Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sabilla Sheridan
1410.221.035
PENDAHULUAN
Kandida adalah jenis jamur yang paling sering
menyerang manusia, dimulai dari infeksi
superfisial mukosa sampai infeksi sistemik yang
dapat mengancam jiwa.
Yang khas pada jamur ini memiliki kemampuan
berkembang biak dalam ragi, pseudohifa dan
berbentuk hifa.
Bentuk hifa adalah bentuk yang paling penting
dalam proses patogenesis, dimana hifa akan
menginvasi sel epitel dan menyebabkan kerusakan
dan merupakan bagian yang paling infeksius.
ETIOLOGI
Candida Albicans
Infeksi jamur ini invasif. Orang-orang dengan
kondisi imunosupresan seperti HIV, kanker,
atau pasien yang sedang di rawat di ICU pasca
operasi besar atau transplantasi organ, memiliki
faktor risiko yang lebih tinggi.
Candida tropicalis
Jamur ini adalah jenis jamur ketiga hingga
keempat terbanyak yang dapat ditemukan dari
kultur darah. C. Tropicalis secara bertahap
sedang diteliti sebagai penyebab utama
kandidiasi invasif yang menyerang pasien
neutropenik seperti pada pasien leukimia akut
ataupun pasien dengan transplantasi sumsum
tulang belakang
Candida parapsilosis
Di beberapa negara, infeksi jamur ini
merupakan infeksi nomor ketiga yang dapat
menyebabkan kandidemia, terutama pada
pasien dengan kateterisasi, penggunaan alat
pada prostat, dan penggunaan obat-obatan
melalui intravena. Jamur ini juga merupakan
infeksi utama nomor 1 yang menyebabkan
terjadinya kandidemia pada neonatal di ruangan
ICU.
Candida krusei
1-2% C.krusei memiliki signifikansi secara klinis
oleh karena resistensi secara intrinsik terhadap
flukonazol dan menurunnya kerentanan terhadap
beberapa obat-obatan antifungal. Biasanya
infeksi jamur ini ditemukan pada pasien-pasien
kanker darah dengan komplikasi neutropenia
yang memiliki kecenderungan tingginya jumlah
tingkat mortalitas (49 vs 28% dengan C.albican)
dan jumlah respon yang lambat (51 vs 69%
dengan C.albican
Candida kefyr
Jamur ini hanya dapat diisolasi dari kultur urin
dan dilaporkan dapat menyebabkan infeksi
kandida sistemik pada pasien leukimia
neutropenik dan pada pasien dengan penyakit
jantung. Penelitian terbaru mengatakan bahwa
jamur ini dideskripsikan sebagai patogen yang
dapat menyebabkan enteritis jamur invasif pada
pasien dengan gangguan hematologi yang sedang
melaksanakan transplantasi sumsum tulang
belakang.
EPIDEMIOLOGI
KANDIDIASIS MUKOSAL
Kandidiasis Orofaringeal
Kandidiasis oral adalah jenis infeksi yang paling
sering terjadi, infeksi oral ini banyak terjadi pada
pasien HIV.
Kandida adalah organisme komensal yang hidup
sebagai flora normal
Ada 3 faktor predisposisi sehingga menyebabkan
pertumbuhan kandida menjadi berlebih yakni status
imunitas pasien, kebersihan mukosa oral, dan
adanya komponen khusus pada strain C.albicans
(hifa).
Kandidiasis Vulvovaginal
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan
morbiditas, perasaan tidak nyaman, nyeri dan
gangguan pada saat berhubungan seksual.
Meskipun demikian, penyakit ini jarang
mengancam jiwa.
Gejala : adanya pseudomembran yang berwarna
keabuan, gatal pada vulva, perasaan terbakar,
eritema, dan adanya discharge (keputihan).
Penyakit ini secara signifikan menyerang kurang
lebih 75% wanita
Kandidiasis Kutaneus
Merupakan infeksi sekunder pada kulit dan
kuku. Tergolong ke dalam infeksi kronik.
Perkembangan dari penyakit ini dapat lokal
maupun generalisata.
Sering terjadi pada iklim hangat, lembab, dan
area lipatan (seperti lipatan ketiak, lipatan
inguinal, dan lipatan intergluteal).
>> pada pasien diabetes dan obesitas. Faktor
predisposisi lainnya adalah penggunaan
antibiotik dan kontrasepsi oral
Kandidiasis Sistemik
Pada penyakit ini kandida menyebar ke seluruh
tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya
abses pada organ vital
manifestasi penyakit ini adalah
hiper/hipotermia, takikardia, hipotensi,
meningkatnya kadar sel darah putih. Penyakit
ini dapat terjadi akibat beberapa prosedur
medikal yang invasif, terapi imunosupresif, dan
terapi aging.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Langsung
Apusan, goresan, dan biopsi dari spesimen
digunakan untuk pemeriksaan langsung secara
mikroskopik dengan menggunakan 10% KOH.
