Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1.
2.
3.
1.
PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan pelayanan gizi rumah sakit adalah penyelenggaraan makanan. Penyelenggaraan
makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan rumah
sakit, perencanaan menu sampai distribusi makanan pada pasien atau konsumen dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat1.
Masalah penyajian makanan kepada pasien lebih kompleks dari pada penyajian makanan untuk orang sehat.
Hal ini disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang
dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan2.
Besarnya angka prevalensi malnutrisi pada pasien ruang rawat inap telah banyak ditemukan sejak tahun
1970-an, juga perubahan status gizi yang cendrung menurun selama diruang rawat inap 3. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh McWhither dan Pennington menunjukan bahwa 40% dari pasien mengalami undernourish (kurang
makan) pada saat masuk rumah sakit dan dua pertiga dari pasien itu mengalami penurunan berat badan selama
dirawat4.
Pasien yang dirawat di rumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih agar tidak terjadi Hospital
Malnutrition. Malnutrisi dapat terjadi karena asupan makan yang tidak cukup. Hasil penelitian Almatsier dkk di
beberapa rumah sakit umum di Jakarta tahun 1991, 20% - 60% pasien masih mengalami kurang gizi pada saat
dirawat di rumah sakit. Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit baik secara langsung atau pun tidak langsung
dapat mempengaruhi proses penyembuhan2.
Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Atambua belum tersedia data tentang asupan makan pasien
baik jenis makanan biasa maupun lunak. Hal ini dikarenakan belum pernah ada penelitian yang berkaitan dengan
asupan makan pasien. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian yang mengkaji tentang hubungan
ketepatan jam, distribusi makan dengan asupan makan pada pasien dengan diit nasi di Rumah Sakit Umum Daerah
Atambua, dengan tujuan unutk mengetahui hubungan antara ketepatan jam distribusi dengan asupan makan pasien
dengan diet nasi di RSUD Atambua, Belu-Nusa Tenggara Timur.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional dengan populasi semua pasien
dewasa yang mendapat diet nasi. Sampel ditentukan dengan kriteria tertentu (purposive) dan diperoleh dengan total
sampling sejumlah 26 sampel.
Variabel bebas dalam penelitian adalah ketepatan jam distribusi makan, yaitu waktu distribbusi makanan
pasien di Rumah Sakit Umum Atambua yang dimulai dari dapur sampai pada pasien, yakni distribusi makan pagi
(pukul 05.30 07.00 WIT ), distribusi makan siang (pukul 11.30 12.00 WIT ), distribusi makan malam (pukul
17.30 18.30 WIT), yang dikategorikan menjadi tepat jika waktu distribusi sesuai dengan jam distribusi di Rumah
Sakit Umum Atambua : pagi pukul 05.30 07.00 WIT, siang pukul 11.30 12.00 WIT, malam pukul 17.30 18.30
WIT, dan tidak tepat jika penyajian lebih atau kurang dari waktu yang ditentukan : makan pagi > atau < 07.00
WIT, makan siang > atau < 12.00 WIT , makan sore > atau < 18.30 WIT. Skala variabel bebas yaitu ordinal.
Variabel bebas dalam penelitian adalah asupan makan pasien yaitu banyak jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh pasien dengan diit nasi selama dirawat di Rumah Sakit Umum Atambua yang dilihat dari sisa
makan pasien menggunakan metode Comstock, dengan kategori asupan makan baik jika Sisa makanan 25%, dan
asupan makan kurang jika sisa makanan > 25%. Skala variabel terikat yaitu ordinal.
Data primer yang dalam penelitian berupa ketepatan jam distribusi makanan pasien dan asupan makan
pasien yang diperoleh menggunakan formulir dan quesioner. Data sekunder berupa jam distribusi makan di RSUD
Atambua dan standar makanan di Instalasi Gizi RSUD Atambua yang diperoleh dari Unit Instalasi Gizi RSUD
Atambua.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Responden penelitian ini adalah pasien yang mendapatkan diet nasi yang rawat inap di RSUD
Atambua pada bulan Februari sampai Maret 2012. Jumlah responden dalam penelitian ini yang memenuhi
kriteria inklusi adalah 26 orang. Adapun karakteristik responden dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Pasien Rawat Inap RSUD Atambua
Karakteristik
Umur
18-40
40-65
>65
Jumlah
Pekerjaan
PNS
Wiraswasta
IRT
Pelajar
Petani
Lain-lain
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Frekuensi
Persentase
18
8
0
26
69,2
30,8
0
100
5
1
5
8
4
3
26
19,2
3,8
19,2
30,8
15,4
11,5
100
11
15
26
42,3
57,7
100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah
responden berusia 18-40 tahun sebanyak 18 responden (69,5%), sedangkan yang lainnya berusia 40-65 tahun
dengan jumlah 8 responden (30,8%). Responden yang pekerjaanya pelajar yaitu 8 (30,8%,) sedangkan
sebagian kecil responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 1 responden (3,8%). Berdasarkan karakteristik jenis
kelamin diketahui bahwa responden perempuan berjumlah 15 (57,7%) responden dan responden laki-laki
berjumlah 11 (42,3%).
