Sie sind auf Seite 1von 12

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama
Umur
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Pendidikan terakhir
Alamat
Paritas
No RM
Tgl MRS

: Ny.RA
: 23 tahun
: IRT
: Kawin
: Islam
: Lulus SMA
: Jl. Toa Daeng 2 lorong alamanda no 24
: P0A1
: 045315
: 15 juni 2015

B. ANAMNESIS
Keluhan utama : benjolan pada daerah kemaluan
Anamnesis Terpimpin : dialami sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan disertai
nyeri yang dirasakan 2 hari belakangan. Riwayat demam ada, riwayat keputihan ada
warna putih dan tidak berbau, riwayat koital bleding tidak ada, dispareunia tidak ada, .
Riwayat pernikahan pasien menikah 2 tahun, riwayat aborsi 1 kali. Riwayat penggunaan
kontrasepsi tidak ada, riwayat gonta ganti pasangan tidak ada, riwayat menderita keluhan
yang sama sebelumnya tidak ada. Riwayat keluarga menderita keluhan yang sama tidak
ada. Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
Riwayat Obstetri :
2013 :abortus/kuretase

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: Baik/sakit sedang/composmentis
: 100/70 mmHg
: 80x/menit
: 20x/menit
: 36,50 C

Pemeriksaan Luar
TFU : tidak teraba
MT/NT : -/1

Fluksus : Pemeriksaan Genitalia Eksterna


Vulva (D)
: tampak benjolan ukuran 5x3 cm,hiperemis (+),nyeri tekan (+),
Konsistensi lunak, imobile (+)
Vagina
:dalam batas normal
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
GDS
HbSag

Hasil
11.700

Nilai normal
4000 -10000

5,36

sel/mm3
4,00-6,00 juta

12,6
37,6
314
94
Non reactive

sel/mm3
12,0-16,0 gr/dl
37,0-48,0 %
150-400 sel/mm3
< 140 gr/dl
Non reactive

E.Resume
Wanita 23 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan benjolan pada daerah
kemaluan, dialami sejak 7 hari hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri 2 hari
belakangan.riwayat demam (+), riwayat keputihan (+) berwarna putih dan tidak berbau.
Riwayat menderita keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat pengobatan sebelumnya
(-).Pada pemeriksaan fisik tampak keadaan umum baik,sakit sedang, composmentis,
pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan genitalia eksterna tampak
benjolan pada vulva dextra ukuran 5x3 cm, hiperemis (+), nyeri tekan (+). Konsistensi
lunak, imobile (+). pada pemeriksaan laboratorium leukosit 11.700 sel/mm3
F.Diagnosis
Abses bartolini dextra
2

G.Penatalaksanaan
- Infus RL 20 Tpm
- injeksi ketorolac 3x30mg selama 3 hari
- injeksi ciprofloxacin 2x500mg 3 hari
- Rencana Marsupialisasi, setelah tanda tanda inflamasi hilang.

BAB II
PEMBAHASAN

1.

ANATOMI KELENJAR BARTOLINI


Kelenjar Barolini telah ditemui oleh Dutch, seorang ahli anatomi pada tahun 1677.Kelenjar

ini adalah kelenjarvestibular yang terbesar dan fungsinya homolog dengan Kelenjar Cowper
(Kelenjar bulbourethral) pada pria.Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia
eksterna, kelenjar bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk
bundar, dan berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli.Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen.Kelenjar ini
tertekan pada waktu koitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan
permukaan vagina di bagian caudal.kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan
dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini sebagian
3

tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi sensitif selama
rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai
lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira- kira 2 cm yang terbuka
ke arah orifisium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada
pemeriksaan palpasi.5

Gambar 1 .Anatomi Kelenjar Bartolin

2. ETIOLOGI
Abses bartolini dapat disebabkan oleh organisme pyococcal, gonococcus Chlamydia
trachomatis, danNeisseria gononorrheae.1,2,3Pada suatu penelitian didapatkan 21 kasus abses
bartolini disebabkan oleh Staphylococci, sekitar 50 kasus disebabkan oleh Eschericia coli, dan
46 kasus disebabkan oleh Streptococcus faecalis.2,4
3. PATOGENESIS
Obstruksi duktus distal bartolin dapat mengakibatkan retensi sekresi dengan pelebaran dari
saluran dan pembentukan kista.Kista yang terinfeksidapat berkembang menjadi abses.Namun
abses bartolini tidak harus selalu diawali dengan kista bartolini.3
4. GEJALA KLINIK
Gejala yang ditemukan pada abses kelenjar bartolin berupa nodul yang nyeri pada vulva,
kemerahan, rasa tidak nyaman di area vagina saat berjalan dan duduk.Bengkak pada kelenjar
disebabkan oleh akumulasi sekret dan dapat juga disertai keluhan nyeri pada saat melakukan
4