KOH dapat mencerna debris protein dan
membersihkan jaringan keratinisasi dan
meningkatkan penampakan dari jamur tersebut.
KOH dapat dicampur dengan LactophenolCotton-Blue stain atau the fluorochrome
Calcofluor-White untuk memperjelas
komoponen yang terkandung didalam jamur.
Pemeriksaan Spesimen
Strain Gram
Kandida adalah Gram-positif, memiliki bentuk
yang oval atau bulat, pseudohifa dan memiliki
hifa sejati yang pendek
Calcoflour White
Dilihat dengan menggunakan sinar UV, ketika
jamur tersebut terikat pada polisakarida pada
kitin-dinding sel yang terlihat sebagai warna
hijau terang.
Pemeriksaan Spesimen
Identifikasi dengan Kultur
Sabouraud dextrose agar, media kromogenik
sudah mulai digunakan. Media ini mengandung
substrat kromogenik yang akan bereaksi
menghasilkan enzim dengan mengahasilkan
beberapa variasi warna, misalnya CHROM agar
Candida, Biggy Agar, CandiSelect 4.
Pemeriksaan Spesimen
Identifikasi Non Kultur
Penilaian serologik dapat digunakan seperti
menilai antibodi maupun antigen kandida.
Polymerase chain reaction (PCR) dan
pemeriksaan DNA memiiki manfaat untuk
mendeteksi DNA kandida dalam jumlah yang
kecil didalam darah ataupun jaringan.
PENATALAKSANAAN
KANDIDIASIS ORAL
Anti jamur golongan azol
topikal (klotrimazol troches),
azol oral (flukonazol, ketokenazol, atau itrakonazol),
polyenes oral (nistatin atau amfoterisin B oral).
KANDIDIASIS VULVOVAGINAL
nistatin (100.000 U/hari selama 7-14 hari),
azol oral (lebih efektif)
ketokenazol- 400 mg selama 5 hari,
itrakonazol-200 mg untuk 1 hari atau 200
mg/hari selama 3 hari,
flukonazol 150 mg).
Asam borik diberikan pervaginam (600 mg kapsUl
gelatin, 1 x per 14 hari) juga efektif
KANDIDIASIS KUTANEUS
antifungal topikal
klotrimazol,
ekonazol,
mikonazol,
ketokenazol,
siklopiroksolamin,
sulkonazol,
oksikonazol.
KANDIDIASIS INVASIF
Flukonazol (6 mg/kgBB/hari) diberikan pada
pasien dengan kondisi stabil.
Amphoterisin B deoxykolat (0.6 to 0.7 mg/kg/hari)
atau formula lipidassociateddari Amphoterisin B
(3-5 mg/kg/hari) digunakan pada pasien akut.
Terapi harus terus dilanjutkan sampai terjadi
perbaikan lesi terutama pada pasien yang
menerima kemoterapi ataupun imunosuppresan.
Penggunaan anti-fungal yang tidak teratur dan
terputus dapat menyebabkan terjadinya
kekambuhan
KANDIDEMIA
Flukonazol (6 mg/kgBB/hari) dan amphoterisin
B deoxykolat (0.6 to 0.7 mg/kg/hari) memiliki
efektifitas yang sama.
Perbandingan antara flukonazol (800 mg/hari)
dengan kombinasi antara flukonazol (800
mg/hari) + amphoterisin B deoxykolat (0.6 to
0.7 mg/kg/hari untuk 5-6 hari pertama)
penelitian menemukan terapi kombinasi secara
prinsip lebih baik dalam hal pembersihan
mikroorganisme di aliran darah (bloodstream
clearance).
KESIMPULAN
Kandidiasis adalah penyakit yang serius yang secara
signifikan merupakan permasalahan di seluruh
dunia. Peningkatan infeksi kandida berhubungan
langsung dengan faktor-faktor berikut: 1. HIV, 2.
Pasien dengan penyakit neutropik yang sedang dalam
pengobatan, 3. Penggunaan antibiotik spectrum luas
secara berlebihan, 4. Gangguan metabolik (DM).
Diagnosis awal dan spesifik dengan menggunakan
anamnesa dan pemeriksaan mikrobiologi secara
krusial dapat mempengaruhi keberhasilan
pengobatan. Pemilihan terapi haruslah hati-hati pada
pasien-pasien dengan status imunologi yang buruk