Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DAFTAR ISI
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3
1.4
1.4.1
Planning ................................................................................................................... 16
1.4.2
Scheduling ................................................................................................................ 21
1.4.3
Controlling................................................................................................................ 22
1.5
2.2
2.3
2.4
2.4.1
2.5
2.6
KONTROL PERENCANAAN................................................................................................. 75
3.1.1
PLANNED COVERAGE................................................................................................ 75
3.1.2
3.2
3.2.1
3.2.2
Daftar Isi
HP - 2 /179
3.3.1
3.3.2
3.3.3
WRENCH TIME.......................................................................................................... 83
3.3.4
3.3.5
3.3.6
3.4
4.2
WPC REPORT.................................................................................................................... 97
4.2.1
4.2.2
5.2
5.2.1
5.2.2
Daftar Isi
HP - 3 /179
TUJUAN
Tujuan
HP - 4 /179
1 BAB I :
PENGANTAR WPC MANAGEMENT
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
WPC
Menjelaskan
latar belakang WPC
1.1
Latar
Belakang
Pemeliharaan
WPCmemilih strategi pemeliharaan yang tepat
Memahami jenis pemeliharaan
dandan
mampu
Menjelaskan konsep dasar WPC
Menjelaskan konsep CMMS dalam pemeliharaan
1.1
Dewasa ini, pembangkitan tenaga listrik telah menjelma menjadi bisnis yang menjanjikan.
Pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dari tahun ke tahun membuka pintu
investasi dalam sektor ini. Regulasi pemerintah memang tidak memberikan hak monopoli bagi PLN
untuk bermain di ranah pembangkitan. Sebaliknya pemerintah memberikan kesempatan swasta
untuk mengembangkan dan mengelola pembangkit-pembangkit baru. IPP (Independence Power
Producer) yang sahamnya sebagian dimiliki asing ini biasanya telah mengadopsi standar manajerial
berkelas dunia. Semuanya dihitung untung rugi, sehingga perusahaan dapat memberikan profit
maksimal. Kondisi ini tentu menjadi tantangan khusus bagi pembangkit-pembangkit milik PLN. PLN
dan anak perusahaannya harus bahun-membahu meuwujudkan keandalan pembangkit
menggunakan standar kelas dunia. Salah satunya dalam hal pemeliharaan.
Plant capacity ibarat darah dalam sebuah perusahaan. Plant harus andal agar selalu
memberikan revenue signifikan bagi perusahaan. Terkait pembangkit, plant capacity sebanding
dengan angka kesiapan (EAF). Pembangkit dengan angka kesiapan tinggi dapat diwujudkan dengan
pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan yang kurang terjamin, sebanding dengan pendapatan yang
rendah pula. Pada era bisnis sekarang, hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam maintenance
bukan saja pemeliharaan itu efektif namun juga efisien. Pemeliharaan yang tepat akan membawa
pembangkit yang kompetitif secara cost.
Mengingat betapa pentingnya pemeliharaan dalam mendukung bisnis perusahaan, kebijakan
maintenance hendaknya sudah mulai dibangun sejak unit belum beroperasi. Philip Young (1997)
dari DuPont mengatakan bahwa sebuah kesalahan fatal jika perusahaan tidak memberikan perhatian
serius saat instalasi peralatan. Banyak kesempatan terkait maintenance justru muncul sebelum unit
itu berdiri. Dalam hal ini perlu dipastikan, peralatan yang akan dipasang sebisa mungkin minim
pemeliharaan. Juga diperlukan mapping untuk merencanakan strategi pemeliharaan selanjutnya.
Gifford Brown (1993) dari Ford Motor Company mengenalkan aturan 1-10-100. Artinya, setiap
1 USD yang diinvestasikan dalam proses enjinering untuk mengurangi maintenance akan
mengeliminasi sedikitnya 10 USD untuk melakukan pemeliharaan peralatan dengan baik atau 100
USD untuk breakdown maintenance. Lebih lanjut Brown mengatakan, visi perusahaan hendaknya
bagaimana menghindari pemeliharaan, bukan untuk mengerjakannya secara efektif.
Menginvestasikan peralatan yang memerlukan sedikit perhatian jauh lebih menguntungkan daripada
memberi peralatan yang murah namun memerlukan perhatian serius agar tidak terjadi breakdown.
Pengantar WPC Management
HP I - 5 /179
1.2
HP I - 6 /179
Spesifikasi teknis biasanya memberikan informasi mengenai performa dan boundary condition
agar performa yang diinginkan dapat tercapai. Dari spesifikasi tersebut, dapat diartikan pompa dapat
mengalirkan fluida, selama viskositasnya sama dengan air (kondisi), sebanyak 80 Liter/menit sampai
200 L/menit (performa) jika total head-nya antara 35 46,5 m (kondisi). Misalkan pompa hanya bisa
mengalirkan air sebanyak 30 liter / menit, padahal head terpasang tidak lebih 20 meter, maka dapat
dikatakan pompa tidak bisa memunuhi fungsi yang diinginkan. Berbeda jika ternyata dipasang pada
head 100 meter, maka di sini tidak dapat dikatakan pompa gagal menjalankan fungsinya. Mengacu
definisi di atas, target aktivitas pemeliharaan adalah menjaga peralatan beroperasi pada performa
yang diinginkan selama kondisinya terpenuhi.
Yang juga perlu digarisbawahi dari definisi di atas adalah pemeliharaan adalah gabungan
aktivitas teknis dan administrasi. Pada era sebelumnya, maintenance diidentikkan dengan wear pack
lusuh penuh oli, kunci, dan beberapa visualisasi lapangan yang lain. Namun seiring perkembangan
ilmu pemeliharaan, maintenance tidak bisa hanya dikonotasikan dengan aktivitas teknik. Lebih dari
itu, maintenance yang berkualitas memerlukan dukungan administrasi, atau lebih tepatnya
dukungan yang sifatnya manajerial.
Riwayat perbaikan peralatan dulunya cukup dicatat dengan kartu gantung. Tapi dengan
semakin kompleksnya peralatan, diperlukan dukungan teknologi informasi untuk menyediakan
database histori pemeliharaan. Kontribusi IT pada aktivitas pemeliharaan ini merupakan aspek
manajerial. Pemeliharaan juga tidak bisa berprinsip fix it after break namun perlu direncanakan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan pemeliharaan juga merupakan sisi
manajerial.
Gambar 1.2 menunjukkan karakterisitik performa sebuah peralatan. Sumbu tegak menyatakan
performa sedang sumbu mendatar adalah waktu. Saat instalasi pertama, performa peralatan
biasanya relatif rendah. Pada kurva lain, fase ini sering disebut juga sebagai burn in period, dimana
peralatan mengalami adaptasi sejak dilepas manufaktur pabrikan. Pada fase awal ini, tingkat
kerusakan (failure rate) cenderung tinggi tapi berangsur-angsur menurun. Penurunan ini sebanding
dengan kenaikan performa. Hingga pada suatu kondisi, peralatan berada pada performa
optimumnya. Kenaikan performa ini akan berhenti dan cenderung steady pada level tertentu. Fase
ini akan bertahan sampai periode waktu tertentu yang dikenal sebagai usia ekonomis.
HP I - 7 /179
HP I - 8 /179
Run to Failure
Jenis pemeliharaan ini berlangsung sampai berakhirnya perang dunia II, yaitu awal tahun 1950.
Filosofi pemeliharaan ini menganut paham breakdown maintenance , yaitu usaha pemeliharaan
dilakukan setelah peralatan atau mesin rusak. Pada masa itu kecanggihan teknologi belum terlalu
tinggi, sedangkan desain peralatan memang cenderung over desain yang artinya peralatan
cenderung awet. Pemeliharaan dianggap terlepas dari proses produksi dan tidak memberikan
kontribusi finansial ke perusahaan.
Karena berprinsip fix it after break (perbaiki setelah rusak), Run to Failure (RTF) sifatnya
unplanned, susah untuk direncanakan. Downtime yang terjadi biasanya lebih lama. RTF berpotensi
menyebabkan kerusakan pada peralatan lain. Sebagai contoh bearing failure bisa mengakibatkan
kerusakan pada shaft, bearing housing, bahkan rotor. Biaya yang ditimbulkan kira-kira dua sampai
empat kali dibandingkan dengan menghindari terjadinya kerusakan. Pelaksanaan RTF biasanya juga
sulit direncanakan secara baik karena waktunya yang mendadak.
Pada beberapa kasus, ada sisi-sisi RTF yang bisa dimanfaatkan sehingga justru dipertahankan
sebagai salah satu strategi pemeliharaan. Dalam hal ini RTF dapat digolongkan sebagai tactical
maintenance. RTF sangat cocok diterapkan pada beberapa kondisi berikut :
Kerusakan pada part yang susah diprediksikan. Sebagai contoh part-part control. Karena
sampai sekarang belum ada teknologi yang memadai untuk memprediksi kerusakannya,
maka pemilihan RTF sebagai strategi pemeliharaan dirasa sudah tepat. Mitigasi yang
selanjutnya diperlukan adalah menjamin ketersediaan spare part di gudang sehingga bila
terjadi fault, tinggal melakukan penggantian tanpa menyebabkan downtime.
Jika biaya yang diperlukan untuk melakukan RTF lebih murah bila harus menerapkan jenis
pemeliharaan lain. Sebagai contoh lampu penerangan (lampu TL), daripada harus melakukan
PM pengecekan ballast, lebih murah men-spare lampu. Jika sewaktu-waktu ada kerusakan
tinggal menggantinya.
Prioritas kerusakan peralatan terlalu rendah untuk secara khusus dialokasikan biaya maupun
manhours untuk melakukan preventive maintenance.
HP I - 9 /179
1.2.2
Preventive Maintenance
Pemeliharaan ini berlangsung dari tahun 1950-an sampai tahun 1970-an. Saat itu orang mulai
memahami urgensi pemeliharaan sebagai supporting produksi. Filosofi pemeliharaan menganut
paham Preventive Maintenance yaitu usaha pemeliharaan dilakukan secara terencana dalam
interval waktu tertentu (time based maintenance) agar kerusakan dapat dicegah sebelumnya, tanpa
mempedulikan adanya tanda-tanda kerusakan. Termasuk dalam pemeliharaan ini adalah overhaul
(OH), yaitu inspeksi yang dilaksanakan secara periodic sesuai jam operasi peralatan. PM cocok
diterapkan pada peralatan yang kerusakannya menyebabkan dampak yang serius pada produksi.
Penelitian Electrical Power Research Institute (EPRI) pada 1986 menunjukkan, life cycle cost
saving PM adalah 12-18 persen dbanding implementasi run to failure. Namun pada perkembangan
selanjutnya, PM memiliki kelemahan. Kerusakan peralatan yang bersifat time based ternyata tidak
lebih 20 persen. PM tidak bisa mengcover 80 persen kerusakan lainnya. Selain itu, pelaksanaan PM
pada peralatan yang sehat tidak menutup kemungkinan meninggalkan masalah setelahnya.
Bahkan penelitian di Inggris pada medio 90-an membuktikan 30-50 persen task PM tidak
memberikan kontribusi pada eliminasi gangguan.
1.2.3
Corrective Maintenance
Corrective Maintenance (CR) adalah pemeliharaan yang dilaksanakan setelah kerusakan terjadi
untuk mengeliminasi sumber permasalahan dan mengurangi frekuensi gangguan terjadi. Termasuk
dalam CR adalah perbaikan, penggantian, atau restorasi (proses mengembalikan seperti kondisi
sebelumnya). Tujuan utama corrective maintenance adalah untuk memaksimalkan efektivitas semua
sistem peralatan yang kritis, mengeliminasi breakdown, meminimalkan perbaikan yang sebetulnya
tidak diperlukan, dan mengurangi deviasi terhadap kondisi optimum pengoperasian.
Perbedaan CR dengan PM adalah jika CR dimulai setelah kerusakan telah terjadi, sedangkan PM
sudah dijadwalkan rutin bersamaan dengan unit beroperasi tanpa menunggu adanya kerusakan.
Perbedaan CR dengan RTF adalah jika CR terencana dan difokuskan untuk menjaga peralatan
beroperasi pada kondisi optimumnya, sedangkan RTF tidak terencana serta hanya bertujuan agar
peralatan dapat beroperasi pada standar minimalnya.
Dalam konteks PJB yang menggunakan Ellipse sebagai database pemeliharaan, RTF adalah jenis
pekerjaan dengan maintenance type emergency/corrective dengan priority emergency (02),
sedangkan CM adalah pekerjaan dengan maintenance type corrective dengan priority urgent (03)
atau normal (05).
Keberhasilan corrective maintenance sangat ditentukan oleh :
HP I - 10 /179
1.2.4
Improvement Maintenance
Seperti dijelaskan di muka, kebijakan pemeliharaan yang baik bukan hanya berhenti pada
mewujudkan pemeliharaan yang efektif namun bagaimana menghilangkan aktivitas pemeliharaan
secara keseluruhan. Dan tujuan ini dapat diakomodasi oleh improvement maintenance. Jenis
pemeliharaan ini bersifat meningkatkan kondisi yang sudah ada untuk menjadi lebih baik
(improvement). Dapat didefinisakn juga sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk suatu proyek
atau modifikasi peralatan atau unit, baik untuk mengembalikan atau menambah kemampuan dan
keandalan peralatan atau unit.
Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan ini bisa bersifat menambah asset atau bisa juga hanya
menyempurnakan kinerja peralatan atau unit. Improvement maintenance dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Design Out Maintenance
adalah aktivitas untuk mengeliminasi sebab pemeliharaan, penyederhanaan pemeliharaan,
atau meningkatkan performa peralatan (dari sudut pandang pemeliharaan) dengan
melakukan redesain mesin dan fasilitasnya yang rentan terhadap gangguan, dan pekerjaan
perbaikan atau penggantian memerlukan biaya yang sangat mahal
2. Engineering Services
termasuk di dalamnya pembangunan, modifikasi, pemindahan, pemasanganm dan penataan
ulang fasilitas.
3. Shutdown Improvement Maintenance
salah satu tipe improvement maintenance yang dilaksanakan saat line produksi stop total.
1.2.5
Predictive Maintenance
Jenis pemeliharaan ini berlangsung dari tahun 1970 sampai sekarang. Filosofi pemeliharaan
menganut paham Condition Maintenance , yaitu usaha pemeliharaan melalui monitoring kondisi
peralatan secara periodik dengan selalu melakukan analisis agar tindakan pemeliharaan dilakukan
pada saat yang tepat secara teknis maupun ekonomis. Predictive Maintenance (PdM) bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas produksi, availability, dan reliability yang tinggi, dan memaksimalkan
umur peralatan (life time) serta pemanfaatan biaya pemeliharaan yang efektif. EPRI menunjukkan
saving cost dari PdM sebesar 8-12 persen dibanding dengan implementasi PM.
HP I - 11 /179
HP I - 12 /179
1.3
Seperti telah di jelaskan di awal, WPC adalah model maintenance management yang berlaku di
PT PJB. Secara definisi, Work Planning and Controlling adalah suatu pendekatan disipliner untuk
memanfaatkan sumber-sumber daya pemeliharaan yang tersedia untuk mengurangi area downtime
dan meminimalkan biaya produksi secara keseluruhan.
Hal ini dapat dicapai melalui:
Prioritisasi kerja
Membangun tahapan-tahapan fisik (prosedur) untuk menyelesaikan pekerjaan
Melakukan penyiapan peralatan dan material yang diperlukan
Melakukan penjadwalan pekerjaan yang akan dilakukan
Menyelesaikan pekerjaan
Mengidentifikasi pekerjaan tambahan yang harus diselesaikan pada suatu equipment
Melakukan filing (dokumentasi) dokumen-dokumen untuk keperluan riwayat peralatan
(equipment history)
Implementasi WPC di PJB memiliki dua tujuan sentral, diantaranya :
a. Peningkatan maintenance mix, yaitu perbandingan pemeliharaan terencana dibandingkan
dengan total pemeliharaan yang dilakukan. Seperti dipahami, PJB sedang punya hajat besar
untuk menggeser dominasi pekerjaan corrective menuju pemeliharaan yang sifatnya
proactive, sebagaimana digambarkan pada gambar 1.5.
HP I - 13 /179
HP I - 14 /179
HP I - 15 /179
1.4
Tiga elemen penting dalam WPC adalah planning, scheduling, dan controlling. Ketiga aktivitas
ini hendaknya bersinergi hingga memberikan hasil pemeliharaan yang ekselen. Pelaksanaan
planning, scheduling, dan controlling dikelola oleh maintenance planner, yang dalam organisasi PJB
diformalkan menjadi Rendalhar. Adanya work package yang baik akan memberikan guidance dalam
melaksanakan pemeliharaan, meningkatkan efisensi, dan meningkatkan wrench time, yang
merupakan ukuran net waktu orang bekerja.
1.4.1
Planning
Aktivitas pertama dalam pemeliharaan adalah planning (perencanaan). Planning adalah
sebuah proses analisis detail yang menentukan dan menjelaskan pekerjaan yang akan dilakukan,
urutan pekerjaan, metode yang digunakan.
