Sie sind auf Seite 1von 80

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Republik Indonesia

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN
KEBIJAKAN DEREGULASI
SEPTEMBER 2015
7 Oktober 2015

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL


Pertumbuhan Ekonomi (%)

Indeks Harga Konsumen (IHK)


2014 - Juni 2015 (2012=100)

7
6.3

122.00
120.00
118.00
116.00
114.00
112.00
110.00
108.00
106.00
104.00

6.4

6.5

6.11
5.81

6
6.17

5.72

20,14%

6.02

5.5
5.62

5.22

5.01 5.01

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen


(IKK), 2014 - Juni 2015

5
5.12

125

4.72

4.5

4.67

120
115
110

4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015 2015

Sumber: BPS

105
100

7%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Ekonomi Indonesia Q-II/2015 tumbuh 4.67%, melambat dibanding capaian Q-II/2014 yang tumbuh 5.03% dan Q-I/
2015 yang tumbuh 4.72%.
Konsumsi rumah tangga Q-I/2015 tumbuh 4,70% yoy, Q-II/2015 tumbuh 4,97% yoy, menurun dibandingkan dengan
rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun 2014. Padahal porsi kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB
sebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.

MENURUNNYA PERANAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Ekspor menurun relatif tajam selama SI/2015 sebesar -11,86% (yoy), sehingga kenaikan surplus perdagangan pada SI/2015
sebesar USD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy) disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama
sebesar -17,81% (yoy).
Ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan non migas selama 2010-2014
adalah -21,17%. Ekspor juga tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume perdagangan
sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,14%. Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu
masih rata-rata 1% dari volume perdagangan dunia.

Rasio Ekspor Non Migas Terhadap PDB Indonesia (%)


32.10

2004

34.10

2005

31.00

2006

Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian

29.40

2007

29.80

24.14

24.58

26.36

24.59

23.98

23,78

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

PERTUMBUHAN KONSUMSI PEMERINTAH, RUMAH TANGGA,


DAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO
20.0%

15.0%

10.0%

5.0%

0.0%

-5.0%

Q-I/
2012

Q-II/
2012

Q-III/
2012

Q-IV/
2012

Q-I/
2013

Q-II/
2013

Q-III/
2013

Q-IV/
2013

Q-I/
2014

Q-II/
2014

Q-III/
2014

Q-IV/
2014

Q-I/
2015

Q-II/
2015

Konsumsi Pemerintah

7.7%

16.8%

-2.0%

-0.1%

3.0%

3.2%

12.4%

7.9%

6.1%

-1.5%

1.3%

2.8%

2.2%

2.3%

PMTB

7.0%

10.1%

9.5%

9.8%

7.9%

5.5%

6.0%

2.1%

4.7%

3.7%

3.9%

4.3%

4.3%

3.6%

Konsumsi RT

12.0%

13.0%

12.1%

10.8%

11.8%

10.9%

12.9%

13.2%

11.9%

11.7%

8.9%

9.4%

7.9%

8.4%

Selama S-I/2015 pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan PMTB mengalami penurunan.
Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian

GAMBARAN PENURUNAN PORSI PERAN KONSUMSI RUMAH


TANGGA DAN PMTB
60

50

RATA-RATA SHARE
TERHADAP PDB
Konsumsi
8.8%
Pemerintah
Konsumsi
55.5%
Rumah Tangga
PMTB
32.1%
RATA-RATA
PERTUMBUHAN
PDB
5.5%

5
40
4
30
3
20
2

10

Q-I/
2012

Q-II/
2012

Q-III/
2012

Q-IV/
2012

Q-I/
2013

Q-II/
2013

Q-III/
2013

Q-IV/
2013

Q-I/
2014

Q-II/
2014

Q-III/
2014

Q-IV/
2014

Q-I/
2015

Q-II/
2015

9.09

8.3

11.14

6.84

8.65

9.21

11.47

6.79

8.02

9.32

11.58

6.59

8.87

PMTB

31.42

32.29

32.67

34.13

31.25

31.9

31.04

32.39

30.87

31.4

31.05

33.38

32.65

32.28

Konsumsi Rumah Tangga

54.34

53.58

54.47

56.08

55.75

55.47

55.70

56.25

56.75

55.84

55.03

56.90

56.04

54.67

6.11

6.16

6.08

6.03

5.61

5.6

5.57

5.58

5.14

5.08

5.03

5.02

4.72

4.67

Konsumsi Pemerintah

PDB

Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian

PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL

Pertumbuhan ekonomi global masih melambat


meskipun ekonomi USA telah pulih, namun
beberapa maju tahun 2016 akan tumbuh
mendekati rata-rata pertumbuhannya dalam 10
tahun terakhir.

Dalam Q-II/2015, pertumbuhan ekonomi Jepang


mengalami peningkatan menjadi 0.7% dari
sebelumnya -0.8% sedangkan untuk Tiongkok
tetap senilai 7% dan Amerika Turun menjadi
2.7% dari sebelumnya 2.9%.

Unemployment rate Q-II/2015, Tiongkok dan


Amerika masing masing menurun menjadi
4.04% dan 5.3% dan Jepang tetap senilai 3.5%.

Pemulihan ekonomi global kedepan menjadi


peluang bagi ekspansi ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang


utama berada di bawah rata-rata angka
pertumbuhan 10 tahun terakhir
Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi
nasional terkoreksi sebesar 4,7% untuk tahun
2015, turun dari proyeksi sebelumnya
sebesar 5,2% karena pertumbuhan output riil
melambat menjadi 4,7% yoy pada Q-I/2015
dan 4,67% pada Q-II/2015, laju pertumbuhan
paling lambat sejak 2009, namun
diperkirakan pertumbuhan tahun 2015 dapat
mencapai 4,9% - 5%, dan apabila kebijakan
deregulasi cepat efektif maka pertubuhan
mulai tahun 2016 akan meningkat signifikan

RESPON TERHADAP PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI


DAN DEPRESIASI RUPIAH

Ditengah melemahnya perekonomian dunia yang berdampak kepada perekonomian nasional,


pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakkan ekonomi nasional melalui
berbagai paket kebijakan ekonomi:
I.

Mengembangkan Ekonomi Makro yang Kondusif


Pemerintah bersama-sama dengan Otoritas Moneter (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif,
yaitu:
1. Stabilisasi Fiskal dan Moneter (Termasuk Pengendalian Inflasi)
2. Percepatan Belanja
3. Penguatan Neraca Pembayaran

II.

Menggerakkan Ekonomi Nasional


Pemerintah melakukan serangkaian kebijakan deregulasi, debirokratisasi dan memberikan insentif
fiskal dalam rangka menggerakan perekonomian nasional (sektor riil). Pada tahap I meliputi:
1. Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)
2. Mempercepat Proyek Strategis Nasional
3. Meningkatkan Investasi di Sektor Properti

III.

Melindungi Masyarakat Berpendapatan Rendah dan Menggerakan Ekonomi Pedesaan


Pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan
masyarakat pedesaan dari dampak melemahnya ekonomi nasional:
1. Stabilisasi Harga Pangan
2. Percepatan Pencairan Dana Desa*)
3. Penambahan Rastera 13 dan 14*)

*) Dikoordinasikan oleh Menko PMK

MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL


Perlunya deregulasi untuk melepas tambahan beban bagi industri, percepatan
penyelesaian kesenjangan daya saing industri, dan inisiatif baru untuk mendorong
keunggulan industri nasional di pasar domestik maupun pasar global.

MENURUNNYA PORSI PERAN INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian

1.04

1.63

3.36

Industri Pengolahan

1.63

2.85
3.82

Pengadaan Listrik dan Gas

3.8

14.33

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi

8.06

3.48
3.11
4.69

20.91
13.26

0.07

Source: Indonesian
Sta8s8cs Bureau (BPS);
h<p://www.bps.go.id/
linkTabelSta8s/view/id/
1202
(accessed 04 October
2015)

Penyediaan Akomodasi dan Makan


Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate

9.86

*) Preliminary; **)
Very Preliminary

Perdagangan Besar dan Eceran;


Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan

1.16

Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan

1. Industri pengolahan memilki peran terbesar pada pembentukan PDB nasional di setiap tahunnya
namun terus menurun dimana pada tahun 2005 porsi peran Industri sebesar 28,09% sedangkan
pada bulan Mei 2015 menjadi 20.91%.
2. Subsektor Industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB selama 5 tahun terakhir
(2011-2015) secara berurutan adalah: Industri Makanan dan Minuman, Industri Barang Logam,
Industri Alat Angkutan, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dan Industri Tekstil dan
Pakaian Jadi.

TREND PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS UTAMA


RELATIF MENURUN

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

-5.00

-10.00

2011

2012

2013

2014

Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik,


Optik; dan Peralatan Listrik

8.79

11.64

9.22

2.92

0.06

8.91

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

8.66

12.78

5.10

3.89

4.43

7.78

Industri Alat Angkutan

6.37

4.26

14.95

3.94

3.01

2.65

Industri Makanan dan Minuman

10.98

10.33

4.07

9.54

10.17

8.45

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

6.49

6.04

6.58

1.53

2.83

-4.09

Sumber : BPS diolah Kemenperin

Semester I 2014 Semester I 2015


10

PENURUNAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS


SEMESTER I TAHUN 2015
10

8.91

8.46
7.78

7.54
6.55

6.18
6
3.99

Nilai

Industri Pengolahan Tembakau

Industri Tekstil dan Pakaian Jadi

Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

2.69

2.65

2.55

1.81

2
0
2

Industri Makanan dan Minuman

4.6

-0.4

-2

-2.04
-4
-4.09
-6
Sumber : BPS diolah Kemenperin

10

11

12

13

14

15

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang


Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya
Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan
Reproduksi Media Rekaman

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional

Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

Industri Barang Galian bukan Logam

10

Industri Logam Dasar

11

Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik,


Optik; dan Peralatan Listrik

12

Industri Mesin dan Perlengkapan

13

Industri Alat Angkutan

14

Industri Furnitur

15

Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan


Pemasangan Mesin dan Peralatan

Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/2015 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika dibandingkan
dengan semester yang sama pada tahun 2014, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri Barang logam
sebesar 8.91%, industri makanan dan minuman sebesar 8.45%, industri kimia farmasi sebsar 7.78% serta industri
logam dasar sebesar 7.54%. Sedangkan cabang yang mengalami penurunan adalah Industri Furniture, Kertas, dan
Tekstil dan Pakaian Jadi.

11

PERKEMBANGAN UTILISASI INDUSTRI 2010-2013


NO

LAPANGAN USAHA

NILAI PRODUKSI

KAPASITAS
TERPASANG

UTILISASI (%)


769,992,617,135

164,160,209,682

185,634,515,084


1,052,790,707,858

244,335,564,311

230,003,083,675

INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT


DAN ALAS KAKI
INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU
DAN GABUS (TIDAK TERMASUK
FURNITUR)
INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI
KERTAS


45,927,707,561


55,727,737,990

82.41


39,996,495,087


58,013,503,150

68.94


104,519,302,570


122,925,559,578

85.03

INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT


TRADISIONAL


375,702,504,646


469,359,938,196

80.05

INDUSTRI KARET, BARANG DAIRI KARET


DAN PLASTIK
128,526,367,503


170,674,079,703

75.31

INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN


LOGAM


84,524,266,808


105,120,678,560

80.41


101,653,758,571


158,876,529,557

63.98

INDUSTRI BARANG LOGAM, KOMPUTER


DAN PERALATAN LISTRIK
202,275,016,960


268,652,870,776

75.29


25,695,212,555

208,306,528,994

15,570,236,156

23,170,502,656


29,883,269,438

261,447,931,295

21,427,680,361

33,787,940,233

INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN

INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI

4
5
6

10 INDUSTRI LOGAM DASAR


11

12 INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN


13 INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA
14 INDUSTRI FURNITUR
15 INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA
Sumber : Kemenperin

73.14
67.19
80.71

85.99
79.67

Sampai dengan tahun 2013 umumnya


utilisasi kapasitas industri relatif baik
(diatas 60%), dimana cabang industri
yang tinggi utilisasinya adalah:
Industri Mesin dan Perlengkapan
dengan tingkat utilisasi 85,99%;
Industri kertas dan barang dari kertas,
tetapi pada semester I 2015
pertumbuhannya menurun -2,04;
Industri kulit, barang dari kulit dan alas
kaki dengan tingkat utilisasi mencapai
82,41%;
Industri tekstil dan pakaian jadi
dengan utilisasi sebesar 80,71%,
tetapi pertumbuhannya menurun
-4,09%.
Dengan menurunnya impor bahan
baku dan barang modal sampai
dengan S-I/2015 masing-masing
sebesar -18,69% dan -16,24%, maka
diperkirakan utilisasi kapasitas
industri akan jauh menurun.

72.66
68.58

12

KETIMPANGAN SEBARAN INDUSTRI

Jumlah Industri

Jumlah Industri Besar dan Sedang di Jawa dan Luar Jawa


Tahun 2001-2013*
40,000
30,000
20,000
10,000
0

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013*

Luar Jawa

3989

4028

3717

3717

3734

5120

4931

4487

4071

3816

3930

4038

4168

Jawa

17413

17118

16607

16901

16995

24348

23067

21207

20397

19529

19440

19554

19773

Total

21396

21146

20234

20685

20729

29468

27998

25694

24468

23345

23370

23592

23941

Luar
Jawa:
(17,41%)
Jawa:
(82,59%)

*) Angka Sementara Sumber Data: BPS

Industri Sedang dan Besar Tahun 2014:

Industri Mikro Kecil Tahun 2014:

Jenis industri terbanyak: makanan (5.793 unit),


tekstil (2.304 unit), pakaian jadi (2.034 unit), karet
dan plastik (1.750 unit), barang galian non logam
(1.584 unit), furniture (1.290 unit), kayu, gabus,
bambu, rotan (1.066 unit), logam non mesin (969
unit), kimia (976 unit), dst.
Jenis industri yang menyerap banyak tenaga kerja:
makanan (823,4 ribu), pakaian jadi (473,6 ribu),
tekstil (427,1 ribu), karet dan plastik (357,5 ribu),
pengolahan tembakau (278,9 ribu), kulit alas kaki
(220,7 ribu), dst
Jenis industri yang mengalami penurunan index
produksi: kimia, kertas, pakaian jadi, alas kaki,
karet dan plastik.

