Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
dr. I Gede Ariana
Pembimbing :
dr. Lita Feradila Rosa
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis
adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia1. Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat (Prince & Wilson, 2006). Diabetes melitus dan komplikasinya telah menjadi
masalah masyarakat yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan di seluruh dunia.
Fenomena diabetes melitus yang meningkat secara drastis di negara-negara
berkembang dan di negara-negara maju membuat diabetes melitus menjadi penyebab
kematian keempat terbesar di dunia saat ini. Jumlah pasien diabetes di dunia mencapai 336
juta jiwa pada tahun 2011 ini dan diprediksikan angka tersebut akan terus bertambah
menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2020. Intenational Diabetes Federation (IDF) tahun 2003
menyatakan prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 5,1% atau sekitar 194 juta
penduduk menderita diabetes melitus pada kelompok umur 20 sampai 79 tahun. Prevalensi
diabetes di Asia Tenggara sebanyak 46 juta jiwa dan diperkirakan meningkat hingga 119
juta jiwa2.
Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia selalu bertambah dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data WHO, jumlah penderita diabetes di Indonesia saat ini berada di peringkat
keenam setelah India, China, Rusia, Jepang, dan
Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa pada tahun 2000, 13,8 juta jiwa merupakan penderita
diabetes pada tahun 2003, dan pada tahun 2030 diperkirakan penderita diabetes sebesar
21,3 juta jiwa yang akan menjadikan Indonesia sebagai nomor empat di dunia (DITJEN
PP
&
memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus dari 7,0 juta tahun 2009
menjadi 12,0 juta tahun 2030. Laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah
penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Kejadian diabetes di
Indonesia diperkirakan jauh lebih tinggi dari data prevalensi yang ada karena banyak
yang belum terdeteksi2.
Internasional Diabetes Federation (IDF), Diabetes Atlas dalam Susilo (2011)
menunjukan 285 juta orang menderita diabetes ternyata lebih banyak kaum muda. Lebih
dari separuh jumlah tersebut adalah penduduk usia muda antara 20-60 tahun. Sebagian besar
kasus diabetes melitus adalah diabetes tipe-2 yang juga disebabkan oleh faktor keturunan,
tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes
karena risikonya hanya sebesar 5%. Diabetes tipe-2 lebih sering terjadi pada orang yang
mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya3. Gaya hidup,
terutama pada anak muda, saat ini telah menggiring pada perubahan pola makan yang tidak
sehat, tidak teratur, dan tidak seimbang. Masyarakat saat ini lebih menyukai makanan cepat
saji atau yang akrab dikenal dengan sebutan fast food dan minuman soft drink yang
ternyata membawa dampak buruk bagi kesehatan karena makanan dan minuman tersebut
banyak mengandung kalori, gula, lemak, protein, kolesterol, dan garam tinggi, tetapi rendah
serat pangan dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu4. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal
dari penglihatan dan pendengaran yang sering digunakan untuk mendapatkan informasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah pendidikan.
Pendidikan mengenai kesehatan dapat diperoleh dari sekolah-sekolah yang berbasis
kesehatan yang disebut SMK. Dalam pendidikan kesehatan seorang siswa akan diberi
pengetahuan kesehatan terutama mengenai penyakit dan cara penanganannya. Pengetahuan
mengenai penyakit diabetes mellitus merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh
seorang siswa kesehatan karena beban penyakit diabetes yang demikian besar baik secara
nasional dan global. Hal ini yang menjadi dasar pemikiran peneliti untuk mengetahui tingkat
pengetahuan siswa SMK kesehatan mengenai penyakit diabetes mellitus.
Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada siswa
SMK kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Seketeng.
1.3.2
Tujuan Khusus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Penginderaan tersebut
sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran yang sering digunakan untuk
mendapatkan informasi.
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dicakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan pengetahuan (Notoatmojo,
2010).
2.1.2.1 Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah
di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2.1.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
2.1.2.3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum- hukum, rumusrumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
2.1.2.4 Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi
masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan
(menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
2.1.2.5 Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan
menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu
Notoatmojo
(2007)
berikut
adalah
beberapa
faktor
yang
dapat
yang
berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik dari pada orang yang hidup di
lingkungan yang berpikiran sempit.
