Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Gambar
dari
Matthew B Thomas
& Andrew F. Journal
Nature
Biotechnology
25,
1367 - 1368 (2007)
(a) After physical contact between a fungal spore and the insect cuticle (1), recognition of the host by the fungus leads to
spore germination and production of a penetration structure, the appressorium (2), which grows a penetration peg and a
series of hyphal bodies to cross the cuticle and epidermis (3). Once inside the insect, the fungus produces blastospores that
bud and spread through the hemolymph (4). Hemolymph-specific expression restricts release of an insect-specific scorpion
toxin to the period after infection (from step 4 onwards). (b) Increasing pathogenicity and virulence of a pathogen should
alter the dose-response relationship by increasing the killing rate for a given dose (altered slope indicated by arrow 1) and
reducing the threshold level of pathogen required to cause lethal infection (shift along intercept of the dose axis indicated by
arrow 2). (c) A steeper dose-response relationship should increase the relative pathogenicity of the modified fungus at any
given time point (indicated by arrow 3) and so increase the duration of efficacy after biopesticide application (indicated by
arrow 4).
Epikutikula
Spor
a
Penetra
si
Spirakel, makanan,
kulit, telur, saluran
pencernaan, dan
lubang lain
berhenti makan
lemah
mati
Tubuh kering
(hemocoel digunakan
untuk pertumbuhan
jamur)
pembentukan hifa
Mumifikasi
Penetrasi konidia
Tumbuh badan jamur
Kutikula
Epidermis
Perkecambahan
Penetra
secara Mekanis dan
si
kimiawi (enzim dan
toksin)
Prose Jalur transmisi
horizontal patogen
(inter/intra
generasi).
Dampak
pada Host
Blastospora
(menghasilka
n racun)
Hemolimfa
Beauveria bassiana
CIRI CIRI
Gejala
B. bassiana
Klasifikasi Ilmiah:
Kingdom: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales
Famili
: Cordycipitaceae
Genus
: Beauveria
Spesies
: Beauveria
bassiana (Bals-Criv) Vuill
Beauveria bassiana
Picture Life cycle (days; mean SE) for adult coffee berry borers inoculated with a 1 _
107 spores per ml of endophytic Beauveria bassiana (SPCL 03047) spore suspension.
The assessments were made daily after fungal inoculation and included days to (1)
insect death; (2) mycelium starting to grow; (3) insect covered with mycelium; (4)
spore formation; and (5) spore discharge.
B. Metarhizium sp
Ciri-ciri :
Ciri-ciri :
1.
1.Cendawan
Cendawan berwarna
berwarna putih,
putih,
penyebaran
penyebaran spora
spora melalui
melalui air
air
atau
atauangin.
angin.
2.
2.Konidiofor
Konidiofor bercabangcabang
bercabangcabang
teratur,
teratur, tidak
tidak membentuk
membentuk
berkas,
berkas, konidium
konidium bersel
bersel satu,
satu,
berwarna
berwarnahijau
hijaubiru.
biru.
3.
3.Berbentuk
Berbentuk oval,
oval, dan
dan memiliki
memiliki
sterigma
sterigma atau
atau phialid
phialid tunggal
tunggal
dan
danberkelompok
berkelompok
4.
tubuh
serangga
4.Infeksi
Infeksi
tubuh
serangga
melalui
melaluijaringan
jaringanlunak
lunak
5.
5.Metarhizium
Metarhizium sp.
sp. tumbuh
tumbuh
pada
pH
3,3-8,5
dan
pada
pH
3,3-8,5
dan
memerlukan
kelembaban
memerlukan
kelembaban
tinggi.
Radiasi
sinar
tinggi.
Radiasi
sinar
matahari
dapat
matahari
dapat
menyebabkan
kerusakan
menyebabkan
kerusakan
spora.
spora. Suhu
Suhu optimum
optimum bagi
bagi
pertumbuhan
dan
pertumbuhan
dan
perkembangan
spora
perkembangan
spora
o
berkisar
pada
25-30
berkisar
pada
25-30oC.
C.
Gambar Metarhizium
anisopliae yang menyerang
kecoa sumber: Wikipedia
Klasifikasi
ilmiah
Penempelan bagian infektif yaitu konidia pada kutikula
serangga.
Gejala
Kindom
: Fungi
Sub kingdom : Dikarya
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales
Family
:Clavicipitaceae
Genus
: Metarhizium
Sorokin
Spesies
: Metarhizium
anisopliae
(Metschn)
Sorokin
C. Hirsutella citriformis
Ciri-ciri :
1. Berwarna kekuningan, hialin miselium menutupi larva kumbang
atau arthropoda. Ujungnya terbentuk sel berbentuk botol dan
menghasilkan satu sampai beberapa spora aseksual
2. H. citriformis yang dapat beradaptasi, tumbuh, berspora, dan
berkecambah dengan baik di lingkungan lebih panas (>30C)
3. Synnemata yang timbul dari semua bagian tubuh dari serangga
bentuknya sederhana, ramping, menyempit ke atas (tebal 1-3 mm,
0,1-0,2 mm).
