Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmhg
Nadi
: 100 x/menit
Suhu
: 37,80C
Respirasi
: 18 x/menit
BB
: 28 kg
STATUS GENERALIS
Kepala
Wajah
Mata
Telinga
: Nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan mastoid -/-, serumen +/+, sekret -/-,
Mulut
Leher
Paru
STATUS LOKALIS
Faring
Arkus faring
: hiperemis (+)
Uvula
: tidak deviasi
Dinding Faring
: hiperemis (+)
Tonsil
Palatum
: gerak simetris
:-
Reflek Muntah
:+
PEMERIKSAAN LAB :
1. Darah Lengkap :
Hb : 11,8 g/dl
Ht : 40 %
Daftar Pustaka:
1. Boeis, Adam, BOEIS, Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Tahun 1997. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Soepardi, Efiaty Arsyad. 2007. Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala Leher. ed. 6. Jakarta : Gaya Baru.
Hasil Pembelajaran
1. Mengenal Gejala dan Penatalaksaan Tonsilitis
2. Mengetahui Patofisiologi Tonsillitis
3. Mengetahui Terapi Tonsilitis
4. Mengetahui Indikasi Operasi Tonsililektomi pada pasien dengan Tonsillitis
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:
SUBJEKTIF:
Anak laki-laki, 10 tahun datang ke dengan keluhan amandel membesar sejak 1 tahun
SMRS. Nyeri tenggorok dan sakit menelan yang hilang timbul. Keluhan batuk (+),
pilek (+), demam (+) berulang. Pasien sering makan chiki dan minum es. Keluhan
mendengkur saat tidur diakui.
OBJEKTIF:
1.
Tanda Vital
Kesadaran
: Compos mentis
Nadi
: 100 x/menit
Suhu
: 37,80C
2. Status Lokalis
Faring
Arkus faring
: hiperemis (+)
Uvula
: tidak deviasi
Dinding Faring
: hiperemis (+)
Tonsil
ASSESSMENT:
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan amandel
membesar sejak 1 tahun SMRS. Nyeri tenggorok yang disertai sakit menelan yang
hilang timbul dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengaku sakit menelan berupa
makanan padat seperti nasi. Tidak ada keluhan sakit menelan ketika minum. Keluhan
batuk (+), pilek (+), demam (+) berulang. Ibu Pasien mengatakan bahwa pasien sering
makan chiki dan minum es. Keluhan mendengkur saat tidur diakui.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh pasien menunjukkan pasien dalam
keadaan demam yaitu 37,80C . sedangkan pada pemeriksaan orofaring ditemukan : arkus
faring tidak hiperemis, dinding faring tidak hiperemis, tonsil: T2b-T2b, kripta melebar +/+,
detritus +/+ , hiperemis (-) sehingga pasien didiagnosis dengan Tonsiliti kronik ekserbasi
akut.
Tonsilitis adalah peradangan atau inflamasi dari tonsila palatina. Pada kasus diatas
dikatakan kronis karena waktunya sudah lebih dari 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan
beberapa kripti terisi oleh detritus. Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah
rangsangan yang menahan dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Pada pasien diatas tonsil sudah mencapai T2b-T2b.
Ukuran pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
T0
T1
T2
T3
T4
Untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pembiakan apusan dari tonsil atau
membran tonsil yang meradang digunakan untuk mengetahui secara spesifik bakteri
yang menginfeksi. Sehingga dapat diberikan pengobatan yang efektif dan adekuat. Akan
tetapi lamanya hasil diperoleh membuatnya jarang dilakukan kecuali ketika keadaan
tidak membaik walau telah diberi pengobatan yang adekuat.
Pada pasien tonsilitis kronik ekserbasi akut tidak langsung untuk dilakukan
Tonsilektomi karena tonsil masih hiperemis. Tetapi setelah mereda pasien dapat
dilakukan Tonsilektomi karena serangan infeksi sudah terjadi berulang dalam setahun
dan sudah diberi pengobatan tetapi belum sembuh juga dan tidur yang mengorok karena
dapat menimbulkan sindrom apneu sewaktu tidur.
Indikasi tonsilektomi :
Absolut:
1. Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis.
2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apneau waktu tidur.
3. Hipertrofi yang berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat
badan penyerta.
4. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma).
5. Abses peritonsiler berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan
sekitarnya.
Relatif :
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik
adekuat.
2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi
medis.
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten.
PLAN:
Diagnostik kerja :
Tonsilitis Kronik Ekserbasi Akut
Penatalaksanaan :
1. Medikamentosa :
- Cefadroxil 2x1 cth
- Paracetamol 500 mg 3x tab
- Metilprednisolon 4 mg 2x tab
- Vit. C 2x50 mg
2. Non medikamentosa :
- Perbaiki higiene oral ( dengan cara berkumur-kumur dengan antiseptik)
- Tidak mengkonsumsi makanan seperti es dan chiki
Peserta
Pendamping