A.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketepatan Jam Distribusi di
Rumah Sakit Umum Daerah Atambua
No
Ketepatan Jam Distribusi
1
Tepat
2
Tidak Tepat
Jumlah
Frekuensi
20
6
26
Persentase
76,9
23,1
100,0
Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian besar responden yang jam distribusi makanannya tepat yaitu
sebanyak 20 responden (76,9%), sedangkan sebagian kecil responden yang jam distribusi makanannya tidak
tepat sebanyak 6 responden (23,1%).
B.
Asupan Makan
Data asupan makan responden dilihat dari sisa makan pasien yang diperoleh menggunakan taksiran
visual comstock 6 point. Adapun standar kategori sisa makanan yang menjadi acuan adalah sisa makanan
dikatakan baik, jika 25% dan dikatakan kurang, jika >25%.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Atambua
No
Asupan Makan
1
Baik
2
Kurang
Jumlah
Frekuensi
12
14
26
Persentase
46,2
53,8
100,0
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa sebagian asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien
kurang yaitu 14 pasien (53,8%), sedangkan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien yang baik yaitu
12 pasien (46,2%).
C.
Hubungan antara Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi Pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah Atambua
Tabel 4. Hubungan antara Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi
Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua
Asupan Makan
Variabel
Jam Distribusi
Tidak Tepat
Tepat
Kurang
3 (50%)
11 (55.5%)
Baik
3 (50%)
9 (45.5%)
Total
6
20
100%
100%
ChiSquare
(c)
p-value
10,046
0,029
Berdasarkan Tabel 4 diketahui jam distribusi makanannya tepat, tetapi asupan makan pada pasien
dengan diet nasi kurang sebanyak 11 pasien (55,5%), sedangkan jam distribusi tepat dan asupan makan baik
yaitu 9 pasien (45,5%). Jam distribusi makan yang tidak tepat dengan asupan makan pasien baik sama dengan
jam distribusi makan tepat dengan asupan makan pasien kurang yaitu 3 orang (50%).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh p-value = 0,029 < Level of Significant = 0,05. Hal ini berarti
ada hubungan yang signifikan antara ketepatan jam distribusi dengan asupan makan pada pasien dengan diet
nasi pasien.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Hasil karakteristik responden menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini sebagiannya adalah
responden berusia 18-40 tahun sebanyak 18 responden (69,5%), sedangkan yang lainnya berusia 40-65 tahun
dengan jumlah 8 responden (30,8%), berarti dari segi umur responden di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua
sebagian adalah umur usia dewasa yaitu 18-40 tahun. Responden yang pekerjaanya pelajar yaitu 8 (30,8%,)
sedangkan sebagian kecil responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 1 responden (3,8%). Hal ini menunjukkan
bahwa responden di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua selama penelitian adalah sebagai pelajar.berdasarkan
karakteristik jenis kelamin diketahui bahwa responden perempuan berjumlah 15 (57,7%) responden dan
responden laki-laki berjumlah 11 (42,3%). Hal ini menunjukkan bahwa dari segi umur pasien yang ditemui pada
saat penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua sebagian dari responden adalah perempuan.
18.30. Distribusi makan pagi sudah sesuai dengan peraturan rumah sakit dimana semua responden mendapatkan
makan pagi tepat pada waktunya (100% tepat).
Distribusi
makan siang yang tidak sesuai dengan jam distribusi di rumah sakit adalah sebanyak 25
responden (96,15%) dimana makan didistribusi terlambat sesudah pukul 12.00 WIT sedangkan distribusi makan
yang tepat hanya 1 responden (3.85%). Distribusi makan malam yang tidak sesuai dengan jam distribusi
makanan di rumah sakit yaitu 6 responden ( 23,1%) dimana makanan disistribusi terlambat setelah pukul 18.30
WIT sedangkan distribusi makan malam yang tepat yaitu sebanyak 20 responden (76,9%).
Hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang jam distribusi makanannya
tepat atau sudah sesuai dengan jam distrubusi makan di rumah sakit yaitu sebanyak 20 responden (76,9%),
sedangkan sebagian kecil responden yang jam distribusi makanannya tidak tepat yaitu 6 responden (23,1%).
