Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh:
Kurniawan K. Patambo
14014101064
Masa KKM: 14 September 11 Oktober 2015
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
Definisi................................................................................................. 3
Epidemiologi ....................................................................................... 3
Etioligi ................................................................................................. 4
Patofisiologi ........................................................................................ 5
Gambaran Klinis................................................................................... 6
Diagnosis ............................................................................................. 7
Diagnosis Banding ............................................................................... 8
Perjalanan Penyakit .............................................................................. 8
Penatalaksanaan .................................................................................... 9
Prognosis ............................................................................................... 15
Alat ukur K-SADS ................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
Kiddie-schedule for affective disorders and schizophrenia (K-SADS) adalah
sebuah versi SADS yang dirancangkan untuk anakanak usia sekolah dari umur 618
tahun yang terdiagnosis gangguan afektif dan skizofrenia. Sebuah semi-struktur
wawancara yang digunakan untuk menilai SADS berdasarkan kriteria DSM IV dalam
masa kini dan masa lalu, interviu ini telah digunakan sebelum sebagai standar emas
dan telah menunjukan keefektifannya. Ganguan skizoafektif adalah mental yang
rancu yang ditandai dengan adanya gejalah kombinasi antara gejalah skizofrenia dan
gangguan afektif. Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat
model konseptual telah dikembangkan. Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau
tipe gangguan mood. Gangguan skizoafektif merupakan tipe psikosis ketiga yang
berbeda, yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun dgangguan mood.1,2
Pada gangguan skizoafektif gejalah klinis berupa episode gejala gangguan
mood maupun gejalah skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang
sama.baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bilah gejalah
skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut
skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejalah depresi
yang menonjol. Gejalah yang khas pada pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai dengan adanya
gejalah kombinasi antara gejalah skizofrenia dan gejalah gangguan afektif. Kriteria
diagnosis untuk gangguan skizoafektif telah beruba dengan berjalannya waktu,
sebagian besar karena perubahan dalam kriteria diagnosis untuk skizofrenia dan
gangguan mood.1
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1% mungkin berkisar
antara 0,5%-0,8%. Tetapi gambaran tersebut masi merupakan perkiraan. Gangguan
skizoafektif tipe depresi mungkin lebih sering terjadi pada orang tua dari pada orang
mudah, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih render pada laki-laki
dibandingkan perempuan, terutama perempuan menikah. Usia awitan lebih lanjut dari
pada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata
atau tidak sesuai.1,4
Literatur menggambarkan bahwa perbedaan jenis kelamin diantara pasien dengan
gangguan skizoafektif adalah terbatas. Tetapi beberapa pengawasan pendahuluan
akhirnya dapat diulangi pada penelitian selanjutnya. Prevalensi gangguan telah
dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dinbanding pada wanita khususnya wanita
yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut dari pada usia laki-laki
seperti juga pada skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukan perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidak sesuaian afek
yang nyata.1,5
C. ETIOLOGI
Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu banyak
dariwaktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwah penyebab gangguan skizoafektif
mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori etiologi mengenai
gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetic dan lingkungan.2,6
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui tetapi empat model
konseptual telah diajukan:
1. Ganggaun skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu
serotonin
dan
dopamine.namun
proses
patofisiogis
gangguan
skizoafektif masi belum diketahui secara pasti. Penelitian yang mempelajari fungsi
neurotransmitter pada penderita gangguan skizoafektif sangatlah sedikit, dan
kenbanyakan menggunakan sampel dari cairan serebrospinal atau plasma. Telah
dilaporkan pola abnormalitas neurotransmitter yang serupa antara penderita gangguan
skizoafektif, skizofrenia, dan gangguan bipolar. Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kadar nurepinerfrin, prostaglanding E1 dan platelet 5HT pada pasien
skizofrenia dan skizoafektif.2,8
Secara umum, penelitian-penelitian telah menemukan bahwa gangguan
skizoafektif dikaitkan dengan penurunan volume otak terutama bagian temporal
(termaksut mediotemporal), bagian frontal, termaksud sybstansi alba dan grisea. Dari
sejumlah penelitian ini, daerah otak yang konsisten menunjukan kelainan adalah
daerah hipokampus dan parahipokampus. Pada penelitian neuroimaging pasien
dengan gangguan skizoafektif, ditemukan penururnan volume thalamus dan
derfomitas thalamus yang serupa dengan pasien skizofrenia, tetapi abnormalitas pada
nucleus ventrolateral penderita gangguan skizoafektif tidak separah penderita
skizofrenia. Penderita skizoafektif juga menjukan deformitas pada are thalamus
medius, yang yang berhubungan dengan sirkuit mood.10,11
Penelitian genetik penderita gangguan skizoafektif cenderung menunjukan
adanya gangguan afek dan skizofrenia pada sanak saudarah penderita. Hodgkinson
dkk (2004) melaporkan bahwa penderita gangguan skizoafektif memiliki gangguan
pada
kromosom
1q42,
yaitu
abnormalitas
pada
DISC
(Disrupted-in-
F. DIAGNOSIS
Karena konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnosis baik
skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evaluasi dalam kriteria diagnosis
untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi didalam
kriteria diagnosis untuk kedua kondisi lain.
Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa pasien telah
memenuhi kriteria diagnotik untuk episode depresi berat atau episode manik yang
bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik untuk fase aktif dari
skizofrenia. Disamping itu pasien harus memiliki waham atau halusinasi selama
sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejalah gangguan mood yang menonjol.
Gajalah gangguan mood juga harus ditemukan untuk sebagian besar periode psikotik
aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan untuk membantu klinisi
menghindari mengdiagnosis suata gangguan mood dengan ciri psikotik sebagai suatu
gangguan skizoafektif.14,15
Menurut DSM IV kriteria diagnosis untuk menegakan diagnosis gangguan
skizoafektif adalah sebagai berikut:2,12
Kriteria diagnosis untuk gangguan skizoafektif
A. Suatu perode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu
waktu.terdapat baik episode depresif berar, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan gejalah yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: episode depresi berat harus termasuk kriteria A1 : mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejalah mood yang menonjol.
C. Gejalah yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk
sebagian bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan buakan karena efek fisiologis langsing dari suatau zat (misalnya,
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
7
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran
(atau suatu manik suatau episode campuran dan episode depresi berat)
Tipe depresi: jika gangguan hanya termasuk episode depresi berat.
DSM IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita
gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif.
G. DIAGNOSIS BANDING
Semua kondisi yang di tuliskan didalam diagnosis banding skizofrenia dan
gangguan afektif perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan
skizoafektif. Pasien yang di obati dengan steroid, penyalah gunaan amfetamin dan
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan beberapa pasien dengan epilepsi
lobus temporalis secara khusus kemungkinan dating dengan gejalah skizofrenik dan
gangguan mood yang bersama-sama.2,17
Diagnosis banding psikiatri juga termasuk semua kemungkinan yang biasanya di
pertimbangkan untuk skizofrenia dang gangguan afektif. Di dalam praktik klinis
psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada
masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis
psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.16
H. PERJALANAN PENYAKIT
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis
pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk dari pada pasien dengan
gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan
skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang
mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan
yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.18
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar
I dan bahwa pasien dengan t premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak
ada faktor pencetus; menonjolnya gejala pskotik, khususnya gejala defisit atau gejala
negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat
keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing karakeristik tersebut
mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan pertama
dari Schneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan penyakit.18,19
Walaupun tampaknya tidak terdapat perbedaan yang berhubungan dengan jenis
kelamin pada hasil akhir gangguan skizoafektif, beberapa data menyatakan bahwa
perilaku bunuh diri mungkin lebih sering pada wanita dengan gangguan skizoafektif
daripada laki-laki dengan gangguan tersebut. Insidensi bunuh diri di antara pasien
dengan gangguan skizoafektif diperkirakan sekurangnya 10 persen.17 19
I. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Medikamentosa skizofrenia
Obat pertama yang efektif untuk terapi skizofrenia dikembangkan
selama tahun 1950an. Obat ini disebut sebagai antipsikotik konvensional atau
generasi pertama.
Ada berbagai obat antipsikotik konvensional, seperti haloperidol
chlorpromazine, fluphenazine, droperidol, pimozine, sulpiride, perphenazine,
flupenthixol, zuclopenthixol, dan trifluoperazine. Kelebihan utama obat ini
adalah mengobati gejala positif skizofrenia. Namun, obat ini kurang efektif
terhadap gejala negatif skizofrenia. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet,
cairan, suntikan jangka pendek dan jangka panjang.
Sejumlah obat baru untuk skizofrenia dengan efikasi yang lebih luas
untuk berbagai gejala skizofrenia dan dapat memperbaiki kemampuan
berfungsi pasien telah tersedia sejak 20 tahun terakhir atau lebih. Obat
antipsikotik baru ini dikenal sebagai antipsikotik atipikal atau antipsikotik
generasi kedua. Obat baru ini meliputi aripiprazole, clozapine, olanzapine,
paliperidone, quetiapin, dan risperidone. Obat ini tampaknya memiliki
lingkup efek yang lebih luas untuk gejala skizofrenia. Obat ini efektif untuk
mengobati gejala positif seperti halusinasi dan delusi serta dapat juga
membantu dalam mengobati gejala negatif. Obat ini juga tersedia dalam
bentuk tablet, cairan dan suntikan jangka pendek dan jangka panjang.
