Sie sind auf Seite 1von 8

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana fisiologi dari kulit kepala?


Terlampir di sintesis masalah.
2. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala bersisik?
Infeksi ektorikInfeksi masuk ke stratum corneum perifolikularMenyebar secara
sporadik

(sentrifugasi)Antigen

masuk

ke

folikel

rambutKorteks

rambutMeninggalkan korteks tanpa kelainanHifa intrapylari turun ke batas


keratin (berhenti di Adamsons finge)Hifa tumbuh di intrapylariMenggantikan
keratin intrapylariExcessive development of keratin in hair follicles (hiperkeratotik/
bersisik)
3. Apa etiologi dan mekanisme rambut rontok?
Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis,
menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula dari
pertengahan sampai akhir anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk
menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah
keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak
pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut
Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi
artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan
rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya
sekarang menjadi sangat rapuh sekali.
Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah,
walaupun hifa intrapilari ada juga.
Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena dan
artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan
meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada
permukaan kepala.
4. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala terasa gatal?
Infeksi ektorikInfeksi masuk ke stratum corneum perifolikularMenyebar secara
sporadik (sentrifugasi)Antigen masuk ke folikel rambutpeningkatan respon
inflamasi lokal IL-1Aktivasi T Limfosithistaminpruritis (gatal)
5. Apa diagnosis banding pada kasus?

Gejala

Tinea capitis

Allopecia

Trikotilomania

Dermatitis

Allopecia

Areata
+

Seboroik
+

(pd kepala)

(Pd kepala, alis,

Batas

Tegas,

janggut)
Tegas,

Tidak tegas

Tegas,

Rambut

eromatous
bulat/lonjong
Kusam, mudah patah

erimatous
putus tidak tepat Tidak patah

Skuama

patah
+

pd kulit kepala
-

Nyeri
Gatal
Papul eritem
a) Allopecia

-/+
+
+
Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum

tidak

Berminyak dan
kekuningan
eritema
diketahui. Dengan

gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis,
janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.
b) Trikotilomania kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut
sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor
psikis.
c) Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar
sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna
kekuningan, dan batasnya tidak tegas
6. Bagaimana epidemiologi pada kasus?
Insiden tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering di jumpai pada anak-anak
3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. Tonsurans dapat
dijumpai misalkan pada pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan
berkurangnya hiegiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi
rendah.
7. Bagaimana prognosis pada kasus?
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang
zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) . Infeksi ektotrik sembuh
selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan
jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi. Sebaliknya infeksi endotrik
menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.

T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk


menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat
diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.

SINTESIS MASALAH
Fisiologi Kulit Kepala
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar
tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya
menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerahmerahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit
tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya
karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah.
Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih
muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat
menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning
bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain-lain.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ sensorik
kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit mengandung
berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran
ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat
fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang
melebaratau berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat
jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan
histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut
menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun
reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya
spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis
perasaan kulit yang disadari.

Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan
hidup secara umum yaitu :
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan
infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap
sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak
zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat
dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5- 6,5. Ini merupakan
perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri
secara teratur.
3. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui saluran kelenjar
dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.
4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla
oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu
kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada
dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).

5. Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman
pada kulit.
6. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.
7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh
alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari
memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan
dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak
selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebaltipisnya kulit,
reduksi Hb dan karoten.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel
ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi
menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.
Modalitas Rasa Kulit
Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain. Reseptornya
tergabungdalam satu organ tertentu. Masingmasing reseptor modalitas rasa ini berdiri

sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh bagian tubuh. Serat aferennya tidak
membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di
pusat. Dengan demikian modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.
1. Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa raba,
dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan menggunakan
aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan.
Pada permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat dibandingkan dengan kulit
lain. Titik rasa tekan tersebut merupakan manifestasi adanya reseptor tekan pada
bagian kulit di bawahnya.
2. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks pengaturan suhu
tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam sistem saraf pusat.
Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantaran rasa
panas. Dengan anastesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun
subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisahkan.
3. Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam.
Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di dalam otot,
tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla spinalis melalui
kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan kelaminikus medial dan
thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot, organ sensorik di dalam, dan
sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakangerakan
tertentu.
4. Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama berfungsi
untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang terkena.
Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri visera. Nyeri
somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. Zat kimia
pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya : asetilkoin, serotonin,
histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri terdiri dari nyeri proyeksi.
nyeri alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.
5. Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin kuat.
Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila rangsangannya
mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat hilang. Bila jaras
spinotalamatik yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri dengan cara tertentu jika

titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit
permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari kulit.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap,

LS.

2011.

Anatomi

dan

Fisiologi

Kulit.

Diunduh

dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22744/3/Chapter%20II.pdf pada 6 Oktober


2015 pukul 3.00 WIB
Suyoso,

Sunarso.

2012.

Tinea

Kapitis

pada

Bayi

dan

Anak.

Diunduh

dari

file:///C:/Users/User/Downloads/TINEA%20KAPITIS%20PADA%20BAYI%20&
%20%20ANAK.pdf pada 6 Oktober 2015 pukul 3.21 WIB
Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104.
Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology;
3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733.

Das könnte Ihnen auch gefallen