Industri Mikro sebanyak 3,2 juta unit dengan


serapan tenaga kerja 6 juta orang, terbanyak di
Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, NTT, Bali,
dan Sulawesi Selatan.
Industri Kecil sebanyak 284,5 ribu unit dengan
serapan tenaga kerja sebanyak 2,3 juta orang,
terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, DKI Jakarta, dan NTB.
Industri Mikro Kecil yang mengalami pertumbuhan
negatif pada Q-II/2015 adalah Sumatera Selatan,
NTB, Kalimantan Timur, Riau, Sulawesi Utara, dan
Bangka Belitung.

13

FENOMENA PENYEBAB MENURUNNYA KINERJA INDUSTRI


Struktur Industri yang tergantung impor

Ketertinggalan teknologi

Kelemahan infrastruktur, listrik, energi, air, dan kepastian ketersediaan lahan

Ketidakterhubungan antara kegiatan industri dan bahan baku

Inefisiensi biaya logistik dan biaya administrasi (selling and general administration expenses)

Kapasitas, produktivitas, dan hubungan industrial ketenagakerjaan


Beban regulasi, birokrasi, dan penegakan hukum yang menjadi penghambat pengembangan
investasi, efisiensi produksi, kelancaran distribusi, dan kepastian bahan baku
Masalah akses dan beban pembiayaan

Gangguan impor

14

PERANAN INDUSTRI TERHADAP EKSPOR


Deregulasi mendorong pengembangan produk dan pasar baru bagi ekspor
hasil industri yang berdaya saing dengan memberikan kelancaran dan efisiensi
pengadaan bahan baku dan distribusi ekspor.

KOMPOSISI PRODUK EKSPOR NON MIGAS INDONESIA


Juta USD
Jan-Jul

NO

Sektor

2010

Perub.(%) Peran.
2015 2015/2014 (%) 2015

2011

2012

2013

2014

5.165,80

5.569,20

5.713,00

5.770,60

3,94 3.131,20 3.131,80

0,02

3,99

2014

I.

PERTANIAN

II.

INDUSTRY

98.010,60 122.187,70 116.123,30 113.029,70 117.329,50

2,86 68.506,30 63.316,70

-7,58

80,73

III.

MINING

26.712,60 34.652,00 31.329,90 31.159,50 22.850,00

-4,1 13.122,50 11.966,10

-8,81

15,26

3,02

11,3

61,14

0,01

1,59 84.767,20 78.426,30

-7,48

100

OTHERS
TOTAL EKSPOR NON-MIGAS

5.001,90

Trend(%)
2010-2014

9,9

13

18,7

16,3

10,3

129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan

Rata-rata ekspor produk industri selama 5 tahun (2010-2014) adalah 113 Miliar USD atau 76,5%
dari total ekspor non migas Indonesia selama periode tersebut, dengan trend 2,86% tetapi selama
Januari-Juli 2015 ekspor produk industri menurun -7,58% (yoy).

16

PERKEMBANGAN PRODUK EKSPOR UTAMA NON MIGAS INDONESIA


Juta USD
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

HS/SEKTOR
15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI
27 BAHAN BAKAR MINERAL
85 MESIN/PERLATAN LISTRIK
71 PERHIAASAN/PERMATA
40 KARET DAN BARANG DARI KARET
87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA
84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK
64 ALAS KAKI
44 KAYU, BARANG DARI KAYU
62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN
48 KERTAS/KARTON
26 BIJIH, KERAK, DAN ABU LOGAM
61 BARANG-BARANG RAJUTAN
38 BERBAGAI PRODUK KIMIA
39 PLASTIK DAN BARANG DARI
PLASTIK
55 SERAT STAFEL BUATAN
29 BAHAN KIMIA ORGANIK
03 IKAN DAN UDANG
73 BENDA-BENDA DARI BESI DAN
BAJA
94 PERABOT, PENERANGAN RUMAH
LAIN-LAIN
TOTAL EKSPOR NON MIGAS

2010

2011

16.286,40
18.499,90
10.373,20
1.425,10
9.339,70
2.899,90
4.986,70
2.501,80
2.935,40
3.611,00
4.186,20
8.139,70
2.889,90
1.806,50
2.150,10

21.607,20
27.230,70
11.145,40
2.561,70
14.321,10
3.328,60
5.749,50
3.301,90
3.374,70
4.149,70
4.169,40
7.330,90
3.541,10
3.577,40
2.513,70

2.075,20
2.690,10
1.687,20
1.468,00

2.545,90
3.815,90
2.045,20
1.905,80

2012

2013

2014

21.229,60 19.181,40 21.037,00


26.184,20 24.519,00 20.843,70
10.764,80 10.438,40 9.745,70
3.204,90 2.725,50 4.619,40
10.456,00 9.381,10 7.088,30
4.856,90 4.567,20 5.213,70
6.103,10 5.968,50 5.969,10
3.524,60 3.860,40 4.108,40
3.448,50 3.633,00 4.070,50
3.749,20 3.906,20 3.932,40
3.937,20 3.756,60 3.743,80
5.054,80 6.526,30 1.906,00
3.439,80 3.481,40 3.428,30
3.751,90 3.710,60 4.060,60
2.487,30 2.602,80 2.760,30
2.260,90
2.811,50
2.201,80
2.042,40

2.327,80
2.760,20
2.389,80
2.152,00

2.331,50
3.158,20
2.620,20
2.232,90

2.021,90 1.822,20 1.899,40 1.873,60 1.902,10


27.761,20 31.980,40 29.632,00 30.157,00 31.188,30
129.739,50 162.019,60 153.043,00 149.918,80 145.960,80

4,01 12.166,30 11.210,60


1,35 12.752,00 9.967,60
-1,89 5.620,50 4.939,00
27,3 2.905,60 3.609,70
-9,29 4.435,30 3.500,40
16,06 2.790,60 3.153,90
4,05 3.476,30 2.995,00
12,17 2.359,70 2.623,00
7,55 2.367,30 2.330,60
1,11 2.399,30 2.329,90
-3,22 2.166,50 2.112,50
-26,06
325,2 1.944,80
3,3 2.075,40 1.925,70
18,02 2.491,00 1.575,80
5,49 1.595,60 1.367,30

-7,86
-21,84
-12,12
24,23
-21,08
13,02
-13,85
11,16
-1,55
-2,89
-2,49
498,02
-7,22
-36,74
-14,31

Peran.
(%)
2015
14,29
12,71
6,3
4,6
4,46
4,02
3,82
3,34
2,97
2,97
2,69
2,48
2,46
2,01
1,74

1,44
-0,03
10,92
10,08

1.338,80
1.324,00
1.231,00
1.129,10

-0,13
-34,92
-15,23
-15,48

1,71
1,69
1,57
1,44

-0,94 1.129,00 1.078,30


12,34 17.547,80 16.739,40
1,59 84.767,20 78.426,30

-4,49
-8,08
-7,48

1,37
21,34
100

Trend(%)
2010-2014

Jan-Jul
2014

1.340,60
2.034,30
1.452,20
1.335,90

Perub.(%)
2015 2015/2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan

Tidak ada perkembangan produk ekspor baru Indonesia selama 5 tahun dalam komposisi produk
utama ekspor Indonesia.

17

KINERJA NEGATIF EKSPOR PRODUK INDUSTRI


Juta USD
NO

HS/KOMODITAS

2010

2011

2012

2013

2014

Trend(%)
2010-2014

Jan-Jul
2014

15 LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI

16.286,40

21.607,20

21.229,60

19.181,40

21.037,00

85 MESIN/PERLATAN LISTRIK

10.373,20

11.145,40

10.764,80

10.438,40

9.745,70

-1,89

5.620,50

71 PERHIAASAN/PERMATA

1.425,10

2.561,70

3.204,90

2.725,50

4.619,40

27,3

40 KARET DAN BARANG DARI KARET

9.339,70

14.321,10

10.456,00

9.381,10

7.088,30

87 KENDARAAN DAN BAGIANNYA

2.899,90

3.328,60

4.856,90

4.567,20

84 MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK

4.986,70

5.749,50

6.103,10

64 ALAS KAKI

2.501,80

3.301,90

44 KAYU, BARANG DARI KAYU

2.935,40

62 PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN

2015

-7,86

17,71

4.939,00

-12,12

7,80

2.905,60

3.609,70

24,23

5,70

-9,29

4.435,30

3.500,40

-21,08

5,53

5.213,70

16,06

2.790,60

3.153,90

13,02

4,98

5.968,50

5.969,10

4,05

3.476,30

2.995,00

-13,85

4,73

3.524,60

3.860,40

4.108,40

12,17

2.359,70

2.623,00

11,16

4,14

3.374,70

3.448,50

3.633,00

4.070,50

7,55

2.367,30

2.330,60

-1,55

3,68

3.611,00

4.149,70

3.749,20

3.906,20

3.932,40

1,11

2.399,30

2.329,90

-2,89

3,68

4.186,20

4.169,40

3.937,20

3.756,60

3.743,80

-3,22

2.166,50

2.112,50

-2,49

3,34

LAIN-LAIN

39.465,40

48.478,40

44.848,40

45.611,60

47.801,30

21,12 27.818,40 24.512,60

-11,88

38,71

INDUSTRY

98.010,60 122.187,70 116.123,30

113.029,70

117.329,50

2,86 68.506,30 63.316,70

-7,58

80,73

10 48 KERTAS/KARTON

4,01 12.166,30 11.210,60

Perub.(%) Peran.(%)
2015/2014
2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan

Umumnya ekspor produk utama industri mengalami penurunan selama Januari-Juli 2015
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, kecuali alas kaki dan kendaraan bermotor.

18

PERBANDINGAN PERAN EKSPOR INDONESIA


10.0%

Gambaran Peran Sektor Manufaktur terhadap Kinerja Ekspor Indonesia

9.0%

Keterangan

8.0%
7.0%

3.9%

6.0%

3.9%

Ekspor manufaktur Indonesia


4.0%

Total eskpor Indonesia

3.4%

Share ekspor manufaktur

2.6%
2.2%

3.0%
2.0%
1.0%

2.2%

1.9%
1.5%
0.5%
0.4%
1.1%

1.5%

2009

2010

2.2%

2.2%

0.5%

0.5%

0.6%

2.0%

1.8%

1.8%

1.7%

Ekspor manufaktur Indonesia

2011

2012

2013

2014

Impor Manufaktur Dunia

Sumber : Trademap

Philippina

Thailand

2012

2013

2014

58.420

68.418

67.645

67.871

70.951

157.779

203.497

190.032

182.552

176.293

37%

34%

36%

37%

40%

Share Manufaktur Indonesia Terhadap Impor Manufaktur Dunia

0.5%

0.0%

Indonesia

2011

4.0%

5.0%
4.0%

2010

Singapura

Keterangan

Share Manufaktur Indonesia


Sumber: WTO

2010

2011

58.420

2012

68.418

2013

67.645

2014

67.871

70.951

10.353.577 11.978.791 11.999.173 12.399.604 12.788.420


1%

1%

1%

1%

1%
(Juta USD)

Peran sektor industri terlihat kecil, karena perbedaan definisi antara klasifikasi WTO tentang produk
manufaktur dengan BPS untuk produk industri. Namun demikian, pangsa ekspor manufaktur
Indonesia tidak berkembang di kisaran 1% dari total impor dunia terhadap produk manufaktur.

19

KECILNYA PERAN PRODUK UNGGULAN INDONESIA TERHADAP


IMPOR DUNIA

Share ekspor Indonesia relatif kecil terhadap impor dunia.


Beberapa komoditi utama Indonesia sangat sensitif terhadap harga komoditi
tersebut di pasaran Internasional, seperti komoditi pertanian dan pertambangan
sehingga diperlukan peningkatan peran lembaga lindung nilai (hedging) dan bursa
komoditi untuk menjamin kepastian harga yang diterima petani dan penambang.
2014
EKSPOR
INDONESIA
(RIBU USD)

SHARE EKSPOR
IMPOR DUNIA
INDONESIA TERHADAP
(RIBU USD)
IMPOR DUNIA

KODE HS

DESKRIPSI

'2701

Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal

18.697.800

113.234.229

17%

'1511

Palm oil & its fraction

17.464.905

35.398.365

49%

'2711

Petroleum gases

17.180.283

447.067.462

4%

'2709

Crude petroleum oils

9.271.214 1.502.034.440

1%

'4001

Natural rubber,balata,gutta-percha etc

4.744.753

18.124.040

26%

'8703

Cars (incl. station wagon)

2.641.590

698.781.623

0%

'1513

Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions

2.484.350

6.234.379

40%

'4412

Plywood, veneered panels and similar laminated wood

2.372.471

14.777.695

16%

'3823
'2713

Binders for foundry molds or cores; chemical products and residuals

2.367.121

9.284.953

25%

2.309.578

20.974.846

11%

Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum


oils

Sumber : Trademap

20

BELUM BERKEMBANGNYA JENIS PRODUK EKSPOR INDONESIA


DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN IMPOR DUNIA

Jumlah KomodiV Ekspor Indonesia di pasar dunia sekitar 88%...


Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di
dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2010

HS Code
yang Tidak
Diekspor
Indonesia
10%
HS Code
yang
Diekspor
Indonesia
90%

Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di


dunia yang Diekspor Indonesia Thn 2014

HS Code
yang Tidak
Diekspor
Indonesia
12%
HS Code
yang
Diekspor
Indonesia
88%

Sumber : Trademap

21

MENURUNNYA KONTRIBUSI DAERAH UTAMA TERHADAP


EKSPOR NON MIGAS NASIONAL (dalam juta USD)

Sumber : BPS yang telah diolah oleh Kementerian Perdagangan

22

PERANAN INDUSTRI TERHADAP INVESTASI


Deregulasi bertujuan untuk mempermudah investasi sektor industri baik untuk
pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk meningkatkan ekspor
dan penyerapan tenaga kerja.

