Sie sind auf Seite 1von 82

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan akan sistem informasi bagi semua jenis
organisasi menyebabkan perkembangan sistem informasi yang begitu
pesat pada hampir semua bidang. Begitu pula yang terjadi pada sektor
pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman banyak perusahan
yang mengandalkan sistem informasi sebagai pendukung jalannya
operasional perusahaan. Saat ini sistem informasi dioperasikan oleh
hampir seluruh sumber daya manusia suatu perusahaan sehingga tidak
dapat dipisahkan dengan operasi dan kehidupan perusahaan. Sistem
informasi merupakan sumber daya strategis dalam suatu perusahaan,
untuk mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan, maka pengolaan
informasi merupakan kunci dari tercapainya visi dan misi perusahaan
tersebut.
Semakin berkembangnya teknologi informasi akan semakin banyak
ancaman-ancaman

yang

akan

terjadi

dari

dalam

perusahaan. Misalnya pada pemrosesan komputer.

maupun

luar

Akan sangat

mengkhawatirkan bila terjadi kesalahan dalam pemrosesan di dalam


komputer. Kerugian mulai dari tidak dipercayainya perhitungan matematis
sampai kepada ketergantungan kehidupan manusia. Ancaman-ancaman
tersebut tentunya ada penyebabnya beberapa diantaranya yaitu karena
adanya tekanan dari dalam ataupun luar perusahaan, peluang dan
rasionalisasi.
Untuk mencegah ancaman-ancaman tersebut perusahaan membuat
pengendalian-pengendalian internal dan untuk memeriksa pengendalain
tersebut telah mencapai tujuan atau belum, maka diperlukanlah audit
sistem informasi dalam suatu perusahaan atau organisasi.Pemanfaatan

komputer yang semakin berkembang dari tahun ke tahun membuat


komponen-komponen penunjangnya pun semakin berkembang. Termasuk
di dalamnya teknologi informasi yang digunakan. Teknologi informasi
merupakan sekumpulan komponen komputerisasi yang terintegrasi
dengan baik, sehingga dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk mencapai tujuan tertentu pada organisasi. Hal ini sesuai dengan
definisi Sistem Informasi [1], yaitu informasi yang diorganisasikan untuk
mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Dalam mengelola sistem yang ada, diperlukan koordinasi yang baik
antar sumber daya yang ada, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi
seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk
menghindari atau lebih tepatnya meminimalisir adanya masalah maupun
insiden yang tidak terkontrol dengan baik karena pada dasarnya suatu
sistem secanggih apapun tidak dapat terhindar dari masalah[2]. Untuk
melaksanakan hal tersebut diperlukan pengelolaan dan pengawasan yang
tepat, contohnya audit teknologi informasi.
Audit teknologi informasi merupakan salah satu metode penilaian
terhadap objek, dalam hal ini adalah sistem informasi maupun teknologi
yang dipergunakan. Tujuan audit teknologi informasi adalah untuk menilai
apakah sistem dan teknologi informasi telah menjamin integritas data,
mencapai tujuan-tujuan suatu organisasi secara efektif, dan telah
menggunakan sumber daya secara efisien [3]. Audit teknologi informasi
dilakukan untuk mendapatkan temuan-temuan yang pada akhirnya akan
diberikan pula solusi atau rekomendasinya. Namun pada dasarnya audit
dapat dilakukan di organisasi manapun dengan proses bisnis apa pun
sesuai kebutuhan organisasi, termasuk diFakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Warmadewa.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
telah

