Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
(cor),paru
(pulmo),bagian
distaltrakeadanbagianbesaresofagus.Dindingthoraxterdiridarikulit,fasia,saraf,
otot,
dan
(3)
tulang.
Kerangkadindingthorax
Sifatkhususvertebrathoraxmencakup:foveacostalispada corpus vertebrae untuk bersendi
dengantuberculumcostae,kecualipadadua
spinosusyangpanjang.
(3)
atautiga
kostaterkaudal,processus
Kerangkadindingt
horaxmembentuk
sangkardadaosteo
kartilagineusyang
melindungi
jantung,paruparu,
danbeberapaorganabdomen(misalnyahepar).Kerangkathorax
terdiridari:vertebrathoraxika
Costae
Costae adalah tulang pipih yang sempit dan lengkung, dan membatasi bagian terbesar
sangkar dada. Tujuh atau delapan kosta pertama disebut costae sejati (vertebrosternal)
karena menghubungkan vertebra dengan sternum melalui kartilago kostalisnya. Costae VIII
sampai costae X adalah costae tak sejati (vertebrokondral) karena kartilago kostalis tepat
diatasnya..
Costae XI dan XII adalah costae bebas atau costae melayang karena ujung kartilago
kostalis masing-masing costae berakhir dalam susunan otot abdomen dorsal. Cartilago
costalis memperpanjang costae kearah ventral dan turut menambah kelenturan dinding
thorax.Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya fraktur pada sternum atau costae karena
benturan. Costae berikut cartilago costalis-nya terpisah dari satu yang lain oleh spatium
intercostale yang berisi muskulus interkostalis, arteria interkostalis, vena interkostalis,
dan nervus intercostalis.(3)
Bagian costae terlemah, terletak tepat ventral terhadap angulus costae.Fraktur
costaeumumnya terjadi secara langsung karena benturan, atau secara tidak langsung karena
cedera yang mememarkan. Rudapaksa langsung dapat menyebabkan fraktur di sembarang
tempat pada costae, dan ujung patahan dapat mencederai organ dalam (misalnya paru-paru
dan atau limpa).(3)
Sternum
Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar dada.
Sternum terdiri dari tiga bagian : manubrim sterni, korpus sterni, dan processus
xyphoideus.(3)
Manubrium sterni berbentuk sperti segitiga, terletak setinggi vertebra T-III dan
vertebra T-IV. Corpus sterni berbentuk panjang, sempit, dan lebih tipis dari
manubrium sterni. Bagian ini terletak setinggi vertebra (T-V) - (T-IX). Processus
xyphoideus, bagian sternum terkecil dan paling variabel, berupa tulang rawan pada orang
muda, tetapi pada usia lebih daripada 40 tahun sedikit banyak menulang.(3) Fraktur
sternum umum terjadi setelah kompresi traumatik pada dinding thorax (misalnya pada
kecelakaan lalu lintas, jika dada pengemudi terdorong pada batang kemudi). Umumnya
korpus sterni yang mengalami fraktur, dan biasanya bersifat
fraktur komunitiva artinya terpecah berkeping-keping. Pemasangan kantong udara dalam
kendaraan otomotif telah menurunkan frekuensi fraktur sternum dan wajah. Untuk
memasuki kavitas torasis pada bedah jantung dan pembuluh besar, sternum dibelah dalam
bidang median. Corpus sterni seringkali dimanfaatkan untuk biopsi sumsum tulang dengan
jarum karena lebarnya dan letakya yang superfisial.(3)
b. Sternum
Sternum adalah tulang pipih yang memanjang dan membatasi bagian ventral sangkar dada.
Sternum terdiri dari tiga bagian : manubrim sterni, korpus sterni, dan processus
xyphoideus.(3)
Manubrium sterni berbentuk sperti segitiga, terletak setinggi vertebra T-III dan
vertebra T-IV. Corpus sterni berbentuk panjang, sempit, dan lebih tipis dari
manubrium sterni. Bagian ini terletak setinggi vertebra (T-V) - (T-IX). Processus
xyphoideus, bagian sternum terkecil dan paling variabel, berupa tulang rawan pada orang
muda, tetapi pada usia lebih daripada 40 tahun sedikit banyak menulang.(3) Fraktur
sternum umum terjadi setelah kompresi traumatik pada dinding thorax (misalnya pada
kecelakaan lalu lintas, jika dada pengemudi terdorong pada batang kemudi). Umumnya
korpus sterni yang mengalami fraktur, dan biasanya bersifat
fraktur komunitiva artinya terpecah berkeping-keping. Pemasangan kantong udara dalam
kendaraan otomotif telah menurunkan frekuensi fraktur sternum dan wajah.Untuk
memasuki kavitas torasis pada bedah jantung dan pembuluh besar, sternum dibelah dalam
bidang median. Corpus sterni seringkali dimanfaatkan untuk biopsi sumsum tulang dengan
Appertura thoracis
Cavitas thoracis berhubungan dengan leher melalui apertura thoracis superior yang
berbentuk seperti ginjal. Apertura thoracis superior ini yang terletak miring, dilalui oleh
struktur yang memasuki atau meninggalkan cavitas thoracis, yakni tenggorok (trakea) ,
kerongkongan (esofagus), pembuluh dan saraf.