INVESTASI ASING SEKTOR INDUSTRI MENURUN


PMDN
NO

SEKTOR

Mei 2014
P

Mei 2015

% (I)

Mei 2014
P

Mei 2015

120

4.928,9

292

7.972,8

61,76

271

1.287,1

17

190,4

64

1.688,7

786,78

89

81,9

304
195

70,6

-13,76

55

55,4

-215,67

2,7

27

12,3

360,47

31

21,4

54

134,3

528

180,53

170

468,1

412,8

-11,83

13,86

89

239,6

174,4

-27,23

164,3

193
158
62

456,0

177,50

275

460,4

541

609,9

32,47

-100

701,7

6063,92

126

421,6

206

373,4

-11,44

22,6

100

70

53,9
3.218,6

90

8,7

-83,85

1.886

2.508,9

3.

Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki

5,4

100

37

17,5

4.

Industri Kayu

2,7

25

28,7

952,11

23

5.

Ind. Kertas & Percetakan

12

1.446,6

32

655,8

-54,67

6.
7.
8.

Ind. Kimia dan Farmasi


Ind. Karet dan Plastik
Ind. Mineral Non Logam

26

2.510,9

95

7.043,6

41

1.171,3

89

1.333,6

14

1.436,0

50

2.772,5

93,07

47

9.

Ind. Logam, Mesin & Elektronik

26

366,8

110

3.337,3

809,95

2,6

11,4

27

4.928,9

18

11.
12.

P : Jumlah Izin Usaha;

264

12.067,6

811

-84,37

Industri Makanan
Industri Tekstil

Ind. Instru. Kedokteran, Presisi &


Optik dan Jam
Ind. Kendaraan Bermotor & Alat
Transportasi Lain
Industri Lainnya
Jumlah

% (I)
201,2

1.
2.

10.

PMA

25.562,8

111,83

1,231

-22,05

I : Nilai Realisasi Investasi Sumber : BKPM diolah Kemenperin

Nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar 111,83% dibanding Mei Tahun 2014
sebesar Rp 12,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 2015
sebesar Rp 42,93 triliun. Tetapi nilai investasi PMA sektor industri s.d Mei 2015 mencapai USD 2,50 milyar atau menurun sebesar
-22,05% dibandingkan Mei 2014 sebesar USD 3,21 milyar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari
total investasi PMA s.d Mei 2015 sebesar USD 7,37 milyar.

24

PENYERAPAN TENAGA KERJA MENURUN DALAM INVESTASI SEKTOR INDUSTRI


Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Sektor Industri
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Industri PMDN

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Industri PMA

Sumber: BKPM

PMDN, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 279.099 tahun 2012 menjadi hanya 124.135 tahun
2014 (turun sebesar 56%).

PMA, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar 510.540 tahun 2012 menjadi hanya 222.345 tahun
2014 (turun sebesar 56%).

25

KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP I


Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)

KEBIJAKAN DEREGULASI I 9 SEPTEMBER 2015: MENGGERAKKAN EKONOMI NASIONAL

I.1

Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)

1. Tujuan: Kebijakan Deregulasi ini diarahkan untuk mendorong daya saing industri, dengan
a. Pemulihan Efisiensi: Memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri/utilisasi kapasitas industri,
dan menghilangkan distorsi industri yang membebani konsumen, dengan melepas tambahan
beban regulasi dan birokrasi bagi industri, seperti: mempermudah pengadaan bahan baku hasil
pertanian, perikanan, perkebunan, dan pertambangan; menghilangkan kewajiban pendaftaran
produk jadi; uji teknik produkjadi; mendorong perluasan kegiatan industri baru melalui
pengembangan kawasan industri; kemudahan investasi sektor industri; memperlancar
pengadaan impor komponen/kelengkapan untuk keperluan ekspor industri; menghilangkan
duplikasi pemeriksaan fisik untuk kelancaran ekspor dan distribusi produk industri, dsb;
b. Penyelesaian Kesenjangan Daya Saing: Mempercepat penyelesaian kesenjangan daya saing
industri dibandingkan dengan kondisi daya saing negara lain, seperti mempermudah birokrasi
pengadaan lahan, memperkuat sistem pembiayaan usaha, memperkuat fungsi ekonomi
koperasi, meningkatkan kegiatan wisata, membenahi sistem pengupahan, penurunan harga gas,
konversi BBM ke BBG untuk nelayan, percepatan izin investasi listrik 35.000 MW, dsb;
c. Mendorong Keunggulan: Menciptakan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan daya saing
industri, seperti: fasilitas perpajakan untuk mendorong sektor angkutan, pengembangan pusat
logistik berikat, inland FTA, dsb, sehingga industri nasional mampu bertahan di pasar domestik
dan berekspansi ke pasar ekspor.

27

KEBIJAKAN DEREGULASI I 9 SEPTEMBER 2015: MENGGERAKKAN EKONOMI NASIONAL

Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)


2. Bentuk Kebijakan Deregulasi:
a. Mengurangi Peraturan (Deregulasi):

Merasionalisasi peraturan dengan menghilangkan duplikasi/redundansi/irrelevant regulations.


Melakukan keselarasan antar peraturan.
Melakukan konsistensi peraturan.
b. Mempermudah Pelayanan Birokrasi (Debirokratisasi):
Simplifikasi perizinan seperti satu identitas pelaku usaha/profile sharing, sedikit persyaratan
perizinan, dan sebagainya.
Adanya SOP dan SLA yang jelas dan tegas dalam mekanisme dan prosedur perizinan serta
penyediaan help desk dan pengawasan internal yang berkelanjutan.
Menganut sistem pelimpahan kewenangan kepada PTSP (tempat, bentuk, waktu, biaya).
Penerapan Risk Management yang selaras dalam proses perizinan.
Pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik.
c. Meningkatkan Penegakan Hukum dan Kepastian Usaha:
Adanya saluran penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi (damage control channel).
Pengawasan, pengamanan dan kenyamanan, serta pemberantasan pemerasan dan pungli.
Membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan.
3. Cakupan Kegiatan Industri yang Direlaksasi:
a. Kemudahan Investasi;
b. Efisiensi Industri;
c. Kelancaran Perdagangan dan Logistik;
d. Kepastian Pengadaan Bahan Baku Sumber Dalam Negeri, terutama untuk sektor pertanian kelautan dan
perikanan, hasil hutan, dan barang tambang.

28

RINGKASAN DEREGULASI TAHAP I


PP : 10
RPP : 1
Inpres : 1
Permen : 31
Perka : 4
TOTAL 52 PERATURAN

KEMUDAHAN
INVESTASI

PP : 1
RPP : 2
Perpres : 3
Inpres : 2
Permen : 21
Perdirjen : 1
TOTAL 30 PERATURAN

EFISIENSI
INDUSTRI

PP : 5
RPP : 1
Perpres : 3
Permen : 36
Perke : 2
Perdirjen : 1
SE : 1
TOTAL 49 PERATURAN

KELANCARAN
PERDAGANGAN

DAN LOGISTIK

PP : 1
RPP : 1
Perpres : 1
Permen : 5
TOTAL 8 PERATURAN

KEPASTIAN
BAHAN BAKU
SUMBER
DALAM
NEGERI

29

SEKTOR ENERGI:
- Penyediaan penjualan solar
eceran, BBG bagi nelayan,
penurunan harga gas untuk
industri tertentu

PENYEDIAAN TANAH:
- Persyaratan HGU, HGB, HPAT
- Pengaturan Kepemilikan Tanah
- Persyaratan dan Perluasan Lingkup Kerja
PPAT
- Pengaturan Penggunaan Tanah Terlantar
- Persyaratan Izin Memiliki Rumah Tinggal
oleh Orang Asing
- Efisiensi Biaya Pengurusan Tanah
- Pengadaan Tanah untuk Umum
- Petunjuk Pengadaan Tanah

- Penggunaan APBN untuk


Kilang Minyak Dalam Negeri
oleh Pertamina
- Perizinan Invetasi Listrik
- Tanggap Darurat Krisis
Energi

Penguatan fungsi
PTSP dalam
pelayanan perizinan
dan non perizinan
serta percepatan
proyek strategis
nasional

KEMUDAHAN SEKTOR
KEHUTANAN:
- Tata Cara Peruntukan Hutan
- Penggunaan Kawasan Hutan
- Pinjam Pakai Kawasan Hutan

KEMUDAHAN
INVESTASI

PENGEMBANGAN UMKM DAN


PENGUATAN FUNGSI EKONOMI
KOPERASI:
- Pengembangan Inkubator
- Wirausaha dan Peningkatan peran
dan skala koperasi sebagai badan
usaha ekonomi

- Pembatasan Luas Izin Usaha


- Pemanfaatan Hasil Hutan

KEPASTIAN USAHA
HORTIKULTURA:
- Grandfather Clause
untuk Investasi
Hortikultura
- Wisata Agro
Hortikultura
- Kewajiban Divestasi
Usaha Perkebunan

30

Insentif fiskal untuk


sektor angkutan/
transportasi

REVITALISASI BUMN
PENINGKATAN PERAN
PERUMNAS; DAN
Penggabungan PT.Reasuransi
Umum Indonesia ke Dalam PT.
Reasuransi Indonesia Utama

Penegasan Harga
Gas Bumi oleh
Pemerintah

EFISIENSI
INDUSTRI

Pengaturan Sistem
Pengkajian atau
Pengupahan
Inland FTA

Reformasi
kawasan industri

PERIZINAN:
- Penghilangan Rekomendasi,
IP, LS, Wajib SNI barang
tertentu
- API sebagai identitas Importir
- Penegasan Penghilangan
IUOP bagi Kegiatan cut and fill

Pengaturan
Sumber Daya Air

Besaran Rasio
Hutang dan
Modal untuk
Perhitungan PPh

31

KEMUDAHAN
WISATA:
- Penghapusan CAIT
- Perubahan
Ketentuan Bebas
Visa Kunjungan

API sebagai
Identitas tunggal
Importir dan SIUP
sebagai indentitas
eskportir

Kelancaran ekspor
produk industri dengan
menghilangkan
perizinan, persyaratan
dan duplikasi
pemeriksaan

Pusat Logistik
Berikat

KELANCARAN
PERDAGANGAN
DAN LOGISTIK
Fasilitas KITE untuk
IKM

Otomasi
Pengawasan
Peredaran Obat
dan Makanan

Kemudahan impor
bahan baku untuk
industri dan
pengawasan impor
barang konsumsi

Distribusi Dalam Negeri:


Pengawasan Peredaran
Barang yang ber-SNI dan Label
Berbahasa Indonesia serta
Toko Modern

32

Perikanan dan
Kelautan: garam,
efisiensi usaha
nelayan

KEPASTIAN
BAHAN BAKU
SUMBER
DALAM
NEGERI
PERTAMBANGAN:
Kemudahan
pengadaan scrap

PERTANIAN:
Pengadaan langsung
benih holtikultura

33

I.2

PAKET KEBIJAKAN I 9 September 2015: Menggerakkan Ekonomi Nasional


Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)
Rekapitulasi Deregulasi Berdasarkan K/L
NO

KEMENTERIAN/LEMBAGA

JUMLAH REGULASI
PP

Perpres

Inpres

Permen

Lainnya

1.

Kemenko Perekonomian

2.

Kementerian Perindustrian

3.

Kementerian Perdagangan

4.

Kementerian Keuangan

5.

Kementerian Pertanian

6.

Kementerian ESDM

7.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang

8.

Kementerian Lingkungan dan


Kehutanan

9.

Kementerian Ketenagakerjaan

10.

Kementerian Perhubungan

11.

Kementerian PU PR

12.

Kementerian Kesehatan

13.

Kementerian Pariwisata

14.

Kementerian KUKM

15.

BKPM

16.

BPOM

134

Total Regulasi

TOTAL
REGULASI

2
14
30

15
2

32

10

10

1
5

3
5

1
1

2
29

17

11

11

96

29

34

KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II


Kemudahan Perizinan Investasi dan Devisa Hasil Ekspor

POKOK POKOK KEBIJAKAN DEREGULASI II - 29 SEPTEMBER 2015


1. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam
Memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu
tiga jam
Pemegang Izin Investasi sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi di
Kawasan Industri.
2. Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat
Tax Allowance
Pemerintah memberikan atau menolak tax allowance kepada investor, setelah
25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi.
Tax Holiday
Pemerintah mengesahkan pemberian tax holiday, maksimun 45 hari setelah
semua persyaratan dipenuhi.
3. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi
Tidak memungut PPN untuk beberapa alat transportasi, terutama adalah
galangan kapal, kereta api, pesawat, dan termasuk suku cadangnya
Kebijakan ini telah tertuang dalam PP No. 69/ 2015 tentang impor dan
penyerahan alat angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkait
angkutan tertentu yang tidak dipungut PPN.
36

POKOK POKOK KEBIJAKAN DEREGULASI II - 29 SEPTEMBER 2015


4. Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat
Pembangunan dua pusat logistik berikat, di Cikarang terkait sektor manufaktur dan di Merak
terkait BBM, yang direncanakan siap beroperasi menjelang akhir tahun.
Manfaat: perusahaan manufaktur tidak perlu impor dan tidak perlu mengambil barang dari luar
negeri, cukup mengambil dari gudang berikat.
5. Insentif pengurangan pajak bunga deposito
Pengurangan pajak bunga deposito diberikan kepada Eksportir yang berkewajiban melaporkan
devisa hasil ekspor (DHE) ke BI.
DHE yang disimpan dalam bentuk deposito: (i) 1 bulan diturunkan 10 persen, (ii) 3 bulan menjadi
7,5 persen, (iii) 6 bulan menjadi 2,5 persen dan (iv) di atas 6 bulan 0 persen.
Jika dikonversi ke rupiah: (i) 1 bulan 7,5 persen, (ii) 3 bulan 5 persen, dan (iii) 6 bulan langsung 0
persen.
6. Perampingan Izin Sektor Kehutanan
Mempercepat Izin investasi dan produksi sektor kehutanan dengan mengurangi dari 14 izin
menjadi 6 izin

37

KEMUDAHAN LAYANAN INVESTASI 3 JAM DI KAWASAN INDUSTRI


Pokok Pokok Kebijakan;
Kriteria untuk mendapatkan layanan cepat investasi 3 jam adalah para investor memiliki rencana investasi minimal Rp
100 miliar dan atau rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia di atas 1,000 (seribu) orang.
Permohonan disampaikan langsung oleh calon pemegang saham ke PTSP Pusat di BKPM. Satu calon pemegang
saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa.
Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM ini meliputi izin penanaman modal
(investasi), akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum
Indonesia, serta NPWP.
Izin investasi yang diberikan sekaligus akan berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan
investasi di Kawasan Industri. Tapi sebelumnya, perusahaan tersebut harus memenuhi norma/standar dalam
berinvestasi yang harus dipenuhi sesuai ketentuan Kawasan Industri, antara lain pajak, TDP, Izin Gangguan/SITU,
IMB, Izin Lokasi, Pertimbangan Teknis Pertanahan, HGB, Izin Lingkungan dan Amdal, Amdal Lalin, ketenagakerjaan,
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dan lain-lain.
Regulasi yang telah diterbitkan:
1. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman
Modal.
2. Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal.
3. Peraturan Kepala BKPM Nomor 16 tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas
Penanaman Modal.
4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 17 tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal.