Richard D. Palmer (2006) menjelaskan prinsip-prinsip dalam perencanaan (planning), meliputi :
a. Planner secara organisasi hendaknya terpisah dari pelaksana pekerjaan (maintenance crew)
untuk mewujudkan spesialisasi dalam skill planning serta focus pada perencanaan jangka
panjang.
b. Planner bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang akan datang sedangkan crew
pemeliharaan bertanggung jawab pada pekerjaan yang terjadwal hari ini. Setiap ketidak
sesuaian yang terjadi di lapangan, teknisi melakukan perbaikan. Selanjutnya teknisi mencatat
semua aktivitas yang dikerjakan dalam feedback dan dikembalikan ke planner setiap hari.
c. Planner hendaknya fokus pada database peralatan, untuk melihat riwayat pemeliharaan yang
terdahulu dan untuk pengembangan selanjutnya. Planner bekerja sama dengan Enjinering
hendaknya mampu membuat trending data dan me-utilisasi data untuk pengembangan
selanjutnya.
d. Planner hendaknya menggunakan pengalaman personalnya yang digabungkan dengan data
untuk mengembangkan perencanaan pekerjaan dalam mengantisipasi keterlambatan
pekerjaan, kualitas, dan kendala safety. Sebaiknya seorang planner adalah orang yang telah
memiliki jam terbang yang tinggi dalam pemeliharaan, lalu dia mendapatkan training khusus
mengenai skill planning
e. Planner hendaknya memahami skill tiap crew pemeliharaan. Planner membuat perencanaan
secara global, menentukan scope pekerjaan yang sudah diklarifikasi dengan peminta
pekerjaan (operator) untuk selanjutnya dilakukan penugasan kepada crew yang tepat. Teknisi
selanjutnya melakukan pekerjaan dengan lebih detail. Planner dan teknisi kemudian
bersinergi untuk pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut.
f. Wrench time merupakan sebuah parameter yang menunjukkan workforce efficiency, dan
efektivitas planning dan secheduling. Wrench time merupakan proporsi waktu orang yang
benar-benar bekerja setelah dikurangi beberapa aktivitas yang tidak perlu, misalkan
menunggu approval, part, tool, maupun perjalanan dari/ke site.
Output planning adalah work package yang meliputi:
HP I - 16 /179
HP I - 17 /179
TARGET
PERALATAN
PENDAHULUAN
1 Pemberitahuan kepada Operator
2 Untuk pengamanan, rubah pola operasi Motorized CW Valve ke Lokal (I) kemudian
posisikan valve ke Close
3 Buka By-Pass Valve, tutup Maintenance Valve sisi In dan Out peralatan
PEMBONGKARAN
4 Lepaskan semua kabel kontrol dan power, kemudian amankan
6 Lepas Flange Bolts (A-9) untuk melepaskan Connecting Pipe (A-1) dr perpipaan
PEMERIKSAAN DAN PEMBERSIHAN BAGIAN-BAGIAN CONNECTING PIPE (A-1)
7 Lepaskan Spacer (A-13)
8 Lepaskan Orifice Plate (A-2)
9 Pemeriksaan kondisi dan pembersihan :
a. Spacer (A-13)
Majun
d. Ducts
Kawat
c. Diaphragm (B-6)
Majun
Jack
Majun
b. Flens antara Connecting Pipe (A-1) dan Differential Manometer Body (A-3)
Majun
Majun
HP I - 18 /179
Jumlah
1 buah
1 buah
Tang kombinasi
1 buah
Palu karet
1 buah
0,5 meter
20 meter
1 buah
2 buah
Kebutuhan Material
No
Jumlah
Majun
1 kg
Silicon Red
2 tube
1 kg
Bensin
2 liter
O ring diameter 8 mm
1600 mm
5. Lokasi parts/material yang dekat dengan area kerja yang disiapkan dalam bentuk kit
Di sini nampak bahwa dukungan dari rantai pasok (supply chain management) dalam
pemeliharaan sangatlah penting. Mulai ketika part tersedia di gudang, atau ketika perlu
Pengantar WPC Management
HP I - 19 /179
HP I - 20 /179
Potensi Bahaya
Resiko
Nilai Resiko
Bahaya
Peluang
Semua Aktivitas
Udara Kotor
Gangguan
Pengendalian Resiko
Pemaparan Akibat
Nilai
pernapasan
Langkah 7
Terdapat
Tersengat
Tegangan DC
listrik
1.4.2
Scheduling
Scheduling adalah proses tertulis dimana sumber daya orang dan peralatan pendukung
dialokasikan/ditetapkan untuk suatu pekerjaan pada waktu tertentu untuk suatu equipment atau
tempat kerja yang dimungkinkan dilakukan eksekusi pekerjaan, scheduling adalah fungsi koordinasi
dari semua sumber daya untuk eksekusi pekerjaan.
Prinsip-prinsip penjadwalan (scheduling) menurut Richard D. Palmer (2006) meliputi :
a. Untuk mendapatkan penjadwalan yang optimal, job plan/standard job harus mampu
memberikan informasi mengenai jumlah teknisi yang harus mengerjakan, spesifikasi
keahlian minimal yang diperlukan, jumlah jam kerja tiap orang, dan durasi pekerjaan
b. Jadwal harian dan mingguan harus semaksimal mungkin ditaati. Prioritas dalam WO harus
dibuat setepat mungkin untuk mendapatkan penjadwalan yang akurat.
c. Scheduler harus mampu menyediakan jadwal mingguan, yang memberikan informasi
mengenai jadwal pekerjaan yang akan dilakukan, kebutuhan terhadap resources yang
dibandingkan dengan ketersediaan resources pada minggu tersebut. Harus dijelaskan juga
WO berbeda pada pekerjaan yang sama juga analisis mengenai proactive versus reactive
maintenance
d. Jadwal pekerjaan mingguan harus teralokasi kepada manhours yang tersedia. Jadwal
memungkinkan diinterupsi oleh pekerjaan yang emergency atau urgent. Pekerjaan dengan
prioritas tinggi lebih baik ditugaskan kepada teknisi yang masih kosong setelah mereka
menyelesaikan pekerjaan dengan prioritas lebih rendah
e. Supervisor
pemeliharaan
melakukan
penugasan
harian.
Penugasan
harus
mempertimbangkan jenis pekerjaan dengan skill teknisi yang dia punyai. Supervisor
bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan pada hari itu termasuk melakukan
penjadwalan ulang bila ada interupsi pekerjaan dengan prioritas lebih tinggi.
f. Wrench time merupakan sebuah parameter yang menunjukkan workforce efficiency, dan
efektivitas planning dan secheduling. Wrench time merupakan proporsi waktu orang yang
benar-benar bekerja setelah dikurangi beberapa aktivitas yang tidak perlu, misalkan
menunggu approval, part, tool, maupun perjalanan dari/ke site
Pada fase scheduling, seorang planner dituntut bisa mengkoordinasi berbagai bidang agar pekerjaan
bisa terlaksana sesuai jadwal yang telah ditentukan. Diharapkan terjadi hubungan baik (sinergisitas)
antara berbagai bidang : operasi, pemeliharaan, enjinering, inventory, pengadaan dan gudang.
Scheduling perlu difokuskan pada:
Pengantar WPC Management
HP I - 21 /179
1.4.3
Controlling
Fase selanjutnya dalam maintenance management adalah controlling, yang meliputi tiga
aktivitas :
Ada beberapa langkah untuk melaksanakan controlling sebagai nampak pada gambar 1.7.
HP I - 22 /179
1.5
OVERVIEW CMMS
Aktivitas pemeliharaan melibatkan beberapa bidang yang bersinergi satu sama lain. Secara
singkat, hubungan di antara masing-masing bagian dapat diilustrasikan pada gambar 1.8.
HP I - 23 /179
HP I - 24 /179
Equipment Register : berisi detail peralatan yang tersusun dalam hierarki mencakup
productive unit, sistem, sub sistem, equipment, dan komponen. Sistem hierarki
mengacu ke Kraftwerk Kennzeichen Sistem (KKS) yang merupakan sistem kodifikasi
equipment standar internasional.
Equipment Group Identifier (EGI) : merupakan pengelompokan komponen pada
peralatan sejenis yang memudahkan dalam pembuatan standar pemeliharaan,
termasuk dalam men-generate material yang diperlukan dalam pemeliharaan rutin
(overhaul atau PM)
Standard Job : merupakan standar pekerjaan dalam pekerjaan rutin (overhaul atau
PM) meliputi job deskripsi, kebutuhan tenaga kerja (jumlah orang dan jam kerja),
kebutuhan tool, dan standar safety. Dalam Maximo, modul yang similar dengan
standard job dinamakan Job Plan
Application Part List (APL) : berisi standar part atau material yang diperlukan pada
jenis pemeliharaan rutin. Implementasi APL akan memudahkan permintaan (rekuisisi)
material ke gudang karena tiap jenis pemeliharaan telah terdeskripsi jelas paket
part/material yang dibutuhkan.
Statistic : terdiri atas modul operation statistic dan production statistic yang
merupakan modul pencatatan pengoperasian peralatan berdasar jam operasi. Modul
ini bisa diintegrasikan dengan modul maintenance scheduling task (MST) sehingga
memungkinkan penjadwalan pekerjaan rutin yang daur pengulangannya mengacu ke
statistic (misalnya jam operasi). Sebagai contoh, modul ini bisa dipakai pada alat berat
yang standar PM-nya mengacu ke jam operasi.
Condition Monitoring : merupakan modul untuk menyimpan trending pemeliharaan
rutin yang dilengkapi dengan fasilitas auto alert, sehingga jika parameter yang diukur
melewati ambang batas yang diijinkan, secara otomatis akan terbit WO.
Maintenance Scheduling Task (MST) : yaitu modul untuk penjadwalan pemeliharaan
rutin melalui repetisi, sesuai frekuensi yang ditanamkan. Inputan untuk MST adalah
modul standard job ataupun statistic. Output modul MST dan work order adalah
modul work manager. Modul ini bermanfaat dalam resources smoothing mingguan
maupun harian.
Equipment History and Costing : yaitu modul penjejakan sejarah peralatan, mulai
riwayat pemeliharaan yang telah pernah dilakukan termasuk biaya yang pernah
dikeluarkan pada equipment tersebut.
Fuel and Oil : merupakan modul untuk pencatatan penggunaan bahan bakar dan
minyak pelumas
Equipment Tracing : merupakan modul yang merecord riwayat peralatan mulai
instalasi pertama, dilepas, diperbaiki, dipasang lagi sampai siklus tersebut berulang.
Work Order : merupakan modul terintegrasi berisikan perintah kerja pelaksanaan
pekerjaan. WO diawali dengan proses fault reporting (ILS) yang mendeskripsikan
kerusakan peralatan, lokasi peralatan, analisis penyebab, dan prioritas yang
dibutuhkan. Selanjutnya dari modul ILS ditambahkan informasi mengenai job
deskripsi, kebutuhan manhours, material, kebutuhan safety, maupun aspek Enjinering
(failure mode, failure cost, dan corrective action). Output dari modul work order ini
HP I - 25 /179
2.
3.
4.
5.
6.
7.
HP I - 26 /179
8.
9.
yang optimal akan meningkatan tingkat kontrol, visibilitas, dan akuntabilitas anggaran
pemeliharaan secara keseluruhan. Rencana dan keputusan penggantian ataupun renovasi
suatu sistem dapat didukung oleh informasi biaya dari CMMS
Meningkatkan kemampuan dalam pengukuran performa dan pelayanan
CMMS ibarat gudang data yang dapat dimanfaatkan untuk analisis selanjutnya. Juga
dimungkinkan adanya pengukuran yang lebih efektif mengenai kinerja pemeliharaan dan
perbaikan di berbagai bidang seperti produktivitas tenaga kerja, PM compliance, downtime,
inventory control, backlog, tingkat layanan pemeliharaan, keandalan, dll
Meningkatkan tingkat informasi pemeliharaan
Keuntungan utama CMMS adalah ketersediaan historical data yang dapat dimanfaatkan
bidang-bidang yang terkait untuk peningkatan kualitas pemeliharaan selanjutnya.
Sebuah survey yang dilakukan Plant Maintenance Resources Center yang dilakukan pada 2004,
dengan melibatkan ratusan industri di beberapa negara menunjukkan kemanfaatan penggunaan
CMMS, seperti ditunjukkan pada table 1.
Tabel 1.4 Aspek Kemanfaatan CMMS
Area of Benefit
5.7%
32.4% 29.5%
32.4%
11.4%
32.4% 22.9%
33.3%
8.6%
36.2% 23.8%
31.4%
9.5%
37.1% 21.9%
31.4%
13.3%
41.0% 15.2%
30.5%
35.2%
23.8% 16.2%
24.8%
30.5%
37.1%
9.5%
22.9%
30.5%
36.2%
8.6%
24.3%
28.6%
39.0%
6.7%
25.7%
29.5%
35.2%
9.5%
25.7%
21.9%
35.2% 12.4%
30.5%
HP I - 27 /179
2 BAB II :
MAINTENANCE PLANNING
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu membuat perencanaan jangka panjang
Mampu membuat perencanaan tahunan
2. Pendahuluan
WPC
Mampu melakukan
perencanaan mingguan
Latar
Belakangperencanaan
Pemeliharaanharian
dan WPC
2.1Mampu
melakukan
Perencanaan adalah proses memikirkan dan mengatur kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu perencanaan sering dianggap sebagai panduan
akan aktivitas di masa depan.
Perencanaan menjadi pekerjaan setiap manajer. Sebelum manajer dapat mengatur,
memimpin, atau mengendalikan, mereka harus membuat rencana yang memberikan tujuan dan
arah perusahaan, memutuskan apa yang perlu dilakukan, kapan dan bagaimana hal itu perlu
dilakukan, dan siapa yang melakukannya.
Manajer pabrik harus merencanakan bagaimana fasilitas mereka akan digunakan, berapa
banyak dari produk yang seperti apa yang harus dibuat, dan kapan harus membuatnya. manajer
pemasaran harus merencanakan bagaimana untuk memperkenalkan produk, saluran distribusi
seperti apa yang akan digunakan, dan bagaimana menentukan harga produk. bahkan manajer
keuangan harus merencanakan bagaimana struktur hutang dan ekuitas perusahaan dan bagaimana
anggaran dan memanfaatkan sumber daya
Kebutuhan akan perencanaan ada pada semua tingkatan dan benar-benar meningkat pada
level yang lebih tinggi, yang memiliki potensi dampak terbesar pada keberhasilan perusahaan.
Manajer tingkat atas umumnya mencurahkan sebagian besar waktu perencanaan mereka untuk
memperikarakan masa depan yang jauh dan strategi untuk seluruh perusahaan, manajer di tingkat
yang lebih rendah merencanakan terutama untuk subunit mereka sendiri dan untuk jangka pendek.
variasi dalam tanggung jawab perencanaan tergantung juga pada ukuran perusahaan dan tujuan dan
fungsi spesifik manajer atau kegiatannya.
Oleh karena itu sebuah perusahaan multinasional akan lebih peduli dengan perencanaan
untuk masa depan yang jauh dibandingkan yang dilakukan peritel lokal karena dampak
operasionalnya yang menjangkau hingga keseluruh dunia mungkin lebih kompleks. Beberapa
perusahaan -katakanlah, perusahaan pertambangan, perusahaan penerbangan, departemen militer,
pembangkit listrik- harus membuat komitmen jangka panjang karena tujuan tertentu dan sasaran. Di
sisi lain, toko buku mungkin berkonsentrasi pada target musiman atau tahunan. Masih jenis lainnya
dari perusahaan harus menjaga keseimbangan antara tanggung jawab perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang. Misalnya, karena sering mengubah gaya, produsen pakaian bisa membuat
Maintenance Planning
HP - 28 /179
Rencana 5 tahunan
Rencana tahunan
Rencana 3 bulanan
Rencana mingguan
Rencana harian
Yearly
Develop 5 year
Plan
Quarterly
Planned
Outage
Scheduling
.
Develop Plan of the
Year
Monthly
Yearly PM &
PdM Schedule
& Load
Balancing
Yearly
Maintenance
Budget
Detail Planning
& Scheduling
of individual
Outages
Monthly
Schedule &
Load
Balancing
.
Develop Plan of the
Week
Daily
Work outside
Outages
not urgent
( required after 7
days )
Preventative
Maintenance
Contractor
Corrective
Work outside
Outages
urgent ( required
in less than 7 days )
Preventative
Maintenance
Corrective
Material umum
Maintenance Planning
HP - 29 /179
2.1
Suku cadang
Identifikasi peralatan kritis dan strategis
Layanan dari subkontraktor dan penyedia layanan
Personil pemeliharaan
Jadwal dan kerja shift
Transportasi
Pengujian
Modifikasi Pembangkit
Maksud dari Rencana 5 tahunan adalah untuk menyediakan kerangka kerja kegiatan
pemeliharaan utama yang akan dilakukan dalam periode 5 tahun kedepan. Berlaku sebagai acuan
yang memberikan petunjuk bilamana kegiatan pemeliharaan lainnya bisa dilakukan. Juga berfungsi
sebagai baseline untuk menentukan Daya Mampu Netto (DMN) dari unit pembangkit.
Long Term Planning (Rencana Jangka Panjang) harus dipaparkan kepada Manajer Bidang
Pembangkitan pada akhir bulan April setiap tahun. Meeting review pertama (Yearly Planning
Meeting no.1) harus dijadwalkan empat minggu sebelum presentasi final kepada Manajer Bidang
Pembangkitan. Yang dijadwalkan sebagai Yearly Planning Meeting no.2
Draft Rencana Jangka Panjang harus didistribusikan satu minggu sebelum Meeting Review
pertama.
Rencana produksi 5 tahunan per unit pembangkit dari P3B (PLN Transmisi)
Riwayat jam operasi (EOH- Equivalent Operating Hours) per unit pembangkit
Rencana terakhir pemeliharaan 5 tahunan dari unit pembangkit
Perkiraan planned outage untuk unit pembangkit lain
Riwayat Forced Outage selama 5 tahun ke belakang
Riwayat Derating selama 5 tahun kebelakang
Kapasitas produksi untuk masing-masing unit pembangkit
Maintenance Planning
HP - 30 /179
Improvement Project yang akan dilakukan (Re-desain, upgrade, retrofit dan lainnya)
Jadwal Shutdown/Inspection Major, Intermediate dan Minor, dalam bentuk tanggal
kalender
Kebutuhan bahan bakar dalam 5 tahun kedepan
Kebutuhan peralatan keselamatan kerja
Persyaratan asuransi
Kebutuhan / persyaratan lingkungan hidup
Perencanaan (Rendal Operasi, Rendal Har, Engineering dan Outage Management) harus
mampu berkoordinasi dengan baik dalam melakukan Review rencana 5 tahunan dan menambahkan
perencanaan untuk tahun ke 5 yang baru dengan melakukan hal-hal, sebagai berikut:
Kompilasi jadwal 5 tahunan, untuk mengetahui durasi kebutuhan planned outages (Major,
Intermediate, Minor) dan Improvement Project (Re-desain, upgrade, retrofit dan lainnya)
yang akan dilakukan.