Cavitas torasis berhubungan dengan abdomen melalui apertura torasis inferior yangditutup
oleh diafragma. Struktrur-struktur yang berlalu ke dan dari kavitas torasis, dari dan ke
kavitas abdominis melewati diafragma (misalnya vena kava inferior) atau di belakangnya
(misalnya aorta).
Spatium intercostale yang khas berisi tiga lapis muskulus interkostalis.Lapis paling
superfisial dibentuk oleh muskulus intercostalis eksternus, lapis kedua oleh muskulus
intercostalis internus, dan lapis paling profunda oleh muskulus intercostalis intimus.
Setelah melewati foramen intervertebrale, kedua belas pasang nervi thoracici terpecah
manjadi rami anteriores dan rami posteriores. Rami anteriores nervi thoracici I-XI
membentuk nervi intercostales yang memasuki spatia intercostalia. Ramus anterior nervus
thoracicus XII yang terdapat kaudal dari costa XII, disebut nervi subcostalis. Rami
posteriores melintas ke arah dorsal, tepat lateral dari processus artikularis vertebra
untuk mempersarafi otot, tulang, sendi dan kulit dipunggung.(3)
Pasokan darah arterial untuk dinding thorax berasal dari : arteria subklavia melalui arteria
thoracica interna dan arteria intercostalis terkranial, arteria aksilaris, orta melalui arteria
intercostalis dan arteria subcostalis.(3)
Vena intercostalis mengiringi arteria intercostalis dan terletak paling dalam (terkranial)
dalam sulcus costa.Di masing-masing sisi terdapat 11 vena intercostalis posterior dan satu
vena subcostalis.Vena intercostalis posterior beranastomosis dengan vena intercostalis
anterior yang merupakan anak cabang vena thoracica interna. Vena intercostalis terbanyak
berakhir dalam vena azygos yang membawadarah ke venosa ke vena cava inferior.(3)
1. Trauma Thoraks
PENDAHULUAN
Traumathoraxadalahlukaataucederayangmengenaironggathoraxyang dapat menyebabkan
kerusakanpadadinding thoraxataupunisidaricavumthoraxyang disebabkan olehbendatajam
atau
benndatumpuldan
dapat
menyebabkankeadaangawat
thoraxakut.Traumathoraxataucederadadadapatmenyebabkankerusakandinding
dada,paru,
Segera
mengancam jiwa
a. Obstruksijalannapasakutolehsebabapapun,terutamapadaced
eralaringotrakea atau cedera berat tulangmuka dan jaringan
lunak.
b. Kegagalan ventilasi karena Tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka, atauflailchest.
Potensial
mengancam jiwa
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Simple Pneumothorax
Hemothorax
Kontusio Paru
Trauma Tracheobronchial Tree
Trauma Tumpul Jantung
Ruptur Aorta Traumatik
Ruptur Diafragma Traumatik
Ruptur Esofagus
(stridor) atau perubahan bermakna kualitas suara (jika pasien mampu berbicara).
Penatalaksaan berupa redukksi tertutup trauma yang dapat dilakukan dengan
meluruskan bahu atau melakukan fiksasi klavikula dengan pointed clamp dan
reduksi fraktur secara manual. Setelah reduksi, keadaan stabil dapat tercapai bila
pasien berapa dalam posisi supinasi.
2. PERNAPASAN (BREATHING)
Dada dan leher pasien harus diperiksa secara menyeluruh untuk menilai
pernapasan dan vena leher. Pergerakan dan kualitas respirasi dinilai dengan
observasi, palpasi dan pendengaran.
