Sie sind auf Seite 1von 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Payudara Normal

2.1.1

Embriologi
Payudara merupakan kelenjar keringat yang mengalami modifikasi dan

berkembang lebih kompleks pada wanita dan rudimenter pada pria. Proses
perkembangan dimulai pada janin berumur 6 minggu dimana terjadi penebalan
lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial dari fasia pektoralis serta otototot pektoralis mayor dan minor. Penebalan yang terjadi pada venteromedial dari
region aksila sampai ke regio inguinal menjadi milk lines dan selanjutnya pada
bagian superior berkembang menjadi puting susu dan bagian lain menjadi
atrofi.12,13

2.1.2

Anatomi, Fisiologi dan Histologi


Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar tubuloalveolar

yang masing-masing mempunyai saluran ke puting susu yang disebut duktus


laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis serta diantara kulit dan
kelenjar payudara terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus terdapat ligamentum
Cooper yang memberi rangka untuk payudara. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel
asini yang terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen. Sel
epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel dan
membran basalis. Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes
anterior dari a. mammaria interna. Persarafan kulit payudara dipersarafi oleh
cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
6

disarafi oleh saraf simpatik. Aliran limfe dari payudara sekitar 75% menuju ke
aksila, sisanya ke kelenjar parasternal dan interpektoralis.

Gambar 2.1. Anatomi Payudara13

Secara fisiologis, payudara mengalami berbagai perubahan yang


dipengaruhi oleh hormonal. Pada saat pubertas, estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh ovarium dan pengaruh hipofisa anterior menyebabkan
berkembangnya duktus dan asinus. Sesuai dengan siklus menstruasi, terjadi
peningkatan estrogen dan progesteron sehingga terjadi proliferasi sel dan retensi
cairan. Pada saat kehamilan, terjadi proliferasi sel akibat pengaruh estrogen,
progesteron, laktogen plasenta dan prolaktin. Pada saat menyusui terjadi
peningkatan produksi prolaktin dan penurunan estrogen dan progesteron,
sedangkan pada saat menopause terjadi involusi payudara diikuti dengan
berkurangnya jumlah kelenjar.13,14,15

2.2 Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yang
terdapat pada payudara. Payudara wanita terdiri dari lobulus, duktus, lemak dan
jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya karsinoma berasal

dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa diantaranya berasal dari lobulus dan
jaringan lainnya.16

2.2.1

Epidemiologi
Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita
dan lebih dari satu juta kasus ditemukan di berbagai belahan dunia. Di Amerika
Serikat setiap tahunnya ditemukan 100.000 kasus baru dan 30.000 diantaranya
meninggal. Di Amerika Utara dan Eropa Utara lebih tinggi, yaitu 91,4 kasus baru
dari 100.000 wanita per tahun, diikuti dengan Eropa Selatan dan Amerika Latin
dan paling rendah di Asia dan Afrika. Pada beberapa tempat di dunia seperti
Amerika Utara,Eropa dan Australia telah terjadi penurunan angka mortalitas
sehubungan dengan keberhasilan untuk mendiagnosis secara dini dan terapi yang
tepat. Berbeda dengan di Jepang, Costa Rica dan Singapura angka mortalitas
cenderung meningkat. Di Singapura, kanker payudara merupakan keganasan
terbanyak pada wanita, di temukan 46,1 kasus per 100.000 wanita per tahun dan
mengalami peningkatan 3,68% per tahun.17

2.2.2

Faktor Resiko
1. Usia

Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko paling kuat untuk
kanker payudara. Meskipun kanker payudara dapat terjadi pada wanita
muda,secara umum merupakan penyakit penuaan. Seorang wanita berusia 30-an
risikonya kira-kira 1 dalam 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-an
nya,adalah sekitar 1 dari 30. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis
adalah setelah menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi

setelah 50 tahun.17
Kanker payudara jarang terjadi pada usia sebelum 25 tahun, kecuali pada
beberapa kasus yang berhubungan dengan faktor familial. Secara keseluruhan
dapat terjadi pada semua usia, 77% terjadi pada wanita di atas 50 tahun dan ratarata diagnosis ditegakkan pada wanita usia 64 tahun. Hubungan antara usia
dengan kejadian kanker payudara memberikan hubungan yang bermakna antara
keduanya. Dimana semakin tingginya usia maka akan semakin besar untuk
timbulnya suatu kegananasan termasuk pada payudara. National Breast and
Ovarian Cancer Centre menyimpulkan seorang wanita berusia 30-an risikonya
kira-kira 1 dalam 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-an nya, adalah sekitar
1 dari 30. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah
menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah 50 tahun.
Pada 20% kasus, terjadi peningkatan insiden kanker payudara pada wanita
yang usia menarche kurang dari 11 tahun jika dibandingkan dengan usia yang
mendapat menarche pada usia 14 tahun. Menopause yang terlambat juga
merupakan faktor penyebab terjadinya resiko kanker payudara. 17
Penelitian yang dilakukan oleh University California San Francisco yang
menyatakan Hanya 4,7% terdiagnosa kanker payudara invasive dan 3,6%
terdiagnosa kanker payudara in situ dari kelompok wanita yang berumur kurang
dari 40 tahun. Lebih dari 70% terdiagnosa kanker payudara dari wanita yang
berumur 50 tahun atau lebih.17
Penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society yang menyatakan
Selama tahun 1998-2002 median umur yang terdiagnosa kanker payudara adalah
pada umur 61 tahun, hal ini berarti bahwa 50% wanita yang mengalami kanker
payudara adalah pada umur 61 tahun atau bahkan lebih muda dan 50% lainnya
terdiagnosa pada umur 61 tahun atau lebih. Studi di Malaysia menunjukkan hasil
bahwa penderita kanker payudara sebagian besar berumur 41-50 tahun (43,3%),

dengan median 47 tahun. Dengan demikian dapat dipahami bahwa umur seorang
wanita merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker payudara.
Hal ini terjadi karena semakin bertambahnya umur, maka jumlah kumulatif
eksposur yang diterima sepanjang umur tersebut semakin tinggi pula, selain itu
secara fisiologi terjadi penurunan fungsi-fungsi organ dan menurunnya daya tahan
tubuh. 17

2. Riwayat Keluarga

Resiko mendapat kanker payudara dibanding wanita tanpa riwayat keluarga


berlipat ganda sekiranya mempunyai salah seorang diantara ibu atau saudara
perempuan mengalami kanker payudara. Resiko relatif bertambah dengan
bilangan ahli keluarga yang menderita kanker payudara. Usia mendapat kanker
pada ibu atau saudara perempuan juga mempengaruhi resiko terutamanya jika
didiagnosa menderita pada usia muda. Resiko adalah tiga kali ganda pada wanita
dengan onset umur kurang dari 40 tahun.17
Setiap perempuan beresiko mengidap kanker payudara. Sekitar 80% dari
perempuan yang terkena kanker payudara, tidak memiliki riwayat kanker
payudara dari keluarganya. Bertambahnya usia organ tubuh merupakan resiko
terbesar kanker payudara. Bagi perempuan yang memiliki riwayat kanker
payudara di keluarganya, tingkat resiko mungkin bisa sedikit lebih besar atau,
sangat besar dari perempuan yang tidak memiliki riwayat kanker payudara. 17
Lanfranchi bahwa Wanita yang memiliki kerabat yang menderita kanker
payudara akan mempunyai risiko kanker payudara lebih tinggi, terutama saudara
seibu tingkat pertama, seperti ibu, kakak atau adik perempuan atau anak