Penetapan Daya Mampu Netto untuk setiap Unit Pembangkit.
Membandingkan Daya Mampu Netto dengan realisasi produksi 5 tahunan terakhir dari
P3B. Menyesuaikan jadwal untuk memenuhi rencana produksi
Jika rencana produksi tidak dapat dipenuhi, maka dilakukan koordinasi penurunan beban /
outage produksi melalui Manajer
Lakukan perkiraan biaya untuk pelaksanaan outages
Identifikasi suku cadang dan kebutuhan material outage, yang membutuhkan waktu
pengadaan (lead time) 12 bulan atau lebih (membutuhkan waktu 12 bulan atau lebih
untuk sampai di lokasi sejak tanggal order dimulai).
Strategi peningkatan Tactical Maintenance
Membuat kompilasi rencana pemeliharaan 5 tahunan (jadwal outage, kebutuhan sumber
daya)
Membuat kompilasi rencana operasi 5 tahunan (jadwal outage)
SDROP
SDAKOR
General Manager
Manajer Operasi
Manajer Pemeliharaan
Manajer Perencanaan
Manajer SDM & Administrasi
Spv Pemeliharaan
Spv Operasi
Engineer Perencanaan
Maintenance Planning
HP - 31 /179
2.1.1
Obtain planning
inputs
2.1.2
Prepare a draft
5-year plan
Current 5 year
plan
Planned
Outages per
unit
Operational
Plan - 5 year
production
plan
(Dispatchers)
History
(Forced &
Maint.
Outages)
Unit Capacities
Major
Modifications /
Upgrades
Other major
events to be
planned for
Fuel Supply
Safety
Insurance
Environment
Draft Schedule
Resource
Requirements
Identify Long
Lead Items &
Services
Engineering
2.1.3
Distribute draft Plan
UP Planning Team
Engineering
2.1.4
Yearly Planning
Meeting no 1
2.1.5
Update 5- year plan
as per minutes of
meeting
UP General Manager
Managers
Ops & Maint Planner
Enjineering
UP General Manager
2.1.6
Distribute Plan
PJB Planning Team
Engineering
2.1.7
Yearly Planning
Meeting no 2:
Approve 5- year
Plan
2.1.8
Update 5- year plan
as per minutes of
meeting
ROP PJB
UP General Manager
Managers
PJB Budgeting,
Financing &
Corporate Planner
Direktorat Niaga
UP General Manager
2.1.9
Distribute Approved
Plan
ROP PJB
UP General Manager
Managers
Engineering
Ops Planner
Maint. Planner
PJB Budgeting &
Corporate Planner
Direktorat Niaga
Maint. Planner
2.1.11
Place orders for
long lead items
(Specific Material)
2.1.1. Untuk membuat dan mereview Rencana produksi dan pemeliharaan jangka panjang
dibutuhkan masukan sebagai berikut:
Maintenance Planning
HP - 32 /179
2.1.2. RenDal Ops, Manajemen Outage dan Enjineering harus mampu berkoordinasi dengan
baik dalam melakukan Review rencana 5 tahunan dan menambahkan perencanaan
untuk tahun ke 5 yang baru.
2.1.3. Draf rencana pemeliharaan dan draf rencana produksi harus didistribusikan pada:
General Manajer UP
Manajer
Manajemen Outage
Enjineering
RenDal Operasi
RenDal Pemeliharaan
Untuk memungkinkan para pihak melakukan review terhadap rencana jangka panjang
dan membuat persiapan untuk meeting review pertama
Maintenance Planning
HP - 33 /179
General Manajer UP
Manajer
Manajemen Outage
Enjineering
RenDal Operasi
RenDal Pemeliharaan
2.1.5. Enjineering harus meng-update rencana jangka panjang dalam waktu 1 minggu setelah
meeting pertama, sesuai dengan hasil Minutes of Meeting
2.1.6. General Manajer UP harus mendistribusikan revisi rencana jangka panjang kepada
anggota Tim Perencanaan PJB setidaknya 2 minggu sebelum Meeting Rencana jangka
panjang tahunan kedua.
2.1.7. Meeting Rencana jangka panjang tahunan kedua (bersama PJB) harus dilakukan untuk
menyetujui rencana operasi dan pemeliharaan jangka panjang.
ROP PJB
General Manajer UP
Manajer Operasi / Pemeliharaan / Operation / Maintenance / Enjineering
Enjineering (Optional)
Rendal Ops (Optional)
Tim Anggaran PJB (AKOR)
Direktorat Niaga
2.1.8. Enjineering akan merevisi rencana jangka panjang dalam waktu 1 minggu setelah
meeting tahunan kedua, sesuai dengan Minutes of Meeting.
2.1.9. Setelah proses persetujuan dan update rencana jangka panjang, rencana-rencana
tersebut harus didistribusikan oleh General Manajer UP kepada:
ROP PJB
Para Manajer
Enjineering
Maintenance Planning
HP - 34 /179
Manajemen Outage
Rendal Operasi
Rendal Pemeliharaan
Tim Anggaran PJB (AKOR)
Direktorat Niaga
2.1.10. Rencana Operasi Jangka Panjang yang telah disetujui harus di cetak dan dipasang pada
papan pengumuman di kantor RenDal Operasi dan Ruang Kontrol.
Rencana Pemeliharaan Jangka Panjang yang telah disetujui harus dicetak dan dipasang
pada papan pengumuman dalam setiap workshop, ruangan Supervisor Senior
Pemeliharaan, Ruangan RenDal Har dan Ruangan Manajemen Outage.
2.1.11. Manajemen Outage harus memastikan bahwa perintah pemesanan barang telah
dikeluarkan untuk item-item critical (suku cadang spesifik) yang memiliki waktu
delivery panjang, seperti telah diketahui dalam langkah 4.1.2. Jika hal ini belum
dilakukan, item-item tersebut tidak akan tersedia ketika dibutuhkan, yang akan
mengakibatkan keterlambatan yang mahal dan sebenarnya tidak perlu terjadi.
Output dari kegiatan ini adalah tersusunnya tabel kegiatan outage selama 5 tahun kedepan
Maintenance Planning
HP - 35 /179
2.2
1. Menyusun RKAP yang akan dipakai sebagai kerangka kerja baseline dalam periode satu tahun
dengan mengacu RJPU yang telah ditetapkan, data operasi dan pemeliharaan tahun berjalan.
Penyusunan RKAP ini meliputi kegiatan item-item sebagai berikut:
Maintenance Planning
HP - 36 /179
Kode Aktifitas, adalah kode pembebanan untuk tiap item kegiatan, misal: 20 untuk PM,
21 untuk PdM atau 22 untuk Cr. Kode aktivitas inilah yang nantinya menjadi pedoman
perhitungan total Maintenance Mix unit.
Uraian, adalah jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Bisa bersifat jasa ataupun material.
Volume, adalah jumlah yang harus dipenuhi (bersifat integer).
Satuan, adalah satuan dari jenis pekerjaan. Contoh: set, lot, ea, M, dll
Total Pemakaian (Laba Rugi). Di kolom ini, data yang diinputkan adalah data rupiah yang
dianggarkan untuk proses pekerjaan yang tertulis di kolom uraian.
o Material, pengadaan ini harus disertai dengan KKO, KKF & KKR
Persediaan, apabila material yang dibutuhkan telah tersedia di gudang
Pengadaan Langsung Pakai, apabila material yang dibutuhkan tidak tersedia di
gudang sehingga harus dipesan terlebih dahulu.
o Jasa, pengadaan ini harus disertai dengan adanya TOR selain KKO, KKF & KKR
o Total. Total biaya yang muncul untuk tiap pekerjaan, gabungan dari biaya Material &
jasa.
Total Pengadaan (Cash Flow)
o Pembayaran Hutang. Apabila ada proses pengadaan yang dilakukan ditahun
sebelumnya dan terealisasi di tahun sebelumnya, namun proses administrasinya
belum terselesaikan ditahun tersebut dikarenakan proses administrasinya baru
selesai setelah tutup buku anggaran, maka biayanya diinputkan di kolom ini.
Material
Jasa
o Material
Pengadaan Langsung Pakai, serupa dengan Pengadaan Langsung Pakai Material
di kolom Total Pemakaian (Laba Rugi)
Persediaan, apabila material yang dipesan direncanakan untuk digunakan
ditahun berikutnya.
o Jumlah Material, total biaya material (pembayaran hutang + pengadaan langsung
pakai + persediaan)
o Jasa
o Jumlah Jasa, total biaya jasa (pembayaran hutang + jasa cash flow)
o Total, total biaya (jumlah material + jumlah jasa)
Persetujuan Proses Kontrak Pengadaan, atau sering disebut dengan istilah Ijin Proses.
Digunakan untuk proses pengadaan dengan waktu levering lama, sehingga proses
pengadaannya dilakukan ditahun ini dengan target levering dan pemasangan di tahun
depan.
Disburse, adalah jadwal bulan realisasi pemakaian laba rugi
Alokasi, adalah yang bertanggung jawab melakukan proses pengadaan
o UP
Maintenance Planning
HP - 37 /179
UPHAR
SDKAL/SPA
Maintenance Planning
HP - 38 /179
Maintenance Planning
HP - 39 /179
2.2.1. Untuk memulai dengan Rencana Tahunan, dibutuhkan sebuah kalender. Buat kalender
yang menunjukkan 52 minggu pada sumbu horizontal.
Lihat Gambar 2.10 untuk contoh kalender.
2.2.2. Pada sumbu vertical dari kalender tersebut, tuliskan berbagai kegiatan outages dan
projects yang akan dilakukan dalam 12 bulan kedepan. (Long Term Plan digunakan
untuk identifikasi jenis-jenis outage dan project yang akan dilakukan dalam 12 bulan
kedepan).
Juga pergunakan Long Term Plan untuk mengindikasikan kapan saja outage ini harus
dilakukan dalam 12 bulan kedepan. Jadwal tersebut digambarkan pada kolom minggu
yang sesuai.
2.2.3. Seluruh kegiatan terjadwal harus di tuliskan pada sumbu vertical kalender. Hal ini
dilakukan dengan cara:
Maintenance Planning
HP - 40 /179
Main Workgroup
PLTU-G
GLTGU
Kemudian tuliskan daftar dari Sub Workgroups (Area Foreman) dalam Workgroup
Utama, contohnya
Main Workgroup
PLTU-G
Sub Workgroup
GMECHU
GELECU
GINSTU
PLTGU
GELECGU
Sub Workgroup
Skill Level
GMECHU
Supevisor
Mech Tech 1
Mech Tech 2
Skill Level
Supervisor
Schedule 1
Schedule 2
Mech Tech 1
Schedule 1
Schedule 2
Maintenance Planning
HP - 41 /179
Load Bearing
Planned Hrs
Planned Hrs
Schedule 1
Schedule 2
Planned Hrs
Planned Hrs
Mech Tech 1
Load Bearing
Planned Hrs
Planned Hrs
Available Hrs
120%
8
4
10
Schedule 1
Schedule 2
Load Bearing
Planned Hrs
Planned Hrs
Available Hrs
30%
5
5
30
Mech Tech 1
2.2.7. Dimana terdapat jam kerja terencana/terjadwal yang lebih dari total jam yang tersedia
(seperti ditentukan pada aktifitas 2.2.6), ketidakseimbangan tersebut harus di
selesaikan dengan cara antara lain:
Menggeser maju atau mundur jadwal yang memiliki frekuensi lebih rendah
(interval panjang), misalnya tahunan atau 6 bulanan.
mengurangi pekerjaan yang memiliki frekuensi tinggi seperti tugas harian atau
mingguan. Misal dengan memperpanjang interval. Hati-hati untuk tidak
memperpanjang interval untuk pekerjaan yang sangat kritikal.
Eliminasi kegiatan yang tidak perlu
Alokasi kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh tenaga kerja yang lebih rendah
kualifikasinya
Teruskan usaha untuk mencari penyelesaian, hingga dicapai sebaran beban kerja yang
dapat diterima, dalam periode 52 minggu.
Maintenance Planning
HP - 42 /179
Personil
Suku cadang
Tools
UPHAR
Kontraktor pihak ke tiga
Kebutuhan peralatan kantor
Dsb.
2.2.11. Plan of The Year harus di review setiap 3 bulan, yaitu pada pertengahan bulan Maret,
Juni, September dan Desember, seperti terlihat pada jadwal meeting pada halaman
12.
Personil berikut harus menghadiri Review Meeting:
Manajer Pemeliharaan
Manajer Enjineering & Staff
Spv Senior MO
Spv Senior Rendal Har
Spv Senior Har M,K,L
Spv Senior Rendal Ops
Maintenance Planning
HP - 43 /179
Sub-Workgroup
Skill Level
W1
W2
W3
W4
W5
W48
W49
W50
W51
W52
GMECHGU
Supervisor
Schedule 1
Schedule 2
Schedule 3
Schedule 4
Total
Available Hrs
Mech Tech 1
Mech Tech 2
Load Bearing
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Load Bearing
Load Bearing
13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7%
53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3%
GELECGU
Supervisor
Schedule 1
Schedule 2
Schedule 3
Schedule 4
Total
Available Hrs
Elec Tech 1
Elec Tech 2
Load Bearing
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Planned Hrs
Load Bearing
Load Bearing
13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3% 13.3%
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7% 56.7%
53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3% 53.3%
2.3
Maksud utama dari Rencana 3 bulanan adalah untuk merencanakan dan menjadwalkan
Outage untuk overhaul dan project besar lain yang akan dilakukan dalam periode 3 bulanan.
Rencana 3 bulanan harus di review setiap bulan, pada akhir bulan.
These move on
with a month from month to
month.
3. Confirm Outages & Projects for Plan of the Quarter window & Start
prepare scope, priorities & Specific Materials for 3rd month in Window
Maintenance Planning
HP - 44 /179
2.4
Manager Sektor/Wilayah
Manager Unit
Manager Pemeliharaan
Manager Perencanaan
Manager Operasi
Manager Administrasi
Pejabat / Panitia Pengadaan
HP - 45 /179
Maintenance Planning
HP - 46 /179
s
y
a
d
n
o
M
2.4.19
Outage Planning
2.4.1
Extract list of work
orders to be started
from next week
onwards
2.4.2
Preventative
Maintenance
Planning
Weekly list of standard PMs
Additional PMs required
Planner
Planner
Planner
y
a
d
s
e
u
T
o
t
s
y
a
d
n
o
M
2.4.3
Corrective
Maintenance
Planning
2.4.6
Is an outage Yes
(maint./ planned)
required to do
a job?
2.4.5
Repair by
Contractor Planning
o
t
y y
a a
d d
s s
e ru
n h
d T
e
W
s
y
a
d
ir
F
No Maint. Outage
2.4.4
Repair by UPHT
Planning
2.4.7
Can it be
Yes
postponed till
next planned
outage?
2.4.8
Update task detail
& Mark WO for next
Planned Outage
2.3.4
No
Planner
Planner
2.4.9
ID additional tasks
(planning
completed) to be
done during Maint.
Outage
2.4.10
Negotiate outage
time & duration with
Ops Planner&
Dispatcher.
Opportunity
Planner
2.4.11
Complete Planning
& Schedule tasks
for next week
Do resource
smoothing
Job Description
Planner
Planner
Ellipse
2.4.12
Upload schedule
into SIT Ellipse
Printer
2.4.13
Print Job Lists for
next week for
review meeting
Planner SpvS
2.4.15
Update & Finalise
Schedules
Maint Manager
Ops Manager
Planner SpvS
Planner
Maint SpvS
Niaga SpvS
Civil SpvS
PDM SpvS
System Owner SpvS
Ops SpvS
Ops PlannerSpvS
Outage SpvS
Purchasing SpvS
Inventory Control SpvS
Laboratorium SpvS
Planner
Ellipse
2.4.16
Approve Work
Orders
Planner SpvS
Planner
Printer
2.4.17
Print Job Cards
PdM Job List
2.4.18
Distribute Job
Cards & PdM Job
List
Maintenance Planning
HP - 47 /179
Kegiatan Plan of The Week harus dilakukan tiap minggu. Dimulai dari hari Senin, dan dilengkapi
hingga hari Kamis minggu depan.
2.4.1. Pada Hari Senin, dari SIT ELLIPSE, ekstrak daftar seluruh WO normal (baru dikerjakan
setelah 7 hari didepan dan tidak tergolong planned outage.
Pisahkan WO per Workgroup:
Preventive Maintenance
Corrective Maintenance
UPHAR Repair
Contractor Repair
Kemudian ikuti proses perencanaan untuk masing-masing workgroup seperti
dijelaskan dibawah ini.
Perencanaan pekerjaan 2.4.2 2.4.5
2.4.1
2.4.2.1
From SIT Ellipse,
Identify Standard
PM Tasks for next
week
Planner
2.4.2.3
From WOs raised ,
Identify PM Tasks
to be done during
next week
Planner
Ellipse
2.4.6
2.4.2.2
Run weekly
Planning process
Maintenance Planning
HP - 48 /179
Planner
Planner
2.4.3.1
From WOs raised,
Identify CM Tasks
to be done from
next week onwards
2.4.1
Supervisor CM
2.4.3.3
Do Field inspection
:
ID Spares, Support
2.4.3.2
Field Inspection
Equipment, People,
Yes
Required?
Time required
Complete Job
Description
No
SpvS
Maintenance
Supervisor CM
2.4.3.4
Material /
services
Required?
Yes
2.4.3.5
Approve
Quantities?
No
Planner
No
Yes
Planner
Ellipse
2.4.3.6
Complete Material/
Services
Requisition
Maint. Manager
2.4.3.8
Requisition
Approved?
Ellipse
2.4.3.7
Approve
Requisition
No
Yes
Planner
Planner
2.4.3.9
All required
Material &
services
Available?
No
2.4.3.10
Initiate
Procurement
Process
Yes
2.4.6
Evaluasi kondisi dari peralatan dan lingkungan yang akan terpengaruh pekerjaan
tsb.