Tanda trauma thoraks atau hipoksia yang penting tetapi seringkali tidak
terlewatkan ialah peningkatan kecepatan pernapasan dan perubahan pola pernapasan,
khusunya pernapasan yang semakin dangkal,
Sianosis adalah tanda lanjut hipoksia pada pasien trauma. Walaupun demikian,
tidak adanya sianosis tidak menunjukkan bahwa iksigenasi jaringan telah
berlangsung secara adekuat atau saluran napas yang adekuat. Trauma thoraks dapat
menyebabkan gangguan pernapasan dan harus dikenali dan ditangani saat primary
survey termasuk adanya tension pneumothoraks, open pneumothoraks (sycking
wound), flail chest, kontusio paru, dan hemothoraks masif.
(a)
Tension Pneumothorax
Tensionpneumothoraxterjadiketikaterdapatkebocoranudarayang
berasaldariparu-
paruatau
melaluidindingdadamasuk
kedalam
akan
meninggi,
paru-parumenjadi
kolaps,mediastinumterdorong
kesisiberlawanandanmenghambatpengembaliandarah
(venous return), serta akan
vena
ke
jantung
dalamronggapleuraakansemakintinggikarenapenderitamemaksakandiriinspi
rasi
kuatuntukmemperolehzatasam,tetapiketika
tidakdapatkeluar
(mekanisme
tekanansehinggamakin
ekspirasiudara
katup).Inspirasipaksaaniniakanmenambah
mendesakmediastinumkesisiyang
sehatdanmemperburukkeadaanumumkarenaparu
yang
sehattertekan.Karenapembuluhvenabesar,terutamav.cavainferiordanv.cava
superior,
terdorongatauterlipat,darahtidakdapatkembalike
Penyebab
tersering
dari
tension
pneumothorax
adalah
komplikasipenggunaanventilatordenganventilasitekananpositif
padapenderita dengankerusakan atau traumapleura visceral. Tension
pneumothoraks
juga
dapat
terjadi
pneumothoraks
ditandaidengangejala
nyeridada,air
hunger,distresspernafasan,takikardi,hipotensi,deviasi trakea,hilangnyasuara
nafaspada
satusisi,
distensivena
leher
dan
sianosis
manifestasilanjut.Padapemeriksaanfisikdidapatkanperkusiyang
dan
sebagai
hipersonor
hilangnyasuaranafaspadahemithoraxyang
terkena.Padatensionpneumothoraxakibat
trauma,dapatterjadiemfisema.Karenatekanantinggidironggapleura,udara
ditekan
masukke
jaringanlunakmelaluilukadannaikkewajah.Leherdanwajahmembengkak
sepertipadaudemhebat.Padaperabaanterdapatkrepitasiyang
mungkinmeluaske jaringan subkutisthorax.
Tensionpneumothoraxmembutuhkan
dekompresisegeradan
igakeduagarismidclavicularpadahemithoraxyang
mengalamikelainan.Tindakanini
pneumothoraxmenjadi
akan
mengubah
pneumothoraxsederhana.
Terapi
selaludibutuhkandenganpemasangan
dadapadaselaigakelimadiantaragaris anterior dan midaxilaris.
tension
definitif
selang
(b)
(c)
dilakukan
Flail Chest dan Kontusio Paru
Flail chest terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena
fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis
fraktur. Adanya segmen flail chest menyebabkan gangguan pada pergerakan
dinding dada. Jika terjadi kerusakan parenkim paru
dibawahnya
sesuai
lengkap.
3. CIRCULATION
Pada pemeriksaan denyut nadi pasien harus dinilai akan kualitas, kecepatan dan
regularitas. Pada pasien dengan hipovolemia, denyut nadi radialis dan dorsalis pedis
dapat tidak teraba akibat adanya depresi volume. Tekanan darah dan tekanan nadi
diukur dan sirkulasi perifer dinilai dengan mengamati dan melakukan palpasi kulit
unuk menilai warna dan suhu. Vena leher juga dinilai akan adanya distensi,
mengingat vena leher dapat tidak mengalami distensi pada pasien hipovolemia dan
temponade antung, tension pneumothoraks atau trauma diafragmatika.
Pengawasan jantung dan oksimeter nadi harus dilakukan pada pasien. Pasien yang
mengalami trauma thoraks terutama pada are sternum atau akibat trauma deselerasi
cepat sangat rentan mengalami trauma miokardium yang dapat memicu disaritmia.
Hipoksia dan asidosis akan meningkatkan kemungkinan ini. Disaritmia sebaiknya
ditatalaksana sesuai protokol yang berlaku. Pulseless electric activity (PEA) tampak
pada pemeriksaan EKG yang menunjukkan sebuah ritme saat pulsasi pasien tidak
teraba. PEA dapat dijumpai pada temponade jantung, tension pneumothoraks,
hipovolemia dan ruptur jantung.
