Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Edy Sutriyono
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya
Jalan Raya Palembang-Prabumulih Km 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI)
edy_sutriyono@yahoo.com
ABSTRAK
Papua barat yang sebelumnya dikenal sebagai Kepala Burung merupakan mikrokontinen yang
diinterpretasikan sebagai bagian paling utara dari pinggiran paparan baratlaut (North West Shelf)
Australia. Interpretasi itu pada prinsipnya didasarkan atas kesamaan sikuen batuan Permo-Carboniferous
yang melandasi kedua wilayah tersebut. Daerah ini dikelilingi oleh lempeng-lempeng litosfer yang terdiri
dari Indo-Australia, Laut Banda, Philippine, Karolin, dan Teluk Cenderawasih. Secara tektonik, Papua
barat berada pada rezim tektonik ekstensional dan kompresional. Rezim ekstensional diinterpretasikan
telah menghasilkan singkapan batuan metamorfik regional yang membentuk jalur pegunungan di
Semenanjung Wandamen, sedang episode kompresional direpresentasikan oleh jalur pegunungan lipatan
Lengguru. Tatanan tektonik daerah Papua barat yang terlihat saat ini terbentuk pada Mio-Pliosen atau
sekitar 12-4 Ma sebagai akibat dari konvergensi antara busur kepulauan volkanik Paleogen dan pinggiran
utara kontinen Australia. Busur kepulauan ini pada awalnya berada di sepanjang batas selatan lempeng
Karolin di samudera Pasifik, bergerak mengikuti sistem sesar geser mengiri, dan bertumburan dengan
mikrokontinen Papua barat pada Neogen Akhir. Pada saat sekarang, komponen Pasifik tersebut
membentuk Tosem Blok dan Arfak Blok di bagian paling utara Papua barat.
Kata kunci: mikrokontinen, Papua barat, tektonik.
ABSTRACT
Western Papua, previously known as Birds Head, is microcontinent which is interpreted as the northern
part of North West Shelf Australia. This interpretation is principally based on the Permo-Carboniferous
sequence underlying these areas. The region is bounded by lithospheric plates consisting of IndoAustralian, Banda Sea, Philippine, Caroline, and Cenderawasih plates. Tectonically, the western Papua
region is under extensional and compressional regimes. Extensional tectonics is interpreted to have
resulted in regional metamorphic rocks constituting the Wandamen Peninsula mountain range, whereas a
compressional episode is represented by Lengguru fold belt. The present tectonic setting of western
Papua was formed in Mio-Pliocene at 12-4 Ma, as a result of collision between Paleogene volcanic arc
and the northern margin of Australian continent. The island arc previously formed the southern part of
Caroline plate in SW Pacific, which moved along a sinistral fault system, and eventually collided with
the western Papua microcontinent in late Neogene. Presently, this Pacific component forms the Tosem
and Arfak blocks in the northern extremity of western Papua.
Keywords: microcontinent, western Papua, tectonics.
1. PENDAHULUAN
Studi ini mempresentasikan hasil
kajian terhadap evolusi tektonik pulau New
Guinea, termasuk daerah Papua barat atau
Kepala Burung. Adapun tujuan utama dari
studi ini adalah untuk memahami secara
komprehensif perkembangan model tektonik
di wilayah tersebut, dengan demikian proses
geologi yang bertanggungjawab terhadap
tatanan tektonik daerah Papua barat di masa
sekarang dapat dipelajari secara lebih baik.
Upaya itu sangat penting untuk dilakukan
mengingat pulau tersebut merupakan daerah
Gambar 1. Tatanan tektonik daerah New Guinea saat sekarang (dimodifikasi dari Hall, 1997 dan
2002). Ilustrasi Jalur Pegunungan New Guinea mengikuti Dow (1977), dan konfigurasi lempeng
Karolin mendasarkan pada Hegarty dan Weissel (1988).
2.1. Lempeng Karolin (Caroline Plate)
Lempeng Karolin terletak antara
lempeng Pasifik dan Philippine, dan pecahan
kerak bumi ini memperlihatkan bentuk
poligon bersisi enam dengan batas lempeng
yang kompleks (Gambar 1). Keberadaan
lempeng ini telah diinvestigasi dengan
menggunakan data seismologi, magnetik, dan
graviti (Bracey, 1975; Weissel dan Anderson,
1978; Hegarty dan Wissel, 1988), dan
dinyatakan sebagai daerah triple junction
antara lempeng-lempeng Pasifik, Philippine,
dan Karolin terutama yang dekat dengan
daerah pertemuan antara Palung Sorol dan
Palung Yap.
Di utara Papua barat, batas barat
Karolin adalah Palung Ayu yang merupakan
pemekaran lantai samudera (Hegarty dan
Weissel, 1988; Hall, 1997 dan 2002).
Sedangkan batas selatan Karolin ditunjukkan
Selain
itu,
Laut
Banda
diinterpretasikan juga sebagai kelanjutan dari
zona subduksi Sunda-Jawa yang membentuk
batas konvergensi antara lempeng Eurasia
dan lempeng Indo-Australia (Montecchi,
1976; Bowin dkk., 1977; Hamilton, 1979;
Hall, 1997 dan 2002). Dengan demikian,
skenario ini menyimpulkan bahwa di masa
lampau keseluruhan busur memiliki orientasi
barat-timur, kemudian di bagian timur busur
ini mengalami pembengkokan ke arah
berlawanan jarum jam dan membentuk
konfigurasi seperti tapal kuda. Pembelokan
busur Banda dianggap sebagai akibat dari
pergerakan lempeng Indo-Australia ke utara
dan lempeng Pasifik ke barat (Katili, 1991).