hubungan seksual (dyspareunia).Rasa panas pada palpasi kelenjar, namun umumnya tidak
disertai dengan demam.Absesterjadi pada sepertiga bagian bawah introitus, antara ruang depan
dan labia majora, tetapi dapat berkembang luas ke bagian anteriordan mencapai ukuruan 8 cm. 3,68

5. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa kista bartolini dapat ditegakkan dengan :
a. Anamnesa
Pada anamnesa biasanya ditemukan gejala klinis nyeri yang akut disertai pembengkakan
labial unilateral, dyspareunia, nyeri pada waktu berjalan dan duduk dan nyeri yang mendadak
mereda, diikuti dengan timbulnya discharge (sangat mungkin menandakan adanya ruptur spontan
dari abses).1,2
b.

Pemeriksaan Ginekologi
Hasil pemeriksaan ginekologi yang dapat diperoleh dari pemeriksaan terhadap Abses

Bartoloni adalah seperti berikut :1,5


Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan daerah sekitar yang eritema

dan edema.
Dalam beberapa kasus, didapatkan daerah selulitis di sekitar abses.
Demam, meskipun tidak khas pada pasien sehat, dapat terjadi,
Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge yang purulent.

Sedangkan hasil pemeriksaan fisik yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap kista
Bartholin sebagai berikut: 2

Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa sakit, unilateral, dan tidak

disertai dengan tanda tanda selulitis di sekitarnya.


Jika berukuran besar, kista dapat tender.

Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent.

c. Pemeriksaan Penunjang
Apabila pasien dalam kondisi sehat,atau afebris, tes laboratorium darah tidak diperlukan
untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi atau kista. Kultur bakteri dapat bermanfaat dalam
menentukankuman dan pengobatan yang tepat bagi abses Bartholin.7,9
6. DIAGNOSIS BANDING
5

a. KistaBartholini
Kista bartolini merupakan kista berukuran relative besar yang paling sering dijumpai.Jika
kista ini tidak disertai dengan infeksi lanjutan atau sekunder umumnya tidak menyebabkan gejala
apapun.Biasanya ditemukan ketika seorang wanita datang ke dokter untuk pemeriksaan umum
tanpa keluhan apapun, tanpa rasa sakit pada vagina.Namun, jika kista tumbuh lebih besar dari
diameter 1 inci, dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama berhubungan
seksual.10
Terapi utama yang diberikan adalah insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses
yang disebut marsupialisasi. Pengosongan dan drainase eksudat abses dapat pula dilakukan
dengan memasang kateter word. Disamping itu, dapat pula diberikan antibiotik untuk
mikroorganisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultur bakteri.10

Gambar 2. Kista Bartholini

b. Bartholinitis
Gejalaklinisdaribartolinitisberupapembengkakandidaerahkelenjarbartolinyangterasa
nyeriketikaberjalandanpenderitasukaruntukduduk.Labiamayorpadasisiyangterkenaakan
membengkak,merah,dannyeritekan.Terapiyangdiberikanmisalnyaantibiotik,drainaseabses,
daneksisiataumarsupialisasikistayangumumdigunakan.9

Gambar3.Bartolinitis

7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan terhadap abses bartolini umunya bersifat simptomatik, gejala yang
asimptomatik tidak perlu pengobatan, Perendaman daerah genital dengan handuk hangat
kompres atau dalam air hangat (Sitz) yang dianjurkan oleh beberapa orang untuk
mengurangiketidaknyamanan.Analgesik

juga

dapat

digunakan

untuk

meredakanketidaknyamanan, tetapi pada abses maupun kista yang bergejala dapat diatasi dengan
drainase.Jika abses pecah, maka biasanya tidak lagi dapat terjadi penyembuhan secara spontan.2,3
Manajemen lain dari metode penanganan kista bartolini termasuk laservaporisasi
karbondioksida, dimana dinding dalam kista menguap setelah drainase. 11Edukasi juga harus
diberikan kepada pasien untuk senantiasa menjaga kebersihan tubuh terutama organ seksual.
Drainase defenitif juga dapat dilakukan dengan teknikword catheter.2,8
a. Pengobatan Sistemik
Antibiotik
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular seksual biasanya
digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan chlamydia.Idealnya, antibiotik harus segera
diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.Pada abses bartolini juga dapat diberikan
antibiotik, namun dalam pemberian antibiotik harus dilakukan tes senstivitas terlebih
dahulu.Beberapa antibiotik yang digunakan dalam pengobatan abses bartolini antara lain :12