Kebutuhan keselamatan kerja
Semua kebutuhan sukucadang
Semua kebutuhan peralatan pendukung
Semua kebutuhan skill
Estimasi lama pekerjaan
Maintenance Planning
HP - 49 /179
d. Jika dibutuhkan jasa atau material (umum atau spesifik) untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan, langsung ke 2.4.3.e. Jika tidak, berikan hasil inspeksi lapangan
kepada anggota RenDal yng bersangkutan, untuk diteruskan ke 2.4.6
e. Jika dibutuhkan jasa atau material (umum atau spesifik) untuk menyelesaikan
pekerjaan, besarnya jumlah yang dibutuhkan harus disetujui oleh Supervisor Senior
Pemeliharaan (tertuang dalam lembar permintaan jasa/material).
Jika jumlah tersebut tidak disetujui oleh Supervisor Senior Pemeliharaan, Supervisor
Corrective harus me-review ulang dengan kembali ke 2.4.3.c.
Jika jumlah tersebut disetujui, berikan hasil pemeriksaan lapangan beserta daftar
kebutuhan material yang disetujui atau lembar permintaan jasa/material kepada
personil Ren Dal yang bersangkutan, untuk meneruskan dari 2.4.3.f.
f.
Pastikan semua kebutuhan material dan jasa, sesuai kebutuhan pekerjaan, telah
tersedia untuk memulai eksekusi pekerjaan.
Jika seluruh material dan jasa tersedia, teruskan ke 2.4.6, jika tidak, teruskan ke
2.4.3.j untuk membeli kekurangan material dan jasa.
j.
Maintenance Planning
HP - 50 /179
Planner
2.4.4.a
From WOs raised
,
Identify UPHT
Tasks to be done
from next week
onwards
2.4.1
UPHAR
2.4.4.e
Material/ Yes
services
Required?
No
UPHAR
Planner
UPHAR
2.4.4.d
Do Field inspection
:
2.4.4.c
ID
Spares
, Support
Yes
Field
Equipment, People,
Inspection
Time required
Required?
Complete Job
Description
No
2.4.4.b
Notify
UPHAR
UPHAR
2.4.4.f
Approve
Quantities? No
Yes
Planner
UP/UPHAR
Maint. Manager
UP / Technical
Manager UPHAR
Ellipse
Ellipse
2.4.4.g
Complete General/
Specific Material
Requisition
Planner
2.4.4.i
Requisition
Approved?
2.4.4.h
Approve
Requisition
No
Yes
Planner
Planner
2.4.4.j
Material
Available?
No
2.4.4.k
Initiate
Procurement
Process
Yes
UPHAR
2.4.4.l
Prepare& Submit
Quotation
Scope, Schedule
Time required
Cost
2.4.6
a. Identifikasi seluruh WO UPHAR yang akan dikerjakan mulai 7 hari didepan, dari
daftar yang dibuat di 2.4.1.
b. Beritahu UPHAR tentang seluruh WO dengan memberikan seluruh daftar WO
dengan keterangan batas completion date.
c. Jika diperlukan inspeksi lapangan untuk menentukan jenis sparepart, peralatan
pendukung, tenaga kerja, waktu pengerjaan dsb., minta UPHAR untuk melakukannya
dan teruskan ke 2.4.4.d. Jika tidak, terus ke 2.4.4.e
d. Supervisor Senior UPHAR harus melakukan Pemeriksaan Lapangan untuk identifikasi
kebutuhan eksekusi pekerjaan sebagai berikut:
Maintenance Planning
HP - 51 /179
Pastikan SEMUA kebutuhan material dan jasa untuk pelaksanaan pekerjaan telah
tersedia.
Jika semua kebutuhan material dan jasa tersedia, teruskan ke 2.4.4.l, jika belum
tersedia, teruskan ke 2.4.4.k untuk memulai pengadaan material / jasa tersebut.
Lingkup kerja
Jadwal
Lama pekerjaan
Biaya
Maintenance Planning
HP - 52 /179
5.4.1
2.4.5.a
From WOs raised,
Identify Contractor
Tasks to be done
Planner
2 .4.5.b
Compile
specification for
work to be done
Planner
Planner &
Procurement
2.4.5.c
Initiate procurement
process
(incl. service)
2. 4.5.d
Review Offers from
Contractors
HP - 53 /179
5.4.6
Manajer Pemeliharaan
Manajer Operasi
Spv Senior Rendal Har
Spv Senior Har Mesin,Kontrol,Listrik
Spv Senior Rendal Ops
Spv Senior Niaga
Spv Senior Ops
Spv Senior Manajemen Outage
Spv Senior Pengadaan
Spv Senior Inventory Control
Spv Senior System Owner
Spv Senior PDM
Maintenance Planning
HP - 54 /179
2.4.1
Jumlah Resource bidang Instrument PLTU-G untuk minggu depan (25 29 maret 2013) yang
tersedia adalah 8 orang.
Jumlah ManHour yang diperlukan untuk mengerjakan WO PM yang terbit untuk minggu depan
(25 29 maret 2013) sebanyak 100 MH
Jumlah WO yang terbit minggu lalu hingga saat ini (13 20 maret 2013) ada sebanyak 17 WO,
2 WO diantaranya sedang dalam proses pemesanan material & 3 lainnya hanya bisa dikerjakan pada
saat outage, sisanya telah dianalisa dengan breakdown sbb:
Maintenance Planning
HP - 55 /179
Sementara itu, ternyata pada tanggal 15 Maret 2013 ada material datang dan ready dipasang
untuk WO: m, kebutuhan resource nya adalah 2 orang & 2 jam kerja = 4 MH
Dengan data-data seperti diatas, maka penyusunan resource smoothingnya adalah sebagai
berikut:
48 Man Hour
48 Man Hour
48 Man Hour
48 Man Hour
48 Man Hour
1. Buat tabel RS (resource smoothing) untuk seminggu kedepan, dengan jumlah baris sebanyak
total available resource hour / hari, yaitu: 8 orang x 6 jam = 48 MH
Maintenance Planning
HP - 56 /179
HP - 57 /179
1
3
2
4
Gambar 2.21 Screenshoot Modul Work Manager (MSQ740 )
Pilih Exact Match pada pilihan Search Method, lanjutkan dengan menuliskan
workgroup yang akan anda atur. Ketik GPREVU untuk workgroup Gresik PLTU-G
Preventive Maintenance .
Double klik pada lingkaran no.2, maka akan muncul list tanggal mingguan di samping
kanan
Pastikan mencentang Daily Planner
Pilih tanggal untuk hari senin minggu depan, maka akan muncul window baru seperti
gambar dibawah
Maintenance Planning
HP - 58 /179
Load WO PM
Gambar 2.23 Workload
5. Susun WO CR sesuai prioritasnya di sisa hour yang tersedia
Maintenance Planning
HP - 59 /179
d
l
WO Corrective Maintenance
WO Preventive Maintenance
Maintenance Planning
HP - 60 /179
2.5
Tujuan dari Plan of The Day adalah untuk menyiapkan dan merencanakan seluruh kegiatan
pemeliharaan yang bersifat urgent, diluar planned outage dan tidak termasuk dalam Plan of the
Week.
Planner
Daily
Ellipse
2 .5 .15
Outage Planning
Planner
2 .5 .1
2 .5 .2
2 .5 .3
Extract list of urgent
work orders to be
done in next 7 days
(from Morning
Meeting )
2 .5 .4
From WOs raised ,
Identify additional
PM Tasks to be
done today
Additional PMs
required
Planner
2 .5 .5
Corrective
Maintenance
Planning
2. 5 .7
Is a forced
outage required
to do a job ?
Yes
Planner
Planner
2 . 5.8
ID additional tasks
(planning
completed ) to be
done during Forced
Outage
2 .5 . 9
Negotiate outage
time & duration with
Ops Planner &
Dispatcher .
No
2 .5 .6
Repair by U PHT
Planning
Planner
2 .5 .10
Complete Planning
& Schedule tasks
for today
Do resource
smoothing
Job Description
Check with
Weekly Plan
Planner
Ellipse
2. 5. 11
Upload schedule
into SIT Ellips
Planner SpvS
Ellipse
2. 5. 12
Approve Work
Orders
Planner
Printer
2 .5. 13
Print Job Cards
Planner SpvS
2 .5 .14
Distribute Job
Cards
HP - 61 /179
HP - 62 /179
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa seluruh material dan sumber daya
(spares, peralatan pendukung, tenaga kerja, waktu) telah tersedia dengan rincian
pekerjaan yang lengkap, SEBELUM menjadwalkan pekerjaan tersebut dan
menerbitkan Jobcard.
Hal ini akan lebih mengefektifkan penggunaan jam kerja yang terbatas dan
berharga, dengan mengurangi man-hours yang terbuang melalui pencegahan
dimulanya sebuah pekerjaan yang akhirnya tertunda karena tidak ada material
atau sumber daya lainnya.
2.5.4. Identifikasi seluruh WO PM Urgent dari daftar yg dihasilkan pada kegiatan 2.5.3.
2.5.5. Perencanaan pemeliharaan korektif
Planner
Planner
5.5.1
Supervisor CM
5.5.5.3
Do Field inspection:
ID Spares, Support
5.5.5.2
Equipment, People,
Field Inspection
Yes
Time required
Required?
Complete Job
Description
5.5.5.1
From WOs raised,
Identify CM Tasks
to be done from
next week onwards
No
Supervisor CM
5.5.5.4
Material /
services
Required?
SpvS Maint.
Yes
5.5.5.5
Approve
Quantities?
No
Planner
No
Yes
Planner
Ellipse
5.5.5.6
Complete Material /
Services
Requisition
Maint.
Manager
5.5.5.8
Requisition
Approved?
Ellipse
5.5.5.7
Approve
Requisition
No
Yes
Planner
Planner
5.5.5.9
All required
Material &
services
Available?
No
5.5.5.10
Initiate
Procurement
Process
Yes
5.5.7
HP - 63 /179
Maintenance Planning
HP - 64 /179
5.5.1
Planner
5.5.6.1
From WOs raised,
Identify UPHT
Tasks to be done
from next week
onwards
UPHT
UPHT
Planner
5.5.6.3
Yes
Field
Inspection
Required?
5.5.6.2
Notify
UPHT
5.5.6.4
Do Field inspection:
ID Spares, Support
Equipment, People,
Time required
Complete Job
Description
No
UPHT
UPHT
5.5.6.5
Material / Yes
services
Required?
No
5.5.6.6
Approve
Quantities? No
Yes
Planner
UP/UPHT
Ellipse
5.5.6.7
Complete General /
Specific Material
Requisition
Maint Manager
UP / Technical
Manager UPHT
Planner
5.5.6.9
Requisition
Approved?
Ellipse
5.5.6.8
Approve
Requisition
No
Yes
Planner
Planner
5.5.6.10
Material
Available?
No
5.5.6.11
Initiate
Procurement
Process
Yes
UPHT
5.5.6.12
Prepare & Submit
Quotation
Scope, Schedule
Time required
Cost
1. Identifikasi semua WO UPHAR yang urgent, untuk dikerjakan dalam minggu ini, dari
daftar yang didapat pada 2.5.3.
2. Beritahukan UPHAR tentang seluruh WO Urgent dengan memberikan daftar WO dan
tanggal selesai pekerjaan (permintaan).
3. Jika dibutuhkan pemeriksaan lapangan untuk menentukan kebutuhan sukucadang,
peralatan pendukung, tenaga kerja, waktu dsb, minta Supervisor UPHAR untuk
melakukannya, dan teruskan ke 2.5.6.4. Jika tidak, teruskan ke 2.5.6.5.
4. Supervisor UPHAR harus melakukan pemeriksaan lapangan untuk identifikasi
kebutuhan pelaksanaan pekerjaan:
Maintenance Planning
HP - 65 /179
5.5.7
Maintenance Planning
HP - 66 /179
Maintenance Planning
HP - 67 /179
2.6
Sistem Work Order adalah tool paling berharga dalam meningkatkan kualitasi efektivitas dan
produktivitas pemeliharaan. Secara sederhana, sistem tersebut membantu seorang crew
pemeliharaan menambahkan/menyimpan informasi terstandardisasi yang diperlukan dan
mengendalikan semua pekerjaan. Sistem WO dapat menghindari ketidak konsistenan penggunaan
pernyataan verbal, media e-mail, post-it, ataupun penggunaan handphone. Dasar dari sistem WO
adalah format standard informasi dan didisain untuk alur work flow proses pekerjaan. Informasi
yang dibutuhkan harus dalam format yang konsisten (baik di komputer ataupun kertas) adalah
informasi pelaporan, informasi rencana dan informasi feedback. Sistem WO menggunakan form
khusus, penggunaan kode tertentu, dan mengatur proses kerja.
Sistem WO adalah proses yang digunakan bidang pemeliharaan untuk mengendalikan semua
aktivitas pemeliharaan unit pembangkit. Sistem WO membantu unit pembangkit untuk mengawal,
memprioritaskan, merencanakan, menjadwalkan, menganalisa dan mengendalikan aktivitas
pemeliharaan. Fungsi utama penggunaan WO adalah karena kemampuaanya dalam melacak riwayat
pemeliharaan equipment unit pembangkit.
Work Flow Diagram menunjukkan langkah siklus yang terjadi dimulai dari inisiasi penerbitan
WO hingga ke proses penutupan WO. Terkecuali untuk kondisi emergency, aktivitas pemeliharaan
dilakukan melalui perintah verbal, dan kegiatan adminstrasinya menyusul
Unit pembangkit menggunakan form WO sebagai dokumen untuk merekam informasi yang
berkaitan dengan proses eksekusi pekerjaan.
Setelah pekerjaan selesai, form WO yang telah diisi dengan riwayat pekerjaan diinputkan
kedalam sistem untuk membantu pekerjaan yang akan datang. Penggunaan kode difungsikan untuk
memudahkan proses analisa dengan fasilitas sorting. Sebagai contoh, kode WS (waiting shutdown)
memudahkan pencarian untuk WO yang akan dikerjakan pada saat unit sedang outage.
CMMS (Computerized Maintenance Management System) memungkinkan sebuah komputer
untuk melakukan tracking dan menganalisa WO berdasarkan parameter tertentu semisal data
Equipment Number.
Sistem penomeran WO menyediakan metode penandaan untuk setiap WO dengan kode nomer
yang unik untuk memudahkan pemisahaan WO tersebut dengan aktivitas pemeliaharaan yang
lainnya.
Maintenance Planning
HP - 68 /179
3 BAB III :
MAINTENANCE CONTROL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melakukan kontrol perencanaan
Melakukan kontrol penjadwalan
Melakukan kontrol pelaksanaan
Melakukan kontrol RKAP
Bab ini membahas mengenai isu yang paling penting, yaitu: Bagaimana cara meyakinkan bahwa
perencanaan pemeliharaan yang telah dibuat oleh seorang perencana dapat berjalan dengan baik.
Untuk menjelaskan hal ini dengan mudah, ada baiknya kita membaca ilustrasi berikut.
Cerita Restoran
Budi adalah pensiunan PNS, diawal masa pensiunnya dia mengalami sedikit shock karena perubahan
aktivitas yang drastis yang pada akhirnya dia memustukan untuk mengundang teman-temanya untuk
makan siang dengan menyajikan dimsum sambil ngobrol-ngobrol santai. Budi pada dasarnya emang
suka memasak, dan teman-temannya juga menyukai dimsum buatan Budi. Kebiasaan Budi untuk
mengundang teman-temannya akhirnya berkembang menjadi rutinitas, dan teman-temannya sepakat
untuk menyumbangkan sebagian uangnya untuk mengganti biaya dimsum yang disajikan oleh Budi,
apalagi suasana rumah dan masakan dimsum Budi memang sangat lezat. Lama kelamaan pertemuan
tersebut menjadi rutinitas harian, bahkan pada hari libur teman teman Budi juga mengajak temantemannya yang lain. Seseorang akhirnya menyarankan agar Budi membuka sebuah toko kecil agar
mereka bisa lebih nyaman dan tidak sungkan. Kebetulan dana-dana sumbangan teman-teman Budi
untuk biaya memasak dimsum juga sudah terkumpul cukup banyak, akhirnya Budi membuka sebuah
toko kecil dengan lokasi dekat perkantoran tempat teman-temannya bekerja.
Pada awalnya segalanya berjalan seperti biasanya, Budi memasakkan dimsum dan setelahnya ikut
bergabung ngobrol dengan teman-temannya. Kondisi ini bisa dianggap bahwa sebuah perusahaan telah
didirikan dan Budi adalah pemiliknya. Budi melakukan semua tugas yang ada, mulai dari membuka
pintu, memasak dimsum, menyajikan ke meja-meja, membersihkan meja, menyapu lantai,
mengumpulkan uang dari teman-temannya hingga menutup pintu ketika sudah sore dan saatnya
pulang.
Getok tular pun terjadi, teman-teman Budi pada mengajak teman-temannya yang lain, akhirnya
tanggung jawabnya makin besar dan Budi semakin sibuk. Setelah itu Budi hampir tidak punya waktu
untuk ikutan ngobrol dengan teman-temannya, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
membuat dimsum. Hal itu bukan masalah, karena Budi memang suka memasak. Bagaimanapun juga, dia
Maintenance Control
Cerita tentang restoran diatas menjelaskan mengenai perbedaan struktur dasar sebuah
perusahaan yang mungkin terjadi. Masing-masing bisa melakukan tugasnya dengan baik disesuaikan
dengan metode koordinasi yang tepat. Perusahaan adalah sekumpulan orang-orang yang memiliki
tujuan yang sama. Begitu juga dengan kegiatan pemeliharaan di unit pembangkit. Dimana orang-orang
yang berbeda bekerja sama, mereka harus mengkoordinasikan pekerjaannya. Perencanaan
mengkoordinasikan banyak bidang khusus dalam bidang pemeliharaan. Beberapa perusahaan terkadang
menggunakan beberapa bentuk koordinasi yang berbeda pada saat yang bersamaan. Tapi perusahaan
tersebut biasanya menekankan ke satu jenis metode koordinasi yang dominan. Penekanan metode
koordinasi yang tepat pada perusahaan yang tepat akan membuat perusahaan tersebut stabil dan
efektif.