mengimplementasikan

teknologi

informasi

serta

sistem

informasiyaitu sistem informasi akademik, sistem informasi keuangan,


sistem informasi kepegawaian, sistem informasi sarana dan prasarana,
sistem informasi kemahasiswaan, sistem informasi surat menyurat,
elektronik library, sistem informasi perpustakaan, layanan internet bagi
mahasiswa serta jaringan terintegrasi pada tata usaha. Namun, dalam
operasi sehari- hari masih didapati beberapa masalah. Salah satunya
adalah jaringan komputer yang sering bermasalah sering menyebabkan
aplikasi tidak dapat mengakses server sehingga tidak dapat menginput
data serta mencetak laporan dan beberapa masalah lain yang timbul.
Respon penanganan yang terkadang berjalan lambat seringkali menjadi
kendala. Hal ini dapat mengganggu proses operasional keseharian di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa. Oleh
karena itu, dilakukan Audit Teknologi Informasi pada subdomain Incident
Management dan Problem Managementdi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Warmadewa. Pemilihan subdomain Incident
Management dan Problem Management dilakukan berdasarkan kendala
yang seringkali dihadapi tersebut. Dari masalah itu, tidak ada unsur
subdomain dari Service Operation, seperti Event Management, Request
Fulfilment, dan Access Management. Hal ini dikarenakan responden
hanya berfokus pada masalah yang terjadi, sedangkan untuk manajemen
peristiwa

(Event

Management),

pemenuhan

permintaan

(Request

Fulfilment), dan manajemen akses (Access Management) tidak menjadi


perhatian khusus pada penelitian ini.
Dalam bidang audit sistem informasi banyak framework yang dapat
digunakan,

diantaranya

COBIT

dan

ITIL.

Framework

tersebut

berfungsiuntuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas


dalam proses bisnis suatu organisasi dengan hasilnya yang berupa
temuan-temuan. Dari temuan-temuan tersebut pada akhirnya juga harus
diberikan rekomendasinya. Framework ITIL

merupakan salah satu

framework yang banyak digunakan selama ini. Banyak organisai besar

yang telah menggunakan framework ini untuk dijadikan best-practise


dalam penilaian penggunaan IT didalamnya. ITIL adalah best practice dari
IT Service Management yang digunakan oleh ratusan organisasi di dunia
[4].
ITIL

telah

mengalami

beberapa

pembaharuan.

Pembaharuan

framework ITIL yang terakhir adalah ITIL versi 3. Di dalam ITIL versi 3
sendiri terdapat 5 domain, yaitu Service Strategy, Service Design, Service
Transition, Service Operation serta Continual Service Improvement.
Kelima domain tersebut memiliki subdomainnya sendiri. Seperti domain
Service Operation yang memiliki sub pembahasan atau subdomain,
antara lain Service Desk, Incident Management, Problem Management,
Event Management, Request Fulfilment, dan Access Management.
Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana melakukan audit
Teknologi Informasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa dengan ITIL v3 dalam subdomain Incident
Management, dan Problem Management serta mengimplementasikannya
sesuai dengan framework ITIL v3. Selain itu, karena penelitian ini
menghasilkan output berupa rekomendasi berdasarkan framework ITIL v3
terkait manajemen layanan TI, maka yang dilakukan peneliti adalah
menemukan

temuan-temuan

berdasarkan

audit

terhadap

Incident

Management, dan Problem Management pada Fakultas Kedokteran dan


Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa.

B. Ruang Lingkup / Batasan Masalah


Mengingat demikian luasnya ruang lingkup permasalahan dalam
bidang audit teknologi informasi, maka diperlukan batasan masalah yang
diambil yaitu sebagai berikut :

a. Subjek yang diaudit hanya Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan Universitas Warmadewa.
b. Framework yang dipakai untuk

audit

adalah

Information

Techonology Infrastructure Library (ITIL) Framework.