38

KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP III


Kemudahan Usaha Jasa Keuangan, Pembiayaan Ekspor,
dan Pengurangan Beban Usaha

POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 2015


I.

Paket Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan


1.
Relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha dan penitipan valuta asing dan pengelolaan (trust)
bank.

II.

2.

Rancangan skema asuransi pertanian.

3.

Rmodal ventura.

4.

Pembentukan konsorsium pembiayaan industri berorientqsi ekspor dan ekonomi kreatif serta usaha

5.

mikro, kecil, menengah, dan koperasi.


Pemberdayaan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

6.

Penegasan implementasi one project concept dalam penetapan kualitas kredit.

Penurunan Harga BBM, Listrik Dan Gas


1

Harga BBM

Harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun sejak 1 Oktober 2015.
Harga BBM jenis solar diturunkan sebesar Rp 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis
solar bersubsidi akan menjadi Rp 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan
berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi. Keputusan ini berlaku 3 hari sejak pengumuman ini.

Harga BBM jenis premium tetap, yakni Rp 7.400 per liter (Jamali) dan Rp 7.300 (di luar Jamali).

40

POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 2015


III. PENURUNAN HARGA BBM, LISTRIK DAN GAS
2

Harga Gas

Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya beli
industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu (Million British Thermal Unit). Sedangkan harga gas untuk
industri lainnya (seperti petrokimia, keramik, dsb) akan diturunkan sesuai dengan kemampuan industri
masing-masing. Penurunan harga gas dimungkinkan dengan melakukan efisiensi pada sistem
distribusi gas serta pengurangan penerimaan negara atau PNBP gas. Meski demikian, penurunan
harga gas ini tidak akan mempengaruhi besaran penerimaan yang menjadi bagian perusahaan gas
Kontrak Kerja Sama.

Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2016. Karena masih
harus mengubah aturan tentang PNBP-nya, ujar Darmin .

Harga Listrik
Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4 akan mengalami penurunan tarif mengikuti turunnya
harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment).
Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai tengah malam pukul 23:00 hingga pagi hari
pukul 08:00, pada saat beban sistem ketenagalistrikan rendah.
Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari tagihan selama setahun dan
melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-13, khusus untuk industri padat karya

41

POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 2015


IV. PERLUASAN WIRAUSAHAWAN PENERIMA KUR

V.

Dalam rangka meningkatkan akses wirausahawan kepada kredit perbankan, melalui program Kredit
Usaha Rakyat (KUR), pemerintah telah menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 12%
persen. Pada paket kebijakan ini, para keluarga yang memiliki penghasilan tetap atau pegawai,
dipertegas dapat menerima KUR untuk sektor usaha produktif. Menurut Darmin Nasution, Melalui
perluasan penerima KUR ini, pemerintah berharap akan muncul para wirausahawan baru.

PENYEDERHANAAN IZIN PERTANAHAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL


1.

Untuk menunjang perekonomian di bidang pertanahan, Kementerian ATR/BPN merevisi Permen Nomor
2 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan dalam
Kegiatan Penanaman Modal.

2.

Beberapa substansi pengaturan baru yang mencakup beberapa hal seperti:


a) Pemohon mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan (semula 7 hari menjadi 3 jam);
b) Seluruh permohonan didaftarkan sebagai bentuk kepastian bagi pemohon terhadap ketersediaan
dan rencana penggunaan lahan. Surat akan dikeluarkan dalam waktu 3 jam

42

POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 2015


c)

Kelengkapan perijinan prinsip

Proposal, pendirian perusahaan, alas Hak Tanah menjadi persyaratan awal untuk dimulainya
kegiatan lapangan;

Ada persyaratan yang dapat menyusul sampai dengan sebelum diterbitkannya Keputusan
tentang Hak Penggunaan Lahan

c)

Jangka Waktu pengurusan (Persyaratan harus lengkap):

Hak Guna Usaha (HGU) dari 30 90 hari 20 hari kerja (s/d 200 ha) atau 45 hari kerja (>
200 ha)

Perpanjangan/ pembaruan HGU dari 20 50 hari 7 hari kerja (s/d 200 ha) atau 14 hari kerja
(> 200 ha)

Permohonan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai dari 20 50 hari kerja 20 hari kerja (s/d 15
ha) atau 30 hari kerja (>15 ha)

Perpanjangan/ pembaruan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai dari 20 50 hari kerja 5 hari
kerja (s.d 15 ha) atau 7 hari kerja (>15 ha)

Hak Atas Tanah dari 5 hari kerja 1 hari kerja


Penyelesaian pengaduan dari 5 hari kerja 2 hari kerja

e) Dalam perpanjangan hak penggunaan lahan yang didasarkan pada evaluasi tentang pengelolaan
dan penggunaan lahan, termasuk audit luas lahan, oleh yang bersangkutan tidak lagi memakai
persyaratan seperti awal permohonan.

43

REKAPITULASI PERIZINAN DEREGULASI


YANG DIHILANGKAN
JENIS REGULASI

JUMLAH IZIN

Peraturan Pemerintah

41

Peraturan Presiden

RENCANA

REALISASI

19

SISA IZIN
(per 6 Okt 2015)
22
4

Instruksi Presiden
Peraturan Menteri Perindustrian

38

17

13

25

Peraturan Menteri Perdagangan

125

47

28

97

Peraturan Menteri Keuangan

Peraturan Menteri Pertanian

11

6
3

Peraturan Menteri ESDM


Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Peraturan Menteri Perhubungan

Peraturan Menteri Kesehatan

Peraturan Menteri Koperasi dan UKM

14

14

Peraturan Kepala BKPM

Peraturan Kepala BPOM

256

86

41

215

44

REKAPITULASI PERIZINAN DEREGULASI


KLASIFIKASI REGULASI

JUM49H IZIN

YANG DIHILANGKAN
RENCANA

REALISASI

SISA IZIN
(per 6 Okt 2015)

Kemudahan Investasi

44

44

Efisiensi Industri

49

22

16

33

Kelancaran Perdagangan dan


Logistik

150

52

22

128

Kepastian Bahan Baku


Sumber Dalam Negeri

13

10

TOTAL REGULASI

256

86

41

215

45

LAMPIRAN

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

19

14

1.

PP Kawasan Industri

PP yang melaksanakan UU Nomor 13 Tahun


2010 Tentang Hortikultura, untuk memberikan
grandfather clause bagi investasi perkebunan
hortikultura

PP yang merevisi PP Nomor 40 Tahun 1996


tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah

PP yang merevisi PP Nomor 24 Tahun 1997


tentang Pendaftaran Tanah

PP yang merevisi PP Nomor 37 Tahun 1998


tentang Peraturan Jabatan PPAT

PP yang merevisi PP Nomor 11 Tahun 2010


tentang Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar

PP yang merevisi PP Nomor 41 Tahun 1996


tentang Pemilikan Rumah Tinggal Atau
Hunian Oleh Orang Asing Yang
Berkedudukan di Indonesia-

KLASIFIKASI
Mendorong keunggulan

Pemulihan efisiensi

1
Izin peralihan Hak Pakai
atas tanah negara

1
Izin Peruntukan
penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah
negara bekas tanah
terlantar
-

1
Izin peralihan Hak Pakai
atas tanah negara

1
Izin Peruntukan
penguasaan, pemilikan,
penggunaan, dan
pemanfaatan tanah negara

Penyelesaian kesenjangan
daya saing
Pemulihan efisiensi

Pemulihan efisiensi

Pemulihan efisiensi

Mendorong keunggulan

47

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

PP yang merevisi PP Nomor 13 Tahun 2010


tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional

PP perubahan keempat PP No. 23/2010


tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, untuk
debirokratisasi dengan memperpendek
jangka waktu proses pengajuan
perpanjangan IUP, IUPK, KK, dan PKP2B

6
- Ijin Usaha
Pertambangan (IUP)
- IUP Eksplorasi
- IUP Operasi Produksi
- Izin Usaha
Pertambangan
Khusus (IUPK)
- IUPK Eksplorasi
- IUPK Operasi
Produksi

10

PP tentang PPN Jasa Kepelabuhanan, untuk


memberikan insentif PPN bagi angkutan laut
luar negeri

Mendorong keunggulan

11

PP yang merevisi PP No 146 Tahun 2000


tentang Impor dan/ atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan
Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan
dari Pengenaan PPN, untuk insentif, PPN
dibebaskan bagi alat angkut tertentu (Kapal
Laut, Kereta Api, Pesawat)

Mendorong keunggulan

RPP Usaha Wisata Agro Hortikultura

Mendorong keunggulan

12

KLASIFIKASI
Pemulihan efisiensi

6
Pemulihan efisiensi
- Ijin Usaha Pertambangan
(IUP)
- IUP Eksplorasi
- IUP Operasi Produksi
- Izin Usaha
Pertambangan Khusus
(IUPK)
- IUPK Eksplorasi
- IUPK Operasi Produksi

48

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

13

PP tentang Impor dan Penyerahan Alat


Angkut Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena
Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang
Tidak Dipungut PPN, untuk insentif, PPN
tidak dipungut bagi alat angkut tertentu
(Kapal Laut, Kereta Api, Pesawat)

Mendorong keunggulan

14

Perpres Percepatan Pelaksanaan Proyek


Strategis Nasional

Penyelesaian kesenjangan
daya saing

15

Perpres yang merevisi Perpres Nomor 30


Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

16

Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan


Pembangunan Kilang Minyak di Dalam
Negeri, sebagai pedoman akselerasi
pembangunan kilang minyak (termasuk
produk turunannya) melalui dana APBN dan
penugasan kepada Pertamina

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

Penyelesaian kesenjangan
daya saing

Pemulihan efisiensi

49

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

17

Peraturan Presiden tentang percepatan


pembangunan infratstruktur ketenaga
listrikan, untuk deregulasi dan debirokratisasi
proses perizinan investasi listrik

Penyelesaian kesenjangan
daya saing

18

Perpres Percepatan Pelaksanaan Proyek


Strategis

Pemulihan efisiensi

19

Inpres Percepatan Pelaksanaan Proyek


Strategis

Pemulihan efisiensi

20

Revisi Perka BKPM Nomor 5 Tahun 2003 jo


Perka BKPM Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non
Perizinan untuk menyesuaikan seluruh jenis
izin usaha harus disamakan nomenklatur
dengan peraturan perundang-undangan
sektor.

21

Perka BKPM yang merevisi Perka BKPM No 3


Tahun 2012, agar dalam pengendalian
pelaksanaan penanaman modal, pengawasan
terutama perubahan investasi dapat
dilaksanakan dengan baik, sehingga K/L
terkait dan asosiasi industri mendapatkan
informasi perubahan.

5
- Pendaftaran
penanaman modal
- Izin prinsip
- Izin usaha
- Izin usaha perwakilan
perusahaan
perdagangan asing
- Izin kantor perwakilan
perusahaan asing

5
-Pendaftaran penanaman
modal
- Izin prinsip
- Izin usaha
- Izin usaha perwakilan
perusahaan perdagangan
asing
- Izin kantor perwakilan
perusahaan asing

Pemulihan efisiensi

Pemulihan efisiensi

50

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

22

Perka BKPM tentang Izin Prinsip Penanaman


Modal

Pemulihan efisiensi

23

Perka BKPM tentang Fasilitas Penanaman


Modal

Pemulihan efisiensi

24

Permentan yang merevisi Permentan Nomor


98 Tahun 2013 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan, untuk merubah pasal 14
yang mewajibkan divestasi kepada koperasi
pekebun setempat

25

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan yang merevisi Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.16/Menhut-II/2014
tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan.

1
Izin pinjam pakai
kawasan hutan

1
Izin pinjam pakai kawasan
hutan

Pemulihan efisiensi

Pemulihan efisiensi

51

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

SISA

KLASIFIKASI

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

26

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan


Kehutanan yang mengubah Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.8/Menhut-II2014 tentang
Pembatasan Luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam,
IUPHHK Hutan Tanaman Industri atau IUPHHK
Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi.

3
-Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada
Hutan Tanaman Industri
-Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada
Hutan dalam Hutan Alam
-Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Restorasi
Ekosistem dalam Hutan
Alam

27

Permen ATR/Kep. BPN Nomor 6 Tahun 2015


tentang Perubahan atas Permen Kepala BPN
Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah

28

Permen ATR/Kep. BPN yang merevisi


Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010
tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan
Pertanahan.

Pemulihan efisiensi

29

Permen ATR/Kep. BPN yang merevisi


Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan.