Cerita diatas menggambarkan beberapa bentuk perusahaan sederhana. Yang pertama
ditunjukkan dengan Budi sebagai individu yang melakukan segalanya sendirian. Situasi kedua, Budi dan
Siti bekerjasama dan berfungsi selayaknya adhocracy. Struktur adhocracy dari sebuah perusahaan
terbentuk dari adanya beberapa orang yang berkerja sama secara informal. Sistem adhocracy
mengkoordinasikan semua aktivitasnya melalui percakapan-percakapan sederhana selayaknya
percakapan yang terjadi antara Budi dan Siti mengenai pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan.
Perusahaan berikutnya adalah ketika Budi mengawasi aktivitas Joko, adalah wujud dari struktur
sederhana sebuah perusahaan. Budi menunjukkan aktivitas koordinasi yang selayaknya diperlukan
dengan memberi pengawasan langsung kepada Joko. Berikutnya, perusahaan yang terbentuk pada saat
musim liburan, dimana ada beberapa mahasiswa yang terlibat dengan aktivitas machine bureaucracy.
Machine bureaucracy bertujuan mencapai efisiensi dengan mengkoordinasikan segala sesuatunya
dengan aturan dan prosedur yang baku. Budi menuliskan aturan-aturan untuk para mahasiswa untuk
mengikuti petunjuknya. Adanya beberapa rapat/pertemuan menjadikan standard untuk struktur
perusahaan seperti ini. Tentu saja, ketika lingkungan bisnis menjadi semakin kompleks dan membesar
atau mengalami perubahan yang cepat, peraturan-peraturan itu sendiri bisa menjadi semakin rumit atau
sesuatu yang bakalan sering berubah, menjadikan tipe perusahaan seperti ini tidak banyak disukai.
Ketika siti dan Budi mengubah manajemen restorannya untuk mengijinkan beberapa stafnya untuk
berkreasi secara independen dalam pembuatan dimsum, koordinasi dengan beberapa macam peraturan
akan menjadi tidak berguna. Fokus pada peningkatan skill pegawai menjadi metode koordinasi yang
Maintenance Control
Maintenance Control
Maintenance Control
INDIKATOR
Sebuah pandangan global akan membuat indikator menjadi sesuatu yang penting. Tanpa adanya
perhatian yang menyeluruh pada setiap detil pekerjaan di setiap bidang, seorang manager mungkin
akan menekankan pada beberapa indikator untuk mengendalikan bidang tersebut. Manajer dari setiap
bidang harus bertanggung jawab untuk memunculkan parameter indikator bagi setiap bidang kerjanya.
60
50
40
2008
2009
2010
2011
2012
Maintenance Control
Distribusi kerusakan
Manajemen juga sangat menginginkan adanya indikator sederhana yang merepresentasikan
kondisi aktual distribusi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada masing-masing equipmentnya.
3.1
KONTROL PERENCANAAN
3.1.1
PLANNED COVERAGE
Gambar 3 mengilustrasikan tentang Planned Coverage, sebuah standard pengukuran untuk sistem
perencanaan dan penjadwalan pekerjaan. Manajemen menginginkan agar teknisi menghabiskan lebih
banyak waktu untuk melakukan kegiatan pemeliharaan yang terencana dibandingkan dengan kegiatan
pemeliharaan yang tidak terencana.
Maintenance Control
% Planned Coverage
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop Des
Gb.3 Manajemen menginginkan jam kerja teknisi lebih besar pada aktivitas pemeliharaan terencana
Pengukuran ini merepresentasikan jam kerja dari kegiatan pemeliharaan yang terencana. Jam
kerja sebenarnya diukur dan dibandingkan dengan jam kerja yang direncanakan sebelumnya. Matrik
tersebut menggunakan data actual labor hours sebagai unit yang diukur, bukannya jumlah WO yang
muncul, karena ukuran sebuah WO sangat bervariasi. Sebagai contoh, jenis pekerjaan project biasanya
adalah WO yang lebih besar daripada WO CR. Sebagai tambahan, biasanya WO PM lebih kecil daripada
WO CR. Manajemen menginginkan agar tenaga kerja pemeliharaan menggunakan waktu secara
memadai sesuai dengan tipe WO yang dikerjakan. Untuk itu, matrik yang disusun harus berdasarkan
waktu kerja. Sementara itu, manajemen bisa saja menggunakan data banyaknya WO apabila data waktu
kerja aktual tidak tersedia.
3.1.2
Work Type
Pengukuran ini akan membantu manajemen dalam mengilustrasikan kondisi maintenance mix
yang terjadi secara bulanan dari sudut pandang pertumbuhan Work Order. Keinginan manajemen
adalah agar pertumbuhan WO CR tidak melebihi tingkat 10% dari keseluruhan WO yang terbit.
Dengan indikator ini, manajemen juga bisa melihat kinerja dari bagian Prediktif, harapan
manajemen adalah agar WO Prediktif bisa meningkat hingga mencapai level 50%. Dengan kondisi
tersebut muncul keyakinan bahwa kesehatan unit sudah termonitor dengan baik. Sehingga apabila ada
potensi-potensi kerusakan vital yang mungkin terjadi sudah dapat diprediksi sebelumnya agar dapat
dicarikan jalan penyelesaiannya. Sehingga kemungkinan kerusakan yang mungkin terjadi tidak sampai
berdampak ke kerugian finansial.
Maintenance Control
Gb.4 Manajemen menginginkan pertumbuhan WO CR tidak melebihi 10% dari total WO terbit
3.2
KONTROL PENJADWALAN
3.2.1
SCHEDULE FORECAST
Gambar 5 menjelaskan tentang indikator data perkiraan jam kerja. Perhatikan bahwa grafik
tersebut juga menampilkan data carryover hours. Semakin besar data tersebut menunjukkan bahwa ada
permasalah pada proses penjadwalan.
W2
W3
Paid hours
W4
W5
W6
Available hours
W7
W8
W9
W10
Carryover hours
Gb. 5 Pemeliharaan perlu melihat data trend perkiraan jam kerja untuk membantu mengkoordinasikan
proses penjadwalan
Maintenance Control
3.2.2
Schedule Compliance
Maintenance Control
Maintenance Control
Gb.7 Contoh dari form yang sangat membantu untuk memperkirakan pemenuhan penjadwalan
Maintenance Control
3.3
KONTROL PELAKSANAAN
3.3.1
Maintenance Control
Gb.9 Manajemen menginginkan agar jam kerja untuk pemeliharaan proaktif lebih besar dari jam kerja
pemeliharaan reaktif
Gb.10 Manajemen menginginkan agar total jam kerja reaktif bisa diminamilisir
3.3.2
Maintenance Control
3.3.3
WRENCH TIME
Gb. 11 menampilkan contoh matrik wrench time. Indikator ini digunakan dalam pemeliharaan
untuk mengukur persentase waktu yang benar-benar digunakan oleh teknisi untuk melakukan
pekerjaan. Ini adalah waktu dimana jam kerja seorang tekniksi tidak dipengaruhi penundaan akibat dari
semisal karena adanya pembelian material, pencarian alat-alat atau memikirkan instruksi kerja. Industri
menganggap hal ini sebagai Wrench Time. Dalam sebuah analisa internal perlu dilakukan pengukuran
Wrench Time dengan cara melakukan sampling pekerjaan. Apa yang lebih signifikan daripada waktu
untuk sebuah pekerjaan adalah analisa dari waktu dan kondisi yang menunda seorang teknisi dari
melakukan pekerjaan.
Maintenance Control
MINIFILES MADE
Pembuatan minifiles yang dijelaskan di bab sebelumnya adalah hal yang penting. Seorang
Supervisor Perencana mungkin akan menghitung jumlah dari minifiles setiap bulan di awal bulan sebagai
sebuah rencana yang baru.
Gb. 12 Memastikan perencana memahami pentingnya minifiles dalam sebuah grup perencanaan
3.3.5
3.3.6
Maintenance Control
3.4
KONTROL RKAP
Disini akan dijelaskan secara mendetail tentang aktivitas kontrol RKAP atau lebih tepatnya kontrol
perencaan & penjadwalan yang dilakukan secara bersama-sama untuk memantau perkembangan
rencana dan jadwal pelaksanaan kegiatan RKAP yang sedang berlangsung. Kontrol ini sering disebut
dengan istilah Sistem Tarik RKAP.
Maintenance Control
Maintenance Control
HP III - 86 /179
Kode Aktifitas,
Berisikan kode aktifitas pembebanan biaya yang muncul, pilihannya hanya ada 3 yaitu: PM, PdM
atau EJ
Uraian,
Menjelaskan deskripsi dari kegiatan pemeliharaan atau nama material yang diproses di dalam
RKAP
Spesifikasi TOR,
Memastikan telah dibuatnya TOR dengan melengkapi data nomer WO dan IR/PR
Volume,
Banyaknya project / material yang diproses
Satuan,
Satuan volume yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis pekerjaan terkait
Harga Satuan,
Harga satuan per project / per material
Disburse,
Target pelaksanaan project atau pemasangan material yang diproses
Proses Pengadaan,
Pada kolom ini digunakan metode pewarnaan untuk memberikan informasi secara visual
mengenai status pelaksanaannya. Warna biru berarti project telah terealisasi, warna hijau
berarti progres telah terlaksana dan warna merah berarti progres belum terlaksana.
TOR
Berisikan data tanggal rencana dan realisasi pembuatan TOR
RO
Berisikan data tanggal rencana dan realisasi pembuatan RO
HPS
Berisikan data tanggal rencana dan realisasi pembuatan HPS
Proses Pengadaan
Berisikan data tanggal rencana dan realisasi proses pengadaan
Kontrak
Berisikan data tanggal rencana dan realisasi pembuatan kontrak
Levering
HP IV - 87 /179
Rencana Pemasangan
Berisikan data tanggal rencana pemasangan, apakah masih sama dengan disburse, atau terjadi
keterlambatan.
Realisasi Pemasangan
Realisasi tanggal pemasangan / pelaksanaan project
Keterangan
Keterangan mengenai kendala-kendala yang menyebabkan terhambatnya progres pelaksanaan
PIC
Penanggung jawab project
Kegiatan monitoring progres RKAP ini dilakukan tiap bulan sekali dengan mengundang seluruh
anggota rapat tahunan termasuk para PIC yang terdaftar. Setelah selesai rapat, dokumen worksheet
RKAP hasil rapat terbaru harus dikirimkan keseluruh anggota rapat. Agar pelaksanaan rapat tidak
memakan waktu lama, maka diusahakan agar rapat hanya difokuskan ke pembacaan update terakhir
perkembangan tiap pekerjaan dan juga pembahasan kendala-kendala yang ada apabila ada
pekerjaan yang tidak mengalami progres apapun. Oleh karena itu, user pengelola materi rapat RKAP
harus melakukan aktivitas berikut pada beberapa hari sebelum rapat dimulai:
Teknisnya, seluruh kolom yang akan menjadi check point akan diberi warna merah, sebagai penanda
bahwa titik tersebut belum terlalui. Namun apabila titik tersebut sudah dilalui dengan adanya data
yang jelas, maka kolom tersebut akan diberi warna hijau sebagai penanda yang jelas.
Contoh pembahasan salah satu materi:
Pekerjaan jasa cleaning dan kalibrasi tangki BBM. Yang harus dilakukan oleh pemimpin rapat adalah:
1. Menanyakan kepada PIC terkait apakah sudah dibuatkan WO dan juga PR untuk pekerjaan
tersebut? Apabila sudah, maka data nomer WO dan juga nomer PR dituliskan pada kolom
uraian. Kolom keterangan diisi informasi bahwa TOR sedang disusun, sementara kolom PIC
diisi informasi nama penyusun TOR (user). Kolom WO & PR diberi warna hijau.
2. Menanyakan kepada PIC terkait kapan disburse pekerjaan tersebut? Data tersebut dituliskan
di kolom disburse. Kolom disburse diberi warna hijau
3. Menanyakan kepada PIC terkait apakah TOR sudah disusun dan diserahkan kepada bagian
inventory? Apabila sudah, maka dituliskan tanggal serah terima TOR kepada inventory di
kolom TOR. Kolom keterangan diupdate datanya, dengan mengganti isi yang ada dikolom
tersebut dengan informasi baru yaitu, proses pembuatan RO. Kolom PIC juga diupdate
menjadi nama pembuat RO, yaitu staf bagian inventory. Kolom TOR diberi warna hijau
HP IV - 88 /179
HP IV - 89 /179
4 BAB IV :
BACKLOG MANAGEMENT DAN WPC REPORT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan
backlog management
3. Pendahuluan
WPC
3.1Mampu
merencanakan
aktivitas backlog
relief untuk mengurangi angka backlog
Latar
Belakang Pemeliharaan
dan WPC
Mampu membuat Laporan Pemeliharaan dengan memanfaatkan data di CMMS
4.1
BACKLOG MANAGEMENT
Secara umum, pelaksanaan pemeliharaan mengacu diagram pada gambar 4.1 berikut :
HP IV - 90 /179
HP IV - 91 /179
Ready backlog : pekerjaan backlog yang siap dieksekusi, idealnya bisa selesai dalam 2-4
minggu
Total backlog : ready backlog dan semua WO open, idealnya selesai 4-8 minggu
DESKRIPISI DI ELLIPSE
Planning Process
Catalogue / RO Process
Owner Estimate Price (HPS) Process
Logistic/Procurement Process
Part/Mat/Tools Receiving Process
Waiting for Engineering Analysis
Waiting for Investigation
Waiting for Material Delivery
KATEGORI
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
HP IV - 92 /179
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Total backlog
Ready backlog
Ready backlog
Ready backlog
Ready backlog
Not in Backlog
Not in Backlog
Not in Backlog
Not in Backlog
Not in Backlog
Untuk menyelesaikan WO backlog, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
HP IV - 93 /179
Meyakinkan bahwa tanggal penyelesaian pekerjaan (required by date) realistis dan dapat
tercapai.
Terkait tenggat penyelesaian pekerjaan, jika tim pemeliharaan memang tidak menyelesaikan
pekerjaan dalam rentang waktu yang diberikan, maka Rendalhar diharapkan melakukan
negosiasi dengan bidang operasi mengenai urgensitas pekerjaan apakah masih bisa
diundurkan. Karena jika deadline tidak realistis justru akan menambah panjang daftar WO
backlog.
Memastikan pekerjaan dengan prioritas rendah dapat dikerjakan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
Harus diupayakan pekerjaan prioritas rendah dapat dikerjakan sesuai jadwal. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi beban WO backlog. Daftar backlog diharapkan hanya
menyisakan pekerjaan dengan prioritas tinggi saja.
Perlu diklarifikasikan pekerjaan yang bisa dihandle pihak ketiga
Penyelesaian WO backlog tidak harus dikerjakan sendiri. Tidak ada salahnya sebagian list
pekerjaan backlog dikerjakan pihak ketiga. Kondisi ini dimungkinkan jika resources teknisi
terbatas, scope pekerjaan terlalu sepele, atau justru ketika pengerjaan WO membutuhkan
skill atau peralatan khusus yang hanya dimiliki pihak ketiga.
HP IV - 94 /179
HP IV - 95 /179
Dari persamaan tersebut, angka backlog untuk tim pemeliharaan mekanik pada contoh di
atas adalah sebagai berikut :
=
Backlog
465
140 /
= 3,32 minggu
Angka backlog tersebut dapat diartikan bahwa WO backlog dapat terselesaikan dalam waktu
3,32 minggu (jika dikerjakan tanpa alokasi waktu overtime)
5. Analisis distribusi WO backlog dengan berbagai criteria
Daftar WO backlog dapat diperinci melalui berbagai kriteria sehingga memudahkan arah
koordinasi. Berbagai kategori bisa diterapkan dalam klasifikasi WO backlog, diantaranya :
Planner yang bertanggung jawab (dalam Ellipse : Assign to Person level header WO)
HP IV - 96 /179
6. Assigning WO backlog ke workforce sesuai prioritas dan kemungkinan dari hasil analisa
distribusi.
Langkah terakhir adalah mengeksekusi backlog sesuai bidang yang sesuai. Dalam hal ini,
planner diharapkan berkoordinasi baik dengan supervisor maintenance. Penugasan
diharapkan memperhatikan skill teknisi yang mengerjakan. Setiap kendala yang muncul di
lapangan harus secepatnya dikoordinasikan dengan Rendalhar untuk diambil langkah
penyelesaiannya.
4.2
WPC REPORT
4.2.1
Konsep Laporan
Laporan adalah penjelasan atau pernyataan fakta terkait sebuah permasalahan dengan tujuan
memberikan informasi untuk keperluan pengambilan keputusan dan menentukan tindak lanjut.
Laporan juga merupakan presentasi yang sistematik untuk sebuah fakta yang sudah diyakini
kebenarannya tentang sebuah kegiatan atau permasalahan. Laporan bermanfaat sebagai pedoman
bagi otoritas yang lebih tinggi termasuk manajemen perusahaan maupun direktur karena di
dalamnya mencakup keputusan berdasar waktu dan tindak lanjut yang terukur.
Karakteristik laporan meliputi :
1. Singkat tapi lengkap
Laporan adalah dokumen yang padat namun harus lengkap yang memberikan update informasi
tentang permasalahan yang spesifik.
2. Menguraikan fakta yang sistematis
Laporan berisikan fakta, analisis, kesimpulan, dan rekomendasi. Penulisan laporan diawali
dengan studi tentang permasalahan melalui investigasi, menganalisis infromasi yang terkait
dengan permasalahan, baru dilanjutkan dengan menuliskan laporan. Laporan hendaknya
didukung dengan fakta dan bukti, dan tidak boleh tercampur dengan imajinasi penulis laporan.
3. Disiapkan dalam format tertulis
Laporan biasanya disampaikan dalam format tertulis. Laporan tertulis bermanfaat sebagai
referensi karena berisi dokumen yang padat, lengkap dan bersifat self-explanatory dalam
sebuah periode waktu yang panjang. Laporan bisa saja disampaikan secara lisan jika terkait
permasalahan yang rahasia.
4. Menyediakan informasi dan pedoman
Backlog Management & WPC Report
HP IV - 97 /179
5.
6.
7.
8.