c. Audit hanya dilakukan pada fase Service Operation (SO) pada
proses Incident Management dan Problem Management.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari audit teknologi informasi pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa antara
lain :
a. Dapat mengetahui sejauh mana target penerapan dan penyerapan
teknologi informasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa.
b. Dapat mengetahui tingkat kematangan dari proses manajemen
penanganan insiden dan manajemen penanganan masalah di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa.
c. Memberikan solusi dalam peningkatan kematangan proses
manajemen penanganan insiden dan manajemen penanganan
masalah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Warmadewa.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam audit teknologi informasi pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa adalah proses
manajemen penanganan insiden dan manajemen penanganan masalah di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa belum
sesuai dengan tingkat kematangan berdasarkan standar ITIL.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Audit Teknologi Informasi
1. Pengertian Audit
Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke: Auditing is the
accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
estabilished criteria. artinya, Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Pendapat ini sama
dengan definisi American Accounting Association yang mendefinisikan
bahwa audit adalah sebuah proses sistematis untuk secara objektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan perihal
tindakan dan transaksi bernilai ekonomi,untuk memastikan tingkat
kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasil-hasilnya pada para pemakai
yang

berkepentingan,

tetapi

terdapat

perbedaan

jika

menurut

definisi American Accounting Association hasil evaluasi dikomunikasikan


pada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut pendapat Ali Masjono Mukhtar pemeriksaan adalah proses
yang sistematis dan memiliki objektif yang ditunjukan untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan kegiatan
ekonomi dan kejadian untuk meyakinkan hubungannya dengan hasil
diinginkan pemakai. Pendapat ini selaras dengan Alvin A. Arens dan
James

K.Loebbecke

dan

definisi American

Accounting

Association.Websters Ninth New Collegiate Dictionary mengartikan audit:


suatu pemeriksaan yang resmi atas perkiraan/buku atau laporan
keuangan suatu organisasi atau individu. Pendapat ini selaras dengan
pendapat Holmes & Overmyers (1975) auditing adalah fungsi penyaksi
yang

menyangkut

pemeriksaan

secara

objektif

keuangan perusahaan yang disusun oleh manajemen.


2. Pengertian Audit Teknologi Informasi

terhadap

laporan

Menurut Ron Weber (2003)

mengatakan bahwa audit teknologi

informasi merupakan proses pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk


menentukan apakah sistem komputer yang digunakan telah dapat
melindungi aset milik organisasi, mampu menjaga integritas data, dapat
membantu

pencapaian

tujuan

organisasi

secara

efektif,

serta

menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien.


Menurut Sasongko audit teknologiinformasi adalah sebuah proses
yang sistematis dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk
menentukan bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer yang
digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Menurut

Sanyoto

audit

teknologi

informasi

adalah

suatu

pengevaluasian untuk mengetahui bagaimana tingkat keseuaian antara


aplikasi sistem informasi dengan prosedur yang telah ditetapkan dan
mengetahui

apakah

diimplementasikan

suatu

secara

sistem

informasi

efektif,efisien,

telah

dan

didesain

ekonomis,

dan

memiliki

mekanisme pengamanan aset yang memadai,serta menjamin integritas


data yang memadai.
Menurut Heni Hendarti, audit teknologi informasi (sebagai audit
tersendiri dan bukan bagian dari audit keuangan) juga perlu dilakukan
untuk memeriksa tingkat kematangan atau kesiapan suatu organisasi
dalam melakukan pengelolaan teknologi informasi.
Menurut Gede Karya (2004), Audit sistem informasi didefinisikan
sebagai

proses

menentukan

pengumpulan

apakah

suatu

dan
sistem

evaluasi
informasi

fakta/evidence untuk
telah

melindungi

aset,menjaga integritas data, dan memungkinkan tujuan organisasi


tercapai secara efektif dengan menggunakan sumber daya secara efisien.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa Audit
Sistem Informasi merupakan suatu kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
oleh seorang audit internal perusahaan dalam pengumpulan bukti-bukti
dan pengevaluasian pengendalian perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

3. Tujuan Audit Teknologi Informasi


Audit sistem informasi bertujuan untuk mereview dan mengevaluasi
pengawasan internal yang digunakan untuk menjaga keamanan dan
memeriksa

tingkat

keprcayaan

sistem

informasi

serta

mereview

operasional sistem aplikasi.


Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam menjalankan
pemeriksaan sistem informasi:
a. Pertimbangan jenis kesalahan dan ketidakaturan yang sering
terjadi.
b. Menentukan prosedur pengendalian yang dapat mencegah atau
mendeteksi kesalahan dan ketidakaturan.
c. Menentukan apakah prosedur penting yang telah ditetapkan dapat
dijalankan dengan baik dan memuaskan.
d. Mengevaluasi setiap kelemahan yang ditemukan pada suatu
prosedur untuk mengevaluasi pengaruhnya pada kebiasaan, waktu,
dan menjalankan prosedur pemeriksaan.
4. IT Audit Standar Framework
Dalam melaksanakan IT/IS Audit terdapat berbagai tools yang sudah
siap

digunakan

saat

ini. Toolstersebut

dikembangkan

dan

distandarisasikan oleh berbagai badan di dunia.Standard tools tersebut


dikembangkan

sebagai framework yang

disusun

berdasarkan best

pratices dari hasil riset serta pengalaman bertahun-tahun dalam kegiatan


audit TI. Framework tersebut tentunya mengalami penyempurnaan yang
berkelanjutan sebagai upaya menciptakan standar yang semakin baik,
efektif dan efisien.
Berikut ini adalah standard tools/framework yang banyak digunakan di
dunia:
a. COBIT

(Control

Technology)

Objectives

for

Information

and

related

b. COSO (Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway


Commission) Internal ControlIntegrated Framework
c. ITIL (Information Technology Infrastructure Library)
d. ISO/IEC 17799:2005 Code of Practice for Information Security
Management
e. FIPS PUB 200
f. ISO/IEC TR 13335
g. ISO/IEC 15408:2005/Common Criteria/ITSEC
B. ITIL Framework
Audit

Sistem

Informasi

didefinisikan

sebagai

suatu

proses

mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menilai apakah sistem


informasi telah menjamin integritas data, mencapai tujuan-tujuan suatu
organisasi secara efektif, dan telah menggunakan sumber daya secara
efisien[3]. Di dalam audit sistem informasi ada beberapa tahapan yang
dilakukan, yaitu tahap pemeriksaan pendahuluan, tahap pemeriksaan
rinci, tahap pengujian kesesuaian, tahap pengujian kebenaran bukti, dan
tahap penilaian secara umum atas hasil pengujian. Audit sistem informasi
dengan ITIL v3 ini menilai manajemen layanan TI yang ada.
ITIL dibangun sejak tahun 1980 oleh The Central Computer and
Telecommunications

Agency

(CCTA),

Government Commerce (OGC).


publikasi.

sekarang

disebut

Office

of

Pada awalnya ITIl terdiri dari 40

ITIL diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di Eropa sekitar

tahun 1990-an, dan sejak itu berkembang dengan pesat. ITIL digunakan
baik oleh perusahaan maupun oleh pemerintah. Pada tahun 2001 ITIL
versi 2 dikeluarkan, terdiri dari 8 publikasi. Beberapa tahun kemudian ITIL
ini menjadi IT Service Management best practice yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia.
ITIL versi 3 datang pada tahun 2007 dengan 5 publikasi yaitu
Service Strategy, Service Design, Service Transition, Service Operation

