Sie sind auf Seite 1von 5

Telaah Tentang Kelabilan Ekosistem Hutan Tropis

Dosen Pengajar :
Dr. Laila Hanum, M. Si.
Dibuat oleh:
Nama

: Wiwik Septiani

Nim

: 20012681418005

Semester / kelas

: III (Tiga)

PROGRAM STUDI BIOLOGI LINGKUNGAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014/2015

KERENTANAN EKOSISTEM HUTAN TROPIS


Menurut pendapat saya: Saya setuju dengan pendapat mengenai
ekosistem hutan tropis yang berisi hutan tropis merupakan ekosistem yang
labil, namun saya tidak setuju dengan kalimat Kerentanan ekosistem ini
disebabkan oleh terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam penggunaan atau
pemakaian bahasa untuk menyampaikannya sehingga banyak orang yang mengira
bahwa adaptasi terhadap lingkungan yang rendah, tingkat kesuburan tanah (soil
fertility) yang rendah, dan siklus nutrisi yang tertutup (close butrition cycle)
merupakan penyebab kerentanan atau kelabilan. Padahal menurut saya yang
menjadi penyebab kerentanan/kelabilan/kerusakan ekosistem hutan tropis adalah
adanya campur tangan manusia yaitu:
1. Meningkatnya tekanan penduduk dan kebutuhan lahan bagi pertanian
2. Pola kepemilikan lahan yang memaksa keluarga petani dan masyarakat yang
tidak punya lahan yang lalu kemudian menggunakan lahan hutan dan lahan
marginal untuk mereka gunakan sebagan lahan pertanian.
3. Penggunaan hutan tropis sebagai pertanian komersial seperti perkebunan
kelapa sawit, karet, dll.
4. Pembalakan komersial dengan kecepatan yang melebihi kemampuan
regenerasi hutan tropis.
Mungkin yang dimaksud bukan penyebab ekosistem hutan tropis itu labil,
namun yang benar adalah suatu ekosistem hutan tropis dikatakan labil atau mudah
terganggu karena memiliki adaptasi terhadap lingkungan yang rendah, tingkat
kesuburan tanah (soil fertility) yang rendah, dan siklus nutrisi yang tertutup (close
butrition cycle).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ekosistem hutan tropis dikatakan labil atau
rentan atau mudah rusak/terganggu karena adanya campur tangan dari aktifitas
manusia, dimana hutan tropis ini memiliki sifat-sifat yang labil seperti berikut:
1. Adaptasi terhadap lingkungan yang rendah
Ekosistem ini telah ada dan berkembang sejak jutaan tahun yang lalu dalam
keadaan tertentu (tanpa gangguan atau campur tangan manusia), apabila terjadi

kerusakan pada ekosistem ini yang disebabkan oleh kegiatan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung, secara langsung seperti pembalakan atau
penebangan, pembakaran, dll. Secara tidak langsung seperti hujan asam di
ekosistem hutan tropis dari kegiatan aktifitas manusia yang polusi udaranya
terbawa angin sampai ke hutan tropis, mengakibatkan banyaknya timbunan asam
di dalam tanah, terutama unsur nitrogen yang banyak dapat menyebabkan
kelembaban pada tumbuhan dan tingginya kerusakan jaringan tumbuhan oleh
hama yang menyukai keadaan tersebut. Maka ekosistem hutan tropis akan
mengalami kesulitan dalam memperbaiki kondisinya seperti sediakala dan proses
ini akan memakan waktu yang sangat lama.
2. Tingkat kesuburan tanah (soil fertility) yang rendah
Umumnya kondisi tanah pada ekosistem hutan tropis adalah tidak subur.
Jenis-jenis pohon dan tumbuhan yang dapat tumbuh pada ekosistem hutan tropis
adalah jenis-jenis yang tidak memerlukan nutrisi yang banyak dalam
pertumbuhannya, salah satu contohnya jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae.
Karena ekosistem di hutan tropis sudah terbentuk sejak jutaan tahun lalu, maka
ekosistem yang hidup di hutan tropis sudah beradaptasi dengan baik untuk
keberlangsuang hidupnya. Nutrisi yang diperlukan oleh tumbuhan banyak
terdapat pada lapisan tanah atas (top soil) yang sebagian besar unsur hara berasal
dari hasil dekomposisi, sedangkan top soil sendiri di hutan tropis relatif sedikit
unsur haranya, hanya beberapa centimeter keberadaannnya di dalam tanah. Oleh
karena itu tanah di hutan tropis kurang cocok untuk dijadikan areal pertanian yang
memerlukan nutrisi yang banyak untuk pertumbuhannya. Namun masih saja
masyarakat maupun petani yang menggunakannya sebagai lahan pertanian tanpa
di dasari dengan pengetahuan yang cukup. Saat terjadi penambahan atau
pemasukan zat asam di dalam tanah dari hujan asam atau penumpukan dari
kegiatan lahan pertanian yang berada di kawasan ekosistem hutan tropis. Maka
akan mengubah sifat-sifat di dalam ekosistem hutan tropis, dan untuk bertahan
hidup, sebagian ada yang mampu beradaptasi dan yang tidak mampu beradaptasi
akan mengalami kematian. Dan butuh waktu yang lama untuk mengalami suksesi
(pemulihan) seperti sediakala.