Berdasarkan obervasi yang dilakukan selama penelitian pada pelaksanaan distribusi makanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Atambua, rata-rata jam distribusi yang tidak tepat yaitu pada jam makan siang dengan kelebihan
jam distribusi 10-30 menit. Jam distribusi yang tidak tepat berkaitan dengan jumlah tenaga distribusi makanan di
Rumah Sakit Umum Atambua yang sangat terbatas yaitu hanya 1 tenaga pendistribusi. Selain itu ketidaktepatan
jam distribusi sering terjadi pada jam makan siang karena rumah sakit mengalami penambahan jumlah pasien
pada jam makan siang. Hal ini dapat mempengaruhi ketepatan jam distribusi karena proses produksi makanan di
instalasi gizi akan mengalami penambahan waktu, sehingga akan berakibat distribusi makanan tidak efektif.
Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi jam distribusi makan yaitu perlatan makan pasien yang kurang
sesuai. Peralatan makan pasien yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua yaitu berupa rantang
susun. Peralatan makan ini menggunakan waktu lebih lama saat pemorsiaan makanan, sehingga waktu distribusi
menjadi makin lama.
Kegiatan distribusi makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Atambua dilakukan secara sentralisasi, dimana
kegiatan pemorsian dilakukan di dapur. Salah satu kelebihan sentralisasi yaitu pekerjaan dapat dilakukan atau
diselesaikan dengan cepat. Tetapi pada kenyataan selama penelitian hal ini belum bisa terpenuhi karena instalasi
gizi Rumah Sakit Umum Daerah Atambua mendapat kendala yaitu kekurangan tenaga pada bagian distribusi
makanan. Selain itu kendala yang lain yaitu petugas yang bertugas ada yang tidak patuh terhadap jam dinas yang
sudah ditentukan.
Kegiatan pemorsian di dapur instalasi gizi sudah cukup memenuhi kriteria higiene dan sanitasi dimana
petugas yang bertugas untuk pemorsian sudah menggunakan sarung tangan dengan kata lain petugas sudah sadar
untuk tidak langsung menyentuh makanan dengan tangan kosong. Salah satu kriteria yang belum memenuhi
kriteria yaitu memakai alat pelindung diri (APD) / celemek secara baik dan benar.
Pemenuhan asupan makan pasien selama di rumah sakit dimaksudkan agar tidak terjadi hospital malnutrition
yang dapt mempengaruhi proes penyembuhan pasien.
Hasil analisis menunjukkan bahwa diketahui bahwa sebagian asupan makan pada pasien dengan diet nasi
pasien kurang yaitu 14 pasien (53,8%), sedangkan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien yang baik
yaitu 12 pasien (46,2%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan makan pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Atambua adalah kurang. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian, ditemukan sebanyak 14 pasien yang
asupan makan belum memenuhi kriteria taksiran visual Comstock yaitu 14 pasien (53,8%) , sedangkan yang
sudah memenuhi kriteria yaitu 12 pasien (46,2%).
Asupan makan pasien yang kurang adalah pada makan pagi khususnya untuk lauk nabati, dimana jumlah
makanan yang tersisa banyak yaitu 46%. Berdasarkan observasi yang dilakukan pasien tidak menghabiskan lauk
nabati karena penyajian terhadap lauk nabati kurang menarik bagi pasien. Sisa makan siang terbanyak yaitu pada
jenis sayur yaitu 37% begitu juga pada makan malam sisa makanan terbanyak pada jenis sayur yaitu 39%.
4. Hubungan Ketepatan Jam Distribusi dengan Asupan Makan pada Pasien dengan Diet Nasi
Masalah penyajian makanan kepada pasien lebih kompleks dari pada penyajian makanan untuk orang
sehat. Hal ini disebabkan terutama oleh nafsu makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit
yang dideritanya, aktivitas fisik yang menurun dan reaksi obat-obatan2. Pada proses penyajian makanan
ketepatan waktu dan kondisi makan haruslah selalu dijaga, dalam hal ini penyajian makanan yang telah dimasak
harus disajikan kepada konsumen tepat pada waktunya yaitu tidak boleh disajikan terlalu awal dan tidak boleh
disajikan terlalu lambat sehingga dapat menyebabkan suhu makanan berubah dan akan mempengaruhi selera
makan konsumen5.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa variabel ketepatan jam distribusi berhubungan signifikan
dengan asupan makan pada pasien dengan diet nasi pasien (p-value = 0,029 < Level of Significant = 0,05). Hal
ini meninjukan bahwa ada hubungan bermakna antara jam distribusi dan asupan makan pasien.
Faktor yang menyebabkan sisa makanan lauk nabati lebih banyak dari pada jenis makanan lainnya yaitu
karena penyajian terhadap lauk nabati kurang menarik bagi pasien. Selain itu juga karena menu lauk nabati pada
siklus menu selalu sama yaitu tempe goreng sehingga pasien merasa bosan dengan menu lauk nabati yang
disajikan.
10
KESIMPULAN