Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2.3 Jenis
Minilaparotomi
Laparoskopi
Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan)
Permanen
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone
ovarium).
Kerugian
Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi).
Paritas > 2
Pascapersalinan
Pascakeguguran
Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau
dikontrol).
Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tidak hamil
Pascapersalinan
Pascakeguguran
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic
(minilap atau laparoskopi)
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic
(minilap saja)
1.
Saat Operasi :
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval.
Sesudah suatu keguguran, tubektomi dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar
tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambatlambatnya dalam 48 jam setelah bersalin. Tubektomi pasca persalinan lewat 48 jam
akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi, dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang
setelah hari ke 7 10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu akan lebih sulit
dilakukan karena alat-alat genital telah mengecil dan berdarah.
2.
Minilaparatomi :
Laparatomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dilakukan 1 2 hari pasca
persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut
yang masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1
2 cm di bawah pusat.
Laparoskopi :
Pasien dengan sikap Litotomi-Kanula Robin dipasang pada kanalis servikalis dan
bibir depan serviks dijepit dengan tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini
dimaksudkan untuk mengemudikan uterus selagi operasi dilakukan.
Kuldoskopi :
Pasien dengan posisi nungging ( posisi genupektoral ) dan setelah spekulum
dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uteres ditarik keluar dan agak
ke atas. Dilakukan fungsi dengan jarum tauhy di belakang uteres, dan melalui jarum
tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum
diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldeskop. Melalui
kuldeskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan lunam khusus tuba dijepit dan
ditarik keluar untuk dilakukan penutupan.
Kolpotomi Posterior :
Pasien dalam posisi litotomi. Dinding belakan vagina dijepit pada jarak 1 dan 3 cm
dari serviks dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina diantara kedua jepitan itu
digunting sekaligus sampai menembus peritoneum. Lubang sayatan diperlebar dengan
dorongan spekulum soonawalla. Tuba dapat langsung terlihat atau dipancing dan
ditarik keluar. Mukosa vaginadan peritoneum dijahit secara jelujur, bersama atau
dijahit sendiri-sendiri, lama perawatan 2-3 hari, sedang anestesi yang dipakai ialah
umum atau spinal.
Ovarektomi
Atau salpingo-oophorektomi mengakibatkan sterilsasi tapi seperti pada radiasi
mengakibatkan menopause, sehingga tidak lagi dibenarkan untuk tujuan sterilisasi.
Hysterektomi
Di beberapa Negara hysterektomi banyak dilakukan untuk sterilisasi. Dengan cara ini
dapat pula dihilangkan kemungkinan suatu proses ganas dari uterus. Sebaliknya para
wanita tidak akan mengalami haid lagi.
Di samping itu perlu dipikirkan akibat kehilangan uterus secara psikologis.
Kepercayaan yang umum dikalangan wanita kita ialah bahwa seorang wanita tidak
sempurna apabila telah kehilangan uterus.
Reseksi cornui
Sudut tuba (pars interstitialis) dipotong dan dinding uterus ditutup kembali.
Kegagalan agak tinggi kurang lebih 2.8%
Tubektomi
Atau salpingektomi masih sering dilakukan terutama apa bila kita sedang melakukan
laparotomi. Keuntungan dari cara ini ialah bahwa tidak mungkin lagi terjadi
kegagalan, dengan kata lain pregnancy rate adalah nol.
Sebaliknya ada laporan-laporan dalam kepustakan bahwa ada pendarahan dari uterus
setelah tubektomi bilateral. Rupanya mungkin cabang-cabang art. Ovarica ke ovarium
terikat sehingga terjadi atrofi dari ovarium.
Fimbriektomicara
Cara ini dilaporkan oleh Kroener pada tahun 1967. Dasar pemikiran cara ini ialah
bahwa fimbriae sangat berguna untuk menangkap ovum dan menyalurkannya ke arah
tuba.
Pengikatan tuba dekat fimbriae dan pemotongan fimbriae adalah relatif mudah dan
ternyata memberikan hasil yang sangat memuaskan. Kegagalan dilaporkan hanya
sekitar 0,2% .
Cara Pameroy :
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar
lipatan diikat dengan sehelai catqut biasa No. 0 atau No. 1. Lipatan tuba dipotong
diatas lipatan catqut tadi.
Cara Kroener :
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat dengan
sehelai benang sutera atau dengan catgut yang tidak mudah diabsorsi.
