Analisis beban kerja dan kompetensi petugas instalasi

farmasi dalam kaitannya dengan penerapan Unit

Dose Dispensing (UDD) di RSUD Koja
Penulis

Ginting, Sehat
Pembimbing: dr. Sulanto Saleh Danu, DSFK

ABSTRACT : Research objectives: This research aims at analyzing the workload, work productivity, working
time per patient, working time per the number of patients, time needed to prepare the medication per
prescribed item, time needed by morning shift personnel to provide prescription service in one day, and
finding the competency of pharmacists and pharmacist assistants in relation to the implementation of Unit
Dose Dispensing (UDD) system. Method of research: The research is conducted using direct observation on
the activities of in-patient pharmaceutical installation personnel working in morning, evening, and night shift,
when they provide prescription service for inpatients in Executive, Pratama, and First classes. The data
were collected by conducting time and motion study, using aid tools such as checklist to be filled in during
observation and stopwatch. Data analysis was performed by computing the total number, percentage, mean,
and entering the data into the formulas used to measure work productivity and the number of labors.
Conclusion: From the findings, it can bz concluded that: By BOR Koja District General Hospital (DGH) of 6
5%, the number of personnel needed in each shift are as follows: shift I (morning) = 3 people; shift I
(evening) = 2 people;. I shift 1 1 (night) = 1 people. The existing personnel are not adequate compared to 1
the workload; however this estimation might change if the observation is performed on more patients in
every shift. The work productivity of pharmaceutical installation personnel in the implementation of UDD in
Koja DGH during the period of the observation (during Ramadhan fasting month) is not yet optimal. The
productivity of morning shift personnel is the highest because the personnel provide the service of the whole
day prescription. Evening shift personnel has the lowest productivity. Time needed to serve each patient in
morning shift is 1.57 hour, evening shift 0.97 hour, and night shift 0.81 hour. Morning shift has the longest
working time because it is in charge to provide dispensing service for the day. The amount of time needed
by pharmaceutical personnel for dispensing per the number of patients for shift I is the highest, while for shift
1 1is the lowest. But, if the number of patients serviced is 2 4,this pattern 1 tends to vary, in which evening
shift and night shift spend similar amount of time for dispensing. However, this is not yet confirmed as a
conclusion because the number of patients during the observation is not sufficient. Time needed by the
morning shift personnel to prepare the day prescription varies depending on the number of patients served.
Time needed to prepare the medicine per prescribed item is 3.9 minutes. The figure is higher than the
standard time used. This may be resulted fiom the differences in the facilities, number of equipment, and
service management. Pharmacists competency in reviewing prescription is not yet optimal, but the
competency of assistant pharmacist in implementing standard competency in performing UDD distribution
system is adequate.
INTISARI : Tujuan Penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa beban kerja, produktifitas kerja,
waktu kerja per pasien, waktu kerja per jumlah pasien, waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan obat per
item resep, waktu yang dibutuhkan petugas shift pagi untuk melayani resep satu hari dan untuk mengetahui
kompetensi petugas (apoteker dan asisten apoteker) dalam kaitannya dengan penerapan sistim distribusi
obat Unit Dose Dispensing. Cara penelitian: Penelitian ii dilakukan dengan cara pengamatan n langsung
kegiatan petugas instalasi farmasi rawat inap shift pagi, sore dan malam ketika melayani resep pasien rawat
inap ruang Utama, Pratama dan kelas I. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu dua orang
petugas pengamat yang telah dilatih terlebih dahulu, selama 14 hari berturut-turut dengan jumlah sampel
95. Data dikumpulkan dengan pencatatan langsung waktu kerja (time and motion study), dengan alat bantu
berupa formulir isian pengamatan dan alat pengukur waktu (stopwatch). Analisa data dilakukan dengan
perhitungan jumlah, prosentase, rata-rata dan memasukkan data pada ruinus penghitungan produktivitas
kerja serta rumus penghitungan jumlah tenaga. Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah, Dengan
BOR RSU? Koja sebesar 65% maka jumlah petugas yang dibutuhkan shift I (pagi) = 3 orang; shift 1 (sore) =
2 orang; shift 1 1 (malam) = 1 orang. Dengan jumlah tenaga yang 1 1 ada sekarang belum mencukupi
kebutuhan tenaga yang sesuai dengan beban kerja, namun hasil perhitungan ini masih mungkin berubah
bila pengamatan dilakukan terhadap lebih banyak pasien dalam tiap shift. Produktivitas kerja petugas
instalasi farmasi dengan penerapan UDD di RSUD Koja pada waktu pengamatan (dalam bulan 'suci

Ramadhan) belum optimal. Produktivitas shift I paling tinggi dikarenakan bertugas melayani resep satu hari,
sedangkan produktivitas shift IIT paling rendah. Jumlah waktu yang dibutuhkan per pasien untuk shift I
(pagi) 1,57 jam, shift TI (sore) 0,97 jam, shift I (malam) 0,81 jam. Waktu kerja shift I paling D panjang oleh
karena hanya shift satu yang bertugas melayani resep pasien untuk satu hari. Jumlah waktu yang
dibutuhkan petugas per jumlah pasien untuk shift I paling tinggi dan untuk shift IIpaling rendah, namun bila
pasien yang dilayani 0 I 4 maka pola ini cenderung berubah yaitu untuk shift 1 dan III menjadi sama, tetapi 1
belum dapat disimpulkan lebih lanjut karena jumlah pasien masih kurang. Waktu yang dibutuhkan petugas
shift I untuk melayani resep satu hari berfluktuasi seirama dengan naik turunnya jumlah pasien yang
dilayani. Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan obat per item resep adalah 3,9 menit. Angka ini lebih
tinggi dari standar yang dipakai, ha1 ini kemungkinan disebabkan perbedaan sarana, jumlah peralatan dan
manajemen pelayanan. Kompetensi apoteker dalam pengkajian resep belum maksimal, namun kompetensi
asisten apoteker dalam menerapkan standar kompetensi petugas dalam pelaksanaan sistim distribusi UDD
cukup baik.