2.1.3.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau
diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status
pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pekerjaan
biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang
seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau
pejabat di pemerintahan.
2.1.3.5 Sosial budaya dan ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan
tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini
dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
2.1.3.6 Sumber Informasi
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan
tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi
sekaligus menghasilkan informasi. Jika
informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat
perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan
baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
2.1.3.7 Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu.
Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi terhadap
glukosa juga meningkat. Peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut dapat disebabkan oleh
2
:
a
Resistensi insulin
pasien tidak mutlak bergantung pada suplai insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal
atau bahkan meningkat, tetapi organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap
insulin. Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas terjadi
karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan aktifitas fisik yang terlalu
sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi
asam lemak di dalam darah. Hal ini selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di
otot dan jaringan lemak. Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk
meningkatan pelepasan insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin
semakin meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan
penyebab tunggal diabetes tipe II. Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi
genetic yang menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak
pernah normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan terjadinya
obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa factor, kelaian genetic pada protein yang
memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan substrat. Jika terdapat
disposisi genetik yang kuat, diabetes tipe II dapat terjadi pada usia muda. Penurunan
sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada metabolisme glukosa,
sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan protein dapat dipertahankan dengan
baik. Jadi, diabetes tipe II cenderung menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai
gangguan metabolisme lemak.
2.2.4.3 Diabetes tipe lain
Defisiensi insulin relative juga dapat disebabkan oleh kelainan yang sangat jarang pada
biosintesis insulin, reseptor insulin atau transmisi intrasel. Bahkan tanpa ada disposisi
genetic, diabetes dapat terjadi pada perjalanan penyakit lain, seperti pancreatitis dengan
kerusakan sel beta atau karena kerusakan toksik di sel beta. Diabetes mellitus ditingkatkan
oleh
(pada
akromegali), glukokortikoid (pada penyakit Cushing atau stress), epinefrin (pada stress),
progestogen dan kariomamotropin (pada kehamilan), ACTH, hormone tiroid dan glucagon.
Infeksi yang berat meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan di atas
sehingga meningkatkan pelepasan beberapa hormone yang telah disebutkan diatas sehingga
meningkatkan manifestasi diabetes mellitus. Somatostatinoma dapat menyebabkan diabetes
karena
somatostatin
(Silabernagi,2002)
yang
diekskresikan
akan
menghambat
pelepasan
insulin.
Poliuria
Polidipsia
Polifagia
Lemah badan
Kesemutan
Gatal
Mata Kabur
Jika ditemukan keluhan klasik dan kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) >
200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus.
Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl disertai adanya
keluhan klasik.
Kadar glukosa plasma >= 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Tabel Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Pemeriksaan Penyaring
dan diagnosis Diabetes Mellitus ( mg/dl) .
Kadar
Bukan DM
< 100
Belum Pasti DM
100-199
DM
>200
<90
90 199
>200
<100
100 125
>126
<90
90 99
>126
( mg /dl )
Komplikasi akut
1
Hipoglikemia
selalu
dipikirkan
kemungkinan
terjadinya
hipoglikemia.
2.Ketoasidosis diabetic
Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan adanya peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi ( 300-600 mg/dL) disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosi dan plasma aseton (+) kuat.
Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM . Hal ini terjadi
karena kadar insulin sangat menurun, dan pasien akan mengalami hal berikut: (Boon
et.al 2006)
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolik
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatan
lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda
keton (asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen
dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan
diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat
menjadi hipotensi dan mengalami syok. (Price et.al 2005)
Akhirnya, akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami
koma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang terjadi, karena
pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan
pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.
Tanda dan Gejala ketoasidosis metabolik :
1. Dehidrasi
2. Hipotensi (postural atau supine)
3. Ekstremitas Dingin/sianosis perifer
4. Takikardi
5. Kusmaul breathing
6. Nafas bau aseton
7. Hipotermia
8. Poliuria
9. Tampak Bingung
10. Kelelahan
11. Mual muntah
b. Komplikasi Kronik
1. Makroangiopati
2.Mikroangiopati
Retinopati diabetic
Nefropati diabetic
Neuropati diabetic
2.2.7 Masalah-Masalah Khusus Pada Diabetes4,5
2.2.7.1 Diabetes dengan Infeksi
Adanya infeksi pada pasien sangat berpengaruh terhadap pengendalian glukosa darah.