perempuan. Risiko ini meningkat jika seorang wanita memiliki beberapa kerabat
tingkat pertama yang terkena kanker payudara, atau jika is mempunyai kerabat
tingkat pertama yang menderita kanker payudara pada umur muda atau pada
kedua sisi payudaranya. Gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan untuk
mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam kondisi tertentu gen
BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi BRCA1 dan BRCA2, sehingga
fungsi sebagai pengontrol pertumbuhan hilang dan memberi kemungkinan
pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau timbul kanker. Seorang wanita yang
memiliki gen mutasi warisan (termasuk BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan
risiko kanker payudara secara signifikan dan telah dilaporkan 5-10% kasus dari
seluruh kanker payudara.18
Pada kebanyakan wanita pembawa gen turunan BRCA1 dan atau BRCA2
secara normal fungsi gen BRCA membantu mencegah kanker payudara dengan
mengontrol pertumbuhan sel. Namun hal ini tak berlangsung lama karena
kemampuan mengontrol dari gen tersebut sangat terbatas. Pada wanita
premenopause yang memiliki riwayat keluarga tingkat pertaina penderita kanker
payudara unilateral, maka risikonya untuk menderita kanker payudara dua kali
lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga. Wanita
yang memiliki riwayat keluarga tingkat pertama penderita kanker payudara
bilateral , maka peningkatan risikonya bisa mencapai lima kali. Pada keluarga
yang memiliki riwayat kanker payudara, maka anak perempuannya memiliki
kemungkinan menderita kanker payudara sebesar 30% terjadi sebelum umur 40
tahun.18
Kerentanan bawaan atau turunan kanker payudara pada umumnya tak disadari

oleh pasien yang memiliki riwayat keluarga tersebut, hal ini ditunjukkan dengan
umur terjadinya kasus yang masih muda. Jika seorang wanita telah menderita
kanker pada satu sisi payudaranya, maka risiko terkena kanker bagi payudara lagi
yang lain atau terjadi kekambuhan pada lokasi yang terkena kanker sebelumnya
adalah tinggi.18

3. Usia Kehamilan

Pada wanita dengan usia kehamilan anak pertama kurang dari 20 tahun
memiliki faktor resiko separuhnya jika dibandingkan dengan wanita pada saat usia
kehamilan anak pertama lebih dari 35 tahun atau pada nullipara. Diduga, pada saat
kehamilan menyebabkan terjadi diferensi terminal sel-sel epitel yang dikatakan
berkompetensi untuk terjadinya perubahan kearah keganasan.18
Hubungan familial pada garis pertama resiko terjadinya kanker payudara
meningkat sehubungan dengan derajat kekerabatan garis pertama familial dalam
keluarga, misalnya ibu, saudara perempuan dan anak perempuan. Secara
mayoritas, kanker terjadi pada tanpa adanya hubungan tersebut, sekitar 13% yang
mempunyai hubungan demikian.14,16,19

4. Ras

Walaupun secara keseluruhan insiden kanker payudara rendah pada wanita


Afrika dan Amerika, tetapi pada kelompok ini di temukan pada stadium yang
lanjut sehingga angka mortalitas meningkat jika dibandingkan dengan wanita kulit
putih. Kanker payudara lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam jika
dibandingkan dengan wanita kulit putih serta berusia lebih dari 40 tahun. Pada
wanita kulit hitam yang menderita kanker payudara umumnya dengan nuclear

high-grade, lebih sering tanpa reseptor hormonal dan terjadinya mutasi sporadik
p53. Penderita kanker payudara paling banyak ditemukan pada wanita kaukasia.
Faktor sosial yang berpengaruh seperti keterlambatan pemeriksaan ke pusat
kesehatan dan sedikitnya penggunaan

mamografi juga memegang peranan

panting.14,19

5. Paparan Estrogen

Penggunaan hormon pengganti pada wanita postmenopausal menunjukkan


peningkatan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Pemberian estrogen dan
progesteron secara bersamaan meningkatkan terjadinya insiden kanker payudara
jika dibandingkan dengan pemberian estrogen saja. Keadaan ini terutama
dijumpai pada karsinoma lobular invasif. Tidak adanya estrogen endogen
(oovorektomi) dapat menurunkan insiden kanker payudara mencapai 75%.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah faktor penyebab mayor adalah
usia menarche, usia kehamilan, riwayat keluarga dan olahraga teratur serta
penyebab minor seperti geografik, diet, obesitas, , menyusui, toksin lingkungan
dan merokok dikatakan mempunyai faktor keterkaitan.14,16,19,20,21
2.2.3 Etiologi dan patogenesis
Berkembangnya suatu kanker payudara pada umumnya berhubungan dengan
faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Secara sporadik, kanker payudara
berhubungan dengan paparan dan secara herediter berhubungan dengan mutasi
germ-line.20,21
1. Herediter