3. Siklus Nutrisi yang tertutup (close nutrision cycle)


Hutan tropika mempunyai strategi yang unik untuk mengatasi kemiskinan
hara makanan dalam tanah, berbeda sekali dengan hutan di daerah iklim sedang
dan dingin. Bila kita telaah hutan tropis, akan terlihat bahwa sebenarnya tidak
tersimpan dalam tanah, melainkan dalam tubuh tumbuhan yang masih hidup.
Dalam sebuah ekosistem hutan, mahluk hidup merupakan gudang makanan.
Namun pada kenyataannya pohon-pohon hidup itu selalu diancam oleh kematian
dan serangan hewan herbivora setiap saat. Bila tumbuhan itu mati dan bersama
organisme mati lainnya akan segera pula mengalami dekomposisi yang
melepaskan hasilnya ke dalam tanah. Di daerah tropika yang lembab dan panas,
dekomposisi berjalan sangat cepat, bila dibarengi curah hujan yang tinggi, maka
hasil dekomposisi akan cepat hilang di bawa air tanah ke tempat lain. Ini berarti
suatu kebocoran ekosistem. Kesuburan hilang, padahal cadangan dalam tanah
tidak ada. Tetapi pada lapisan atas tanah tersebar rapat akar-akar halus atau bulu
akar pohon-pohon, yang siap dengan cepat menyerap hara makanan dalam larutan
air tanah. Penyerapan ini dibantu pula oleh kehadiran jamur yang bersimbiosisi
dengan pohon dan membentuk mikoriza pada akar. Tidak jarang pula akar bulu
dan meiselium (beneng-benang pada jamur) menembus langsung pada daun-daun
mati yang sedang mengalami dekomposisi. Dengan cara itulah hara makanan yang
dilepas oleh proses dekomposisi dengan cepat diserap dan dikembalikan ke dalam
tubuh pohon untuk disintesis menjadi bahan yang lebih kompleks dan membentuk
tubuh pohon itu lagi. Dengan demikian kemungkinan hara makanan hilang ke
lingkungan lain dapat dicegah. Sistem pendauran hara yang seperti inilah yang
dinamakan dengan sisitem peredaran tertutup. Adanya kegiatan pembalakan
merangsang akar untuk mengeluarkan nutrisi yang tersimpan ke dalam tanah,
sehingga bila terjadi hujan akan mudah tercuci oleh air hujan (erosi).
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya sangat
membutuhkan banyak dana untuk melakukan pembangunan. Salah satunya adalah
memanfaatkan sumberdaya alam dalam hal ini hutan tropis. Melihat kerentanankerentanan ekosistem hutan tropis perlu adanya kearifan dalam memanfaatkan
hutan tropis, sehingga hutan tropis di Indonesia dapat memberikan manfaat yang
optimal tanpa merusak kelestariannya (Indrawan. 1982)

Das könnte Ihnen auch gefallen