Infeksi dapat memperburuk kendali glukosa darah, dan kadar glukosa darah yang tinggi
meningkatkan kemudahan atau memperburuk infeksi. Infeksi yang banyak terjadi antara lain:
obat-obat Tuberkulosis.
Kulit pada daerah ekstremitas bawah merupakan tempat yang sering mengalami
infeksi. Kuman stafilokokus merupakan kuman penyebab utama. Ulkus kaki
terinfeksi biasanya melibatkan banyak mikro organisme, yang sering terlibat adalah
Penatalaksanaan
yang bertambah berat, diet protein diberikan 0,6 0,8 gram/kg BB per hari.
Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II, penghambat ACE, atau
kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap penyekat ACE
atau
reseptor
angiotensin,
dapat
diberikan
antagonis
kalsium
non
dihidropiridin.
Apabila serum kreatinin >2,0 mg/dL sebaiknya ahli nefrologi ikut dilibatkan
Idealnya bila klirens kreatinin <15 mL/menit sudah merupakan indikasi terapi
pengganti (dialisis, transplantasi).
Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10 tahun cukup tinggi dan
disampaikan kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat konsultasi.
Pengelolaan DE pada diabetes dapat mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi
(Materi Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, IDI, 1999). DE dapat didiagnosis
dengan menggunakan instrumen sederhana yaitu kuesioner IIEF5 (International Index
sedang berlangsung.
Penilaian adanya risiko DMG perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk
pemeriksaan kehamilannya
Faktor risiko DMG antara lain: obesitas, adanya riwayat pernah mengalami DMG,
glukosuria, adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya
riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan atau melahirkan bayi dengan berat >
4000 gram, dan adanya riwayat preeklamsia. Pada pasien dengan risiko DMG yang
jelas perlu segera dilakukan pemeriksaan glukosa darah. Bila didapat hasil glukosa
darah sewaktu 200 mg/dL atau glukosa darah puasa 126 mg/dL yang sesuai
dengan batas diagnosis untuk diabetes, maka perlu dilakukan pemeriksaan pada waktu
yang lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan TGT dan GDPT dikelola sebagai
DMG.
Diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan TTGO dilakukan dengan memberikan
beban 75 gram glukosa setelah berpuasa 814 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan
Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa 95 mg/dL dan 2
jam sesudah makan 120 mg/dL. Apabila sasaran kadar glukosa darah tidak tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani, langsung diberikan insulin.
Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan makan saja tidak akan
mengalami kesulitan untuk berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati
hari.
Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal, juga tidak
mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati
terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis
maksimal.
Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat diberikan
sedemikian rupa sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.
Untuk penyandang diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin
dihentikan.
Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk tidak
Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum merupakan faktor stres pemicu
terjadinya penyulit akut diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada
Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan. Pada pasien
dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun sekali dan bila dianggap
perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan pada pasien yang pemeriksaan profil
lipid menunjukkan hasil yang baik (LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40
mg/dL, wanita >50 mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat
dalam darah.
Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin bagi
penyandang diabetes yang disertai dislipidemia
Target terapi:
Pada penyandang DM, target utamanya adalah penurunan LDL
Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular: LDL <100 mg/dL (2,6
mmol/L)
Pasien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk menurunkan LDL
sebesar 30- 40% dari kadar awal
Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang gagal dengan
perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi farmakologis
Pada penyandang DM dengan penyakit AcuteCCoronary Syndrome (ACS) atau telah
diketahui penyakit pembuluh darah lainnya atau mempunyai banyak faktor risiko maka :
o LDL <70 mg/dL (1,8 mmol/L)
o Semua pasien diberikan terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%.
Trigliserida < 150 mg/dL (1,7 mmol/L)
HDL > 40 mg/dL (1,15 mmol/L) untuk pria dan >50 mg/dL untuk wanita
Setelah target LDL terpenuhi, jika trigliserida 150 mg/dL (1,7 mmol/L) atau HDL
efek samping.
Niasin merupakan salah satu obat alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan HDL, namun pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa
darah
Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi
Indikasi pengobatan : Bila TD sistolik >130 mmHg dan / atau TD diastolik >80
mmHg.
