Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir
diantara jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri,
fungus dan protozoa. 2
Abses otak merupakan penumpukan material piogenik yang terlokalisir di
dalam atau diantara parenkim otak. 3
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpul pus yang
dikelilingi oleh kapsul. 8
2.2 EPIDEMIOLOGI
Sumber infeksi
Lokasi Abses
Patogen utama
o
1.
Sinus paranasalis
Lobus frontalis
Staphylococcus
aureus,
Streptococci,
Haemophilus sp,
Bacteroides sp
Infeksi otogenik
Infeksi odontogenik
Lobus temporal,
Streptococci,
serebelum
Bacteroides sp
Enterobacterial,
seudomonas
sp,
haemophilus sp
Lobus frontal
Streptococci,
5.
6.
7.
8.
9.
Bacteroides
sp,
staphylococci,
antinobacilus sp
Endokarditis bacterial
Biasanya abses
multiple, bisa di Staphylococcus
lobus mana saja
aureus,
Infeksi
pulmonal
(abses,
Streptococus
empiem, bronkiektasis)
Biasanya abses viridians
multiple, bisa di Streptococci,
lobus mana saja
Bacteroides
sp,
Shunt kanan ke kiri (penyakit
staphylococci,
jantung sianotik, AVM paru)
Biasanya abses antinobacilus sp
multiple, bisa di Streptococus,
lobus mana saja
Staphylococcus,
peptostreptococcus
Trauma penterasi atau paska
sp.
operasi
Tergantung lokasi
Staphylococcus
aureus,
Enterobacterial
Streptococus
Epidermidis,
Pasien dengan imunosupresan
Clostridium sp
Sering
abses
multiple,
Aspergillus
sp,
berbagai
lobus Peptostreptococcu
bisa kena
s sp. Bacteroides
sp, haemophilus
Pasien AIDS
sp,
Staphylococcus
Sering
abses
multiple,
Toxoplasma
berbagai
lobus gondii,
bisa kena
Criptococcus
neoforman,
Listeria,
Mycobacterium sp,
Candida,
Aspergilus
Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga
tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries). Abses
dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik.
Abses otak yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai dengan
peredaran darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus
parietalis atau cerebellum dan batang otak. 2
Abses otak lebih jarang terjadi pada meningitis bacterial, tetapi dapat
menjadi komplikasi pada otitis media (terutama menyebabkan abses lobus
temporalis dan abses serebelar) dan infeksi lokal lainnya misalnya sinusitis
paranasal. Infeksi dapat juga terjadi akibat penyebaran jauh dari paru
(bronkiektasis), pelvis atau jantung ( endokarditis bakterialis dan lesi
kongenital). 4
Tahap-tahap abses serebri:
Awalnya terjadi reaksi peradangan yang difus pada jaringan otak yang ditandai
oleh adanya infiltrasi leukosit, edema otak, perlunakan dan kongesti kadang
disertai bintik-bintik perdarahan. Setelah itu beberapa hari kemudian terjadi
nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga terbentuk rongga abses,
ketiga
Terdapat edema pada substansia alba
Munculnya pusat nekrotik dan respon inflamasi lokal disekeliling
pembuluh darah (mencapai puncak pada hari ketiga dengan adanya
edema)
Pada saat ini lesi tidak dapat dibedakan dari jaringan otak sehat
2. Stadium serebritis lanjut/ Late serebritis (4-9 hari)
Pusat nekrotik mencapai bentuk maksimum
parenkim otak.
Formasi kapsul berkembang lebih lambat pada daerah medial
ventrikel karena vaskularisasi yang lebih sedikit pada substansia alba
melalui anamnesis tentang adanya gejala fokal serebral atau serebelar tidak boleh
dilupakan.7
Gambaran klinisnya tidak khas, criteria terdapat tanda infeksi disertai
peningkatan tekanan intracranial. Khas bila terdapat trias: gejala infeksi + TIK+
tanda neurologik fokal.
Pemeriksaan fisik/neurologic perlu dikonfirmasi dengan hasil anamnesis
dan sebaiknya; anamnesis dapat diulang berdasarkan atas temuan pada
pemeriksaan ini. Pemeriksaan fisik/neurologik perlu dikonfirmasi dengan hasil
> 10 mm
Angiografi 6
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Space occupying lesion (SOL)
Meningitis bakterial
Trombophelbitis intra cerebral
Abses extradural
EnsefalitiS
2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan terbaik ialah pada stadium permulaan terbentuknya abses. Oleh
karena itu diagnosis tepat dan cepat merupakan syarat mutlak. Pemberantasan
fokus infeksi harus mendapat prioritas. Pengobatan harus secara tuntas. Apabila
10
memberi ampisilin maka dosisnya harus tinggi, 4x3-4 gram tiap hari, apabila
memakai kloramfenikol maka dosisnya ialah 4x1 gram/24 jam.
Intervensi bedah saraf untuk kompresi dan drainase abses mungkin harus
dilakukan
untuk
mengatasi
gejala
klinis
dan
medapatkan
diagnosis
bakteriologis.
Antibiotik spectrum luas misalnya sefotaxim dengan metronidazole
diberikan sampai dosis bakteriologis ditegakkan.
Kortikosterod (dengan perlindungan antibiotic) mungkin diperlukan
untuk mengatasi edema serebri
Tindakan bedah drainase atau eksisi pada abses serebri diindikasikan untuk:
11
2.10 PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penegakan diagnosis secara dini. Penentuan
organism penyebab serta pemberian obat yang tepat dan segera. Angka
kematian bisa mencapai 50% atau bahkan lebih tinggi lagi.7
Prognosis baik antara lain ditentukan oleh:
Usia muda
Tidak dijumpai defek banding atau penurunan kesadaran pada awal
penyakit
Tidak dijumpai komorbid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijanarko.F, Turchan A. jurnal PDF. Brain Abscess With Congenital Heart
Disease. Pub med.2010 [ cited 2015 februari 5]
Available from: www.bedahsarafsolo.com/abses%20
2. Hakim Arsyad. Jurnal PDF.Abses Otak. Pub med.2005 [cited 2015 februari 5]
Available from: www.repository.usu.ac.id/mkn-des2005%
3. Standar Pelayanan Medik. Bagian ilmu penyakit saraf.fakultas kedokteran
UNHAS. RSUP.Dr.Wahiddin Sudirohusodo. Makassar.p 20
4. Ginsberg L. Lecture Note Neurologi. Edisi kedelapan Erlangga medical
series. Jakarta: 2002.p 124-125
5. Rahayu. Jurnal santika medika Universitas Muhamadiyah Malang. Abses
Otak.volume 6. Pub med 2010 [cited 2015 februari 5]
Available from: http://www.ejournal.umm.ac.id/index/sainm.pdf
6. Abses Serebsri. Available from: www.artikelkedokteran.com/751/abs. [cited
2015 februari 5]
7. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis.Gadja Mada University Press.
Jogjakarta: 2011.p 171-173
8. Sudewi Raka,dkk, Infeksi Pada Sistem Saraf. Airlangga University Press.
Surabaya:2011.p 21-29
13
14