Pemulihan efisiensi

30

Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi


Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 145/KEP/
M/1998 tentang Petunjuk Penanaman Modal
Penyertaan Pada Koperasi, agar Koperasi
dapat membangun modal penyertaan
sebagai instrumen modal yang sebagai surat
berharga yang dapat diperjualbelikan
sehingga dapat mengembangkan
pemupukan modal Koperasi yang berasal
dari luar

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

3
Pemulihan efisiensi
-Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Industri
-Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu pada Hutan
dalam Hutan Alam
-Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Restorasi
Ekosistem dalam Hutan Alam
-

Pemulihan efisiensi

52

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

31

Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi


Kepmen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah Nomor 19/KEP/M/III/1998 tentang
Pedoman Kelembagaan dan Usaha Kecil,
untuk mendukung koperasi berani masuk ke
sektor lain

32

Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi


Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 91/KEP/
M.KUM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan
Syariah, agar selaras dengan UU No 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah serta
meningkatkan kepatuhan KSP dan pembiayaan
syariah

JUMLAH IZIN

-
-

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi


Permen Koperasi dan UKM Nomor 118/PER/
M.KUKM/X/2004 tentang Pedoman Pendidikan
dan Pelatihan Bagi Koperasi dan UKM, untuk
mengakomodir UU No 20 tahun 2008 tentang
UMKM dan diklat pengembangan kompetesi
usaha mikro

SISA

KLASIFIKASI
Penyelesaian
kesenjangan daya saing

33

IZIN YANG DIHILANGKAN

5
Permohonan
pengesahan akta
pendirian Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
Permohonan Pendirian
Koperasi Jasa
Keuangan Syariah
Permohonan
pengesahan Unit Jasa
Keuangan Syariah
Permohonan
persetujuan pembukaan
Kantor Cabang
Permohonan ijin
perubahan pola
operasional menjadi
sistem syariah untuk
konversi data keuangan

5
Penyelesaian
- Permohonan pengesahan kesenjangan daya saing
akta pendirian Koperasi
Jasa Keuangan Syariah
- Permohonan Pendirian
Koperasi Jasa Keuangan
Syariah
- Permohonan pengesahan
Unit Jasa Keuangan
Syariah
- Permohonan persetujuan
pembukaan Kantor Cabang
- Permohonan ijin perubahan
pola operasional menjadi
sistem syariah untuk
konversi data keuangan

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

53

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

34

Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi


Kepmen Negara Urusan Koperasi dan UKM
Nomor 123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang
Penyelenggaraaan Tugas Pembanguan Dalam
Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan
Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi Pada
Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk
menyelaraskan dengan UU No 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan mendukung
pembentukan Koperasi

2
- Menunjuk gubernur sebagai
pejabat untuk dan atas nama
Menteri Koperasi dan UKM dlm
pengesahan akta pendirian,
perubahan anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi yang
anggotanya berdomisili lebih
dari 1 kab/kota dalam propinsi
- Menunjuk bupati untuk dan atas
nama Menteri Koperasi dan
UKM dlm pengesahan akta
sebagai pejabat dlm
pengesahan akta pendirian,
perubahan anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi yang
anggotanya berdomisili di
wilayah bersangkutan

35

Kepmen Koperasi dan UKM yang


merevisi Kepmen Koperasi dan UKM
Nomor 124/Kep/M.UKM/X/2004 tentang
Penugasan Pejabat Yang Berwenang
untuk memberikan Pengesahan Akta
Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar
dan Pembubaran Koperasi di Tingkat
Nasional, untuk menyelaraskan dengan
UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan mendukung
pembentukan Koperasi

1
Menugaskan Deputi
Kelembagaan Kemen
Koperasi dan UKM sebagai
pejabat untuk dan atas nama
Menteri Koperasi dan UKM
dlm pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi yang
anggotanya berdomisili lebih
dari 1 propinsi

IZIN YANG
DIHILANGKAN
Merevisi ketentuan yang
memberi wewenang
gubernur dan bupati dalam
dlm pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi

Merevisi ketentuan
yang Menugaskan
Deputi Kelembagaan
Kemen Koperasi dan
UKM dalam dlm
pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi

SISA
2
pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi
adalah wewenang
pemerintah pusat

KLASIFIKASI
Penyelesaian
kesenjangan daya saing

Penyelesaian
1
kesenjangan daya saing
pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi
adalah wewenang
pemerintah pusat

54

KEMUDAHAN INVESTASI
NO
36

REGULASI

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi


Permen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah Nomor 01/PER/MENEG/I/2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi, untuk menyelaraskan
dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan mendukung
pembentukan Koperasi

JUMLAH IZIN
1
Pejabat di tingkat
Propinsi dan
Kabupaten/Kota
berwewenang untuk
menerbitkan
Surat Keputusan
pengesahan akta
pendirian koperasi

IZIN YANG
DIHILANGKAN

Merevisi ketentuan
yang memberi
wewenang Pejabat di
tingkat Propinsi dan
Kabupaten/Kota
berwewenang untuk
menerbitkan
Surat Keputusan
pengesahan akta
pendirian koperasi

SISA

KLASIFIKASI

Penyelesaian
1
kesenjangan daya saing
pengesahan akta
pendirian, perubahan
anggaran dasar, dan
pembubaran koperasi
adalah wewenang
pemerintah pusat

37

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi


Permen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah Nomor 03/PER/M.KUKM/I/2007
tentang Pedoman Penilaian Provinsi/Kabupaten/
Kota/Penggerak Koperasi, untuk menyelaraskan
dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan mendukung
pemberdayaan Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

38

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi


Permen Koperasi dan Pengusaha Kecil
Menengah Nomor 35.2/PER/M.KUKM/X/2007
tentang Pedoman Standar Operasional
manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah
dan Unit Jasa Keuangan Syariah, untuk
menyesuaikan dengan UU No 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah serta meningkatkan
kepatuhan KSP dan pembiayaan syariah

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

55

KEMUDAHAN INVESTASI
IZIN YANG
DIHILANGKAN

NO

REGULASI

39

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM Nomor 35.3/PER/K.UKKM/X/2007
tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi jasa
Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah,
untuk menyesuaikan dengan UU No 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah serta meningkatkan
kepatuhan KSP dan pembiayaan syariah

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

40

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah Nomor 39/
PER/M.KUKM/XII/2007 tentang Pedoman
Pengawasan Koperasi jasa Keuangan Syariah dan
Unit jasa Keuangan Syariah, untuk menyesuaikan
dengan UU No 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah serta meningkatkan kepatuhan KSP dan
pembiayaan syariah

Penyelesaian
kesenjangan

41

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/K.KUKM/III/2008
tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi, untuk
menyelaraskan dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah dan mendukung pembentukan
Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi permen


Koperasi dan UKM Nomor 19/PER/M.KUKM/XI/2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi, untuk menyesuaikan dengan UU No
1 Tahun 2013 tentang LKM dan meningkatkan kepatuhan
KSP

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

42

JUMLAH IZIN

SISA

KLASIFIKASI

56

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

SISA

43

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi permen Koperasi


dan UKM Nomor 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam
oleh Unit Simpan Pinjam, untuk menyesuaikan dengan UU
No 1 Tahun 2013 tentang LKM dan meningkatkan
kepatuhan KSP

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

44

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM Nomor 21/PER/M.KUKM/XI/2008
tentang Pedoman Pengawasan Kegiatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, untuk
menyesuaikan dengan UU No 1 Tahun 2013 tentang LKM
dan UU No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
dalam rangka meningkatkan kepatuhan KSP, serta
menyesuaikan dengan Keppres No 62 tahun 2015 tentang
Struktur Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka
peningkatan fungsi pengawasan terhadap Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

45

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM Nomor 6/PER/M.KUKM/IV/2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM Nomor 3/PER/M.KUKM/1/2007 tentang Pedoman
Penilaian Provinsi/Kabupaten/Kota Penggerak Koperasi
untuk menyelaraskan dengan UU No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan mendukung
pemberdayaan Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

46

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi Nomor 15/PER/M.KUKM/XII/2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM Nomor 19 /PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi, untuk menyesuaikan dengan UU No 1 Tahun
2013 tentang LKM dan meningkatkan kepatuhan KSP

2
- Izin Usaha Kegiatan
Simpan Pinjam
- Izin pembukaan Kantor
Cabang

2
- Izin Usaha Kegiatan
Simpan Pinjam
- Izin pembukaan
Kantor Cabang

KLASIFIKASI

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

57

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

SISA

47

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM No 7/Per/m.KUKM/IX/2011 tentang
Pedoman Pengembangan Koperasi Skala Besar, untuk
mendorong berkembangnya koperasi yang menjalankan
usaha di sektor riil

1
Rekomendasi oleh
dinas sebagai syarat
Calon Koperasi Skala
Besar

48

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM No 10/Per/M.KUKM/XII/2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraaan Rapat Anggota Koperasi
untuk menyesuaikan dengan UU No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan mendukung
pemberdayaan Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

49

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM No 04/Per/M.KUKM/VII/2012 Tentang
Pedoman Umum Akutansi Koperasi, untuk mengakomodir
keperluan akurasi pencatatan akuntansi koperasi sesuai
karakteristik usaha (pedoman umum akuntansi SAK ETAP
koperasi sektor riil, usaha simpan pinjam koperasi, dan
usaha simpan pinjam syariah)

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM No 01/PER/M.KUKM/I/2013 tentang
Pedoman Revitalisasi Koperasi, untuk menyelaraskan
dengan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan mendukung pemberdayaan Koperasi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

50

51

Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen


Koperasi dan UKM No 11/Per/M.KUKM/XII/2013 tentang
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Penyelenggaraan
Inkubator Wirausaha, untuk menyelaraskan dengan
Perpres No 62 tahun 2015 tentang Struktur Kementerian
Koperasi dan UKM

1
Izin Operasional
Penyelenggaraan
Inkubator Wirausaha

1
Rekomendasi oleh
dinas sebagai syarat
Calon Koperasi Skala
Besar

KLASIFIKASI
Penyelesaian
kesenjangan daya saing

1
Penyelesaian
Izin Operasional kesenjangan daya saing
Penyelenggaraan
Inkubator
Wirausaha

58

KEMUDAHAN INVESTASI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

SISA

52

Permen Koperasi dan UKM tentang Pedoman Umum


Akuntansi Koperasi Sektor Riil, untuk mengakomodir
keperluan akurasi pencatatan akuntansi koperasi sesuai
karakteristik usaha dan sebagai pedoman umum akuntansi
SAK ETAP koperasi sektor riil

KLASIFIKASI
Penyelesaian
kesenjangan daya saing

59

EFISIENSI INDUSTRI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

53

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perusahaan


Umum (Perum) Pembangunan Perumahan Nasional

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

54

PP Pengelolaan Sumber Daya Air, untuk memberikan kepastian


hukum dan efisiensi kegiatan industri

Pemulihan Efiensi

55

PP Sistem Pengupahan untuk melaksanakan UU No. 13/2003


tentang Ketenagakerjaan

Pemulihan Efiensi

56

Perpres yang merevisi Perpres No.180 tahun 2014 tentang


perubahan atas Perpres No.79 tahun 2011 tentang
kunjungan kapal wisata asing ke Indonesia

57

Perpres yang merevisi Perpres Nomor 69 tahun 2015


tentang Bebas Visa Kunjungan

58

Peraturan Presiden tentang kebijakan harga gas bumi


tertentu dalam kegiatan usaha hulu migas, untuk
menegaskan otoritas Pemerintah sebagai kuasa
penambangan dalam menetapkan harga gas bumi

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

59

Inpres Inland FTA

Penyelesaian
kesenjangan daya saing

60

Inpres Kebijakan Deregulasi Nasional

Pemulihan Efiensi

61

Dikeluarkan Surat Dirjen Minerba perihal petunjuk


operasional bagi dinas ESDM di Daerah yang menegaskan
tidak diperlukannya IUOP dalam kegiatan cut and fill
kawasan industri, untuk memberikan kepastian usaha bagi
kawasan industri

Pemulihan Efiensi

1
Clearance and
Approval for
Indonesian Territory
(CAIT)

1
Pemulihan Efiensi
Clearance and
Approval for
Indonesian Territory
(CAIT)

1
Izin tinggal kunjungan

1
Pemulihan Efiensi
Izin tinggal kunjungan

60

EFISIENSI INDUSTRI
NO

REGULASI

62

Permendag yang merevisi Permendag No. 53/MDAG/PER/7/2015 tentang Tekstil Dan Produk
Tekstil Batik Dan Motif Batik, untuk
menghilangkan rekomendasi dari Kemenperin

63

Permendag yang merevisi Permendag No 75/MDAG/PER/12/2013 tentang Ketentuan Impor


Barang Modal Bukan Baru, untuk menghilangkan
rekomendasi Kemenperin dan melarang impor
barang-baru untuk alat kesehatan.

JUMLAH IZIN
4
- Importir Terdaftar Tekstil dan Produk
Testil Batik dan Motif Batik
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor
-
-
-
-
-
-
-
-
-

64

Permendag yang mencabut No. 11/M-DAG/PER/


3/2010 jo. Permendag No. 35/M-DAG/PER/
5/2012 tentang ketentuan impor mesin, peralatan
mesin, bahan baku cakram optik kosong, dan
cakram optik isi

65

Permendag yang merevisi Permendag No. 15/MDAG/PER/3/2007 tentang ketentuan impor mesin
multifungsi berwarna, mesin fotokopi berwarna
dan printer berwarna sebagaimana telah diubah
dengan permendag no. 7/M-DAG/PER/2/2012,
untuk menghilangkan rekomendasi Kemenperin

9
Perusahaan Pemakai langsung
Perusahaan Rekondisi
Perusahaan Remanufakturing
Perusahaan Penyedia Peralatan
Kesehatan
Izin usaha
Izin edar
Persetujuan impor
Rekomendasi
Verifikasi surveyor

6
- Importir terdaftar cakram optik
- Verifikasi surveyor
- Rekomendasi importir mesin dan
peralatan mesin
- Rekomendasi importasi bahan baku
cakram dan cakram optik kosong
- Rekomendasi HAKI untuk importasi
cakram optik isi
- Persetujuan impor

SISA

IZIN YANG DIHILANGKAN


1
- Rekomendasi

3
- Importir Terdaftar Tekstil dan
Produk Testil Batik dan Motif
Batik
- Persetujuan Impor
- Verifikasi Surveyor

1
Rekomendasi

-
-
-
-
-
-
-
-

6
- Importir terdaftar cakram
optik
- Verifikasi surveyor
- Rekomendasi importir
mesin dan peralatan mesin
- Rekomendasi importasi
bahan baku cakram dan
cakram optik kosong
- Rekomendasi HAKI untuk
importasi cakram optik isi
- Persetujuan impor

KLASIFIKASI
Pemulihan Efiensi

8
Pemulihan Efiensi
Perusahaan Pemakai langsung
Perusahaan Rekondisi
Perusahaan Remanufakturing
Perusahaan Penyedia Peralatan
Kesehatan
Izin usaha
Izin edar
Persetujuan impor
Verifikasi surveyor
-

Pemulihan Efiensi

Pemulihan Efiensi

61

EFISIENSI INDUSTRI
IZIN YANG
DIHILANGKAN

NO

REGULASI

66

Pencabutan Permenperin No. 35/2015


tentang Perubahan atas Permenperin
No. 87/2013 tentang Pemberlakuan SNI
minyak goreng sawit secara wajib untuk
membatalkan kewajiban penjualan
minyak goreng dalam kemasan dengan
tujuan fortifikasi.