Sasaran (target penurunan) tekanan darah: Tekanan darah <130/80 mmHg Bila
disertai proteinuria 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg
Pengelolaan:
konsumsi garam
Farmakologis: Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat anti-hipertensi
(OAH):
Pengaruh OAH terhadap profil lipid
Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa
Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin
Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan
diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai
Catatan
- Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II receptor blocker)
dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria.
- Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk toleransi glukosa.
- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.
- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan dosis secara
bertahap.
- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
2.2.7.9. Obesitas pada Diabetes
Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan
insulin
Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus
Terapi aspirin 75-160 mg/hari diberikan sebagai strategi pencegahan sekunder bagi
penyandang diabetes dengan riwayat pernah mengalami penyakit kardiovaskular dan
albuminuria
Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21 tahun, seiring
dengan peningkatan kejadian sindrom Reye
Terapi
kombinasi
aspirin
dengan
antiplatelet
lain
dapat
dipertimbangkan
aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau tidak tahan terhadap
penggunaan aspirin. (PERKENI, 2011)
Tujuan Penatalaksanaan
Jangka pendek
Menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa nyaman,
dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang
mencegah
dan
menghambat
progresivitas
penyulit
mikroangiopati,
Edukasi, meliputi
pemahaman tentang DM, obat-obatan, olahraga, perencanaan makan
dan masalah yang mungkin dihaapi.
Latihan jasmani
Farmakologis
apabila tidak berhasil dengan pengaturan makan dan olahraga.
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan dalam bentuk suntikan.
1
Sulfonilurea
Memiliki efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas dan merupakan pilihan utama pada pasien dengan berat badan
normal dan kurang.
Glinid
Golongan ini terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid dan
nNateglinid. Obat ini diabsorpsi cepat setelah pemberian secara oral
dan dieksresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.
b
efek
utama
mengurangi
produksi
glukosa
hati
DPP-IV inhibitor
Glucagon like peptide 1 (GLP-1)merupakan perangsang kuat pelepasan
insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi glucagon.
Cara pemberian obat hiperglikemik oral (OHO) terdiri dari :
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
Suntikan4,7
a
Ketoasidosis diabetic
ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau
kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi
pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah kombinasi
OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan
pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat
diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian
dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak
terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin. (PERKENI,2011)
2.2.9. Strategi Pencegahan Diabetes Mellitus4,5
Dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan
peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86-138% yang disebabkan
oleh karena :
a
diabetes yang terutama disebabkan oleh karena komplikasinya, maka upaya yang baik
adalah pencegahan. Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada
tiga jenis, antara lain :
a
Pendekatan populasi/masyarakat
Bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat umum, antara lain mendidik
masyarakat agar menjalankan cara hidup sehat dan menghindari cara hidup beresiko.
Upaya ini ditujukan tidak hanya untuk mencegah diabetes tetapi untuk mencegah
penyakit lain sekaligus. Upaya ini sangat berat karena target populasinya sangat luas,
oleh karena itu harus dilakukan tidak hanya oleh profesi tetapi juga oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran adalah
orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat. Cakupannya menjadi sangat luas.
Yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pada
pencegahan sekunder, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada pencegahan primer pun
harus dilakukan, ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat
pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit sampai puskesmas. Pada tahun 1994, WHO
menyatakan bahwa pendeteksian pasien baru dengan cara skrining dimasukkan ke dalam
upaya pencegahan sekunder agar supaya bila diketahui lebih dini komplikasi dapat dicegah.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, 2006).
2.2.10. Prognosis
Prognosis pada penderita diabetes tipe 2 bervariasi. Namun pada pasien diatas
prognosisnya dapat baik apabila pasien bisa memodifikasi (meminimalkan) risiko timbulnya
komplikasi dengan baik. Serangan jantung , stroke, dan kerusakan saraf dapat terjadi.
