Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
e-mail:sriandrianiuin@gmail.com
ABSTRACT
Tax Planning is one of the ways to minimize the tax burden within the company
including in the selection of the proper form of business to run the company's business,
namely with the mepertimbangkan of tariff revenue, a reduction in taxable income
(PKP), the liability of income recognition, bookkeeping, tax collection obligations, and
accountability of tax debt. Minimization of tax burden can be done in various ways,
ranging from a still frame of the taxation to which break the rules of taxation.
Tax planning that has made the company especially with elections to form a
business entity. This type of research is qualitative, descriptive. The results of this
research indicate that cigarette companies do business entity forms of election to save
taxes by choosing the form of individual business entities. The magnitude of the rate of
income tax that will be payable every year between Individual Taxpayers with the tax
payers the Agency is different, i.e. Individual Taxpayers using Taxpayer tariff progersif
while the Agency using the fixed fee. Individual companies have had some keuntunngan
among other things a faster decision making does not take into account the interests of
many parties.
Keywords: Tax Planning, Form Of Business Entity
ABSTRAKSI
Tax Planning merupakan salah satu cara untuk meminimalisasi beban pajak dalam
perusahaan termasuk dalam pemilihan bentuk usaha yang tepat untuk menjalankan
bisnis perusahaan, yaitu dengan mepertimbangkan dari tarif penghasilan, pengurangan
Penghasilan Kena Pajak (PKP), kewajiban pembukuan, pengakuan penghasilan,
kewajiban pemungutan pajak, dan pertanggungjawaban utang pajak.Minimalisasi beban
pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada dalam
bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar peraturan perpajakan.
Tax planning yang telah dilakukan perusahaan terutama dengan pemilihan bentuk badan
usaha. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perusahaan rokok melakukan pemilihan bentuk badan usaha untuk menghemat
pajak dengan memilih bentuk badan usaha perseorangan. Besarnya tarif PPh yang akan
terutang setiap tahun antara Wajib Pajak Perseorangan dengan Wajib Pajak Badan
adalah berbeda, yaitu Wajib Pajak Perseorangan menggunakan tarif progersif sedangkan
Wajib Pajak Badan menggunakan tarif tetap. Perusahaan perseorangan mempunyai
beberapa keuntunngan antara lain pengambilan keputusan yang lebih cepat tidak
mempertimbangkan kepentingan banyak pihak.
Kata Kunci: Tax Planning, Bentuk Badan Usaha
PENDAHULUAN
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian
ini dapat disimpulkan bahwa yang berhak memungut pajak adalah negara dengan
berdasarkan kekuatan undang-undang dan peraturan perpajakan, serta untuk membiayai
rumah tangga negara seperti pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas. Sehingga bagi negara pajak merupakan sumber penerimaan yang penting untuk
membiayai pengeluaran negara. Sebaliknya, pajak bagi perusahaan merupakan beban
yang akan mengurangi laba perusahaan. (Mardiasmo, 2011:1). Sisi lain system
pemungutan pajak di Indonesia adalah self assessment. Dengan kondisi semacam itu
maka wajib pajak akan relative berusaha miminimalkan beban pajaknya.
Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang
masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang melanggar
peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara eufimisme sering disebut
dengan perencanaan pajak (tax planning atau tax sheltering). (Suandy,2008:2)
Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun perencanaan pajak juga dapat
berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara
lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat dihindari pemborosan sumber daya.
(Suandy, 2008:2)
Tax Planning merupakan salah satu cara untuk meminimalisasi beban pajak dalam
perusahaan termasuk dalam pemilihan bentuk usaha yang tepat untuk menjalankan
bisnis perusahaan. Bentuk usaha terdiri dari bentuk usaha perorangan dan bentuk usaha
badan, di mana bentuk usaha perorangan adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh
seseorang tanpa melibatkan partner dalam merealisasikan kegiatan usahanya. Bentuk
organisasi perseorangan relatif lebih sederhana dibanding bentuk lainnya. Demikian
pula dalam hal perizinan, yang lebih mudah dibanding bentuk usaha lainnya.