4
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI
(SPPT-SNI)
-Verifikasi Cara Produksi Pangan Olahan
yang Baik (CPPOB)
- Sertifikat Sistem Manajemen Mutu
(Sertifikat SMM)
- Kewajiban penjualan minyak goreng sawit
dalam bentuk kemasan

67

Permenperin yang merevisi


Permenperin No. 34/M-IND/PER/4/2007
untuk menghilangkan kewajiban
pendaftaran dan pemeriksaan teknis
kaca pengaman kendaraan bermotor
yang non SNI

4
2
-Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI
-Surat Pendaftaran Jenis
(SPPT-SNI)
Kaca Pengaman
-Surat Pendaftaran Barang (SPB)
-Surat Keterangan Kaca
-Surat Pendaftaran Jenis Kaca Pengaman
Pengaman Non SNI
-Surat Keterangan Kaca Pengaman Non SNI

2
-Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda SNI
(SPPT-SNI)
-Surat Pendaftaran
Barang (SPB)

Pemulihan Efiensi

68

Permenperin yang merevisi


Permenperin No. 44/M-IND/PER/4/2011
jo Permenperin No. 04/M-IND/PER/
1/2010 untuk menghilangkan kewajiban
pendaftaran dan pemeriksaan teknis
kaca lembaran yang non SNI

2
1
-Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI
- Surat Keterangan Kaca
(SPPT-SNI)
Lembaran Non SNI
-Surat Keterangan Kaca Lembaran Non SNI

1
- Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda SNI
(SPPT-SNI)

Pemulihan Efiensi

Permenperin yang merevisi


Permenperin No. 50/M-IND/PER/6/2014
untuk menghilangkan kewajiban
pendaftaran tipe dan pemeriksaan
teknis cermin kaca yang non SNI

2
1
-Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI
-Surat Keterangan Kaca
(SPPT-SNI)
Lembaran Non SNI
-Surat Keterangan Kaca Lembaran Non SNI

1
- Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda SNI
(SPPT-SNI)

Pemulihan Efiensi

69

JUMLAH IZIN

4
- Sertifikat Produk
Penggunaan Tanda SNI
(SPPT-SNI)
-Verifikasi Cara Produksi
Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB)
- Sertifikat Sistem
Manajemen Mutu (Sertifikat
SMM)
- Kewajiban penjualan
minyak goreng sawit dalam
bentuk kemasan

SISA
-

KLASIFIKASI
Pemulihan Efiensi

62

EFISIENSI INDUSTRI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

70

Permenperin yang merevisi


Permenperin No. 82/M-IND/PER/
8/2012; Permenperin No. 83/M-IND/
PER/8/2012, dan Permenperin No. 84/
M-IND/PER/8/2012 untuk
menghilangkan kewajiban surat
pertimbangan teknis dan pemeriksaan
teknis keramik yang non SNI

6
3
-Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI
- Surat Keterangan Kaca
(SPPT-SNI)
Lembaran Non SNI
-Surat Keterangan Kaca Lembaran Non SNI

71

Permenperin yang merevisi


Permenperin No 15/M-IND/PER/1/2015
dan Peraturan Direktur Jenderal IAK No
81/IAK/PER/12/2007 untuk
menghilangkan kewajiban pendaftaran
tipe selang kompor LPG

2
- SPPT-SNI
- SNI dan LSPro pada produk dan
kemasan selang kompor LPG

1
SNI dan LSPro pada produk
dan kemasan selang kompor
LPG

72

Permenperin yang merevisi


Permenperin No 81/M-IND/PER/7/2010
dan Peraturan Direktur Jenderal IAK No
40/IAK/PER/9/2010 untuk
menghilangkan kewajiban adanya surat
pertimbangan teknis Tanki Air Silinder
Polieltilena

2
- SPPT-SNI
- SNI pada setiap produk plastik - Tangki
Air Silinder Vertikal Polietilena (PE)

1
- SNI pada setiap produk
plastik - Tangki Air Silinder
Vertikal Polietilena (PE)

73

Permenperin yang merevisi


Permenperin No 67/M-IND/PER/6/2012
dan Peraturan Direktur Jenderal BIM
No 12/BIM/PER/8/2012 untuk
menghilangkan kewajiban surat
pertimbangan teknis dan pemeriksaan
teknis Rubber seal/karet perapat untuk
katup tabung LPG yang non SNI

2
- SPPT-SNI
- surat pertimbangan teknis dan
pemeriksaan teknis Rubber seal/karet
perapat untuk katup tabung LPG yang
non SNI

1
- Surat pertimbangan teknis
dan pemeriksaan teknis
Rubber seal/karet perapat
untuk katup tabung LPG
yang non SNI

74

Permenperin yang merevisi


Permenperin No 20/M-IND/PER/2/2012
dan Peraturan Direktur Jenderal IAK
No 86/IAK/Per/11/2008 untuk
menghilangkan kewajiban surat
pertimbangan teknis bagi produk
melamin non SNI wajib

2
- SPPT-SNI
- Surat pertimbangan teknis bagi produk
melamin non SNI wajib

1
- Surat pertimbangan teknis
bagi produk melamin non
SNI wajib

SISA

KLASIFIKASI

3
Pemulihan
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Efiensi
SNI (SPPT-SNI)

Pemulihan
Efiensi

Pemulihan
Efiensi

Pemulihan
Efiensi

Pemulihan
Efiensi

- SPPT-SNI

- SPPT-SNI

- SPPT-SNI

- SPPT-SNI

63

EFISIENSI INDUSTRI
NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG
DIHILANGKAN

75

Permenperin yang merevisi 32


Permenperin untuk menghilangkan
kewajiban rekomendasi atas impor
produk yang spesifikasinya tidak sama
dengan SNI wajib

2
1
- SPPT-SNI
- Rekomendasi atas impor
- Rekomendasi atas impor produk yang
produk yang spesifikasinya
spesifikasinya tidak sama dengan SNI wajib tidak sama dengan SNI
wajib

76

Revisi PMK No. 176/2009 dan


Permenperin No. 19/2010 untuk
menghilangkan persyaratan
rekomendasi dalam rangka pemberian
faslitas bea masuk bagi restrukturisasi/
pengembangan industri serta multi tafsir
pada kata dapat diberikan
pembebasan bea masuk atas impor
barang dan bahan untuk keperluan
produksi .

3
- Rekomendasi untuk mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk atas impor
mesin, barang dan bahan untuk
pembangunan industri
- Rekomendasi untuk mendapatkan fasilitas
pembebasan bea masuk atas impor
mesin, barang dan bahan untuk
pengembangan industri
- Pertimbangan teknis dari Direktur Jenderal
Pembina Industri

77

Kepmen Koperasi dan UKM yang


merevisi Kepmen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
36/KEP/M/1996 tentang Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan dan
Peleburan Koperasi, agar selaras
dengan UU No 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah serta
tidak menghambat peleburan dan
pembubaran Koperasi

SISA
1
- SPPT-SNI

KLASIFIKASI
Pemulihan
Efiensi

3
Pemulihan
Perlu penegasan definisi
- Rekomendasi untuk mendapatkan
Efiensi
pada ketentuan pertimbangan
fasilitas pembebasan bea masuk
teknis dari Ditjen Pembina
atas impor mesin, barang dan bahan
Industri
untuk pembangunan industri
- Rekomendasi untuk mendapatkan
fasilitas pembebasan bea masuk
atas impor mesin, barang dan bahan
untuk pengembangan industri
- Pertimbangan teknis dari Direktur
Jenderal Pembina Industri

Pemulihan
Efiensi

64

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

78

PP tentang pusat logistik berikat khusus


untuk BBM, LPG, dan Crude Oil, untuk
pengembangan usaha pengadaan BBM,
LPG, dan Crude Oil

79

Peraturan Presiden tentang Perubahan


Atas Peraturan Presiden No. 64/2012
tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan
Penetapan Harga BBG untuk transportasi
jalan, sebagai kebijakan yang terintegrasi
dalam penggunaan BBG untuk
transportasi

80

Peraturan Presiden tetang Tatakelola Gas


Bumi, untuk membentuk Badan Usaha
penyangga gas bumi atau (agregator)

81

Peraturan Presiden tentang Penyediaan,


Pendistribusian, dan Penetapan Harga
LPG untuk kapal perikanan nelayan kecil,
untuk perluasan pemakaian BBG untuk
menghemat biaya bahan bakar bagi
nelayan

82

Peraturan Presiden tentang Tata cara


penetapan dan penanggulangan krisis
energi dan darurat energi (Kisdaren),
sebagai strategi tanggap darurat apabila
terjadinya krisis energi dan darurat energi

JUMLAH IZIN

YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI
Mondorong keunggulan

1
Izin Usaha Niaga Bahan
Bakar Gas

1
Izin Usaha Niaga Bahan
Bakar Gas

Mondorong keunggulan

Mondorong keunggulan

1
Izin Usaha Niaga Umum
Elpiji

1
Izin Usaha Niaga Umum
Elpiji

Mondorong keunggulan

Mondorong keunggulan

65

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

83

Peraturan Menteri ESDM untuk


menegaskan tugas Pertamina menyediakan
solar retail kebutuhan industri di setiap
SPBU, untuk memberikan dasar hukum
pembelian solar eceran non subsidi dalam
kemasan 1-5 liter untuk kebutuhan industri

84

Permendag yang menghilangkan kewajiban


verifikasi surveyor (LS) dalam persayaratan
ekspor kayu pada Permendag No. 97/MDAG/PER/12/2014, sebagai debirokratisasi
perizinan ekspor, karena sudah ketat
pengawasannya

85

Permendag yang menghilangkan kewajiban


verifikasi surveyor (LS) dalam persyaratan
ekspor Beras berdasarkan Permendag No.
19/M-DAG/PER/3/2014, sebagai
debirokratisasi perizinan ekspor, karena
sudah diawasi dengan SPE Beras dan tidak
memerlukan penelitian laboratorium

86

Permendag yang menghilangkan kewajiban


verifikasi surveyor (LS) dalam persyaratan
ekspor precursor non farmasi berdasarkan
Permendag No. 47/M-DAG/PER/7/2012,
sebagai debirokratisasi perizinan ekspor,
karena sudah diawasi dengan mekanisme
ET dengan sistem NSW yang memberikan
report secara real time

JUMLAH IZIN

YANG
DIHILANG
KAN

SISA

KLASIFIKASI
Pemulihan
Efisiensi

5
1
- Eksportir Terdaftar Produk Industri
Kehutanan
Verifikasi
- Eksportir Terdaftar Produk Industri
Surveyor
Kehutanan
- Surat Persetujuan Ekspor
- Dokumen V-Legal (Deklarasi Ekspor)
- Verifikasi Surveyor

4
Pemulihan
- Eksportir Terdaftar Produk Industri Efisiensi
Kehutanan
- Eksportir Terdaftar Produk Industri
Kehutanan
- Surat Persetujuan Ekspor
- Dokumen V-Legal (Deklarasi
Ekspor)

-
-
-
-
-
-
-

7
Importir Produsen Beras
Importir Terbatas Beras
Persetujuan Ekspor
Persetujuan Impor
Rekomendasi
Verifikasi Surveyor
Label

6
1
- Verifikasi - Importir Produsen Beras
Surveyor - Importir Terbatas Beras
- Persetujuan Ekspor
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Label

Pemulihan
Efisiensi

-
-
-
-

4
Eksportir Terdaftar
Rekomendasi
Pre-Export Notification (PEN)
Verifikasi Surveyor

3
1
- Verifikasi - Eksportir Terdaftar
Surveyor - Rekomendasi
- Pre-Export Notification (PEN)

Pemulihan
Efisiensi

66

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG
DIHILANGKAN

SISA

87

Permendag yang merubah Permendag Nomor 63 Tahun 2015


jo No. 78 Tahun 2014 tentang Ketentuan Impor Produk
Kehutanan dengan menghilangkan pengimporan kemasan
tertentu (HS 48) kebutuhan produsen melalui IT dan
rekomendasi Kemen LHK

5
- Importir Produsen
Produk Kehutanan
- Importir Terdaftar
Produk Kehutanan
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Deklarasi Impor

3
2
- Persetujuan - Importir Produsen Produk
Kehutanan
Impor
- Importir Terdaftar Produk
-
Kehutanan
Rekomendas
-
Deklarasi Impor
i

88

Permendag yang merevisi Permendag No 61/M-DAG/PER/


9/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu, untuk
menghilangkan penelusuran teknis dan Laporan Surveyor
sebagai dokumen pre-clearance produk kosmetika karena
menambah tambahan waktu 17-26 hari dari RFI hingga
tersedianya LS.