Berdasarkan
pada
arsitektur
morfologinya, Busur Banda telah dibagi dari
bagian luar sampai dalam menjadi palung,
lekukan lereng palung dari busur luar nonvolkanis, lereng atas cekungan sedimen,
busur dalam volkanis, dan tepian cekungan
sedimen (Cardwell and Isacks, 1978). Palung
di sekitar busur Banda diperlihatkan oleh
elemen-elemen laut dalam, termasuk parit
Timor, Seram, dan Buru (Gambar 2). Bagian
laut dalam tersebut lebih jauh dibagi lagi
menjadi elemen Timor-Aru di selatan dan
elemen Seram-Buru di utara (Cardwell dan
Isacks,
1978).
Kedua
segmen
ini
dihubungkan oleh sesar Tarera-Aiduna yang
mengarah barat-timur sepanjang daerah
Papua barat bagian selatan.
Gambar 2. Peta memperlihatkan kepulaun Indonesia Timur, lokasi Busur Banda dan Palung
bawah laut. Batimetri yang diperlihatkan pada peta dalam meter (dimodifikasi dari Cardwell dan
Isacks, 1978; Hamilton, 1979).
Busur luar non-volkanis di bagian
selatan dari busur Banda meliputi Pulau
Sumba dan Pulau Timor (Gambar 2),
sedangkan busur dalam di bagian utara
mencakup Pulau Seram dan Pulau Buru.
Studi geologi di daerah busur luar
memperlihatkan bahwa wilayah tersebut
mengandung material kontinen Australia
(Bowin dkk., 1980; Price dan AudleyCharles, 1987; Charlton dkk., 1991; Sawyer
dkk., 1993). Dengan demikian hasil studi ini
menunjukkan bahwa bagian luar busur Banda
merupakan tepian benua Australia yang
Gambar 3. Peta yang menggambarkan struktur daerah paparan baratlaut Australia (dimodifikasi
dari AGSO North West Shelf Study Group, 1994; Shuster dkk., 1998; Keep dkk., 1998).
Setelah episode pemekaran, paparan
baratlaut Australia mengalami beberapa
peristiwa tektonik selama kurun waktu
Kapur-Tersier. Muller dkk. (1998) telah
mengidentifikasi
tiga
episode:
(1)
Pertengahan Kapur antara 100-90 Ma, (2)
Kapur Akhir-Paleogen antara 70-60 Ma, dan
(3) Miosen Akhir-Resen antara 10 and 0 Ma.
Peristiwa tektonik pasca pemisahan pada
pertengahan Kapur mengakibatkan penurunan
(subsidence) hingga mencapai kedalaman
beberapa ratus meter. Muller dkk. (1992)
mengenali kejadian tektonik ini secara khusus
di Terban Malita (Malita Graben) dan
cekungan Browse (Browse Basin), dimana
penurunan kulit bumi tidak melebihi 550 m
dan 200 m. Lebih jauh lagi mereka
menyimpulkan bahwa peristiwa tektonik
tersebut terkait dengan reposisi lempeng
Australia dan lempeng India.
Tektonik kala Paleogen di paparan
baratlaut Australia telah pula menyebabkan
penurunan struktur dataran (platforms) dan
pengangkatan cekungan. Peristiwa tersebut
mengindikasikan pergerakan kerak bumi
yang elastis akibat tekanan antar lempeng
(Muller dkk., 1998). Daerah yang mengalami
penurunan pada periode tersebut termasuk
dataran Sahul dan Ashmore, sedangkan yang
mengalami pengangkatan yaitu cekungan
Vulkan dan Terban Malita. Gambar 4
mengilustrasikan bentuk paparan sebelum
peristiwa tumburan antara paparan baratlaut
Australia dengan busur Banda pada Neogen
3. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Daerah Papua barat disusun oleh dua
komponen utama, yaitu kontinen
yang berafiliasi ke Australia dan
busur kepulauan (island-arc) yang
berasal
dari
kawasan
Pasifik
baratdaya.
(2) Peristiwa tektonika yang berpengaruh
terhadap evolusi geologi di wilayah
Papua barat dapat dikategorikan
menjadi dua rezim, yaitu ekstensional
dan kompresional.
(3) Perkembangan tektonik di daerah ini
tampaknya sangat dipengaruhi oleh
pergerakan lempeng-lempeng litosfer
di sekitarnya, termasuk lempeng
Indo-Australia, lempeng Laut Banda,
lempeng Philippine, lempeng Karolin,
dan
lempeng
Teluk
Teluk
Cenderawasih.
(4) Tatanan tektonik Papua barat saat ini
merupakan hasil dari kolisi busur
kepulauan berumur Paleogen dengan
pinggiran utara kontinen Australia
kala Mio-Pliosen.
DAFTAR PUSTAKA
AGSO North West Shelf Study Group, 1994.
Deep reflections on the North West
Shelf: changing perceptions of basin
formation.
Proceedings
Western
Australian Basins Symposium, Perth, hal.
63-67.
Audley-Charles, M.G. dan Milsom, J., 1974.
Comment on plate convergence,
trunscurrent
faults
and
internal
deformation adjacent to SE Asia by T.J.
Fitch. Journal of Geophysical Research,
79: hal. 4980-4981.
Berry, R.F. dan Grady, A.E., 1981. The age
of the major orogenisis in Timor. In. A.J.
Barber dan S. Wiryosujono (editor): the
geology and tectonics of eastern
Indonesia. GRDC Special Publication, 2:
hal. 171-181.
Bowin, C., Purdy, G.M., Johnston, C., Shor,
G., Lawver, L., Hartono, H.M.S., dan
Jezek, P., 1980. Arc-continent collision