Trauma thoraks utama yang dapat mempengaruhi sirkulasi, sebaiknya dikenali
dan ditatalaksana pada saat primary survey termasuk hemothoraks masif dan
temponade jantung.
a. Hemothoraks Masif
Hemothoraks masif terjadi akibat akumulasi cepat lebih dari 1500 ml darah
atau satu pertiga atau lebih dari volume darah pasien dalam rongga thoraks.
Biasanya terjadi akibat luka tembus yang merobek pembuluh darah sistemik
atau hilar. Hemothoraks masif juga dapat terjadi akibat trauma tumpul.
Perdarahan akan disertai hipoksia. Vena leher dijumpai datar akibat
hipovolemia berat atau akan mengalami distensi akibat adanya tension
pneumothoraks. Kadang-kadang efek mekanik darah intratorakal dapat
memicu pergerakan mediastinum yang cukup kuat untuk memicu distensi vena
leher. Hemothoraks masif dijumpai bila syok yang terjadi berhubungan dengan
hilangnya suara napas atau perkusi redup pada salah satu sisi hemothoraks
Hemothoraks masif ditatalaksana secara dini dengan restorasi volume darah
dan dekompresi kavitas thoraks. Jalur intravena dengan kaliber besar dan infus
kristaloid tetesan cepat disertai transfusi darah harus segera diberikan. Darah
dari chest tube sebaiknya dikumpulkan dalam satu wadah untuk autotransfusi.
Chest tube tunggal dipasang biasanya pada tingkat papila mammae, disebelah
anterior garis mid-aksilaris dan restorasi cepat volume terus berlangsung
seiring dengan dekompresi kavitas thoraks. Bila dicurigai hemothoraks masif
maka dilakukan persiapan untuk autotransfusi. Jika dievakuasi 1500 mL darah
maka sebaiknya dipersiapkan torakotomi dini.
Beberapa pasien yang memiliki output volume kurang dari 1500 mL tetapi
mengalami perdarahan terus menerus memerlukan torakotomi. Keputusan ini
didasarkan bukan kepada kecepatan perdarahan yang berlangsung (200
mL/jam selama 2-4 jam) tetapi juga pada status fisiologis pasien. Kebutuhan
persisten transfusi darah merupakan indikasi torakotomi. Selama resusitasi
pasien, volume darah yang awalnya di drainase dari tube dan kecepatan
perdarahan
yang
berkelanjutan
perlu
menjadi
pertimbangan
dalam
berbagaikeadaanlain.
Pemeriksaan
USG(Echocardiography)
meruakanmetode
noninvasifyang
dapatmembantupenilaianperikardium,tetapibanyakpenelitian
yang
abnormal boleh
dilakukan
pemeriksaan
sekaligusdapatmendeteksicairandikantung
perikard,
Tindakaninimenyelamatkannyawadantidakboleh
untuk
mengeluarkan
cairan
dari
perikard adalah
torakotomi
dengan
ahlibedah.Proseduriniakan
lebih
perikardiotomi
baik
dilakukan
oleh
seorang
diruangoperasi
jika
kondisipenderita memungkinkan.
Walaupunkecurigaanbesarakanadanyatamponadejantung,pemberiancairan
infusawalmasihdapatmeningkatkantekananvenadanmeningkatkancardiac
output untuk sementara, sambil melakukan pesiapan untuk tindakan
perikardiosintesismelaluisubxyphoidpadatindakaninimenggunakanplasticsheatedneedleatauinsersidengantekhnikseldingermerupakancarapalingbaik,
tetapi dalam keadaan yang lebih gawat, prioritas adalah aspirasi darah dari
kantungperikard.Monitoringelektrokardiogragidapatmenunjukantertusuknya
miokard(peningkatanvoltasedarigelombangT,ketikajarumperikardiosentesis
menyentuh epikardium)atau terjadinyadisritmia.
SECONDARY SURVEY (Trauma Thoraks Berpotensi Mengancam Jiwa)
Secondary survey membutuhkan pemeriksaan fisik yang lebih dalam dan teliti. Foto thorax
tegak dibuat jika kondisi penderita memungkinkan, serta pemeriksaan analisis gas darah,
monitoring pulse oximeter dan elektrokardiogram. Pada foto thorax harus dinilai
pengembangan paru, adanya cairan, ada tidaknya pelebaran mediastinum, pergeseran dari
garis tengah atau hilangnya gambaran detail anataomis mediastinum. Pada fraktur iga
pertama atau fraktur iga multipeldan atau iga kedua hrus dicurigai bahwa trauma yang terjadi
pada thorax dan jaringan lunak di bawahnya sangat berat.