Ditemukan 13% kanker payudara terjadi secara herediter pada garis pertama

keturunan, hanya sekitar 1% yang diakibatkan oleh multifaktor dan mutasi germline. Sekitar 23% kanker payudara terjadi secara familial (atau 3% dari seluruh
kanker payudara) hal ini diakibatkan dengan BRCA1 dan BRCA2 probabilitas
terjadinya kanker yang berhubungan dengan mutasi gen ini meningkat jika terjadi
pada garis pertama keturunan. Penderita terkena sebelum menopause dan atau
dengan kanker multiple, atau pada pria dengan kanker payudara dan jika pada
anggota keluarga menderita kanker ovarium.
Secara herediter, penyebab terjadinya mutasi multifaktorial dan pada
umumnya antar faktor ini saling mempengaruhi. Perubahan terjadi pada salah satu
dari gen dan sekian banyak gen yang dapat mencetuskan suatu transformasi
malignan didukung oleh faktor lain.14,20,21
2. Gen BRCA1 dan BRCA2

Pada kanker payudara ditemukan dua gen yang bertanggung jawab pada dua
pertiga kasus kanker payudara familial atau 5% secara keseluruhan, yaitu gen
BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17 (17q21) dan gen BRCA2 yang
berlokasi pada kromosom 13q-12-13. Adanya mutasi dan delesi BRCA1 yang
bersifat herediter pada 85% menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk
terkena payudara 10% secara nonherediter dan kanker ovarium. Mutasi dari
BRCA1 menunjukkan perubahan kearah karsinoma tipe medular, cenderung high
grade,

mitotik sangat aktif, pola pertumbuhan dan mempunyai prognosis yang

buruk. Gen BRCA2 yang berlokasi pada kromosom 13q melibatkan 70% untuk
terjadinya kanker payudara secara herediter dan bukan merupakan mutasi
sekunder dari BRCA1. Seperti halnya BRCA1, BRCA2 juga dapat menyebabkan
terjadinya kanker ovarium dan pada pria dapat meningkat resiko terjadinya pada

10

kanker payudara.13,14,15,16,17
Mutasi BRCA1 dan BRCA2 dapat dideteksi melalui tes genetika yang
diperiksa melalui sampel darah. Hasil pemeriksaan umumnya dapat diketahui
dalam waktu beberapa minggu atau lebih. Sebelum melakukan pemeriksaan ini,
disarankan untuk menjalani konseling genetika terlebih dahulu untuk penilaian
resiko berdasarkan riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, diskusi mengenai
kepantasan pengambilan tes, akurasi tes, implikasi medis dari hasil positif maupun
negatif, kemungkinan hasil tes ambigu atau meragukan, resiko psikologis,
keuntungan melakukan tes, serta resiko mewariskan mutasi gen kepada anak.
Konseling ini harus dilakukan oleh seorang tenaga medis yang berpengalaman
dalam bidang genetika kanker. Bila mutasi berbahaya dari BRCA1 atau BRCA2
ditemui, maka terdapat beberapa pilihan yang tersedia untuk mengatasi resiko
kanker yang dimiliki. Pilihan pertama ialah skrining dengan melakukan
pemeriksaan klinis pada payudara dan mamografi untuk kanker payudara serta
transvaginal ultrasound, tes antigen CA-125, dan pemeriksaan fisik untuk kanker
ovarium. Tujuan dari skrining bukanlah mengurangi resiko melainkan mendeteksi
penyakit sedini mungkin, agar dapat dideteksi pada fase yang dapat
disembuhkan.13,14,15,16,17
3. Mutasi Germline

