Sie sind auf Seite 1von 8

AMOEBIASIS

Definisi
Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya entamoeba histolytica dengan atau
tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne
Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Dysentery amoeba,
penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan subtropis
terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan hugiene sanitasinya jelek.
Epidemiologi

Prevalensi infeksi E. histolytica tergantung :

Sanitasi lingkungan

Kebersihan perorangan

Keadaan sosio-ekonomi

Prevalensi infeksi :
Seluruh dunia 0,2% - 50%
Amerika

0% - 5%

Indonesia

18% - 25%

Penularan: feco-oral (langsung maupun tidak langsung)

Sumber penularan: feses yg mengandung kista amoeba

Lebih banyak di negra beriklim tropis dan sedang

Di negara maju banyak penderita yg asimtomatik

Transmisi Penularan:
Sumber air minum yang tercemar
Tercemar oleh penderita yang menangani makanan / minuman
Dicemari oleh lalat atau insect yang mengandung parasit
Penggunaan kotoran manusia sebagai pupuk
Kurang baiknya personal higiene

Etiologi
Entamoeba histolytica
Sub-Kingdom
Filum
Sub-Filum
Kelas
Sub-Kelas
Ordo
Famili

: Protozoa
: Sarcomastigophora
: Sarcodina
: Lobosasida
: Gymnamoebiasina
: Amoebidorida
: Endamoebidae

Genus
: Entamoeba sp
Spesies
: Entamoeba histolytica
Hospes
: Manusia
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah
menjadi pathogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus
menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba.
Morfologi dan Siklus Hidup
Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini di dalam
usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan terbentuk 8 trofozoit yang
apabila tinja dalam usus besarnya padat, maka trofozoit akan langsung menjadi kista
dan dikeluarkan bersama tinja. Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi
di luar tubuh.

Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 2 stadium, yaitu:

a. Morfologi
amoeba masing-masing stadium
1).

Bentuk trofozoit

a.

a. Morfologi
amoeba masing-masing stadium
1).

1. Bentuk histolitika

1.

Bentuk
histolitika berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba
yang terdapat di dalam endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan
pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma.
60 Bentuk histolitika ini dapat
hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.

Bentuk minuta

Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di


endoplasma yang berbutir-butir.
60
Bentuk kista

b.

Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran 10-20 mikron,
berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba.
Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.

Kista tahan hidup :

2 hari pada 37 c
60 hari pada 0 c
7 jam pada - 28 c
5 menit pada 50 c
Klorinasi air tidak efektif

Patogenesis dan Patofisiologi


Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan keadaan
utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun pada pH netral atau
alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk kemudian berkembang menjadi 4
stadium trofozoit metakistik. Stadium ini kemudian berkembang lebih lanjut menjadi
trofozoit di dalam usus besar. Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi

eksistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar.
Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di
mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk
histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak.

Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki mukosa


usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat menghancurkan jaringan.
Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut histolisin. Lalu bentuk histolitika
masuk ke submukosa dengan menembus lapisan muskularis mukosae. Di submukosa
ini, bentuk histolitika akan membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa
usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi
sekunder, maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di submukosa bahkan
sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan di dasar dan
dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus
rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan
bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah.
Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum, sigmoid.
Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah berat.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu : buang air
besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, turun berat badan,
demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi / peradangan dapat menyebar
sampai ke bagian lain badan dan menyebabkan suatu bisul seperti amoba. Salah satu
dari organ/bagian badan yang paling sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal
sebagai hepatic amoebiasis.

Manifestasi Klinis

Carrier (Cyst Passer)

Disentri amoeba ringan

Onset perlahan-lahan
Kembung, nyeri perut ringan yang bersifat kejang
Diare ringan (4 5 x/ hari)
Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid
Kadang terjadi hepatomegali

Disentri amoeba sedang

Manifestasi klinis lebih berat dari disentri amoeba ringan namun masih dapat
beraktivitas
Perut kram
Demam
Lemah
Hepatomegali dengan nyeri ringan

Disentri amoeba berat

Diare berat (>15 x/hari)


Demam tinggi
Mual dan anemia

Disentri amoeba kronis

Gejala berbulan-bulan / bertahun-tahun


Serangan diare diselingi periode normal/tanpa gejala
Gejala neurasteria
Diare biasanya setelah kelelahan, demam, makanan yg sukar dicerna