Sedangkan, bentuk usaha badan adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh lebih
dari satu orang yang mempunyai tujuan sama, dengan disaksikan oleh notaris atau
lembaga terkait. (Muljono, 2009:3)
Badan usaha dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas
(PT), firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), organisasi masa,
organisasi politik, dan bentuk-bentuk organisasi lain, baik yang bermotif profit maupun
yang tidak. Dalam perlakuan pembukuannya juga berbeda, pada bentuk usaha badan
adalah kewajiban karena untuk dapat menghitung penghasilan neto yang berkaitan
dengan perhitungan PPh terutang atas kegiatan usahanya. Dan pada bentuk usaha
perorangan juga merupakan kewajiban, tetapi bentuk usaha perorangan diberi pilihan
untuk menghitung besarnya penghasilan neto, yaitu dapat menggunakan pembukuan
atau mempergunakan norma perhitungan penghasilan.(Muljono, 2009:3)
Perusahaan dalam pemilihan bentuk badan usaha harus mempertimbangkan
beberapa faktor pajak seperti bagaimana hubungannya tarif
pajak penghasilannya,
pengenaan pajak penghasilan berganda baik atas laba bruto usaha maupun penghasilan
dari pembagian devidennya, kesempatan untuk dapat menunda pengenaan pajak pada
tarif pajak penghasilan, adanya ketentuan-ketentuan mengenai kerugian hasil usaha,
kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, dan
liberalisasi ketentuan-ketentuan yang mengatur fringe benefit.(Zain, 2007:99)
Pertimbangan
bentuk
usaha
oleh
pengusaha
dapat
dilakukan
dengan
kepentingan banyak pihak. Dari factor inilah maka tulisan ini berusaha mengungkapkan
dan menganalisa bagaimana tax planning pada perusahaan perseorangan dengan
pemilihan bentuk badan usaha.
LANDASAN TEORI
Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Rachmat Soemitroyang dikutip olehMardiasmo
(20011:1)adalah sebagai berikut:Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (20011:1)ada dua fungsi pajak yaitu: (1) Fungsi budgetair,
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya, (2) Fungsi Mengatur (regulerend), Pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka
pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Pemungutan pajak harus
adil (Syarat Keadilan), (2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis), (3) Tidak menggangu perekonomian (Syarat Ekonomis), (4) Pemungutan
pajak efisien (Syarat Finansiil), (5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana
pihak ketiga (bukan fiscus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
orang yang akan memilih bentuk usaha yang cocok dan lebih menguntungkan.Pilihan
bentuk badan usaha dari sudut perpajakan dapat dibandingkan dengan pertimbangan
tertentu, yaitu: (1) Memilih bentuk Perseroan komanditer atau Perseroan Terbatas, (2)
Memilih Perseroan Terbatas atau Perseroan terbuka, (3) Memilih bentuk Koperasi, (4)
Memilih bentuk Yayasan, (5) Memilih bentuk Kerja Sama operasi, (6) Memilih bentuk
Join Operation, (7) Memilih bentuk Usaha Bangun Guna Serah, (8) Memilih bentuk
Usaha Waralaba.
Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Palnning)
Menurut Zain (2007:66) Perencanaan adalah:Salah satu unsur manajemen yang
secara tidak langsung menyatakan bahwa manajer harus terlebih dahulu memikirkan
segala sesuatunya dengan matang berkenaan dengan tujuan dan tindakannya. Tindakan
manajer seharusnya didasarkan atas suatu metode, rencana, atau logika tertentu dan
bukan atas dasar suatu firasatPerencanaan pajak adalah: Tindakan penstrukturan yang
terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanaannya kepada pengendalian
setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.
Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan
jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai
penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang
merupakan tindakan pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. Walaupun kedua cara
tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindakan kriminal,
namun suatu hal yang jelas berbeda di sini, bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan
legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, penyelundupan pajak jelasjelas merupakan perbuatan ilegal yang melanggar ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Pemilihan bentuk usaha yang tepat guna menjalankan bisnisnya merupakan
faktor yang penting dalam rangka meminimalkan beban pajak. Hendaknya diperhatikan
bahwa sebelum keputusan mengenai bentuk usaha apa yang akan diambil, haruslah
terlebih dalulu diadakan studi perbandingan mengenai julmah pajak yang harus dipikul
pada setiap bentuk usaha tersebut, termasuk pula pertimbangan berbagai faktor non tax.
Walaupun pertimbangan faktor pajak sudah memenuhi, namun pertimbangan non tax
seperti terbatasnya kredit yang akan diperoleh, kesinambungan usaha dan dapat
ditranfernya bunga, merupakan hal-hal yang pentik untuk dibahas, selanjutnya apabila
diperkirakan bahwa sejumah besar penanam modal (investor) akan menjadi pemegang
saham/pemilik dari usaha tersebut, maka bentuk perseroan terbatas merupakan bentuk
usaha yang lebih baik dari pada bentuk firma, kongsi, dan persekutuan.