Faktor genetik ditunjukkan dengan kecendrungan familial yang kuat. Tidak


adanya pola pewarisan menunjukkan bahwa insiden familial dapat disebabkan
oleh kerja banyak gen atau oleh faktor lingkungan serupa yang bekerja pada
anggota keluarga yang sama. Pada penderita sindroma Li-Fraumeni terjadi mutasi
dari tumor suppressor gen p53. Keadaan ini dapat menyebabkan keganasan pada

11

otak dan kelenjer adrenal pada anak-anak

dan kanker payudara pada orang

dewasa. Ditemukan sekitar 1% mutasi p53 pada penderita kanker payudara yang
dideteksi pada usia sebelum 40 tahun.22,23,24
4. Mutasi Sporadik

Secara mayoritas keadaan mutasi sporadik berhubungan dengan paparan


hormon, jenis kelamin, usia menarche dan menopause, usia reproduktif, riwayat
menyusui dan estrogen eksogen. Keadaan kanker seperti yang dijumpai pada
wanita postmenopause dan overekspresi

estrogen reseptor. Estrogen sendiri

mempunyai dua kemampuan untuk berkembangnya kanker payudara. Metabolit


estrogen pada penyebab mutasi atau menyebabkan perusakan DNA- radikal bebas.
Melalui aktivitas hormonal, estrogen

dapat menyebabkan proliferasi lesi

premaligna menjadi suatu maligna. Sifat bergantung hormon ini berkaitan dengan
adanya estrogen, progesterone dan reseptor hormon steroid lain ini di sel
payudara. Pada neoplasma yang memiliki reseptor ini terapi hormon
(antiestrogen) dapat memperlambat pertumbuhannya dan menyebabkan regresi
tumor.13,19,26
5. HER2/neu

HER2/neu (c-erbB-2) merupakan suatu onkogen yang meng-encode


glikoprotein transmembran melalui

aktivitas tirosin kinase, yaitu p185

Overekspresi HER2/neu dapat dideteksi melalui pemeriksaaan imunohistokimia,


FISH (Fluorencence In Situ Hybridization) dan CISH (Chromogenic In Situ
Hybridization). Suatu kromosom penanda (1q+) telah dilaporkan dan peningkatan
ekspresi onkogen HER2/neu telah dideteksi pada beberapa kasus. Adanya
onkogen

HER2/neu

yang

mengalami

amplikasi

pada

sel-sel

payudara

12

berhubungan dengan prognosis yang buruk.22,23,27,28


6. Virus

Virus menyebabkan kanker payudara. Faktor susu Bittner adalah suatu virus
yang menyebabkan kanker payudara pada tikus yang ditularkan melalui air susu.
Antigen yang serupa dengan yang terdapat pada virus tumor payudara tikus telah
ditemukan pada beberapa kasus kanker payudara pada manusia tetapi maknanya
tidak jelas.18,23,27,29
2.2.4 Lokasi
Sekitar 50% massa tumor terdapat pada kuadran lateral atas, 15% pada
kuadran medial atas, 10% pada kuadran lateral bawah dan 17% pada region
sentral (1 cm dari areola mamma) dan 3% difus. Beberapa kasus menunjukkan
bahwa massa tumor lebih sering ditemukan pada payudara kiri dibandingkan
dengan payudara kanan.14,19
2.2.5 Klasifikasi Histopatologi
Klasifikasi karsinoma payudara dapat berdasarkan The Armed Forces
Institute of Pathology (AFIP), Ackerman dan The World Health Organization
(WHO).17,18
2.2.5.1.Karsinoma Non Invasif
Karsinoma Ductal in situ, Intraductal Carcinoma (Ductal Carcinoma InSitu /DCIS) Karsinoma intraduktal adalah proliferasi neoplastik sel epitel duktus
yang terbatas di dalam membran basalis. DCIS murni tidak bermetastasis, namun
umumnya berhubungan dengan karsinoma
multifokal dan bilateral pada 15-20% kasus.29