Cara Irving :
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat
dengan cutgut kromik No.0 atau 00. Ujung potongan proksimal di tanamkan di dalam
miometrium dinding depan uterus. Ujung potongan distal ditanamkan di dalam
ligamentum latum.
Pemasangan Klip:
Klip filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip
tidak memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.
4.
Radiasi
Penyinaran dengan rontgen, radium, cobalt, cesium dan sebagainya
mengakibatkan kerusakan jaringan ovarium dan dengan demikian tidak akan terjadi
ovulasi. Kerugiannya ialah bahwa ovarium tidak lagi membuat hormone-hormon,
sehingga wanita masuk dalam menopause. Berhubungan dengan ini, radiasi tidak lagi
dibenarkan untuk sterlisasi, kecuali pada keadaan yang sangat terbatas.
5. Ligasi Tuba
Ligasi (pengikatan) tuba dan pemotongan sebagian tuba merupakan cara yang paling
sering dilakukan.
Berbagai cara telah diajukan oleh ahli-ahli di luar negeri antara lain :
a.
Cara Madlener
Cara Pomeroy :
Mula-mula dianjurkan oleh Pameroy sebagai suatu cara untuk sterilisasi setelah
wanita melahirkan anak dimana uterus masih besar.
Operasi ini biasanya dilakukan 24-48 jam postpartum. Dengan demikian irisan
pada kulit kecil.
Irisan kulit pada umumnya setinggi fundus uteri tapi dapat pula dibawah pusat
melintang apabila dilakukan 1-2 hari postpartum.
Irisan ini besarnya 1-2 cm.
Tuba dicari dan ditarik, di tengah-tengah loop dari tuba ini mesosalpinx ditembus
dan tuba diikat pada 2 tempat setelah itu ujung loop tuba dipotong.
Apabila terjadi retraksi karena involusi uterus, kedua ujung tuba akan berjauhan.
Jadi kalau terjadi rekanalisasi atau ujung-ujung tuba bocor, kemungkinan ovum
meneruskan perjalanan ke ujung yang lain adalah kecil sekali.
Dengan cara ini kegagalan kurang lebih 0.3% . Cara ini pula sering dilakukan
waktu SC. Ternyata kemudian bahwa methode ini dapat dilakukan pada uterus bukan
postpartum dengan hasil yang baik; sehingga sekarang cara ini dilakukan pula pada
wanita postabortum dan dalam masa interval ( di luar kehamilan) .
c.
Cara Uchida :
Sebenarnya merupakan modifikasi dari Pomeroy. Dalam mesosalpix disuntikkan
sedikit cairan garam fisiologis kemudian mesosalpix diiris. Sebagian kecil tuba
dibuang kemudian ujung proximal ditutup dengan peritoneum sedangkan ujung distal
dibiarkan diluar.
Dengan demikian tidak mungkin ada passage antara kedua ujung tuba. Kegagalan
dengan cara ini 0%.
d.
Cara Irving :
Tuba 1/3 proximal dibuang 2-3 cm. ujung proximal ditanam dalam myometrium.
Sedangkan ujung distal ditanam dalam ligamentum latum. Kegagalan 0%.
e.
Cara Aldridge :
Peritoneum ligamentum latum dibuka dan ujung tuba dengan fimbriae ditanam
dalam ligamentum. Agaknya cara ini reversible.
6.
Penanganan
Apabila infeksi luka, obat dengan
antibiotic. Bila terdapat abses, lakukan
o
Hematoma (subtukan)
waktu
tetapi
dapat
dan
mulailah
resusitasi
inefektif,
pulmonary,
dan
tindakan
Rasa
sakit
pada
pembedahan
obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit Mengontrol perdarahan dan obati
atau subkutan)
2.10
normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal di dalam waktu
7 hari setelah pembedahan).
Hindari hubungan intim sehingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai melakukan
hubungan inim, hentikanlah bila perasaan kurang nyaman.
Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic (atau penghilang rasa sakit) setiap 4
hingga 6 jam.
Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah
pembedahan. (petugas akan member I tahu tempat layanan ini akan diberikan).
Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau tandatanda symptom-simptom yang tidak biasa.
Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim terjadi karena gas
(CO2 atau udara ) dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitonium.
Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS. Apabila
pasangan berisiko, pasangan tersebut sebaiknya menggunakan kondom bahkan
setalah tubektomi.