Ceftriakson
Ceftriakson adalah cefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad spectrum terhadap

bakteri gram-negatif, efficacy yang lebih rendah terhadap bakteri gram-positif, dan efficacy yang
lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin-binding
protein, akan menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan
bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai dosis tunggal.

Ciprofloksasin
Antibiotik bersifat bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri, oleh sebab itu akan

menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri. Dosis yang
dianjurkan: 250 mg peroral 1 kali sehari

Doksisiklin
7

Doksisiklin adalah generasi ke dua dari tetrasiklin yang bekerja menghambat sintesis
proten dengan meningkat ribosom 30s Subunitdan 50s yang dapat diberikan pada bakteri gram
negatif dan gram positif.Diindikasikan untuk C.trachomatis.Absorbsinya baik sekali dan waktu
paruhnya 17-20 jam. Dosis yang dianjurkan: 100 mg peroral 2 kali sehari selama 7 hari

Azitromisin
Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedangyang disebabkan oleh beberapa

strain organisme.Alternatif monoterapi untukC. trachohomatis.Dosis yang dianjurkan: 1


gramperoral 1 kali sehari
b. Tindakan Operatif
Penanganan dari abses bartolini salah satunya dengan penanganan bedah, termasuk di
dalamnya insisi dan drainase, serta marsupialisasi.2

Insisi dan drainase


Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan mudahdilakukan serta

memberikan pengobatan langsung pada pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena
ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses.2
Pertama bersihkan permukaan mukosa dengan povidone-iodine 10 % dan kemudian irigasi
dengan normal saline atau air steril.Suntik anesetesi pada jaringan di atasnya dengan lidokain 1%
dan epinefrin.Gunakan skalpel No. 11 untuk membuat sayatan sekitar 5 mm dengan kedalaman
sekitar 1,5 cm, di belakang cincin himen. Tahan traksi pada kista atau abses dengan tang kecil
untuk mencegah runtuhnya dinding kista atau abses, dan mempertahankan visualisasi dari
rongga.8

Eksisi
Meskipun abses kelenjar Bartholin dapat pecah dan keluar spontan, kekambuhan dapat

terjadi, dan bedah eksisi mungkin diperlukan.Terapi empiris berupa antibiotikspektrum luas
harus di berikan.Eksisi Bartholin Kelenjar harus dipertimbangkan pada pasien yang tidak
merespon untuk upaya konservatif untuk membuat saluran drainase, namun Prosedur harus
dilakukan dalam tidak adanya infeksi yang aktif.Jika beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengalirkan kista atau abses, perlengketan mungkin ada, membuat eksisi sulit dan
mengakibatkan jaringan parut pasca operasi dan nyeri kronis. Eksisi dapat menyebabkan

kekeringan ekstrim dari vulva, dengan gatal yang parah, seperti terbakar dan dispareunia dan
karena itu harus dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir.3,5
Tindakan pengobatan untuk wanita hamil dengan Kista Bartholin akan tergantung pada
tingkat keparahan gejala dan apakah ada infeksi. Perawatan harus ketika menjalani operasi
diperlukan selama kehamilan, seperti peningkatan vaskularisasi di daerah genital dapat
menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu kecuali terinfeksi, operasi harus ditunda sampai
setelah melahirkan.3
Eksisi pada kelenjar bartholin karena memiliki risiko perdarahan, maka sebaiknya
dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi umum.Pasien ditempatkan dalam
posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yang memanjang sesuai ukuran
kista pada vestibulum dekat ujung medial labia minora dansekitar 1 cm lateral dan parallel dari
hymenal ring. Hati hati saat melakukan incise kulit agar tidak mengenai dinding kista.Struktur
vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista.
Karena alasan ini, diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan mengarah ke
superior.Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari jaringan sekitar.Alur
diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk menghindari perdarahan plexus vena dan
vestibular bulb danuntuk menghindari trauma pada rectum.12

Word catheter
Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an.Adapun prosedur yang

digunakan yaitu :11,14


a.
b.
c.
d.