duktus infiltratif. DCIS sering

13

Insiden DCIS ditemukan pada dekade kedua, 5% ditemukan sebelum


dilakukan mamografi dan 15-30% kasus dapat dilakukan setelah skrining
mamografi dengan gambaran kalsifikasi.20
Beberapa varian morfologik DCIS dalam bentuk papilar, komedokarsinoma,
solid, kribiformis, mikropapilar, clinging dan hipersekretori kistik.14
Secara makroskopis, DCIS dapat menghasilkan suatu massa keras yang
terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik. Kalsifikasi adalah
gambaran yang biasanya dijumpai.14,20
Berdasarkan histologinya DCIS terbagi atas lima subtipe: komedokarsinoma,
solid, kribriform, papilari, dan mikropapilari. Beberapa kasus menunjukkan hanya
mempunyai satu gambaran subtipe, tetapi mayoritas kasus menunjukkan
campuran dari kelima tipe ini. Sebelumnya DCIS terbagi atas dua bagian yaitu
yang high-grade dengan karakteristik sel-sel besar dan plemorfis serta dijumpai
adanya nekrosis (comedokarsinoma). Sedangkan yang low-grade terdiri atas selsel kecil yang uniform serta tidak dijumpai adanya nekrosis (solid, kribiform,
mikropapilari). Sekarang ini DCIS terbagi atas tiga-grade berdasarkan atas kriteria
sitologi. Yang termasuk grade 3 adalah komedokarsinoma yang klasik, solid
klasik/kribiform/mikropapilari termasuk kedalam grade 1 DCIS, dan sedangkan
gambaran diantara kedua kriteria di atas dimasukkan kedalam grade 2 DCIS.

14

Gambar 2.2. Low Grade DCIS Sub type Kribiformis20


Low Grade DCIS Sub type Kribiformis terdiri atas sel-sel kecil yang uniform serta tidak
dijumpai adanya nekrosis (solid, kribiform, mikropapilari)

Gambar 2.3. High Grade DCIS Sub type Komedo 20


High Grade DCIS Sub type Komedo dengan karakteristik sel-sel besar dan plemorfis serta
dijumpai adanya nekrosis (comedokarsinoma)

15

Karsinoma Lobular In Situ (Lobular Carcinoma In Situ/LCIS)


Lobular Carcinoma In Situ adalah proliferasi neoplastik sel epitel lobular yang
melibatkan setidaknya satu unit lobulus lengkap sehingga menyumbat lumen.
Insiden Lobular Carcinoma In Situ lebih banyak ditemukan pada wanita muda,
80-90% saat premenopause. Dikatakan bahwa Lobular Carcinoma In Situ
sebenarnya bukan merupakan neoplasma tetapi merupakan petanda dari resiko
terjadinya kanker payudara. Lobular Carcinoma In Situ cenderung bersifat
multifokal dan bilateral. Lobular Carcinoma In Situ tidak menghasilkan lesi yang
dapat diraba dan tidak terlihat pada mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan
temuan patologik insidental. Sel-sel pada DCIS dan Lobular Carcinoma In Situ
kehilangan ekspresi e-cadherin, suatu protein transmembran yang bertanggung
jawab atas adhesi sel-sel epitelial. Pada keadaan ini ditemukan loss of
heterozygocity pada 16q posisi gen e-cadherin.20,30
Sel-sel abnormal dari hiperplasia lobular atipik, karsinoma lobular insitu dan
karsinoma lobular invasif adalah identik, terdiri dari sel-sel kecil dengan inti yang
oval atau bulat dan anak inti yang kecil serta tidak berdekatan satu sama lain.
Sering dijumpai adanya signet ring cell yang mengandung mucin. Karsinoma
lobular insitu tidak merubah bentuk dasarnya dan acini yang terlibat masih tetap
dapat

dikenali

sebagai

lobule-lobule.

Karsinoma

lobular

insitu

sering

menampilkan reseptor estrogen dan progesteron dan overekspresi HER2/neu


belum didapat.16,2

16

Gambar.2.4. Karsinoma Lobular In Situ20

2.2.5.2.Karsinoma Invasif
Karsinoma duktal invasif, Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC) / No
Special Type (NST)

Merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dan

mencapai 80% dari kanker payudara. Kebanyakan tumor berkembang dari sel-sel
epitel yang terdapat pada permukaan duktus.31
Secara makroskopis tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan
yang teraba keras seperti batu dan

berpasir. Gurat kapur putih kekuningan

merupakan ciri khas karsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik
(elastosis) di sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas
(desmoplasia) dan menghasilkan suatu karsinoma tipe keras (scirrhous).20,32
Seperti terlihat pada gambar 2.5 di bawah ini.