Beberapa orang dengan diabetes mellitus tipe 2 menjadi tergantung pada hemodialisa akibat
kompilkasi gagal ginjal. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko
komplikasi :
Makan makanan yang sehat / gizi seimbang (rendah lemak, rendah gula), perbanyak
konsumsi serat (buncis 150gr/hari, pepaya, kedondong, salak, tomat, semangka, dainjurkan
pisang ambon namun dalam jumlah terbatas)
Gunakan minyak tak jenuh / PUFA (minyak jagung)
Hindari konsumsi alcohol dan olahraga yang berlebihan
Pertahankan berat badan ideal
Kontrol ketat kadar gula darah, HbA1c, tekanan darah, profil lipid
Konsumsi aspirin untuk cegah ateroskelrosis (pada orang dalam kategori prediabetes)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan crosssectional (potong lintang) dimana dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu
yang ditentukan, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana tingkat pengetahuan siswa-siswi
SMK kesehatan Sumbawa tentang Diabetes Mellitus paru pada tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMK Kesehatan Sumbawa Besar. Alasan pemilihan
lokasi penelitian, karena lokasi ini dapat dijangkau oleh peneliti dan merupakan wilayah kerja
puskemas Unit I Sumbawa Besar. Selain itu, di lokasi tersebut belum pernah dilakukan
penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang Diabetes Mellitus.
3.2.2
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan September 2015.
Populasi
Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII
SMK Kesehatan Sumbawa Besar.
3.3.2
Sampel
Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian dihitung adalah dengan metode
total sampling. Jadi besar sampel dalam penelitian adalah jumlah seluruh siswa kelas XII di
SMK Kesehatan Sumbawa Besar.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
3.3.2.1 Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah responden yang masih berstatus siswasiswi SMK Kesehatan Sumbawa yang duduk di kelas XII, serta bersedia menjadi
responden.
3.3.2.2 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang tidak bersedia menjadi
responden dan tidak dapat mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang akan diisi oleh setiap responden yang
telah menandatangani surat persetujuan bersedia untuk menjadi responden. Sebelumnya
responden akan diberi penjelasan terlebih dahulu oleh peneliti dan kemudian peneliti akan
menanyakan kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
3.4.2
Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini adalah jumlah siswa-siswi kelas XII beserta daftar
nama siswa-siswi kelas XII yang diperoleh dari bagian tata usaha SMK Kesehatan Sumbawa.
3.4.3
Instrumen Penelitian
Pengetahuan
tentang
penyakit
Tuberkulosis
Paru
Definisi
Operasional
Segala
sesuatu yang
diketahui oleh
siswa-siswi
kelas XII SMK
Kesehatan
Sumbawa
Tentang
Diabetes
Hasil
Alat Ukur
Cara Ukur
Kuesioner
Pengisian
Baik
yang
kuesioner
Sedang
terdiri dari
oleh
Kurang
10
responden
Skala Ukur
Ukur
Ordinal
pertanyaan
Mellitus, yang
meliputi :
definisi,
penyebab,
faktor risiko,
gejala klinis,
pengobatan,
komplikasi dan
pencegahan.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya, I Gede Ariana, adalah dokter internsip di Puskesmas Unit I Sumbawa Besar
tahun 2015. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul Tingkat Pengetahuan
Siswa-Siswi SMK kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Tahun 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswasiswi SMK Kesehatan tentang penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2015. Untuk keperluan
tersebut, saya memohon kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Saya
memohon kesediaan Anda untuk menjawab beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner
sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Jika Anda bersedia, silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawanan.
Identitas pribadi Anda sebagai partisipan akan disamarkan, kerahasiaan data Anda
akan dijamin sepenuhnya, dan semua informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan
untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung
kepada saya atau dapat menghubungi saya di nomor 087864189600.
Demikian informasi ini saya sampaikan, atas bantuan, partisipasi dan kesediaan
waktu Anda, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti,
(I Gede Ariana)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki laki / Perempuan *)
Alamat :
Kelas : XI.
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan yang cukup dari peneliti secara lengkap, maka
dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan BERSEDIA berpartisipasi
menjadi sukarelawan dalam penelitian ini yang berjudul Tingkat Pengetahuan Siswa Siswi
SMK Kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Tahun 2015. Tujuan
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK
Kesehatan Sumbawa tentang Penyakit Tuberkulosis Paru pada Tahun 2015.
Sumbawa Besar, ..
Responden
(..)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMK KESEHATAN SUMBAWA TENTANG
PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU PADA TAHUN 2015
Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda anggap benar di bawah ini:
No
Pernyataan
Benar Salah
1
Diabetes melitus merupakan penyakit yang terjadi pada
akibat kekurangan insulin, resistensi insulin atau
keduanya.
2
5
6
7
8
10