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah pemeriksaan feses, tes
serologi dan noninvasive imagine hati. Temuan pada pemeriksaan
feses pasien colitis amebiasis adalah tes heme positif, neturofil
berkurang dan ditemukan kista atau trofozoit. Diagnosis definitive
ditegakkan bila detemukan trofozoit E.histoyitica. Trofozoit dapat
mati oleh karena air, kering dan barium, oleh karena itu penting
untuk memeriksa minimal tiga spesimen BAB. Pemeriksaan
kombinasi iodine-stained, trichrom-stained digunakan untuk mencari
kista dan trofozoit menyatakan dapat mendiagnosis 75-95% kasus.
Kultur feses lebih spesifik tetapi bukan merupakan pemeriksaan
rutin. Jika dari pemeriksaan feses hasil negatif, sigmodoskopi
dengan biposi pada ujung ulkus dapat meningkatkan hasil tetapi
sangat berbahaya pada pasien fulminant karena dapat
meningkatkan resiko perforasi.
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan tambahan yang
penting untuk diagnosis amebiasis invasive. Enzyme-linked
immonosrbent assays (ELISAs) dan agar gel diffusion assays
memberikan hasil positif pada lebih dari 90% pasien dengan kolitis,
amebomas atau abses hati. 10% pasien dengan abses hati
amebiasis aku memberikan hasil negative, sehingga tes harus
diulang dalam waktu seminggu. Tes serologis membantu untuk
menilai risiko amebiasis invasive pada kasus asimptomatik dan pada
area nonepidemis. Tes serologis juga harus dilakukan pada pasien
dengan colitis ulseratif sebelum pemberian terapi glukokortikoid
untuk mencegah perkembangan colitis parah atau megakolon toksis
karena amebiasis yang tidak terlihat
Pemeriksaan rutin kimia dan hematologi tidak terlalu membantu
untuk diagnosis ambeiasis invasive. Pada tiga per empat pasien
dengan abses hati amebic mempunyailebukosit (.10,000).
Amebiasis invasif tidak menimbulakn eosinophilia

Penatalaksanaan

Amebiasis Asimtomatik (carrier atau cyst passer)

Walaupun tanpa keluhan dan gejala klinis sebaiknya diobati karena sewaktu-waktu
dapat menjadi patogen dan juga menjadi sumber infeksi

Diloksanit furoat

3 x 500 mg/hari selama 10 hari

Diyodohidroksin

3 x 600 mg/hari selama 10 hari

Yodoklorohidroksin atau
kliokuinol
Karbarson

3 x 250 mg/hari selama 10 hari

Bisthmuth
Klefamid

3 x 500 mg/hari selama 7 hari


3 x 500 mg/hari selama 10-13 hari

Paromomycin

3 x 500 mg/hari selama 5 hari

Paromomycin
Klorokuin difosfat

3 x 500 mg/hari selama 5 hari


2 x 500 mg/hari selama 1-2 hari, kemudian
dilanjutkan 2 x 250 mg/hari selama 7-12 hari

Metronidazol

35-50 mg/kgBB atau 3 x 500 mg sehari selama


5 hari

Tinidazol

Dosis 50 mg/kgBB atau 2 g sehari selama 2-3


hari

Ornidazol

50-60 mg/kgBb atau 2 gm sehari selama 3 hari

3 x 500 mg/hari selama 7 hari

Amebiasis ringan-sedang
Pada pasien ditemukan ulkus mukosa usus besar yang dapat mencapai
lapisan submukosa gangguan peristaltik usus
Pasien mengalami diare dan disentri tetapi tidak berat tidak
memerlukan infus cairan elektrolit maupun transfusi darah

Metronidazol/tinidazol/ornidazol
*Diyodohidroksin/kliokinol/diloksanid
atau tetrasiklin
*Pasien dengan pengobatan metronidazol
dapat mengalami abses 3-4 bulan
kemudian, jadi memerlukan pengobatan
amebisid luminal

3 x 750 mg/hari selama 5 -10 hari


3 x 750 mg/hari
4 x 500 mg/hari

Disentri amoeba berat


Pasien memerlukan obat amebisid, infus elektrolit dan transfusi darah
Pengobatan sama seperti ameba ringan-sedang tetapi ditambah emetin
atau dehidroemetin (antiprotozoa)
Dosis:

Emetin: 1mg/kgBB sehari (maks 60 mg sehari ) selama 3-5 hari

Dehidro-emetin: 11,5 mg/kgBB sehari (maks 90 mg sehari)

selama 3-5 hari


Penderita sebaiknya dirawat di rumah dan tirah baring selama
pengobatan karena efek samping emetin terhadap jantung (dosis tinggi
nekrosis otot jantung meninggal mendadak)

Amebiasis ekstraintestinal dan Ameboma


Penderita abses hati ameba

Metronidazol atau obat lain golongan


nitroimidazol
klorokindifosfat
Masing2 obat perlu ditambah emetin atau
dehidroemetin
Abses berukuran besar (>5 cm)

3 x 750/hari selama 5-10 hari


1 g /hari selama 1-2 hari; dilanjutkan
dengan 600 mg sehari selama 4 minggu
Emetin: 1mg/kgBB sehari (maks 60 mg
sehari ) selama 3-5 hari
Dehidro-emetin: 11,5 mg/kgBB sehari
(maks 90 mg sehari) selama 3-5 hari
Pungsi abses untuk mempercepat

Amebiasis ekstra intestinal lainnya dan ameboma


Dapat diberikan obat-obatan yang sama kecuali klorokin

Prognosis

Ditentukan oleh berat-ringannya penyakit, diagnosis dan pengobatan dini yang


tepat, kepekaan ameba terhadap obat

Umumnya prognosis baik terutama pada pasien tanpa komplikasi

Pada abses hati ameba kadang diperlukan pungsi abses untuk mengeluarkan
nanah

Pencegahan

Makanan, minuman dan lingkungan harus diperhatikan kebersihannya

Mencuci tangan sebelum makan

Tidak mengonsumsi makanan/minuman yang belum dimasak

Carrier tidak diperbolehkan bekerja sebagai juru masak atau semua yang
berhubungan dengan makanan

Das könnte Ihnen auch gefallen