4. Phialides banyak dan dikemas atau ditutupi dengan lengkap,
bagian bawah dari phialides berbentuk elips, subulate dan tiba-tiba
menyempit ukurannya di puncak.
5. Sebagian ditutupi dengan lendir persisten membentuk droplet
bulat (4-7m)
GEJALA
HC konidia dan konidiofor menyebabkan kematian
pada jaringan inan.
Penetrasi dan infeksi terjadi pada suhu 27C,
tabung kecambah dapat bertahan pada kelembaban
relatif 5-100%. Sebagian besar kematian terjadi
pada suhu 25-30C
Serangan Hirsutella sp. pada imago menyebabkan
kematian dengan gejala posisi berdiri dan tubuh
dipenuhi oleh miselium jamur berwarna coklat.
Struktur jamur seperti sapu pada tubuh serangga
Menginfeksi serangga melalui penetrasi integumen.
Penetrasi epikutikula berlangsung secara mekanis
dan penetrasi lapisan bawahnya terjadi secara
enzimatis. Penetrasi hifa, dihasilkan toksin yang
dapat mematikan serangga.
Penetrasi ke dalam tubuh inang melalui kutikula
atau terjadi pada saat proses makan, masuk ke
haemocoel dan membentuk hifa,
Cendawan entomopatogen melanjutkan siklus
hidupnya dalam fase saprobik.
Gambar Hirsutella
citriformis
Sumber: Waran, 2015
Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom
: Fungi
Division
: Ascomycota
Subdivision
: Pezizomycotina
Class
: Sordariomycetes
Order
: Hypocreales
Family
: Ophiocordycipitaceae
Genus
: Hirsutella
Spesies
: Hirsutella citriformis
Paper wasps, Mischocittarus mexicanus
Sumber:
http://organicsoiltechnology.com/hirsutelliabiocontrol-fungus.html
D .N om uraea rileyi
Ciri-cirinya:
Nomuraea rileyi bersifat dimorfik
di luar tubuh inangnya Nomuraea rileyi
akan membentuk hifa atau miselia dan di
dalam tubuh inangnya membentuk
struktur yang menyerupai khamir.
Hifa Nomuraea rileyi tipis dan halus,
bersepta, hialin atau agak terpigmentasi
dan memiliki diameter 2,0-3,0 m.
Konidiofer Nomuraea rileyi umumnya
tumbuh tegak seperti beludru, bersepta,
panjangnya dapat mencapai 160 m
dengan diameter 2,2-5,0 m.
Percabangan terbentuk pada daerah
dekat septum dengan jumlah fialid 2-5
buah. Jarak antara septum konidiofer 1025 m.
KLASIFIKAS
I ILMIAH
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Fungi
: Ascomycota
: Hyphomycetes
: Miniliales
: Moniliaceae
: Nomuraea
: Nomurea rileyi
Lanjutan...
Larva yang terinfeksi N.rileyi biasanya menunjukkan gejala
Spicaria (=Paecilomyces)
Nama ilmiah jamur yang sudah obsolete (tidak sesuai dengan kaidah
taksonomi)
Sekarang dinamakan Paecilomyces (sebagian besar), Beauveria,
Namuraea, Isaria (misal: S. javanica menjadi P. javanica)
Identifikasi didasarkan atas warna koloni dan sifat P. crustaceus dan P.
variotii dapat tumbuh sampai suhu 50 dan bahkan 60C.
Koloni tumbuh cepat dan dewasa dalam 3 hari, rata, bertekstur tepung
atau velvet, mula-mula putih dan kemudian menjadi kuning, kuninghijau, kuning-cokelat, kuning jeruk-coklat, jingga, atau ungu tergantung
pada spesies. Dari bawah cawan petri koloni berwarna putih kotor, buff,
atau cokelat. Koloni tua mengeluarkan bau aromatik.
Hifa bening bersekat, konidiofora (lebar 3-4 m dan panjang 400-600
m) umumnya bercabang dan di ujungnya terdapat fialida yang
meruncing ke arah ujung, mengelompok dalam pasangan menyerupai
sikat. Konidia bersel tunggal, bening sampai gelap, berpemukaan halus
atau kasar, berbentuk oval atau fusoid, dan membentuk rantai panjang.
Klamidospora jarang ditemukan.