17

Gambar 2.5. Makroskopis karsinoma duktal invasif20

Gambaran morfologinya berbeda-beda dari kasus ke kasus dan sering


strukturnya kurang teratur berhubungan dengan tipe spesifik tumor. Bentuk sel-sel
tumor dapat tersusun seperti ikatan (cord), kelompokan, trabekula dimana
beberapa tumor dikarakteristikkan dengan sebagian besar padat dan menginvasi
sedikit stroma. Kasus-kasus diferensiasi kelenjar dapat menunjukkan bentuk
tubular dengan central luminal pada kelompok-kelompok sel tumor. Adakalanya,
daerah dengan infiltrasi

single file atau gambaran targetoid terlihat tetapi ini

kurang menunjukkan karakteristik dari


karsinoma.

Sel-sel

ganas

sitomorfologi untuk

menunjukkan

gambaran

yang

invasif lobular
berubah-ubah.

Sitoplasmanya selalu banyak dan eosinofilik. Nukleusnya dapat regular, seragam


atau pleomorfik yang tinggi dengan nukleoli yang menonjol dan selalu multipel,
mitotik hampir dijumpai dan banyak.16,30,32 Seperti terlihat pada gambar 2.6 di
bawah ini.

18

Gambar 2.6 Mikroskopis karsinoma duktal invasif

20

Di atas 80% kasus karsinoma duktal invasive berhubungan dengan


ductal carcinoma insitu dan yang tersering adalah DCIS tipe comedo yang high
grade.16 Komponen stromanya sangat bervariasi. Dapat mempunyai proliferasi
fibroblastik yang tinggi, hanya sedikit elemen jaringan konektif atau petanda
hialinisasi. Daerah jaringan elastik dapat dijumpai, pada distribusi periduktal atau
perivenous. Daerah nekrosis biasanya luas. Sebagian kecil kasus dapat dijumpai
lymphoplasmacytoid.14,16
Pada beberapa kanker, secara jelas mengekspresikan reseptor hormon dan
tidak overekspresi terhadap HER2/neu. Pada tumor yang lain dijumpai sel-sel
pleomorfik yang tersusun secara anastomosis, lebih sedikit mengekspresikan
reseptor hormon dan lebih banyak mengekspresikan HER2/neu.20

19

2.3. Biopsi Jarum Halus


Biopsi aspirasi jarum halus adalah pengambilan sejumlah kecil bagian
dari sel atau cairan dari payudara nodul menggunakan jarum yang sangat kecil.
Prosedur ini aman untuk dilakukan. Sel-sel yang telah diambil akan dianalisa
menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi dan kemudian dapat dikategorikan
menjadi jinak atau ganas.21
FNAB adalah suatu tindakan biopsi tumor atau benjolan yang dilakukan dengan
jarum halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih kecil, untuk mengambil contoh
jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop secara sitologi.
Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus
melakukan sayatan atau mengiris jaringan, sehingga keraguan seorang penderita
apakah dirinya menderita kanker atau tidak segera terjawab dengan cepat dan
akurat.21
Tindakan FNAB ini mudah dikerjakan, waktunya cepat hanya memerlukan
beberapa detik, tidak nyeri, relatif tanpa komplikasi, biaya murah dan akurasinya
cukup memuaskan . dapat dikerjakan pada siapa saja, laki-laki atau perempuan,
orang tua, anak-anak, bahkan pada bayi. FNAB dapat dilakukan pada tumor yang
terletak di permukaan tubuh yang dapat dilihat atau diraba seperti tumor kulit,
payudara, kelenjar gondok, kelenjar getah bening. Untuk tumor-tumor organ
tubuh yang lebih dalam, juga dapat dilakukan FNAB, namun biasanya dibutuhkan
bantuan dokter ahli radiologi untuk membimbingnya dengan USG, misalnya pada
tumor paru, tumor hati, tumor ginjal, tumor pancreas dsb. FNAB juga sangat
dianjurkan pada penderita tumor atau kanker dengan keadaan umum lemah,
sehingga dapat ditegakkan diagnosisnya segera dengan resiko yang rendah,
dimana

pemeriksaan

ini

biasanya

tidak

memberatkan

kondisi

pasien.