Sedikitnya ada delapan trauma yang mengancam jiwa meliputi:
Simple pneumothoraks
Hematothoraks
Kontusio paru
Trauma tracheobronchial tree
Trauma tumpul jantung
Ruptur aorta traumatik
Ruptur diafragma traumatik
Ruptur tumpul esofagus
Tidak seperti kondisi mengancam jiwa yang diidetifikasi saat primary survey, trauma yang
tercantum disini biasanya tidak tampak jelas saat dilakukan pemeriksaan fisik. Diagnosis
memerlukan kecurigaan tinggi dan studi tambahan yang tepat. Trauma ini seringkali
terlewatkan selama periode post traumatik awal; celakanya hal ini dapat menyebabkan
kematian pasien.
(1).
Simple pneumothoraks
The difference between Tension and Simple Pneumothorax is that in Tension
Pneumothorax the air is under tension (pressure) because the underlying cause is a
"ball and valve" defect in the pleura (i.e: air can get into the pleural space but cannot
leave). This is not the case in a Simple Pneumothorax as the nature of the defect in the
pleura is such that air can both enter and leave the pleural space. Thus the air is not
under pressure (tension) in a Simple Pneumothorax.
Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam
tiga jenis, yaitu:
1. Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax) Pada tipe ini, pleura
dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga
tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam rongga pleura
awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif karena
diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum
mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan
di dalamnya sudah kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan,
tekanan udara di rongga pleura tetap negatif.
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax), Yaitu pneumotoraks dimana
terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan
bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada). Dalam keadaan
ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada pneumotoraks
terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan (8). Pada saat
inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi
positif. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal,
tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang
terluka (sucking wound).
3. Pneumotoraks Ventil (Tension Pneumothorax) Adalah pneumotoraks dengan
tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar
karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi
udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya
terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara
di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang
terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas
Setiap pneumothoraks sebaiknya ditatalaksana dengan pemasangan chest tube
yang dipasang pada ruang interkostalis keempat atau kelima, sedikit anterior
dari mid aksilaris. Observasi dan aspirasi dari pneumothoraks asimptomatis
mungkin tindakan yang tepat, tetapi pemilihan terapi sebaiknya ditentukan
oleh dokter yang berkompeten; bila tidak maka pemasangan chest tube
sebaiknya segera dilakukan. Setelah chest tube dipasang dan dihubungkan
dengan underwater seal apparatus dengan atau tanpa penghisap, pemeriksaan
ronsen toraks perlu dilakukan untuk memastikan pengembangan paru kembali.
Baik anestesia maupun ventilasi tekanan positif sebaiknya tidak diberikan
pada pasien yang menderita pneumothoraks traumatik atau mereka yang
berisiko untuk mengalami pneumothoraks intraoperatif yang tidak terduga,
(3).
Kontusio paru
Kontusio paru dapat terjadi tanpa fraktur tulang iga atau flail chest, khusunya pada
pasien muda tanpa adanya osifikasi tulang iga yang sempurna. Kontusio paru
merupakan trauma thoraks yang berpotensi menyebabkan kematian. Kegagalab
respiratory resultan mungkin tampak tidak elas dan cenderung terus terjadi.
Penatalaksanaan definitif dapat berubah seiring waktu sehingga diperlukan observasi
yang hati-hati dan evaluasi pasien secara berkesinambungan.
Pasien dengan hipoksia bermakna (PO2 < 65mmHg atau SaO2 <90%) pada udara
bebas mungkin memerlukan intubasi dan ventilasi pada satu jam pertama setelah
taruma. Kondisi medis yangmenyertai seperti penyakit paru kronis dan gagal ginjal
meningkatkan perlunya tindakan intubasi dini dan ventilasi mekanikal. Beberapa
pasien dengan kondisi yang stabil dapat ditatalaksana secara selektif tanpa intubasi
endotrakeal atau ventilasi mekanik.
Pengawasn pulse oximetry, analisis gas darah, observasi EKG dan ventilator
mekanik sangat diperlukan untuk tatalaksana yang optimal. Setiap pasien dengan
(4).
(5).
(6).
(7).
(8).