Umum
Pada umumnya semua laporan keuangan dipersiapkan untuk memenuhi tujuan
tertentu, dan tujuan ini akhirnya akan memengaruhi bentuk dan isi dari laporan
keuangan tersebut dengan segala keterbatasannya.misalnya, laporan keuangan yang
dipersiapkan untuk digunakan oleh para manajer akan sangat berbeda sekali dengan
laporan keuangan yang dipersiapkan untuk keperluan pasar modal atau keperluan
instansi lainnya seperti bank dan lembaga keuangan lainnya. Hal ini mencakup pada
laporan keuangan yang dipergunakan untuk pengisian Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan, tentunya akan berbeda dengan laporan keuangan yang dipersiapkan untuk
keperluan para penanam modal atau pihak ketiga lainnya.
penghasilan
pada
saat
diterimanya
penghasilan
tersebut
dan
Pada saat
dihadapkan kepada dua pilihan antara tahun pajak yang sama dengan tahun takwim atau
tahun pajak dengan tahun buku, dengan beberapa petunjuk sebagai berikut: (1) Apabila
suatu usaha memperoleh penghasilan puncaknya dalam beberapa bulan saja dan beban
yang berat di bulan-bulan lainnya, maka hendaknya tahun pajak pertama dari
perusahaan semacam ini mencakup bulan-bulan penghasilan puncaknya dengan semua
pengurangan-pengurangan yang dimungkinkan. (2) Apabila terdapat perbandingan
antara penghasilan dan pengurangannya yang sudah agak seimbang, maka ada baiknya
kalau tahun pajak pertama ditetapkan sebelum periode memperoleh keuntungan yang
lebih besar, dan sementara itu, uang pajak yang dapat ditunda tersebut dapat digunakan
lebih dulu dalam usaha perusahaan.
Namun, hendaknya dipertimbangkan bahwa penundaan penghasilan yang akan
dikenakan pajak dalam suatu tahun, jangan sampai mengakibatkan penempatan
penghasilan tersebut dalam tahun berikutnya termasuk dalam kelas penghasilan yang
tarifnya tinggi. Hendaknya selalu dipertimbangkan pengaruh pengambilan keputusan
tahun pertama tersebut terhadap tahun-tahun berikutnya.
Natural Business Year
Basis yang dikenal dalam rangka periode akunting ini ialah apa yang disebut
natural business year, yaitu suatu periode yang terdiri dari 12 bulan yang berakhir
pada saat aktivitas-aktivitas perusahaan berada pada titik rendahnya dalam suatu siklus
tahunan. Pada umumnya pada saat itulah persediaan berada dalam basis paling kecil,
puncak kesibukan penjualan telah berlalu dan piutang pun lebih berkurang, dan dengan
demikian penjualan dan utang piutang berada dalam titik terndah pula.
Setiap perusahaan biasanya mempunyai suatu natural business year tersendiri
yang pada umumnya tidak sama dengan tahun takwim. Ditinjau dari segi akuntansi
dianjurkan untuk menggunakan natural business year karena beberapa keunggulankeunggulan sebagai berikut: (1) Keunggulan penggunaan natural business year:
Investarisasi fisik persediaan, Laporan keuangan wajib pajak akan lebih akurat,
Penyiapan laporan yang lebih informatif untuk tujuan-tujuan perencanaan pengendalian
dalam memperoleh kredit. (2) Kerugian penggunaan natural busness year: Di tahuntahun pertama setelah perubahan periode akunting, akan terdapat kesulitan dalam
angka-angka untuk keperluan studi perbandingan, Apabila anggota industri jenis lainnya
Ada beberapa tahapan dalam membuat perencanaan pajak (tax planning) menurut
Suandy (2008:13) yaitu:
Menganalisis Informaasi (Basis Data) yang ada
Tahap pertama dari proses pembuatan perencanaan pajak adalah menganalisis
komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung
seakurat mungkin beban pajak yang harus ditanggung.
Buat Satu Model atau Lebih Rencana Besarnya Pajak
Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakantindakan berikut:Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubngan inertnasional,
Pemilihan Negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari
Negara tersebut, Penggunaan satu atau lebih Negara tambahan.
Evaluasi atas Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil dari
seluruh perencanaan strategis perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan terhadap beban pajak,
perbedaan laba kotor, dan pengeluaran selain pajak atas berbagai alternatif perencanaan.
Variabel-variabel tersebut akan dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai
berikut:Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan, Bagaimana jika rencana
tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik, Bagaimana jika rencana tersebut
dilaksanakan tetapi gagal.
Mencari Kelemahan dan Kemudian Memperbaiki Kembali Rencana Pajak.
Hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu harus dievaluasi melalui
berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian, keputusan yang terbaik atas suatu
perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi.
Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentuk
perencanaan pajak yang diinginkan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat
adanya perubahan peraturan/perundang-undangan. Tindakan perubahan (up to date
planning) harus tetap dijalankan walaupun diperlukan penambahan biaya atau
kemungkinan keberhasilannya sangat kecil sepanjang penghematan pajak masih besar,
rencana tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang
ditanggung merupakan kerugian minimal.
Memutahirkan Rencana Pajak
yang meliputi seluruh penghasilan yang didapat dari apa saja, termasuk istri dan anak
yang belum dewasa. Sedangkan pada bedan usaha, laba yang didapatnya apabila
dibagikan kepada pemegang saham akan dikenai PPh atas dividen, hanya Wajib Pajak
badan tertentu saja yang tidak dikenakan. Demikian pula penghasilan wajib pajak badan
hanya berkaitan dengan badan usaha itu sendiri, tidak termasuk kegiatan usaha
pemegang saham.(5) Pertimbangan Kewajiban Pemungutan Pajak, Pertimbangan
Kewajiban Pemungutan Pajak, yaitu wajib pajak badan usaha yang bergerak dalam
bidang usaha industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan industri
otomotif ditunuk sebagai pemungut PPh pasal 22 atas penjualan produksinya.
Kewajiban pemungutan PPh pasal 22 tersebut tidak dikenakan kepada wajib pajak
perorangan
yang
mempunyai
kegiatan
industri
tersebut.
(6)
Pertimbangan
Bentuk Usaha
Badan Usaha
Perseorangan
Analisis
Keuntungan
Kelemahan
Kebijakan
Akuntansi
UU Pajak
Tax Planning
Tarif PPh
Kewajiban
Pengakuan
Kewajiban
Pertanggung
Analisis
Dengan
Ilustrasi
Kasus
Perencanaan
Pajak
Pada
Perusahaan
Perseorangan
Tarif Pajak
5%
15%
25%
30%
Wajib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 %, dan
kemudian dapat diturunkan paling rendah sebesar 25 % sesuai dengan peraturan
pemerintah.
Ilustrasi: PT XYZ
Rp. 275.000.000
(Rp. 28.350.000)
Rp. 246.650.000
Rp. 246.650.000
Rp. 31.997.500
dalam 1 tahun kurang dari Rp. 4.800.000.000 boleh menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Ilustrasi: PT XYZ dalam menghitung penghasilan netonya yaitu menggunakan
pembukuan meskipun untuk perusahaan perseorangan bisa menggunakan norma untuk
menghitung penghasilan netonya. Dengan syarat peredaran usahanya melebih dari Rp.
4.800.000.000. sehingga PT XYZ wajib menggunkan pembukuan dalam menghitung
penghasilan netonya. Oleh Karena itu PT XYZ akan terhindar dari sanksi sebesar
50% dari PPh Kurang atau tidak dibayar. Jika PT XYZ
tidak menggunakan
Pengakuan Penghasilan
PT XYZ dalam pengakuan penghasilan yang telah didapatkan dari usahanya
akan dimiliki sendiri Karena PT XYZ adalah perusahaan perseorangan, sehingga
tidak ada pembagian akan penghasilan yang telah didapatkan. Penghasilan yang
didapatkan PT XYZ yaitu dari hasil penjualan produksinya saja tanpa ada tambahan
penghasilan dari usaha yang lain penghasilan PT XYZ yaitu berupa laba fiskal
sebesar Rp. 275.000.000 yang akan dimiliki sendiri oleh pemilik perusahaan
Kewajiban Pemungutan Pajak
Kewajiban pemungutan pajak akan dikenakan pada Wajib Pajak badan yang
bergerak dalam bidang usaha industri semen, industrirokok, industri kertas, industri
baja, dan industri otomotif, maka Wajib Pajak badan akan ditunjuk sebagai pemungut
PPh pasal 22 atas penjualan produknya. (Mardiasmo, 2011:222). Kewajiban
Pemungutan PPh pasal 22 tidak dikenakan kepada wajib pajak perseorangan yang
bergerak dalam bidang industri semen, industri rokok, industri kertas, industri baja, dan
industri otomotif. (muljono :2009,11). Ilustrasi: PT XYZ adalah perusahaan kertas
tetapi dalam bentuk usaha perseorangan sehingga PT XYZ tidak dikenakan pungutan
PPh pasal 22 atas penjualan produknya. Tetapi PT XYZ sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang mempunyai kewajiban pemungutan PPh 21 dan PPN.
DAFTAR PUSTAKA