Cara pemberian obat antipsikotik adalah pemberian dimulai dengan
dosis awal sesuai dosis anjuran, kemudian dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom psikosis),
dosis dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan, dosis optimal
dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi), kemudian dosis diturunkan
setiap 2 minggu sampai ke dosis maintenance, dosis dipertahankan selama 6
buulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu), selanjutnya
dilakukan tappering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) sampai dapat
dihentikan.17,19
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam
jangka waktu
yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping
yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan
otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam
hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat.13,14
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan
kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya
10
penderita
yang menggunakan
dyskinesia,
dokter
antipsikotik
biasanya
akan
menggunakan
sosial
hadiah
untuk meningkatkan
ekonomi
dan
kemampuan
latihan
sosial,
dalam
singkat
namun
intensif
(setiap
hari). Setelah
periode
11
lama dan
kecepatannya.
tilikan,
atau
menurunkan isolasi
suportif.
sosial,
Terapi
kelompok
meningkatkan
rasa
efektif
persatuan,
dalam
dan
non-psikotik.
Menegakkan
sosial
dan
adalah
lebih
penggunaan
disukai
daripada
informalitas
yang
12
ikatan
efektif
antara pasien
dan
sistem
pendukung
rumahsakit
harus
direncanakan.
Dokter
harus
juga
harian mereka.
Lamanya
tersedianya
fasilitas
pengobatan
rawat
jalan.
Rencana
Pusat
dengan
perawatan
fasilitas
perawatan
termasuk
keluarga
a
b
Psikoterapi
13
Psikoterapi suportif
Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan bimbingan, reassurance, serta
terapi kelompok
b Psikoterapi reedukatif
1 Terhadap Pasien :
a Memberikan informasi kepada pasien dan edukasi mengenai
penyakit yang dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor
penyebab, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat meminum obat dan segera
b
c
Terhadap Keluarga :
a Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien,
gejala,
b
faktor- faktor
pemicu,
pengobatan,
komplikasi,
pasien
saat
ini
adalah
keluarga pasien
yang
mengabaikan pasien
Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar pasien
dapat mengalami remisi.
J. PROGNOSIS
Prognosis buruk pada pasien dengan gangguan skizoafektif umumnya dikaitkan
dengan sejarah premorbid yang buruk, onset yang tidak diketahui, tidak ada faktor
pencetus, psikosis yang dominan, gejala negatif, onset awal, kekambuhan yang tak
henti-hentinya, atau mereka yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia.2
14
15
Bila ada kesenjangan dari informasi yang didapat atau informasi berbeda
terutama pada anak remaja, penilai harus teliti menggunakan penghakiman klinis
yang terbaik, karena sering kesenjangan di peroleh dari hasil wawancara orang tua
denag anak remaja, dan yang paling sering terjadi ketidak cocokan dalam item-item
mengenai fenomena subjektif dimana orang tua tidak tau, tetapi sang anak sangat tau
persis tetang kehadiaran atau ketiadaan gejalah tertentu. Hal ini khususnya benar
untuk item seperti tebusan salah, keputusasaan, sulit tidur, halusinasi, dan bunuh diri
yang rekuren.17,21
Jika perbedaan pendapat berkaitan dengan perilaku yang dapat diamati
(misalanya api, trauma, setelah upacara), harus orang tua dan anak yang tidak
konsisten. Jika perselisian tidak teratasi, mambantu orang tua untuk melihat bersamasama anak untuk mendiskusikan alas an-alasan untuk persilesiahan atau perbedaan
pendapat mengenai gejalah.dan pada akhirnya harus menggunakan pewawancara
penghakiman klinis yang terbaik dalam menetapkan ringkasan peringkat.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala
skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol. Prevalensi
gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan para wanita;
khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada
usia untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori etiologi mengenai gangguan
skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda
dan gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan
skizoafektif hanya dibuat apabila gejala2 definitif adanya skizofrenia dan gangguan
afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari
sesudah yang lain, dalam episode yang sama.
Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Terapi
dilakukan dengan melibatkan keluarga, pengembangan skill sosial dan berfokus pada
rehabilitasi kognitif.
Pada farmakoterapi, digunakan kombinasi anti psikotik dengan anti depresan
bila memenuhi kriteria diagnostik gangguan skizoafektif tipe depresif. Sedangkan
apabila gangguan skizoafektif tipe manik terapi kombinasi yang diberikan adalah
antara anti psokotik dengan mood stabilizer.
Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya gejala
skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya. Semakin menonjol dan persisten
gejala skizofrenianya maka pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten
gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19