Laporan merupakan dokumen berharga yang memberikan informasi maupun pdoman bagi
manajemen terkait dengan penggambaran kebijakan mendatang. Hal ini memfasilitasi
perencanaan dan pengambilan keputusan. Laporan juga bermanfaat sebagai problem solving
yang akan dihadapi perusahaan.
Merupakan dokumen yang bersifat self-explanatory
Laporan merupakah dokumen yang bersifat komprehensif dan mencakup semua aspek
permasalahan yang dikaji. Bersifat mampu menjelaskan sendiri tanpa harus ada pihak lain yang
menjelaskan.
Berfungsi sebagai alat komunikasi internal
Dalam sebuah organisasi, laporan meruapakan tool komunikasi yang efektif antara top
manajemen dengan semua bagian di bawahnya. Hal ini memberikan feedback kepada kepada
karyawan dan manajemen untuk sebuah pengambilan keputusan. Laporan biasanya dilaporkan
kepada otoritas yang lebih tinggi, ini merupakan contoh upward communication. Di sisi lain,
laporan kadang berasal dari manajemen ke struktru di bawahnya yang merupakan downward
communication. Laporan bisa juga bersifat ke samping, yaitu dikirimkan ke shareholder atau
pihak lain yang terkait dengan perusahaan. Ini menunjukkan bahwa laporan bertindak seperti
tulang punggung dalam sebuah komunikasi organisasi.
Berfungsi sebagai rekaman permanen
Sebuah laporan menyediakan rekaman permanen terkait permasalahan tertentu. Ini
bermanfaat untuk referensi dan pedoman pada masa mendatang.
Memakan waktu dan mahal
Penulisan laporan membutuhkan banyak waktu dan mahal biayanya karena melibatkan
pengumpulan fakta, penggambaran kesimpulan, dan membuat rekomendasi. Untuk itu laporan
harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
A. Laporan Pemeliharaan
SK Direksi No 033.K/010/DIR/2013 tentang Pedoman Penilaian Kontrak Kinerja Unit dan BPWC
PT PJB tahun 2013 menjelaskan laporan pemeliharaan sebagai laporan bulanan yang disusun
sebagai executive summary ke manajer pemeliharaan. Level 5 pada maturity level menjelaskan
syarat laporan pemeliharaan yang baik adalah Laporan pemeliharaan sudah dibuat secara rutin
yang berisi seluruh KPI dan infromasi lain di bidang pemeliharaan dan sudah dijadikan sebagai bahan
manajemen (manajerpemeliharaan) dalam pengambilan keputusan
Penjelasan di atas memberikan informasi sebagai berikut :
1. Dibuat rutin sebulan sekali, range waktu yang dilaporkan bisa bersifat bulanan atau
merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya
2. Laporan pemeliharaan berisi :
KPI pemeliharaan (akan dibahas pada bab selanjutnya)
Informasi lain di bidang pemeliharaan.
3. Dimanfaatkan Manajer Pemeliharaan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Secara korporat belum ada format standar untuk laporan pemeliharaan, masing-masing unit bisa
mengembangkan laporan pemeliharaan sendiri disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya.
Sebagai contoh, laporan pemeliharaan UP Brantas terdiri atas bagian-bagian berikut :
HP IV - 98 /179
HP IV - 99 /179
Dalam aktivitas keseharian, pengguna mengoperasikan aplikasi front end. Adanya beberapa
modul seperti MSQ620, MSO627, MSQ690, dan seterusnya merupakan aplikasi front end. Sedangkan
database tersimpan di server Kantor Pusat. Dari database itu, data bisa diolah menjadi report sesuai
keinginan.
KPI merupakan indikasi keberhasilan suatu bisnis proses, biasanya merupakan angka pasti yang
didapat dari hasil perhitungan. Untuk WPC, semua data yang dibutuhkan dalam mengolah KPI telah
tersedia di Ellipse.
Ada beberapa metoda untuk membuat reporting dari sebuah database. Yang lazim digunakan di
PT PJB dapat dijelaskan pada gambar 4.7. Bahasa yang digunakan untuk melakukan query data di
database adalah SQL (Structured Query Language).
HP IV - 100 /179
Gambar 4.7 di atas menjelaskan metoda Ellipse reporting yang dapat ditempuh melalui
beberapa cara berikut :
a. Ellipse reporting menggunakan MIMSVU
MIMSVU merupakan aplikasi tambahan yang disediakan Mincom untuk mengolah data
yang ada di database Ellipse (proses query). Di dalamnya terdapat fitur untuk membuat filter
sesuai yang diinginkan. Berikut tampilan MIMSVU untuk melakukan costumize query.
HP IV - 101 /179
Data yang sudah ditarik MIMSVU selanjutnya di-export ke MS Excel untuk diolah lebih
lanjut sesuai kebutuhan.
HP IV - 102 /179
HP IV - 103 /179
5 BAB V :
MATURITY LEVEL DAN KPI WPC
TUJUAN PEMBELAJARAN
Melakukan pengukuran maturity level WPC
Melakukan pengukuran Key Performance Indicator (KPI) WPC
Membuat strategi peningkatan maturity level dan KPI WPC
5.1
Sesuai SK No 033.K/010/DIR/2013 tentang Pedoman Penilaian Kontrak Kinerja Unit dan BPWC PT
PJB tahun 2013, kinerja proses (maturity level) Work Planning and Control (WPC) adalah sebagai
berikut :
NO
1.
AREA
SUB AREA
WPC Identifikasi a. Efektivitas
Pekerjaan
Permintaan
Pekerjaan
2.
WPC Daily-Weekly a.
Planning
DESKRIPSI
Apakah seluruh permintaan pekerjaan
sudah dilakukan secara on-line (melalui
EAMS/Ellipse/ SIT) :
Laporan erusakan/ketidaknormalan
operator (ILS)
Usulan perbaikan, dll
Deskripsi permintaan pekerjaan yang
tertulis dalam ILS :
Deskripsi
kerusakan,
dampak
kerusakan dan kondisi yang
diinginkan.
Status peralatan (normal, urgent,
emergency)
Equipment number/reference (Plant
number) dan lokasi
Deviasi terhadap nilai standard
(data
commisioning/
overhaul
terakhir)
Foto/ dokumen tambahan
Morning Meeting Persiapan:
Efektivitas
Plant status dari Supervisor Shift
Operasi.
Daftar ILS beserta dokumen terkait
Daftar seluruh WO urgent/ normal
yang backlog/ peluang backlog
beserta progresnya
Jadwal outage unit (PO, MO, RSH)
Agenda :
Informasi "plant status" unit
Informasi pola pembebanan unit
Mereview emergencywork
Merubah ILS menjadi WO (prioritas
HP V - 104 /179
AREA
DESKRIPSI
dan
tanggal selesai)
Mereview
WO
yang
sudah
dipersiapkan
Menyampaikan rencana pekerjaan
dan WO yang akan dikerjakan hari ini
dan setelahnya
Pelaksanaan :
Hasil dari morning meeting dan
lingkungan
pendukungnya (notulensi, kehadiran,
gangguan telpon, keluar masuk, debat
kusir, dll)
b. Work Order Status Pemahaman informasi mengenai seluruh
Work Order: status, progress dan personel
yang bertanggung jawab.
c. Penggalian
Efektifitas penggalian informasi untuk
Informasi
untuk kelengkapan WO, antara lain: lingkup,
Kelengkapan WO
safety issue,spare/material, skill &
manhours, special tool/equipment, job
task/instruction & post maintenance
testing.Apakah
pekerjaan
harus
mematikan equipment ataukah tidak.
Koordinasi Rendal Har dan eksekutor
pemeliharaan
d. Kualitas WO (work Kelengkapan work package sesuai dengan
pacage
kebutuhan WO :
Labor/ man hour
Job instruction
Material/spare part (Bill of Material)
Spesial tool
Post maintenance
Testing
Safety requirement
3.
WPC
SUB AREA
HP V - 105 /179
5.2
Sesuai Panduan Kontrak Kinerja PT PJB tahun 2013, kinerja proses (maturity level) Work Planning
and Control (WPC) adalah sebagai berikut :
5.2.1
100 %
HP V - 106 /179
100 %
Agar tidak terjadi pembagian dengan angka 0, jika durasi rencana adalah sehari
(plan start date dan plan finish date sama), maka buat pengecualian bahwa
durasi rencana = 1
Scheduling compliance < 100 %, artinya planner over estimate yang
menandakan dia mengalokasikan waktu terlalu banyak. Sebaliknya jika
Scheduling compliance > 100 %, artinya planner under estimate yang
menandakan dia mengalokasikan waktu terlalu sedikit
HP V - 107 /179
5.2.2
HP V - 108 /179
Tarik data transaksi keuangan dari Ellipse tabel MSF900 atau dari MSF960 dalam
range waktu tertentu
Klasifikasi jenis pemeliharaan bisa menggunakan segment keenam cost center
atau menggunakan maintenance type pada WO (MSF620).
Lakukan klasifikasi berdasar kategori, terencana : PM,PdM, EJ/ PAM, OH sedang
tidak terencana: CR, EM, Breakdown.
Lakukan penjumlahan field AMOUNT_ITEMX jika mengambil data dari MSF
960 atau tran_amount jika mengambil data dari MSF900, sesuai klasifikasi
maintenance type di atas
Maintenance mix dihitung dengan rumus
=
100 %
( + )
HP V - 109 /179
6 BAB VI :
WORKSHOP PERENCANAAN PEKERJAAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mampu memimpin pelaksanaan workshop perencanaan pekerjaan sampai menghasilkan
keputusan yang siap dieksekusi
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, satu elemen penting dalam pemeliharaan
adalah planning (perencanaan). Mengingat sangat pentingnya perencanaan, Richard D. Palmer
(2006) bahkan mensyaratkan tim pemeliharaan dan planner harus dipisahkan dalam dua bidang
yang berbeda. Hal ini sangat bermanfaat untuk menyeimbangkan antara perencanaan dan eksekusi.
Ketika kedua fungsi ini dijalankan di satu bagian organisasi, evaluasi akan susah dilakukan. PJB pun
concern dengan prinsip ini. Di struktur organisasi PJB ada bidang Rendalhar sebagai perencana
pekerjaan dan tim pemeliharaan sebagai eksekutor.
Pemisahan ke dalam dua bidang yang berbeda ini juga tidak berarti tanpa kendala.
Permasalahan terbesar biasanya terletak pada rantai komunikasi yang tidak tersambung dengan
baik. Komunikasi memegang peranan penting penting dalam kesuksesan kegiatan pemeliharaan.
Project Management Body of Knowledge (PMBOK) menyatakan, project manager tidak dituntut
menguasai detail teknis lapangan, namun dia harus lebih concern membangun komunikasi. Lebih
lanjut PMBOK menegaskan, keberhasilan sebuah project, 90 %-nya ditentukan oleh komunikasi.
Kendati demikian, bab ini tidak bermaksud membicarakan bagaimana berkomunikasi yang baik
karena telah dibahas pada pelatihan tersendiri.
Dengan komunikasi itulah, meski seorang planner lebih banyak waktunya dihabiskan bekerja
dengan CMMS, dia tetap bisa merencanakan pekerjaan secara akurat. Seorang planner tidak harus
sangat paham dengan eksekusi pekerjaan pemeliharaan di lapangan. Namun dia dapat
mengumpulkan informasi dari orang-orang yang expert di bidangnya, untuk kemudian
diformulasikan menjadi satu paket pekerjaan (work package) untuk dieksekusi.
Perencanaan pemeliharaan merupakan aktivitas multidisiplin. Masing-masing bidang terkait
diharap memberikan kontribusi maksimal sehingga dihasilkan keputusan yang valid. Media yang
biasa digunakan untuk ajang komunikasi lintas bidang ini adalah workshop, dimana pada workshop
tersebut Rendalhar berfungsi layaknya event organizer (EO).
Tidak semua pekerjaan harus direncanakan dalam sebuah workshop. Untuk pekerjaan kecil
yang teknisi sudah biasa mengerjakan, ataupun pekerjaan yang sifatnya rutin, sudah ada template
atau standar pekerjaannya. Seorang planner tinggal mengekstrak dari bank planning dan
melakukan assigning ke tim pemeliharaan. Yang dilakukan hanya melakukan review rutin, apakah
standar yang dimiliki masih relevan dengan kondisi terkini.
Namun untuk pekerjaan yang sifatnya baru, kompleks, atau bersifat project (dibatasi pada
rentang waktu tertentu), workshop planning mutlak diperlukan.
HP VI - 110 /179
Rendalhar
Seperti telah disinggung sebelumnya, Rendalhar adalah owner workshop. Sebagai planner,
Rendalhar harus mampu menggali informasi sebanyak-banyaknya, menjadi mediator jika ada
perbedaan pendapat, membuat kesimpulan, dan bahkan adakalanya harus memutuskan.
Disamping itu Rendalhar dirasa penting untuik memberikan informasi yang terkait dengan data
di CMMS maupun ketersediaan anggaran.
Rendalops/Niaga
Bidang ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola pengoperasian pembangkit,
urgensi pekerjaan terhadap unit, dan strategi operasi saat pekerjaan berlangsung. Disamping
itu juga diperlukan pertimbangan penjadwalan terkait dengan kinerja operasi (misalnya potensi
kehilangan EAF). Jika pekerjaan akan berpengaruh ke sistem transmisi, Rendalops/niaga yang
bertugas melakukan negosiasi dan membuat perijinan.
Operator
Fungsi operator sebetulnya hampir sama dengan Rendalops/Niaga, tetapi operator diharapkan
dapat memberikan pertimbangan yang sifatnya lebih teknis di lapangan.
Outage Management
Yang diperlukan dari Outage Management adalah informasi jadwal overhaul, kepastian apakah
rencana pekerjaan sudah masuk dalam scope overhaul periode terdekat, dan kemungkinan
overlapping perencanaan.
Teknisi
Teknisi diharapkan berkontribusi menjelaskan riwayat pemeliharaan terdahulu, pertimbangan
teknis untuk eksekusi pekerjaan, daftar material/part yang dibutuhkan, dan special tool yang
diperlukan. Kebutuhan resources, baik dari tingkat skill, jumlah orang, dan jumlah jamnya akan
dapat diterangkan teknisi dengan lebih gamblang. Dari sini, Rendalhar lebih mudah membuat
perencaan waktu.
LK3
Aspek keselamatan kerja sangat lekat dengan regulasi yang tidak boleh dilanggar.
Pertimbangan dari Bidang Safety sangat diperlukan agar pekerjaan seusai dengan kaidah K3.
Safety diharapkan dapat menguraikan kajian Job Safety Analysis (JSA) yang berisi potensi
bahaya pada setiap langkah kerja termasuk mitigasi yang harus disiapkan agar potensi tersebut
bida direduksi. Safety-lah yang memutuskan apakah pekerjaan boleh dikerjakan atau tidak.
Enjinering
Enjinering sebagai think tank, diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengacu pada
kajian yang telah mereka lakukan. Rekomendasi Enjinering bisa bersifat desain, rekayasa, atau
memberikan fatwa terhadap rencana pekerjaan terkait dampak teknis pada peralatan. Fungsi
Laboratorium juga bisa diikutkan dalam workshop jika diperlukan pertimbangan dari aspek
kimia.
Inventory/Pengadaan
Bidang Inventory maupun Pengadaan merupakan representasi dukungan Suply Chain
Management (SCM) terhadap pemeliharaan. Misalnya ketika ada kebutuhan part, mereka bisa
menunjukkan ketersediannya di gudang. Atau ketika harus order, dapat diinformasikan berapa
lama perkiraan barang datang.
HP VI - 111 /179
UPHAR
Kehadiran UPHAR dibutuhkan jika eksekusi pekerjaan memerlukan bantuan mereka. Dengan
mengikuti workshop, Bidang Resources Planning UPHT/UPHB akan segera dapat membuat
perencaan crew, helper, maupun peralatan/material yang diperlukan.
Pengambil keputusan
Ini adalah bagian terpenting dari workshop. Karena banyaknya pendapat dan masing-masing
pihak tidak mau mengalah, kadangkala workshop gagal menghasilkan keputusan jitu. Untuk
itulah diperlukan decision maker sebagai penengah. Posisi pengambil keputusan dirasa penting
jika pekerjaan yang direncakan memiliki risiko tinggi. Pengambil keputusan yang harus hadir
dalam workshop bersifat relatif tergantung kompleksitas pekerjaan. Biasanya di level Manajer
atau General Manager (GM).
Dalam workshop perencanaan, beberapa item yang harus disepakati diantaranya :
1. Scope Pekerjaan
Aspek ini merupakan keputusan paling krusial dalam workshop. Scope of work menjelaskan
apa yang harus dikerjakan, dan apa yang tidak perlu dikerjakan. Inputan mengenai scope
pekerjaan bisa berasal dari :
- Kondisi operasi
- Durasi yang diijinkan
- Riwayat pemeliharaan terdahulu
- Ketersediaan anggaran
- Rekomendasi Eninering
- Pertimbangan safety
- Ketersediaan sumber daya (orang,material, tool, teknlogi, dll)
2. Detail Pekerjaan
Setelah scope jelas, yang diperlukan selanjutnya adalah pendetailan dalam task-task yang siap
dieksekusi. Termasuk di dalamnya metoda maupun teknologi yang akan digunakan. Inputan
detail pekerjaan hendaknya divalidasi oleh Enjinering. Detail pekerjaan terdiri atas :
- Pekerjaan pendahuluan
- Pekerjaan inti
- Pekerjaan penutup
- Standar performance test
3. Penjadwalan dan Strategi Operasi
Ini terkait dengan pertimbangan operasi, misalnya apakah pekerjaan akan dikerjakan pada
saat overhaul, shut down unit (MOH), atau cukup dengan derating saja. Juga terkait berapa
durasi waktu maksimal yang diijinkan.
4. Kebutuhan Part/Material
Kebutuhan part/material harus detail mencakup spesifikasi maupun jumlahnya. Apakah
tersedia di gudang ataukah harus order.