Pasien dalam posisi litotomi


Disinfeksi daerah labium dan vagina dengan antiseptic solution.
Insisi daerah abses dengan skalpel no. 11
Masukkan kateter ke dalam daerah abses yang telah diinsisi lalu kembangkan balon
kateter dengan menginjeksikan 3 ml salin solution

Gambar 4. Word cathete

Marsupialisasi
Marsupialisasi dari kelenjar bartolini pada umumnya dilakukan jika terjadi rekurensi dari

abses bartolini.Tindakan ini ditujukan bila ada abses besar yang membuat bedah eksisi kelenjar
menjadi sulit.Tujuan dari marsupialisasi kelenjar bartolin adalah untuk menghilangkan abses
sedemikian rupa sehingga akan terjadi epitelisasi pada bagian dasar.Adapun prosedur yang dapat
dilakukan : 14
a.
b.
c.
d.
e.

Pasien dalam posisi litotomi.


Disinfeksi daerah perineum.
Inspeksi sejauh mana kista pada kelenjar bartolini.
Lakukan sayatan berbentuk elips.
Irigasi rongga kista dengan normal saline.
f. Pada operasi ini, ahli bedah akan membuka lebar dinding abses sehingga memungkinkan
untuk mengeluarkan eksudat purulen. Membran abses kemudian dijahit ke mukosa
vagina dan kulit pada introitus vagina untuk efek granulasi dan reepitelisasi dari luka
dari bagian bawah abses ke bagian atas.
g. Anjurkan pasien untuk melakukan mandi setiap hari selama 3 atau 4 hari dankembali
untuk follow up dalam waktu sekitar satu minggu.

10

Gambar 5. Marsupilisasi

8. PROGNOSIS
Sembuh dengan baik dan dan dapat terjadi rekurensi <20%, namun jika ditangani dengan
cepat dan tepat angka rekurensinya dapat dicegah.2

DAFTAR PUSTAKA
1. Margesson LJ, et al., Disase and Disorder of The Female Genitalia, in Fitzpatrick's
dermatology in general medicine.Eight Edition. Goldsmith LA, et al., Editors. 2012, The
McGraw-Hill: USA. p. 1235, 1251.
2. Tri Endang, Dali Amiruddin Muhammad Mappiasse Alwi,Bartholins Abscess Caused by
Eschercia coli Case Report. Vol. 1 No. 1 2012 p: 68-72
3. Patil S et all. Bartholins cyst and abscess. Journal of Obstetric and Gynaecology. 2007. p
241-5

11

4. Sung Yuk et all. Insidence of Bartholin duct cyst and abscess in Republic of Korea.
International Journal of Gynecology and Obstetric. 2013. p62-64
5. Omole F, Simmons BJ, Yolanda. Management of Bartholin's Duct Cysts.Am Fam Physician.
2003;1:135-40. Practice and Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. Elsevier. 2009
p:661-6
6. Wrightington et all. Bartholins Cyst/Abscess. Obstetric & Gynaecology
7. Bora A Shabana et all. Bartholins Vulval and Perineal Abscesses. Best Departemen. NHS
Foundation Trust.
8. PhilipButtaravoli,andStephenM.Leffler.BartholinAbscess.In:MinorEmergencies .3rd
Edition.2012.
9. Hobbs M Marcia. In Holmes King K et All Sexually Transmitted Disease 4 th Edition.The
McGraw-Hili Companies, United States of America.2008 ;p 771,778
10. Anwar Mochamad. Ilmu Kandungan Edisi 3. Jakarta. 2011; p 252- 253
11. Lindeque. The Bartholin Gland: An Overview of Anatomy, Physiology, and Disease. Journal
of Obstetric and Gynaecology. 2013. P. 15-17
12. Wheeless, Clifford R, Roenneburg, Marcella L. Bartholins Gland Excision. Atlas of Pelvic
Surgery. 2011
13.

Quinn, Antonia. Bartholin Gland Diseases Medication. [online]. 2015

june

[cited]

2015

june.

Available

from

http://emedicine.medscape.com/article/777112-medication#1
14. L. Michael T. Bartholins Cyst and Abscess Word Catheter Insertion, Marsupialization.
2009 ;p.863-6

12

Das könnte Ihnen auch gefallen