2
- Importir Terdaftar
Produk Tertentu
- Verifikasi Surveyor

1
- Verifikasi
Surveyor

89

Permendag yang merevisi Permendag No. 54 Tahun 2015


tentang Verifikasi Atau Penelusuran Teknis Terhadap Ekspor
Kelapa Sawit, (CPO), dan Produk Turunannya, untuk
menambah cakupan pemeriksaan Surveyor sebagai acuan bea
keluar, sehingga pemeriksaan fisik oleh Bea dan Cukai
dintegrasikan dengan pemeriksaan Surveyor, dan pemeriksaan
keapbeanan oleh Bea dan Cukai bersifat konfirmasi untuk
kepentingan bea keluar semata serta debirokratisasi dengan
mengintegrasikan dua kali pemeriksaan fisik yang menjadi
kendala kelancaran ekspor CPO

1
- Verifikasi surveyor
(verifikasi surveyor
terhadap ekspor CPO
dan turunannya yg
dilakukan oleh surveyor
tidak mengurangi
kewenangan DJBC utk
melakukan pemeriksaan
pabean

90

Permendag yang merevisi Permendag No. 19/M-DAG/PER/


5/2008 Tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Menteri
Perindustrian Dan Perdagangan No. 527/MPP/KEP/9/2004
Tentang Ketentuan Impor Gula, untuk menghilangkan
rekomendasi Kemenperin. (sebaiknya kebijakan perdagangan
gula ini di tetapkan dengan Perpres), sebagai debirokratisasi
dengan mengawasi impor gula berdasarkan performance
perusahaan, penentuan di tentukan bersama Kementerian
terkait, rakortas. Mekanisme akan diatur di revisi Permendag

3
- Importir Produsen Gula
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

1
- Rekomendasi

1
- Importir Terdaftar Produk
Tertentu

KLASIFIKA
SI
Pemulihan
Efisiensi

Pemulihan
Efisiensi

1
Pemulihan
- Verifikasi surveyor
Efisiensi
(verifikasi surveyor
terhadap ekspor CPO dan
turunannya yg dilakukan
oleh surveyor tidak
mengurangi kewenangan
DJBC utk melakukan
pemeriksaan pabean
2
- Importir Produsen Gula
- Verifikasi Surveyor

Pemulihan
Efisiensi

67

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

JUMLAH IZIN

REGULASI

YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

91

Permendag yang merevisi Permendag No. 52/MDAG/PER/7/2015 tentang Ketentuan Impor Tekstil
dan Produk Tekstil, untuk menghilangkan
rekomendasi dan persyaratan dokumen penyerta
barang impor, seperti NPWP, TDP, SIUP/IUI.

3
- Impor Produsen Tekstil
dan Produk tekstil
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

1
- Rekomendasi
- Penyederhanaan
identifikasi

2
Pemulihan Efisiensi
- Impor Produsen
Tekstil dan Produk
tekstil
- Verifikasi Surveyor

92

Permendag yang merevisi Permendag No. 41/2011


tentang Ketentuan Impor Sodium Tripoliphosphate
(STPP) dengan menghilangkan ketentuan wajib
rekomendasi dari Kementerian Perindustrian, dan
pengawasannya dilakukan dengan post audit

4
- Importir Produsen
STPP
- Angka Pengenal
Importir Produsen
- Rekomendasi
- Verifikasi oleh Tim

2
- Rekomendasi
- Verifikasi oleh Tim

2
- Importir Produsen
STPP
- Angka Pengenal
Importir Produsen

Pemulihan Efisiensi

93

Permendag yang merevisi Permendag No. 08/2012


tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja dan
Permendag No. 28/2014 untuk menghilangkan
ketentuan wajib rekomendasi dari Kementerian
Perindustrian dan verifikasi Surveyor, serta
melakukan pengawasan melalui sistem post audit

4
- Importir Produsen Besi
atau Baja
- Importir Terdaftar Besi
atau Baja
- Verifikasi Surveyor
- Pertimbangan Tekns

2
2
- Verifikasi Surveyor
- Importir Produsen
- Pertimbangan Tekns
Besi atau Baja
- Importir Terdaftar
Besi atau Baja

Pemulihan Efisiensi

94

Permendag yang menunda atau membatalkan


Permendag No 45/M-DAG/PER/6/2015, karena sulit
diimplementasikan mengingat syarat-syarat
pengimporan ban yang membuat tidak ekonomis
untuk dilaksanakan

5
- Importir Produsen
ban
- Importir Terdaftar
Ban
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

Pemulihan Efisiensi

-
-
-
-
-

95

3
1
Permendag yang merevisi Permendag No. 55 /MDAG/PER/9/2014 untuk menghilangkan surat
- Importir Terdaftar
- Rekomendasi
rekomendasi Kemenperin untuk impor produk Barang
Barang Berbasis Sistem
Berbasis Sistem Pendingin
Pendingin

- Rekomendasi

5
Importir Produsen ban
Importir Terdaftar Ban
Persetujuan Impor
Rekomendasi
Verifikasi Surveyor

- Verifikasi Surveyor

2
Pemulihan Efisiensi
- Importir Terdaftar
Barang Berbasis
Sistem Pendingin
- Verifikasi Surveyor

68

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

96

Perdirjen Dagri yang merevisi Perdirjen Dagri


No. 4/2015 yang melaksanakan Permendag No.
6/M-DAG/PER/1/2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan No.
20/M-DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian
dan Pengawasan terhadap Pengadaan,
Peredaran, dan Perijinan Minuman Beralkohol
untuk menegaskan kembali peran Pemda
dalam pengaturan penjualan minuman
beralkohol golongan A di wilayah masing-masing
dan mendefinisikan secara rinci pengertian
tempat penjualan eceran lainnya

97

Permendag yang merevisi Permendag No.


4/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk
Pertambangan Hasil Pengolahan dan
Pemurnian, untuk menambah cakupan
pemeriksaan Surveyor sebagai acuan bea
keluar, sehingga pemeriksaan fisik oleh Bea dan
Cukai dintegrasikan dengan pemeriksaan
Surveyor, dan pemeriksaan keapbeanan oleh
Bea dan Cukai bersifat konfirmasi untuk
kepentingan bea keluar semata

98

Permendag yang merevisi Permendag No. 27


Tahun 2012 tentang Angka Pengenal Impor,
untuk menegaskan bahwa API merupakan satusatunya identitas importir, sedangkan identitas
bagi importir dalam rangka tata niaga impor
dihilangkan dan diganti dengan SPI yang
kemudian secara bertahap ditransformasi
dengan sistem perlindungan tarif.

YANG DIHILANGKAN
Penegasan peran
Pemda dalam
pengaturan penjualan
minol

9
- Eksportir TerdaftarProduk
Integrasi pemeriksaan
PertambanganHasil Pengolahan teknis Bea Cukai oleh
dan Pemurnian
LS
- Persetujuan Ekspor
- Izin Usaha Pertambangan
- Izin usaha Pertmabangan
Operasi Produksi
- Izin Usaha Pertambangan
khusus
- Izin Usaha Pertambangan
Khusus Operasi Produksi
- Izin Usaha Industri
- Verifikasi Surveyor
- Rekomendasi
2
- API-P
- API-U

SISA

KLASIFIKASI

Pemulihan
Efisiensi

9
- Eksportir TerdaftarProduk
PertambanganHasil
Pengolahan dan
Pemurnian
- Persetujuan Ekspor
- Izin Usaha Pertambangan
- Izin usaha Pertmabangan
Operasi Produksi
- Izin Usaha Pertambangan
khusus
- Izin Usaha Pertambangan
Khusus Operasi Produksi
- Izin Usaha Industri
- Verifikasi Surveyor
- Rekomendasi

Pemulihan
Efisiensi

1
1
- API merupakan
Penyederhanaan API-P dan
satu-satunya
API-U
identitas impor
yang merupakan
gabungan dari APIU dan API-P

Pemulihan
Efisiensi

69

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

99

Permendag yang merevisi Permendag


No. 14/M-DAG/PER/3/2007 tentang
Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan
SNI Wajib terhadap Barang dan Jasa
yang Diperdagangkan, untuk
menghilangkan SPB-SNI wajib dalam
setiap pengimporan dan diganti dengan
pengawasan post audit di pasar dalam
negeri

100

Surat Edaran Mendag yang merevisi


Surat Edaran Mendag No. 1310/M-Dag/
SD/12/2014 tertang Perizinan Toko
Modern berdasarkan Perpres No.112
tahun 2007, dan Permendag No.70 tahun
2013, untuk menerbitkan izin sementara
toko modern bagi daerah yang belum
punya RDTR

101

2
Permedag yang merevisi Permendag No
67/M-DAG/PER/11/2013 jo Permendag
- Surat Keterangan
No 10/M-DAG/PER/1/2014, untuk
Pencantuman Label Dalam
menghilangkan SKPLBI/SPKPLBI
Bahasa Indonesia
sebagai izin penggunaan label berbahasa - Surat Pembebasan
Indonesia menjadi pengawasan dengan
Kewajiban Pencantuman
sistem post audit di pasar dalam negeri
Label Dalam Bahasa

Indonesia

2
- Surat Keterangan
Pencantuman Label
Dalam Bahasa Indonesia
- Surat Pembebasan
Kewajiban Pencantuman
Label Dalam Bahasa
Indonesia

102

Permendag yang merevisi Permendag


No. 19/M-DAG/PER/3/2014 tentang
ketentuan impor dan ekspor beras, untuk
menghilangkan rekomendasi Kemenperin
dalam impor beras kebutuhan industri

1
- Rekomendasi

-
-
-
-

4
Sertifikat Kesesuaian
Nomor Registrasi produk
Surat Pendaftaran barang
Nomor Pendaftaran Barang

SISA

YANG DIHILANGKAN
4
- Sertifikat Kesesuaian
- Nomor Registrasi produk
- Surat Pendaftaran
barang
- Nomor Pendaftaran
Barang

KLASIFIKASI
Pemulihan
Efisiensi

Pemulihan
Efisiensi

-
-
-
-
-
-
-

7
Importir Produsen Beras
Importir Terdaftar Beras
Persetujuan Eskpor
Persetujuan Impor
Rekomendasi
Verifikasi surveyor
Label

-
-
-
-
-
-

6
Importir Produsen Beras
Importir Terdaftar Beras
Persetujuan Eskpor
Persetujuan Impor
Verifikasi surveyor
Label

Pemulihan
Efisiensi

Pemulihan
Efisiensi

70

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

103

Permendag yang merevisi Permendag No. 16/MDAG/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor


Produk Hortikultura sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir kali dengan Permendag No.
40/M-DAG/PER/6/2015, untuk menghilangkan IT
hortikultura dan Surat Pertimbangan Teknis Impor
Produk Hortikultura (RIPH) dari Kemenperin

5
2
3
- Impor Produsen
- Importir Terdaftar Produk - Impor Produsen Produk
Produk Hortikultura
Hortikultura
Hortikultura
- Importir Terdaftar
- Rekomendasi
- Persetujuan Impor
Produk Hortikultura
- Verifikasi Surveyor
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

Pemulihan
Efisiensi

104

Permendag yang merevisi Permendag No. 528/


MPP/7/2002 tentang Ketentuan Impor Cengkeh,
untuk menegaskan perizinan online dan
menghilangkan persyaratan API dalam pengajuan
perizinan

3
1
- Importir predusen - Angka Pengenal Impor
yang memiliki
(Angka Pengenal
Importir Produsen
atau Angka
Pengenal Importir
Terbatas)
- Rekomendasi
- Persetujuan Impor

Pemulihan
Efisiensi

105

Permendag yang merevisi Permendag No. 83/MDAG/PER/12/2012 yang telah diubah terakhir kali
dengan Permendag No. 73/M-DAG/PER/10/2014
tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu, untuk
menghilangkan IT dan menggantinya dengan SPI
yang kemudian secara bertahap pengawasan
dilakukan melalui instrumen tarif

2
- Impor Terdaftar
Produk Tertentu
- Verifikasi surveyor

1
- Impor Produk Tertentu

2
- Rekomendasi
- Persetujuan Impor

1
- Verifikasi surveyor

Pemulihan
Efisiensi

71

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

106

Permendag yang merevisi


Permendag No. 02/M-DAG/
PER/1/2012 jo. Permendag
No. 37/M-DAG/PER/7/2014
tentang Ketentuan Impor
Mutiara, untuk
menghilangkan persyaratan
kelengkapan dokumen
SIUP, TDP, NPWP, API.

107

Permendag yang merevisi


Permendag No. 03/M-DAG/
PER/1/2015 tentang
Ketentuan Ekspor dan
Impor Minyak Bumi, Gas
Bumi, dan Bahan Bakar
Lain, untuk menghilangkan
verifikasi Surveyor.