5. Kebutuhan Tool
Tool juga harus jelas spesifikasinya, ketersediaannya (punya sendiri, perlu sewa, atau harus
beli)
HP VI - 112 /179
HP VI - 113 /179
7 SUPLEMEN A :
PENGOPERASIAN MODUL WORK ORDER DI ELLIPSE
a. Maintain Incident Logsheets MSO627
Tujuan
Layar ini digunakan dalam mengoperasikan sub-menu dan memperbaharui layar, guna
memelihara informasi Incident Work Order. Layar ini dapat digunakan untuk membuat (Create),
memperbaharui (Modify), atau menghapus (Delete) Incident Logsheet.
Petunjuk Pengisian Layar
Berikut ini adalah informasi yang dapat dimasukkan pada layar.
Nama Field
Keterangan
Catatan
Option
(Harus diisi)
Work Group
(Harus diisi)
Date
harus
Shift
(Tidak
diisi)
harus
Originator
harus
Equipment
Masukkan nomor Alat atau referensi Alat (Plant (Tidak
Number
or Structure Number).
diisi)
Reference
Harus
Keterangan
Catatan
Incident
Status
Tujuan
Layar ini digunakan untuk membuat, memperbaharui, atau menghapus data logsheet, yang
dicatat dalam suatu shift dalam Work Group. Perintah Kerja sesuai insiden yang ingin
ditindaklanjuti dapat dibuat melalui kode perintah.
Petunjuk Pengisian Layar
Berikut ini adalah informasi yang dapat dimasukkan pada layar.
Nama Field
Work
Prefix
Keterangan
Catatan
(Tidak
diisi)
harus
Start Time
harus
Incident
Description
MT
(Maint. Masukkan jenis Maintenance sesuai Table File MT.
Type)
(Harus diisi)
Orig
ID Masukkan petugas yang melakukan pencatatan (Harus diisi)
(Originator ID) insiden (incident) sesuai dengan Responsibility Code.
End Time
harus
Keterangan
Catatan
ingin dicatat.
diisi)
Equipment
Masukkan nomor Alat atau referensi Alat (Plant
Number
or Structure Number).
Reference
Component
Code
Modifier Code
JDC
(Job Masukkan kode lamanya aktifitas yang ingin dicatat.
Duration
Harus diisi jika Perintah Kerja akan dibuat.
Code)
Dur
Hrs Masukkan nilai antara 0 sampai 99999.95 atau (Tidak
(Duration
masukkan waktu dalam format HH:MM, sebagai diisi)
Hours)
indikasi jumlah jam yang digunakan selama insiden
(incident).
harus
Standard Job
harus
Corrective
Action
Action Code
Action Menu
Tekan menu items atau klik kanan salah satu row dan klik action untuk mengeluarkan tabletable yang berlaku.
Keterangan
Membuat Perintah Kerja secara otomatis menggunakan deskripsi standar
Membuat Perintah Kerja secara otomatis menggunakan deskripsi insiden
Menutup insiden
Isikan option 1 dan tuliskan nomor Work Order tersebut di dalam field Work Order. Tekan
tombol OK.
Detail Informasi Work Order Tab Definition
MSM621A
Tekan tombol OK, lalu pilih task yang ingin dilihat detailnya.
Anda dapat melihat layar-layar pada Work Order Task Information. Dalam hal ini, kita
biarkan field Work Order Task kosong sehingga kita dapat me-review semua tugas dari Work
Order itu.
Work Order Summary Information
Option nomor 3 dapat digunakan jika Anda tidak mengetahui nomor Work Order yang ingin
Anda review secara lengkap. Dalam hal itu, Anda dapat menyaring search dan kemudian
memilih Work Order yang ingin Anda review.
Gunakan option nomor 3 dan coba untuk menyaring search tersebut dengan mengisikan
beberapa dari pilihanpilihan yang ada seperti WO Status, Equipment Search Type, dan
Equipment Search Key.
Anda dapat melihat layar MSM621D dan informasi lainnya. Layar ini akan memungkinkan
Anda untuk me-review Work Order khusus yang telah Anda pilih.
Work Group Task Information
Option terakhir untuk me-review Work order adalah Work Group Task Information. Option
ini akan memungkinkan Anda me-review semua Work Order Task Information yang telah
dibuat untuk Work Group khusus itu.
Anda dapat melihat layar MSM62MA. Layar ini akan memungkinkan Anda untuk me-review
Work Order Task yang ada yang memiliki Work Group khusus yang telah Anda pilih.
Pilih satu Work Order, klik kanan dan klik action kemudian pilih option untuk me-review
layar Work Order Task Information.
Anda dapat melihat Work Order Task Information untuk Work Order dan Task yang telah
Anda pilih. Tekan tombol OK untuk keluar dari layar ini.
Tujuan
Layar ini berisi informasi yang berkaitan dengan perencanaan suatu pekerjaan.
Petunjuk Pengisian Layar
Berikut ini adalah informasi yang dapat dimasukkan pada layar.
Nama Field
Work
Type
Keterangan
Catatan
Maint. Type.
Component
Code
Modifier Code
Planners
Keterangan
Priority
Arti dari tiap skala dapat dilihat pada Table File PY.
Units of Work
Catatan
satuan
unit
kerja
yang
Nama Field
Keterangan
Completion
Code
Completed By
Completed
Date
Date Out of
Service
Catatan
spare
part
yang
8 SUPLEMEN B :
MEMAHAMI KODE PERKIRAAN DALAM PEMELIHARAAN
Aktivitas pemeliharaan tidak bisa dilepaskan dengan anggaran dan biaya. Karena lebih dari 80 %
RKAP biasanya terserap ke pemeliharaan, baik yang sifatnya overhaul, project maupun jenis
pemeliharaan yang lain. Costing yang tepat juga akan memudahkan planner dalam merencanakan
aktivitas pemeliharaan.
Dalam CMMS, ada satu field yang disebut cost center (cost allocation di Ellipse, atau GL account
di Maximo). Cost center merupakan serangkaian kode alfanumerik yang menunjukkan alokasi setiap
transaksi keuangan. Terkait konsep manajemen asset, cost center biasanya langsung dilekatkan
dengan masing-masing asset. Artinya setiap asset memiliki cost center sendiri-sendiri. Dengan
begitu, seorang planner dapat dengan mudah melakukan tracing equipment berdasar konsumsi
cost-nya.
Struktur cost center di PJB ditunjukkan dengan gambar B.1.
Segment I
: Distrik
Menunjukkan kode distrik, misalnya G untuk Gresik, B untuk Brantas, dan seterusnya
Segment II
: Fungsi
Menunjukkan entitas pembangkit, sesuai kondisi pembangkit masing-masing. Contohnya di
UP Gresik berlaku kode berikut :
13
= PLTU Gas
14
= PLTU Minyak
15
= PLTG Gas
16
= PLTG Minyak
17
= PLTGU
31
= Tata Usaha
Segment III
: Lokasi
Menunjukkan lokasi pembangkit berada. Sebagai contoh di UP Gresik :
16
= Gresik
19
= Gili Timur
Untuk UP Brantas, segment ini cukup penting karena penanda PLTA ditunjukkan pada
segment ini.
Segment IV
: Unit
Menunjukan sekuensial unit pembangkit, Contoh untuk UP Gresik
00
01
02
03
04
10
11
12
13
20
21
22
23
30
31
32
33
= Unit Common
= Unit 1
= Unit 2
= Unit 3
= Unit 4
= Unit ST Blok 1
= Unit GT 1 Blok 1
= Unit GT 2 Blok 1
= Unit GT 3 Blok 1
= Unit ST Blok 2
= Unit GT 1 Blok 2
= Unit GT 2 Blok 2
= Unit GT 3 Blok 2
= Unit ST Blok 3
= Unit GT 1 Blok 3
= Unit GT 2 Blok 3
= Unit GT 3 Blok 3
Segment V
: Sub Unit
Menunjukkan system peralatan, contohnya di UP Gresik :
01
03
04
05
06
07
Turbin
Generator
Boiler
Hydrogen Plant
Chlorination Plant
Waste Water Plant
Segment VI
: Aktivitas
Kode segment ini sama dengan maintenance type yang ada pada modul work order. Untuk
kode aktivitas ini berlaku generik untuk semua UP, yaitu :
20
21
22
23
24
25
26
Preventive Maintenance
Predictive Maintenance
Corrective Maintenance
Emergency Maintenance
Overhaul / Inspection
Repair / Breakdown Maintenance
Engineering / Project / Modification
Untuk expense element, bidang pemeliharaan hanya menggunakan dua kode, E untuk material
dan F untuk jasa. Sistem pengkodeannya sebagai berikut :
Material
E201
E202
E203
E204
Jasa
F101
F102
F104
F105
F106
F107
= Gresik
= PLTGU
= Gresik
= Unit GT 1.1
= Boiler
= Project
= Suku Cadang Mesin
[Pekerjaan pemeliharaan tipe project di boiler GT 1.1 UP Gresik dengan material suku cadang mesin]
Pemanfaatan kode perkiraan dalam pemeliharaan di antaranya :
1. Menghitung maintenance mix cost, yang akan dibahas pada bab KPI WPC.
2. Membuat Pareto Maintence Cost (PMC), yang akan dibahas pada bab lain.
3. Melakukan benchmark konsumsi cost antar equipment
Sebagai contoh, hierarki equipment untuk PLTU Gresik # 1, 2 (satu entitas, 2 x 100 MW)
ditunjukkan pada gambar B.3
9 SUPLEMEN C :
PARETO MAINTENANCE COST
Pareto merupakan salah satu bagian program OPI Analysis bidang technical system yang
diimplementasikan di PLN, diantaranya OEE, pareto analysis, sampai idea generation. Pareto analysis
merupakan tindak lanjut dari analisa OEE. Nilai OEE hanya sebagai indikator kesehatan peralatan
pembangkit, sedangkan breakdown untuk melakukan analisa lanjutan digunakan Pareto Analisis.
Pareto Analisis akan mem-breakdown peralatan mana saja di pembangkit yang loss output,
maintenance cost, dan failure ratenya tinggi. Dengan melakukan Pareto Analisa kita bisa
mendapatkan informasi yang lebih objektif mengenai keterkaitan antara tingkat kesiapan dan
kehandalan peralatan pembangkit dengan strategi operasi dan pemeliharan yang kita lakukan.
Seringkali kita merasa sudah menerapkan strategi maintenance mix yang bagus, namun hasil di
lapangan masih sering terjadi gangguan yang berpengaruh pada EAF dan EFOR kita. Hal ini terjadi
karena biasanya kita hanya hanya berfokus pada peralatan kritikal saja. Planned Maintenance
banyak kita arahkan pada peralatan utama dan kritikal saja yang tingkat kehandalan dan
kesiapannya sebenarnya sudah tinggi, tetapi kita tidak pernah menganalisa peralatan-peralatan
penunjang lainnnya yang sebenarnya justru berpengaruh besar pada tingkat kesiapan dan
kehandalan pembangkit kita.
Pareto Analisa dibagi dua, Pareto Loss Output dan Pareto Maintenance Cost. Pareto Loss
Output analisa dilakukan dengan berbasis pada data operasi (Navitas) dan data pemeliharaan
(Ellipse). Sedangkan Pareto Maintenance Cost analisa dilakukan dengan berbasis pada data
pemeliharaan (Ellipse). Dalam menjalankan proses bisnis, PT PJB telah ditunjang oleh sistem IT yang
baik. Navitas dan Ellipse merupakan tool yang digunakan sebagai sumber data dalam melakukan
Pareto Analisa. Untuk melakukan Pareto Analisis diperlukan data history operasi dan pemeliharaan.
Kedisiplinan personel operasi dan pemeliharaan dalam menginput data sangat menentukan
keakuratan hasil Pareto Analisis. Kejelasan data gangguan operasi dalam Navitas seperti lama
derating, cause code, keterangan gangguan sangat diperlukan dalam olah data Pareto Loss Output.
Demikian juga kejelasan data labour cost, equipment cost, dan other cost dalam Ellipse sangat
diperlukan dalam olah data Pareto Maintenance Cost. Untuk pareto loss output sudah dibahas pada
mata ajar Reliability Management.
NO
URAIAN KEGIATAN
TOOL
USER
RENDALHAR ENJINEERING
EXPERT
PANEL
CorVu, Ellipse
Excel
Excel
MANAJER
HASIL
Query (Excel)
Excel, KKS
Data Excel
Data Excel
Data Excel
Excel
Grafik (Excel)
Excel
Grafik (Excel)
Excel
Data Excel
C Idea Generation
8 Melakukan idea generation
Excel
Data
Excel
Data
10 Persetujuan GM
Manual
Dasar RKAP
Manual
RKAP
Selesai
Catatan :
Yang dimaksud USER adalah RendalOp, RendalHar, Enjineering, SDM, Keuangan, dlll.
Tran Amount
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
85380000
85380000
13000000
6191070
5500000
24000000
21800000
43782500
25765000
12700000
12300000
9500000
6380000
465000000
Account Code
Equip No
Plant No
Item Name 1
P1215001020E203
P1215001020E203
P1215001020E202
P1215001020E202
P1215010420E202
P1215001022E202
P1215001022E202
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215020426F104
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215010426F104
P0032
P0033
P0043
P0034
P1076
P0033
P0033
P1178
P1178
P1128
P1204
P1173
P1128
P1114
PU00EAA10AE001
PU00EAA10AE002
PU00EAC20BQ001
PU00EAC10AF001
PU10HAN10BB001
PU00EAA10AE002
PU00EAA10AE002
PU10PGE10AC001
PU10PGE10AC001
PU10LAD10AC003
PU10HAG10AP003
PU10PAC10AP001
PU10LAD10AC003
PU10HLD10AH001
Work Order
20 : Preventive Maintenance
21 : Predictive Maintenance
22 : Corrective Maintenance
23 : Emergency Maintenance
24 : Overhaul
25 : Repair/Breakdown Maintenance
Tran Amount
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
MPJ
85380000
85380000
13000000
6191070
5500000
24000000
21800000
43782500
25765000
12700000
12300000
9500000
6380000
465000000
Account Code
Equip No
Plant No
Item Name 1
P1215001020E203
P1215001020E203
P1215001020E202
P1215001020E202
P1215010420E202
P1215001022E202
P1215001022E202
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215020426F104
P1215010126F104
P1215010126F104
P1215010426F104
P0032
P0033
P0043
P0034
P1076
P0033
P0033
P1178
P1178
P1128
P1204
P1173
P1128
P1114
PU00EAA10AE001
PU00EAA10AE002
PU00EAC20BQ001
PU00EAC10AF001
PU10HAN10BB001
PU00EAA10AE002
PU00EAA10AE002
PU10PGE10AC001
PU10PGE10AC001
PU10LAD10AC003
PU10HAG10AP003
PU10PAC10AP001
PU10LAD10AC003
PU10HLD10AH001
Work Order
Month
09
09
09
09
09
09
09
09
09
09
TransAmount
Maint Type
Rp105.000,00
Rp116.700,00
Rp14.750,00
Rp7.400,00
Rp591,00
Rp225,25
Rp4.106,40
Rp4.531,20
Rp6.480,00
Rp5.893,80
KK Unit
Unit Desc
K3
K3 Desc
Eq Desc
WO
UnPlanned Maintenance
PU
10 UNIT 1
56449
UnPlanned Maintenance
PU
20 UNIT 2
53730
UnPlanned Maintenance
PU
20 UNIT 2
53730
UnPlanned Maintenance
PU
10 UNIT 1
LAD HIGH PRESSURE HEATER SYSTEM HIGH PRESSURE HEATER NO. 7 SYSTEM #1
56266
Planned Maintenance
PU
00 UNIT COMMON
53523
Planned Maintenance
PU
00 UNIT COMMON
55371
UnPlanned Maintenance
PU
20 UNIT 2
55818
UnPlanned Maintenance
PU
20 UNIT 2
55615
UnPlanned Maintenance
PU
20 UNIT 2
55155
Planned Maintenance
PU
00 UNIT COMMON
54179
Maint Type
Overhoul
45703,89
187700
1708
400244,0705
41317,42
34416,312
464971,0666
-64726,67071
63355,55728
63355,55728
90171,3384
490415,7343
CLOSE COOLING
48707,1
4. Merangking
limaHEAD
(5)TANK
peringkat tertinggi KKS 3 berdasarkan Total Transaction
Amount
K2 Desc
Overhoul
Planned Maintenance
UnPlanned Maintenance
Grand Total
Grand Total
Rp25.778.714,50
Rp7.447.795,40
Rp15.287.140,07
Rp48.513.649,97
48707,1
Pareto
BUNKER FEEDER AND PULVERIZING SYSTEM
Rp5.276.675,43
Rp1.699.847,45
Rp2.495.881,68
Rp9.472.404,56
19,53%
Rp2.977.925,74
Rp652.278,96
Rp2.490.754,35
Rp6.120.959,05
12,62%
Rp3.720.224,07
Rp654.013,41
Rp736.645,83
Rp5.110.883,31
10,53%
Rp3.779.142,96
Rp9.827,26
Rp1.197.074,17
Rp4.986.044,39
10,28%
PRESSURE SYSTEM
Rp2.312.817,85
Rp327.551,93
Rp734.599,70
Rp3.374.969,48
6,96%
Overhoul
Planned Maintenance
UnPlanned Maintenance
Grand Total
Grand Total
Rp2.977.925,74
Rp652.278,96
Rp2.490.754,35
Rp6.120.959,05
Pareto
BOILER FEED PUMP
Rp1.426.835,19
Rp573.316,34
Rp1.366.709,63
Rp3.366.861,15
55,01%
Rp1.266.110,03
Rp45.782,53
Rp678.393,00
Rp1.990.285,56
32,52%
Rp403.844,33
Rp660.873,90
10,80%
Rp15.719,19
Rp22.557,38
Rp66.227,53
1,08%
Rp17.460,90
Rp19.250,00
Rp36.710,90
0,60%
Rp257.029,57
Rp27.950,96
DESUPERHEATER SYSTEM
Tabel C.6 - Ranking KKS level equipment Based Total Transaction Amount
7. Membuat grafik Reason for Breakdown dari masing-masing lima (5) peringkat tertinggi KKS level
equipment hasil Pareto Maintenance Cost, beserta komposisi cost berdasarkan Maintenance
Type dari masing-masing peringkat.
