel
(Gerakan par
7. Auskultasi su
penuruanan
8. Tentukan keb
mengauskult
pada jalan na
9. Auskultasi su
untuk menge
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makan
Kerapuhan kapiler
Diare
Kurang makan
Kurang informasi
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Ketidakmampuan memakan
makanan
Nutrition Managem
Aktivitas keperawa
1.
Kaji adany
2.
Kolaborasi
menentukan
yang dibutuh
3.
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai
intake Fe
4.
dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan
Anjurkan p
protein dan v
5.
Berikan su
6.
Yakinkan d
mengandung
nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti
Anjurkan p
mencegah ko
7.
Berikan ma
( sudah dikon
gizi)
8.
Ajarkan pa
catatan maka
9.
Monitor jum
kalori
10.
Berikan inf
nutrisi
11.
Kaji kemam
mendapatkan
Nutrition Monitorin
Aktivitas keperawa
1.
BB pasien
2.
Monitor ad
badan
3.
Monitor tip
yang biasa di
4.
Monitor int
selama maka
Steatore
Monitor lin
6.
Jadwalkan
tidak selama
daily allowance)
5.
7.
Monitor ku
pigmentasi
8.
Monitor tur
9.
Monitor ke
dan mudah p
menelan
10.
Monitor mu
11.
Monitor ka
Faktor biologis
12.
Monitor ma
Faktor ekonomi
13.
Monitor pe
Ketidakmampuan untuk
perkembanga
mengabsorpsi nutrisi
14.
Ketidakmampuan untuk
kekeringan ja
mencerna makanan
Monitor pu
Faktor psikologis
15.
Monitor ka
16.
Catat adan
hipertonik pa
17.
Catat jika l
scarlet
4. Resiko infeksi
Definisi
mengalami
peningkatan
Infection Control
Aktivitas keperawa
- Immune Status
Faktor Risiko :
- Infection Severity
Penyakit kronis
1.
Bersihkan
pasien lain
2.
Pertahanka
- DM
- Nutritional status
- Obesitas
- Tissue
Pengetahuan
yang
kurang
Integrity:
Skin
&
Mucous
setelah
tidak adekuat
Kriteria Hasil :
Kerusakan
kulit
integritas
(pemasangan
kateter
Perubahan sekresi pH
Merokok
Malnutrisi
Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
Penurunan Hb
Imunosupresi
(mis imunitas didapat tidak
adekuat, agens farmaseutikal
termasuk
imunosupresan,
Leukopenia
Supresi
respons inflamasi
Vaksinasi tidak
Gunakan
cuci tangan
infeksi
Mendeskripsikan proses penularan
6.
7.
serta
penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan
untuk
Cuci tang
sesudah tinda
Gunakan
sebagai alat p
8.
Pertahanka
selama pema
9.
Ganti letak
dan dressing
umum
10.
Gunakan
menurunkan
11.
Tingktkan i
12.
Berikan ter
Infection Protectio
Aktivitas keperawa
1.
Monitor ta
sistemik dan
2.
Monitor hit
3.
Monitor ke
4.
Batasi pen
5.
Saring pen
menular
6.
Partahanka
pasien yang b
7.
Pertahanka
8.
Berikan pe
adekuat
be
pasien
5.
Instruksika
4.
mencuci tan
Gangguan peristalsis
Batasi pen
patogen
3.
epidema
Pemajanan
9.
Inspeksi k
terhadap kem
10.
Ispeksi kon
11.
Dorong ma
12.
Dorong ma
13.
Dorong isti
14.
Instruksika
antibiotik ses
15.
Ajarkan pa
Wabah
5. Defisiensi Pengetahuan
Definisi :
16.
Ajarkan ca
17.
Laporkan k
18.
Laporkan k
Teaching : Diseas
Aktivitas keperawa
pengetahuan
penyakit yang
tertentu.
Batasan karakteristik :
Perilaku hiperbola
Ketidakdaruratan mengikuti
Ketidakdaruratan melakukan
Perilaku tidak tepat (mis ;
histeria, bermusuhan, agitasi,
apatis)
Pengungkapan masalah
Jelaskan p
Kriteria Hasil :
dengan anato
3.
Keterbatasan kognitif
lainnya
Kurang pajanan
Gambarka
biasa muncul
informasi
Berikan pe
dan bagaima
tes
2.
perintah
1.
Gambarka
Identifikasi
dengna cara
6.
Sediakan i
tentang kond
tepat
7.
Hindari har
8.
Sediakan b
tentang kema
yang tepat
9.
Diskusikan
yang mungkin
mencegah ko
akan datang
pengontrolan
10.
Diskusikan
penanganan
11.
Dukung pa
atau mendap
dengan cara
diindikasikan
12.
Eksplorasi
dukungan, de
13.
Rujuk pasi
di komunitas
tepat
14.
Instruksika
dan gejala un
pemberi pera
3.
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
4.
Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu
pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Keefektifan bersihan jalan napas.
b. Gangguan pertukaran gas teratasi
c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan
perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TB paru dapat terjadi dengan peristiwa sebagai berikut:
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang
terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis.
B. SARAN
1. Hendaknya mewaspadai terhadap droplet yang dikeluarkan oleh klien dengan TB paru
karena merupakan media penularan bakteri tuberculosis
2. Memeriksakan dengan segera apabila terjadi tanda-tanda dan gejala adanya TB paru.
3. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan pada penderita TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda NIC NOC.Jilid
1. Jogjakarta; MedAction
Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda NIC NOC.Jilid
2. Jogjakarta; MedAction\
.Nuzulul.2011.Asuhan
keperawatan
TB
Paru. http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-
dan
Fisiologi
Sistem
.http://qurranong.wordpress.com/2013/03/27/anatomi-dan-fisiologi-sistem-