Teleomorf: Thermoascus (Ascomycotina)
KLASIFIKASI ILMIAH
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class
: Eurotiomycetes
Order
: Eurotiales
Family
: Trichocomaceae
Genus
: Paecilomyces
Spesies
: Paecilomycesfarinosus
(Holmex S. F. Gray)
Brown & Smith
Berbagai host terinfeksi jamur P
farinosus
sumber:
http://www.discoverlife.org/mp/20q?
search=Paecilomyces+farinosus
Paecilomyces farinosus
Pertumbuhan P. Farinosus di
media Agar
Sumber: I W. Mudita PS IHPT
Fakultas Pertanian Undana
Trichoderma spp.
Biakan tumbuh cepat pada 25-30oC, tidak tumbuh pada 35oC, dalam 1
minggu pada konidiofora halus bercabang banyak berwarna kehijauan,
kekuningan, atau kadang-kadang putih. beberapa spesies menghasilkan bau
manis atau seperti kelapa.
Konidiofora bercabang banyak, terbentuk dalam lingkaran konsentris di
permukaan media. Cabang primer dan sekunder membentuk sudut hampir
90o terhadap sumbu utama. Percabangan menghasilkan bentuk konidiofora
yang menyerupai bangun kerucut.
Konidia kering tetapi pada spesies tertentu dalam cairan hijau bening atau
kuning, berbentuk elips pada kebanyakan spesies, berukuran 3-5 x 2-4 m,
umumnya berpermukaan halus..
Semua spesies membentuk klamidospora, tetapi tidak semua spesies dapat
membentuk klamidospora pada medium CMD pada suhu 20 C dalam waktu
10 hari. Klamidospora pada umumnya bersel tunggal, sub-globose
mengakhiri hifa pendek atau di dalam sel hifa, multiseluler pada spesies
tertentu.
Banyak spesies: T. aggressivum H. andinensis T. asperellum T. atroviride T.
aureoviride H. ceramica T. citrinoviride T. crassum H. cremea H. cuneispora
T. erinaceum H. estonica T. fasciculatum T. fertile T. ghanense T. hamatum T.
harzianum T. koningii T. longibrachiatum T. minutisporum H. neorufa H.
nigrovirens T. oblongisporum T. ovalisporum H. patella T. polysporum T.
pseudokoningii T. pubescens T. reesei T. saturnisporum H. semiorbis T.
spirale H. stilbohypoxyli T. strictipile T. strigosum T. stromaticum H.
surrotunda T. tomentosum T. virens T. viride
Teleomorf Trichoderma adalah spesies dari genus Ascomycotina Hypocrea
Trichoderma spp.
T. harzianum
T. viride
Pertumbuhan
Trichoderma spp
di media Agar
Sumber: I W.
Mudita PS IHPT
Fakultas Pertanian
Undana
Klasifikasi
Kingdom:
Fungi
Division:
Ascomycota
Subdivision:
Pezizomycotina
Class:
Sordariomycete
s
Order:
Hypocreales
Family:
Hypocreaceae
Genus:
Trichoderma
Persoon
REFERENSI
Anonym.
2015.
Metarhizium
anisopliae.
(online)
(
https://en.wikipedia.org/wiki/Metarhizium_anisopliae, diakses 12 Sepetember
2015).
Anonym.
2015.
Metarhizium
flavoviridae.
(online)
(
https://en.wikipedia.org/wiki/Metarhizium_flavoviride, diakses 12 Sepetember
2015).
Rosmini, dan Burhaudin S. 2013. Pemanfaatan Jamur Entomopatogen Beauveria
Bassiana Lokal Sulawesi Tengah Untuk Pengendalian Spodoptera Exigua Dan
Lyriomisa Chinensis Hama Endemik Pada Bawang Merah Di Sulawesi Tengah.
Jurnal Agroland. 20 (1) : 37 45.
Vega, F. E. et al. 2008. Entomopathogenic fungal endophytes. Biological Control.
46 (2008) 7282.
Waran, V.V. 2015. Entamopathogenic Fungi as Biocontrol Agents - A Special
Focus
on
Beauveria
bassiana
and
Hirsutella.
(online)
(
http://www.slideshare.net/VigneshWaran16/entamopathogenic-fungi-as-bio
control-agents-a-special-focus-on-beauveria-bassiana-and-hirsutella
, diakses 17 September 2015).
Pahanad. 2009. Plant Management Network. Department of Biology. (online
http://www.plantmanagementnetwork.org/pub/php/research/2009/litura/
http://www.agencia.cnptia.embrapa.br/gestor/soja/arvore/CONT000g0gza9sb
02wx5ok026zxpgrm8l896.html
REFERENSI
SEKIAN DULU
24