Sum of TotalActCost
Unit Desc
K2 Desc
Maint Ty pe
K3 Desc
Year
Ov erhoul
Planned Maintenance
237558.5
95452.76
702490.473
2008
586820.5861
139090.2
412877.6849
1138788.471
2009
470535.3863
179086.2283
780997.9315
1430619.546
17581.41
77381.25
94962.66
573316.3383
1366709.626
3366861.15
1426835.185
2007
4307.45979
2008
15003.5
2009
8640
1650
15719.19166
2010
DEAERATOR Total
27950.95979
DESUPERHEATER SYSTEM
15719.19166
2007
2008
210.9
2009
17460.9
5957.45979
30722.69166
18450
27090
2457.38315
2457.38315
22557.38315
66227.5346
17250
17250
2000
2210.9
19250
36710.9
17250
Grand Total
369479.213
2010
DEAERATOR
2007
17250
2007
29550.5
200083.2239
229633.7239
2008
13539.06667
3761.11111
17300.17778
2010
213940
200000
213940
SYSTEM Total
257029.5667
403844.335
660873.9017
9. Membuat grafikFEEDWATER
trendPIPING
Maintenance
Cost dari masing-masing
lima peringkat
tertinggi KKS
3 digit
HIGH PRESSURE HEATER SYSTEM
2007
108735.0314
7200
171873.927
287808.9583
hasil Pareto Maintenance Cost pada (langkah
5).
2008
419998.3921
33623.44857
280254.4235
733876.2642
2009
737376.6095
4959.07778
2010
HIGH PRESSURE HEATER SYSTEM Total
FEED WATER SYSTEM Total
1266110.033
45782.52635
2977925.745
652278.9563
222920.0549
965255.7422
3344.59629
3344.59629
678393.0017
1990285.561
2490754.346
6120959.047
Maint Ty pe
K2 Desc
K3 Desc
Year
Ov erhoul
2007
13
2008
16
28
2009
11
19
18
36
63
2010
BOILER FEED PUMP Total
DEAERATOR
9
2007
2008
2009
2010
DEAERATOR Total
DESUPERHEATER SYSTEM
2007
2008
2007
3
1
1
2
dari masing-masing lima
(5)
1
1
1
2007
18
21
2008
16
21
2009
11
17
2010
HIGH PRESSURE HEATER SYSTEM Total
2
1
46
60
23
28
93
144
Gambar C.7 - Grafik Gabungan Pareto Maintenance Cost - Reason for Breakdown
10 SUPLEMEN D :
VA/NVA ANALYSIS UNTUK OPTIMALISASI WRENCH TIME
KONSEP WRENCH TIME
Terkait trend bisnis ketenagalistrikan terkini dimana kesiapan pembangkit menjadi isu utama,
kecepatan pemeliharaan menjadi faktor penentu keberhasilan bisnis. Selain mengharapakan Mean Time
Between Failure (MTBF) yang panjang, hal penting lain adalah Mean Time to Repair (MTTR) yang singkat.
Artinya sebuah peralatan diharapkan jarang rusak, namun setelah rusak waktu perbaikannya tidak boleh
memakan downtime yang terlalu lama. Aktivitas pemeliharaan harus seefektif mungkin, adanya waktu
terbuang (wasted time) harus direduksi semaksimal mungkin.
Dalam ilmu manajemen pemeliharaan dikenal istilah wrench time. Mike Gehlof (2005)
menjelaskan wrench time sebagai persentase waktu seorang pekerja yang benar-benar dihabiskan
untuk melakukan pekerjaan fisik pada asset. Wrench time sering pula disebut active repair time. Dapat
pula diilustrasikan sebagai persen waktu wrench (kunci Inggris) berada pada equipment.
Seperti dipahami bersama, waktu dalam aktivitas pemeliharaan tidak hanya teralokasi untuk riil
eksekusi. Di samping itu ada beberapa aktivitas lain terkait pemeliharaan baik itu sifatnya tidak
bermanfaat dan tidak harus (non value add and not necessary), tidak bermanfaat tapi harus (non value
add but necessary), dan yang benar-benar bermanfaat (value add). Yang terakhir inilah yang benarbenar memberi kemanfaatan bagi pemeliharaan, yang disebut juga sebagai wrench time.
PENYUSUNAN TOR
Jam Kerja
1,6 jam
2,4 jam
3,2 jam
4 jam
4,8 jam
PENYUSUNAN TOR
PENYUSUNAN TOR
PENYUSUNAN TOR
Memang secara ekstrem, perusahaan tidak akan memetik keuntungan signifikan sampai bisa
merumahkan pekerja yang tidak efisien. Namun hal tersebut tentu bukanlah langkah yang bijak. Paling
tidak pengukuran wrench time dapat ditindaklanjuti dengan mengevaluasi penggunaan kontraktor atau
lembur karyawan. Selanjutnya juga perlu dipikirkan bagaimana mengalokasikan kelebihan manhours
pekerja untuk pekerjaan lain yang lebih bermanfaat.
PENYUSUNAN TOR
PENYUSUNAN TOR
11 SUPLEMEN E :
PENYUSUNAN TOR
Setelah melakukan serangkaian aktivitas perencanaan (planning) dan penjadwalan (scheduling),
maka yang dilakukan selanjutnya adalah mengeksekusi apa yang sudah direncanakan. Telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, pelaksanaan pemeliharaan bisa dilakukan sendiri oleh teknisi UP, dilimpahkan ke
UPHar, atau diserahkan ke pihak ketiga. Jika dilaksanakan pihak internal, media komunikasi melalui work
order (WO) dirasa cukup. Banyak hal bisa dijembatani di sini. Kalaupun ada yang kurang jelas bisa
diklarifikasikan langsung dengan bahasa verbal. Meski manajemennya berbeda, pengerjaan oleh UPHar
juga tidak terlalu merepotkan karena bagaimanapun UPHar juga masih dalam satu bendera PT PJB
sehingga komunikasi dan koordinasi bisa lebih mudah.
Berbeda jika pekerjaan dikerjakan oleh pihak ketiga (kontraktor), semuanya harus dijelaskan
secara rinci. Mereka bernaung dalam perusahaan yang berbeda, memiliki prosedur yang berbeda, dan
berkedudukan hukum yang sejajar dengan PT PJB. Artinya potensi kesalahpahaman dalam komunikasi
bisa berbuntut penyelesaian di pengadilan. Maka kesepakatan kerja dengan pihak ketiga, termasuk di
dalamnya scope pekerjaan, metoda, durasi pekerjaan, dan beberepa klausul yang lain harus dituangkan
ke dalam kontrak. Kontrak adalah ikatan formal antara pihak pemberi pekerjaan dan pelaksana
pekerjaan. Di dalamnya ada kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak. Adanya kontrak ini karena
proses pengadaan tidaklah sama dengan pembelian langsung dimana pembeli bisa langsung memilih
barang yang diinginkan.
Jika Anda bermaksud membeli sepatu, tidak perlu repot. Pergilah ke toko sepatu, pilihlah sepatu
yang Anda inginkan, baik model, warna, dengan pilihan harga sesuai isi kantong. Soal ukuran, Anda bisa
langsung mencobanya. Jika terlalu kecil, Anda tinggal meminta ganti ukuran yang lebih besar sampai
merasa nyaman. Sepulang dari toko, Anda dijamin puas karena telah mendapatkan sepatu sesuai
keinginan.
Proses pengadaan barang dan jasa di level perusahaan berbeda dengan proses beli sepatu. Pihak
penyedia barang seringkali tidak menstock barang sebagaimana toko yang bisa menunjukkan display di
etalase. Jika nominalnya besar, aturan perusahaan juga tidak memperbolehkan pembelian langsung,
menunjuk ke penyedia barang tertentu. Harus ada kompetisi agar harga kompetitif dan untuk membuka
kesempatan bisnis yang adil di antara penyedia barang/jasa.
Dari sini dapat dipahami bahwa proses pengadaan barang/jasa adalah proses yang panjang. Ada
beberapa tahapan yang harus dilalui dan melibatkan lintas bidang. Gambar E.1 menjelaskan bahwa jika
user memerlukan barang/jasa, maka mereka akan meminta ke planner. Planner akan mengakomodasi
permintaan itu melalui proses planning/scheduling seperti dijelaskan sebelumnya. Planner selanjutnya
memproses permintaan itu ke rantai bidang logistik. Baru setelah itu, ada proses komunikasi ke pihak
ketiga yang diformalkan dalam Purchase Order (PO). Pihak ketiga yang mendapat PO (baik melalui
penunjukan langsung atau tender) akan memberikan barang/jasa sebagaimana yang diminta. Sebelum
user menggunakan barang/jasa, ada proses pemeriksaan dan storing (gudang).
PENYUSUNAN TOR
PENYUSUNAN TOR
4.
5.
6.
7.
8.
2. Spesifikasi Teknik
Pada bab spesifikasi teknik, planner harus mampu menjelaskan barang yang akan diminta sejelas
mungkin untuk mengeliminasi terjadinya penafsiran ganda. Hal ini bermanfaat pula untuk membatasi
suplier yang beritikad kurang baik dalam memberikan barang yang dipesan. Dalam pemilihan spesifikasi,
planner kerapkali dihadapkan pada dua pilihan : closed merk atau open merk. Ini bisa menjadi isu yang
cukup panas dalam proses pengadaan. Salah dalam memilih bisa berujung pada complain penyedia
barang/jasa di meja hijau karena dianggap bersekongkol dengan pihak tertentu.
Closed merk bisa dipilih bila barang yang akan dibeli sangat spesifik dan berisiko tinggi jika
menggunakan merk lain. Bisa juga karena produk yang diinginkan tidak banyak pabrikan yang
menyediakan. Open merk bisa digunakan bila barang bersifat umum dan banyak di pasaran. Dalam
menentukan open/closed merk diperlukan kajian teknis dan finansial. Adanya Kajian Kelayakan Operasi
(KKO) dan Kajian Kelayakan Finansial (KKF) merupakan salah satu cara untuk menentukan metoda
terbaik yang dipilih. Penggunaan part non OEM (Original Equipment Manufacture) kadang bisa
memberikan keuntungan yang besar selama kajian teknis terpenuhi. Namun pada kasus lain,
penggunaan part asli (OEM) justru yang lebih menguntungkan. Lagi-lagi, kajian yang akurat sangat
diperlukan di sini.
Hendaknya pada spesifikasi teknik paling tidak memuat namun tidak terbatas beberapa item
berikut :
PENYUSUNAN TOR
Secara prinsip, semakin detail spesifikasi adalah semakin baik karena meminimalkan
kesalahpahaman antara user dan pihak ketiga. Namun jangan sampai spesifikasi yang terlalu mengingat
justru menyebabkan sulit mendapatkan barang yang diinginkan.
Berikut contoh spesifikasi valve inlet condenser PLTU Gresik yang akan diganti pada tahun 2013.
NO
NAME
TYPE
QTY
NOMINAL SIZE
DIMENSION
DESIGN
CONDITION
OPERATION
FLANGE
LAYING LENGTH
BRACKET LENGTH
KIND OF FLUID
TEMP OF FLUID
MAX WORKING PRESS
MAX VELOCITY
USAGE
TYPE OF INSTALLATION
PLACE OF INSTALLATION
OPERATION
TURNING FOR OPEN
NO TURNING
OPERATING TIME
POWERS
UPPLY
FOR
MOTOR
POWER
SUPPLY
FOR
CONTROL
POWER SUPPLY FOR SPACE
HEATER
POWER
SUPPLY
FOR
POSITION TRANSMITTER
PENYUSUNAN TOR
V7-3 , V7-4
CONDENSOR INLET
MOTOR OPERATED,
RUBBER SEATED BUTTERFLY VALVE
2 SETS/1 UNIT
1100 mm
JWWA
300 mm
1360 mm
SEA WATER
MAX 43oC
2.3 KG/CM2
2.4 m/s
ON-OFF
VERTICAL VALVE SHAFT
INDOORS
ELECTRIC & MANUAL
COUNTERCLOCKWISE
About 328 rev
29 sec (+10%, -15%)
AC 440V 3 50 Hz
AC 110V 50Hz
AC 220V 50 Hz
-
VALVE BODY
VALVE DISC
MATERIAL
VALVE SHAFT
VALVE BODY SEAT
VALVE DISC SEAT
INSIDE OF VALVE
PAINTING
INSPECTION
OUTSIDE OF VALVE
HYDROSTATIC TEST
LEAKAGE TEST
LEAKAGE ALLOWANCE
OPERATING TEST
APPEARANCE TEST
DRAWING
REMARKS
Spesifikasi teknik lebih baik dilengkapi gambar. Jika keterangan di gambar sudah cukup lengkap
(biasanya dimensi), di spesifikasi tidak perlu disebutkan lagi. Hal ini untuk menghindarkan kesalahan
penafsiran. Untuk pekerjaan sipil, mencantumkan gambar teknik adalah wajib untuk memberikan
penjelasan dan volume pekerjaan.
3. Lingkup pekerjaan
Bagian ini menjelaskan tentang scope pekerjaan yang akan dilakukan termasuk menjelaskan apa
yang tidak menjadi tanggungan pihak ketiga. Meliputi :
a. Lingkup Detail Pekerjaan
PENYUSUNAN TOR
Klarifikasi kondisi actual posisi butterfly valve dan actuator masing-masing butterfly valve
Submit manufacture reference list dan satisfactory testimony dari customer
Submit brosur valve yang ditawarkan
Submit valve data sheet yang ditawarkan
Submit preliminary drawing butterfly valve
Valve assembly
Valve Structural
Reduction gear unit
Electrical operator
Wiring diagram
Setelah dinyatakan sebagai pemenang maka pelaksana pekerjaan
PENYUSUNAN TOR
Pelaksana pekerjaan
PT PJB
Jasa pembongkaran pompa dan motor existing yang dimaksud mengikuti prosedur sebagai
berikut :
PENYUSUNAN TOR
Persiapan tool dan pompa serta motor baru harus sudah tersedia di PT PJB UP Gresik
Berkoordinasi dengan PT PJB UP Gresik terkait isolasi pompa eksisting yang akan
dibongkar
c. Pembongkaran pompa eksisting termasuk pipingnya tidak boleh dilakukan secara
bersamaan (setelah pompa baru normal beroperasi, baru dilakukan pembongkaran
pompa eksisting berikutnya).
d. Memasang plug untuk pipa eksisting yang masih terhubung dengan sistem
e. Melakukan mobilisasi pompa eksisting setelah dibongkar menuju gudang
Jasa pemasangan pompa baru yang dimaksud mengikuti prosedur sebagai berikut :
a. Alat angkat angkut pemasangan pompa dan motornya disediakan oleh pihak
pelaksana pekerjaan
b. Memasang pompa dan motornya baru sesuai lokasi yang telah ditentukan
c. Melakukan pembersihan line, dipastikan tidak ada partikel sisa las / kotoran yang bisa
masuk ke evaporator
d. Pemberian Name Plate sesuai name plate existing.
g. Persyaratan Dokumen
Beberapa dokumen perlu diminta dari pelaksana pekerjaan untuk menjamin barang yang
disuplai sesuai yang diharapkan. Beberapa sertifikat yang umum dipersyaratkan diantaranya :
COO (Certificate of Origin) yaitu sertifikat yang menjelaskan asal barang
COM (Certificate of Manufacture) yaitu sertifikat yang menjelaskan pembuat barang
COC (Certificate of Conformity) yaitu sertifikat yang menjelaskan suatu barang telah lulus
standar mutu tertentu.
COG (Certificate of Guarantee) yaitu sertifikat yang menunjukkan garansi barang.
MSDS (Material Safety Data Sheet) yaitu lembar keselamatan material, biasanya dipakai
untuk pembelian material kimia atau yang berkategori B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
Test Certificate, yaitu hasil pengujian barang
Jumlah dokumen yang diminta akan berpengaruh kepada harga. Untuk itu planner harus bijak
memilih sertifikat yang dipersyaratkan. Jika dengan satu sertifikat saja sudah cukup, tidak perlu
dua. Kalau dua cukup tidak perlu tiga. Intinya sesuaikan dengan kebutuhan.
PENYUSUNAN TOR
2.
3.
Visual Inpection
a. Barang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan
b. Tidak ditemukan cacat yang nampak maupun yang tersembunyi
Pengujian kebocoran instalasi
Tidak terjadi kebocoran instalasi saat dioperasikan pada tekanan nominal selama minimal
30 menit
Pengujian vibrasi
a. Untuk pengujian overall, vibrasi maksimal 2 mm/s
PENYUSUNAN TOR
4.
5.
b. Untuk pengujian spektrum, vibrasi pada 1 x rpm maksimal 1.4 mm/s, dan pada rpm
lebih dari 1 x rpm, harus lebih rendah dari vibrasi pada 1 x rpm
Pengujian vibrasi dilakukan oleh Bidang Technology Owner PT PJB
Commisioning test
Dilakukan dengan pengukuran debit discharge di tailrace atau bisa diketahui dengan
penurunan level air di sump pit. Kemudian dibandingkan dengan grafik karakteristik
pompa dan instalasi
Pompa terpasang memenuhi kurva karakteristik yang disebut dalam manual book
NPSH pompa memenuhi NPSH instalasi dalam hal ini planner harus memiliki data
NPSH instalasi juga
i.
j.
PENYUSUNAN TOR
6. Laporan Pekerjaan
Proses laporan ini dibagi menjadi dua :
Progress report : yaitu pelaksana pekerjaan melaporkan progress pekerjaan secara periodik.
Dilaksanakan melalui member laporan tertulis maupun presentasi
Final report : yaitu laporan akhir sebagai dasar pembuatan berita acara pemeriksaan. Memuat
semua hal yang dipersyaratkan sebelumnya, proses pengerjaan, instalasi, komisioning, foto
dokumentasi, juga dilampiri semua sertifikat dan manual book jika dibutuhkan.
7. Garansi Pekerjaan
Menjelaskan lama masa garansi, kapan mulai terhitung, jenis garansi yang diberikan, dan kriteria
berlakunya garansi. Penentuan masa garansi juga harus realistis disesuaikan dengan kemampuan
pihak pelaksana pekerjaan.
PENYUSUNAN TOR
www.ptpjb.com