10
1
- Eksportir Terdaftar Minyak Bumi dan Gas
Verifikasi Surveyor
Bumi
- Eksportir Terdaftar Bahan Bakar Lain
- Importir Terdaftar Minyak Bumi dan Gas
Bumi
- Importir Terdaftar Bahan Bakar lain
- Persetujuan Ekspor Minyak Bumi dan Gas
Bumi
- Persetujuan Ekspor Bahan Bakar Lain
- Persetujuan Impor Minyak Bumi dan Gas
Bumi
- Persetujuan Impor Bahan Bakar lain
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

9
- Eksportir Terdaftar Minyak Bumi dan
Gas Bumi
- Eksportir Terdaftar Bahan Bakar Lain
- Importir Terdaftar Minyak Bumi dan
Gas Bumi
- Importir Terdaftar Bahan Bakar lain
- Persetujuan Ekspor Minyak Bumi dan
Gas Bumi
- Persetujuan Ekspor Bahan Bakar Lain
- Persetujuan Impor Minyak Bumi dan
Gas Bumi
- Persetujuan Impor Bahan Bakar lain
- Rekomendasi

Pemulihan
Efisiensi

108

Permendag yang merevisi


Permendag No. 40/M-DAG/
PER/7/2014 tentang
Perubahan Atas Permendag
No 03/M-DAG/PER/1/2012
tentang Ketentuan Impor
Bahan Perusak Ozon
(BPO), untuk
menghilangkan ketentuan IT
dan verifikasi Surveyor

4
2
- Importir Produsen bahan Perusak Lapisan - Ketentuan IT
ozon
- Verifikasi Surveyor
- Importir Terdaftar Bahan Perusak Lapisan
ozon
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

2
- Importir Produsen bahan Perusak
Lapisan ozon
- Rekomendasi

Pemulihan
Efisiensi

JUMLAH IZIN
3
- Persetujuan Impor
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

YANG DIHILANGKAN

SISA

Menghiangkan persyaratan
- Persetujuan Impor
kelengkapan dokumen SIUP, - Rekomendasi
TDP, NPWP, API utk
- Verifikasi Surveyor
mendapatkan persetujuan
impor

KLASIFIKASI
Pemulihan
Efisiensi

72

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

109

Permenperin No.60/M/IND/PER/7/2015
tentang Pemberlakuan SNI Biskuit
Secara Wajib

2
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda
SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Sistem Manajemen Mutu
(Sertifikat SMM)

2
- Sertifikat Produk Penggunaan
Tanda SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Sistem Manajemen
Mutu (Sertifikat SMM)

Pemulihan
Efisiensi

110

Permenperin No. 54/M/IND/PER/6/2015


tentang Pemberlakuan SNI Blok Kaca
untuk Bangunan Secara Wajib

2
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda
SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Sistem Manajemen Mutu
(Sertifikat SMM)

2
- Sertifikat Produk Penggunaan
Tanda SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Sistem Manajemen
Mutu (Sertifikat SMM)

Pemulihan
Efisiensi

111

Permenperin yang merevisi Permenperin


No. 15/M-IND/PER/3/2014 untuk
menghilangkan persyaratan rekomendasi
dari Kemenperin untuk menjadi eksportir
terdaftar produk minerba berdasarkan
Permendag No. 04/M-DAG/PER/1/2014

112

Permenperin yang merevisi Permenperin


No 68/M-IND/PER/8/2014 dan Peraturan
Direktur Jenderal BIM No 03/BIM/PER/
1/2014 untuk menghilangkan persyaratan
Surat Pendaftaran Tipe Ban (SPTB)

4
- Sertifikat Produk Penggunaan Tanda
SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Hasil Uji (SHU)
- Surat Pendaftaran Tipe Ban (SPTB)
- Surat Pendaftaran Barang (SPB)

113

Permenperin yang merevisi Permenperin


No 40/M-IND/PER/6/2008 dan Peraturan
Direktur Jenderal IAK No 86/IAK/Per/
11/2008 untuk menghilangkan kewajiban
pendaftaran tipe helm

4
1
-Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI -Surat Pendaftaran Helm
(SPPT-SNI)
-Sertifikat Sistem Manajemen Mutu
(Sertifikat SMM)
-Sertifikat Hasil Uji (SHU)
-Surat Pendaftaran Helm

Pemulihan
Efisiensi

1
- Surat Pendaftaran Tipe Ban
(SPTB)

3
- Sertifikat Produk Penggunaan
Tanda SNI (SPPT-SNI)
- Sertifikat Hasil Uji (SHU)
- Surat Pendaftaran Barang
(SPB)

Pemulihan
Efisiensi

3
-Sertifikat Produk Penggunaan
Tanda SNI (SPPT-SNI)
-Sertifikat Sistem Manajemen
Mutu (Sertifikat SMM)
-Sertifikat Hasil Uji (SHU)

Pemulihan
Efisiensi

73

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

114

Permenperin yang merevisi Permenperin No. 18/M-IND/


PER/2/2012 jo Permenperin No. 67/M-IND/PER/8/2014,
untuk menghilangkan persyaratan surat pendaftaran jenis
semen, pertimbangan teknis non SNI, dan Penetapan IP-IT
Semen serta pengendalian dilakukan dengan post audit.

115

RPMK tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara


Utang dan Modal Perusahaan untuk Keperluan Perhitungan
PPh

Mendorong
keunggulan

116

PMK No. 134/PMK.08/2015 tentang Penugasan Kepada


Lembaga Ekspor Indonesia dan KMK tentang Pembentukan
Komite Penugasan Khusus Ekspor

Mendorong
keunggulan

117

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan


Perusahaan Perseroan (Persero) PT.Reasuransi Umum
Indonesia ke Dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Reasuransi Indonesia Utama

Mendorong
keunggulan

118

Permenkeu yang merevisi Permenkeu No. 176 tahun 2013


dan Permenkeu No. 177 tahun 2013 tentang Pembebasan
dan Pengembalian KITE untuk mendukung Industri Kecil dan
Menengah (IKM) dalam pengembangan ekspor, untuk
memanfaatkan fasilitas pusat logistik berikat dalam
pengembangan ekspor oleh IKM

1
- Pendaftaran Nomor Induk
Perusahaan Pembebasan
(NIPER Pembebasan)

119

Permenkeu yang merevisi Permenkeu Nomor 106/PMK.


010/2015 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong
Mewan Selain Kendaraan Bermotor yang dikenai Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, untuk pemberian fasilitas
PPnBM atas hunian mewah berupa kelonggaran batasan
pengenaan berupa harga jual per unit

2
- Rumah dan town house dari Pelonggaran ketentuan
jenis nonstrata title dengan
luas bangunan 350 m2 atau
lebih.
- Apartemen, kondominium,
town house dari jenis strata
title, clan seJemsnya
dengan luas bangunan 150
m2 atau lebih.

2
- SPPT-SNI
- Surat pendaftaran jenis
semen, pertimbangan teknis
non SNI

1
- Surat pendaftaran jenis semen,
pertimbangan teknis non SNI
- Penetapan IP-IT Semen serta
pengendalian dilakukan dengan
post audit.

1
- SPPT-SNI

Pemulihan
Efisiensi

1
Mendorong
-Pendaftaran Nomor Induk keunggulan
Perusahaan Pembebasan
(NIPER Pembebasan)
2
- Rumah dan town house
dari jenis nonstrata title
dengan luas bangunan
350 m2 atau lebih.
- Apartemen,
kondominium, town
house dari jenis strata
title, clan seJemsnya
dengan luas bangunan
150 m2 atau lebih.

Mendorong
keunggulan

74

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG
DIHILANGKAN

SISA

KLASIFIKASI

120

Permenkeu yang merevisi PMK 153/Tahun 2014


tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea
Keluar dan Tarif Bea Keluar, untuk menghilangkan
kewajiban bea dan cukai melakukan pemeriksaan fisik
barang tertentu dalam rangka bea keluar

Pemulihan
esiensi

121

Permenkeu yang merevisi No.136/PMK.010/2015, untuk


menghilangkan kewajiban bea dan cukai melakukan
pemeriksaan fisik barang tertentu dalam rangka bea
keluar

Pemulihan
esiensi

122

RPP tentang Otoritas Veteriner

Pemulihan
esiensi

123

Permentan yang merevisi Permentan Nomor 39/


Permentan/SR.140/7/2015 tentang Pendaftaran
Pestisida, untuk meningkatkan pengawasan dan
memperberat sanksi peredaran pestisida

2
-Pendaftaran pestisida
-Sertifikat Penggunaan

2
-Pendaftaran pestisida
Sertifikat Penggunaan

Pemulihan
esiensi

75

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG
DIHILANGKAN
2
Perlu
konrmasi
dari
Kementan
tentang jenis
ijin yang
dihilangkan

SISA
3

KLASIFIKASI

Pemulihan
esiensi

124

Permentan Nomor 26 Tahun 2015

125

RPP tentang perubahan kedua atas PP Nomor


10 tahun 2010 tentang tata cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan

Pemulihan
esiensi

126

RPP tentang Perubahan Kedua Atas PP nomor


24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan

Pemulihan
esiensi

127

Permenkes yang merevisi Permenkes No.


30/2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta
pesan kesehatan untuk pangan olahan dan
pangan siap saji, untuk memberikan penundaan
waktu pelaksanaannya pada tahun 2019

1
Kewajiban pencantuman informasi
kandungan Gula, Garam, dan Lemak,
serta pesan kesehatan pada Label
Pangan

1
Pemulihan
Kewajiban pencantuman informasi
esiensi
kandungan Gula, Garam, dan Lemak,
serta pesan kesehatan pada Label Pangan

128

Permenhub yang merevisi Permenhub No 3


Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Bidang Perhubungan di
BKPM

7
- Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan Laut
(SIUPAL)
- Penerbitan Surat Izin Operasi Perusahaan
Angkutan Laut Khussu (SIOPSUS)
- Penetapan Badan Usaha Pelabuhan
- Surat Izin Usaha Perusahaan Salvage dan
Pekerjaan Bawah Air
- Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan Awak
Kapal (IUPPAK)
- Izin Pengusahaan Bandar Udara Komersil
(Izin Badan Usaha Bandar Udara)
- Izin Usaha Angkutan Udara

7
Pemulihan
esiensi
- Surat Izin Usaha Perusahaan Angkutan
Laut (SIUPAL)
- Penerbitan Surat Izin Operasi Perusahaan
Angkutan Laut Khussu (SIOPSUS)
- Penetapan Badan Usaha Pelabuhan
- Surat Izin Usaha Perusahaan Salvage dan
Pekerjaan Bawah Air
- Izin Usaha Perekrutan dan Penempatan
Awak Kapal (IUPPAK)
- Izin Pengusahaan Bandar Udara Komersil
(Izin Badan Usaha Bandar Udara)
- Izin Usaha Angkutan Udara

5
- Izin Usaha Tanaman Pangan;
- Izin Usaha Hortikultura;
- Izin Usaha Perkebunan;
- Izin Usaha Peternakan;
- Izin Usaha Obat Hewan untuk
Produsen

76

KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

YANG DI

POSISI

KLASIFIKASI
Pemulihan
esiensi

129

Permenhub yang merevisi Permenhub nomor 32


tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos
serta Rantai Pasok Kargo dan Pos yang diangkut
dengan pesawat udara, untuk memberikan perlakuan
prioritas untuk ekspor produk hortikultura (sayur,
bunga, buah)

130

Perka BPOM yang merevisi Perka BPOM Nomor


27 Tahun 2013 tentang Pengawasan
Pemasukan Obat dan Makanan Ke Dalam
Wilayah Indonesia

1
SKI (Surat Keterangan Impor)

131

Perka BPOM yang merevisi Perka BPOM Nomor


28 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pemasukan
Bahan Obat, Bahan Obat Tradisional, Bahan
Suplemen Kesehatan, dan Bahan Pangan Ke
Dalam Wilayah Indonesia

1
Pemulihan
SKI (Surat Keterangan esiensi
Impor)
-

Pemulihan
esiensi

77

KEPASTIAN BAHAN BAKU SUMBER DALAM NEGERI


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

KET.

132

PP Sistem Penyediaan Air Minum

Pemulihan esiensi

133

RPP Pemasukan Ternak dan/atau produk


hewan dalam hal tertentu yang berasal dari
negara asal pemasukan atau zona dalam
suatu negara asal pemasukan

Pemulihan esiensi

134

Perpres yang merevisi Perpres 172 tahun


2014 tentang Perubahan ketiga atas Perpres
No 54 tahun 2010 tentang Pengadaan / Jasa
Pemerintah, untuk memasukan benih
hortikultura melalui pengadaan langsung

135

Permendag yang merevisi Permendag 39


Tahun 2009 tentang Ketentuan Impor Limbah
Non Bahan Berbahaya dan Beracun untuk
memberikan kemudahan pengadaan impor
waste paper, skrap baja, dll sebagai bahan
baku industri, sebagai deregulasi untuk
memberikan kelancaran bahan baku industri

4
- Importir Produsen
limbah Non B3
- Eksportir Limbah
Non B3
- Rekomendasi
- Verifikasi Surveyor

1
- Rekomendasi

136

Permendag yang mencabut Permendag No.


61/2004 Tentang Perdagangan Gula Antar
Pulau (Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 334 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Perindustrian, untuk mengatasi kendala
kelancaran arus barang

5
-Surat persetujuan
perdagangan gula
antar pulau
-Surat persetujuan
perdagangan gula
rafinasi antar pulau
- Rekomendasi
Kemenperin
- Rekomendasi kepala
dinas propinsi yang
kelebihan persediaan
gula
- Rekomendasi kepala
dinas propinsi yang
kekurangan
persediaan gula

5
-Surat persetujuan
perdagangan gula antar
pulau
-Surat persetujuan
perdagangan gula
rafinasi antar pulau
- Rekomendasi
Kemenperin
- Rekomendasi kepala
dinas propinsi yang
kelebihan persediaan
gula
- Rekomendasi kepala
dinas propinsi yang
kekurangan persediaan
gula

3
- Importir Produsen
limbah Non B3
- Eksportir Limbah Non
B3
- Verifikasi Surveyor
-

Pemulihan esiensi

Pemulihan esiensi

Pemulihan esiensi

78

KEPASTIAN BAHAN BAKU SUMBER DALAM NEGERI


NO

REGULASI

JUMLAH IZIN

IZIN YANG DIHILANGKAN

SISA

137

Permentan yang merevisi Permentan No.2 Tahun


2014 tentang Produksi, Sertifikasi, dan Peredaran
Benih Bina, untuk mempersingkat alur benih yang
terlalu panjang akan menghambat penyediaan
logistik benih.

138

Permentan yang merevisi Permentan Nomor 139/


Permentan/PD.410/12/2014 tentang Pemasukan
Karkas, Daging, dan/atau Olahannya Ke Dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia, untuk
memperluas negara asal impor sebagai bahan
baku kebutuhan industri dalam negeri

139

Permendag yang merevisi Permendag No.


58/2012 ttg Ketentuan Impor Garam;
Permenperin No. 134/2014 tentang Roadmap
Garam Industri, untuk menghilangkan
rekomendasi Kemenperin

4
-Izin pemasukan dari
Menteri Perdagangan.
- Sertifikat veteriner
-Sertifikat halal
- Persyaratan negara asal

1
-Persyaratan negara asal

3
-Izin pemasukan dari Menteri
Perdagangan.
- Sertifikat veteriner
-Sertifikat halal

KET.
Pemulihan esiensi

Pemulihan esiensi

Pemulihan esiensi

79

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian


Republik Indonesia
www.ekon.go.id
2015

Das könnte Ihnen auch gefallen