Pada kanker yang sudah ada anak sebar di kelenjar getah bening, seperti kanker
nasofaring atau kanker lainnya, untuk memastikan benar tidaknya adanya anak
sebar tersebut, dianjurkan dilakukan FNAB pada benjolan di kelenjar getah

20

bening. Hal ini sangat bermanfaat untuk memastikan stadium penyakit dan
tindakan selanjutnya. 21

Gambar 2.7. Biopsi jarum halus 20

2.4. Stadium
Stadium klinis kanker payudara adalah sebagai berikut;
1. Stadium 0 : karsinoma insitu (duktal atau lobular)
2. Stadium 1 : karsinoma invasive awal, tumor berukuran diameter <2 cm dan

tidak ada metastase ke kelenjar limfe.


3. Stadium 2 : tumor berukuran > 2 cm dan atau terbukti adanya metastasis ke

kelenjar limfe lokal (untuk tumor berukuran < 5 cm)


4. Stadium 3 : kanker yang locally advanced, dimana tumor bermetastase ke

kelenjar limfe soft tissue


5. Stadium 4 : kanker bermetastasis ke organ tubuh lainnya.20,34,35
Staging kanker payudara menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) pada
tabel/gambar berikut :

21

2.5 Prognosis
Prognosis pada setiap kanker payudara berdasarkan stadium penderita adalah
1. Stadium 0

: 5-year survival rate : 92%

2. Stadium I

: 5-year survival rate : 87%

3. Stadium II

: 5-year survival rate : 75%

4. Stadium III : 5-year survival rate : 46%


5. Stadium IV : 5-year survival rate : 1,3%. 29

2.6.Terapi
Terapi kanker payudara tergantung pada ukuran dan lokasi tumor,serta
penyebarannya juga kondisi kesehatan dari penderita. Kanker payudara pada
dapat diterapi dengan pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, dan terapi
hormone.14,20,25,32
Sebelum melakukan tindakan terapi ada beberapa faktor yang harus diketahui

22

untuk menjadi pertimbangan dalam melakukan tindakan, yaitu:


1. Stage dan grade dari tumor
2. Status hormon reseptor tumor (ER, PR) dan HER2/neu
3. Keadaan umum dan umur penderita
4. Mutasi gen kanker yang diketahui.14,20,25,32

Ras, usia menarche, usia menopause, usia awal kehamilan, Tidak kawin dan nulipara, paparan esterogen, meroko
Riwayat keluarga
Usia

Sel jaringan
Mutasi sporadik

Mutasi Gen (BRCA1)


HER2/neu menghasilkan peningkatan ekspresi onkogen HER2/neu
Pertumbuhan tidak normal
Proliferasi yang tidak terkendali

2.6 Kerangka Teori

Benjolan
pada payudara
Carsinoma
mamae

23

Gambar 2.7. Kerangka Teori.

2.7. Kerangka Konsep


Variabel Dependen
Usia

Variabel Independen
Carsinoma mamae

Analisis

24

Gambar 2.8. Kerangka konsep


2.8. Hipotesis
Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, dapat
dirumuskan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :
Ho: Tidak terdapat hubungan usia sebagai faktor resiko terjadinya kanker
payudara pada wanita yang didiagnosis menggunakan biopsi jarum halus di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Periode Januari 2013-Desember 2013.

Ha :Terdapat hubungan usia sebagai faktor resiko terjadinya kanker payudara


pada wanita yang didiagnosis menggunakan biopsi jarum halus di RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Periode Januari 2013-Desember 2013.

Das könnte Ihnen auch gefallen