10

and Continual Service Improvement. Versi ini menekankan pada integrasi


antara bisnis dengan IT dan menekankan pada pendekatan lifecycle untuk
service management. ITIL selaras dengan standar ISO/IEC 20000 untuk
IT Service Management.
Pada dasarnya, ITIL adalah best practice dari IT Service Management
yang digunakan oleh ratusan organisasi di dunia [4]. Proses-proses yang
dijelaskan di ITIL bertujuan untuk meningkatkan efisiensi (decrease cost)
dan keefektifan (increase quality) dari IT services. ITIL memfokuskan diri
pada pengukuran terus-menerus dan perbaikan kualitas layanan TI yang
disampaikan, baik dari perspektif bisnis dan pelanggan. Versi awal ITIL
terdiri dari sebuah kumpulan dari 31 buku terkait yang meliputi
semua aspek penyediaan layanan TI. Versi awal ini kemudian direvisi
dan digantikan oleh tujuh buku, yang lebih erat berhubungan dan
konsisten (ITIL V2), terkonsolidasi dalam keseluruhan kerangka. Versi
kedua ini diterima secara universal dan sekarang digunakan di banyak
negara oleh ribuan organisasi sebagai dasar untuk penyediaan layanan TI
yang efektif. Pada tahun 2000, ITIL V2 digantikan dengan ditingkatkan dan
konsolidasi ITIL oleh versi ketiga, terdiri dari lima buku inti yang mencakup
siklus hidup layanan, bersamasama dengan Official Introduction.
Lima buku inti mencakup setiap tahap dari siklus layanan (Gambar 1),
dari definisi awal dan analisis kebutuhan bisnis dalam Service Strategy
dan Service Design, melalui migrasi ke lingkungan operasi dalam Service
Transition, untuk beroperasi dan perbaikan dalam Service Operation dan
Continual Service Improvement. Hal yang paling dominan dari versi
sebelumnya adalah prinsip IT Integrated with Business di versi
sebelumnya IT Align with Business. Perubahan prinsip dasar ini yang
menyebabkan pendekatan dalam mengelola layanan berubah[5].
Kerangka kerja ITIL versi 3 digunakan sebagai panduan dalam
rangka menyusun langkah-langkah operasional agar keberlangsungan
layanan TI dapat berfungsi dengan baik [6] yang dikutip oleh [7]. Hal ini
sependapat dengan [8] yang menyatakan bahwa Framework ITIL memiliki

11

fokus pengembangan tata kelola TI khususnya dalam hal layanan (IT


service). Selain itu, framework ITIL sangat tepat digunakan sebagai
panduan dalam mengembangkan sebuah tata laksana karena sifatnya
best practice dan memiliki library yang terinci untuk mengembangkan
langkah-langkah dalam prosedur.
Tata kelola TI memperhatikan dua hal yaitu nilai tambah TI bagi bisnis
dan mitigasi risiko TI. Nilai TI didorong oleh penyelarasan strategis TI dan
bisnis, sedangkan mitigasi risiko didorong oleh tanggung jawab kepada
organisasi. Keduanya membutuhkan dukungan dari sumberdaya yang
cukup dan dapat diukur untuk menjamin bahwa hasil yang diharapkan
terpenuhi[9].
Penelitian [8] menjelaskan mengenai analisa terhadap manajemen
insiden yang sudah ada pada program manajemen Service desk dan
dukungan TI menggunakan framework ITIL untuk disempurnakan dan
mengembangkan dokumen prosedur terstandar yang berisi fungsi dan
tanggung jawab. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa dokumen tata
laksana dikembangkan untuk sebagian tujuan program manajemen
Service desk dan dukungan TI, yaitu proses manajemen insiden.
Dokumen tersebut berisi sembilan aktifitas framework ITIL dan dua
aktifitas tambahan. Selain itu, dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa
aktifitas-aktifitas yang dikembangkan dari framework ITIL pelaksanaannya
dilakukan secara kontinu dan terus menerus. Sedangkan dua aktifitas
tambahan lainnya, yaitu pelaporan dan evaluasi dilakukan pada awal dan
akhir bulan saja. Selain itu, disebutkan pula bahwa framework ITIL
merupakan sebuah framework tata kelola TI yang berisi best practice
secara khusus dalam manajemen layanan TI (ITSM).

ITIL menggambarkan service lifecycle dalam 5 tahap yaitu :


a. Service Strategy: Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi
untuk mengubah manajemen service TI menjadi sebuah aset
strategis dari organisasi.

12

b. Service Design: Pada tahap ini dilakukan pembangunan panduan


manajemen

layanan

TI

berdasarkan

strategi

yang

sudah

dikembangkan sebelumnya pada tahap Service Strategy. Selain itu


panduan dibangun berdasarkan policy yang berlaku dalam
organisasi dan untuk pemenuhan kepuasan pelanggan.
c. Service Transition: Pada tahap ini dilakukan proses transisi dari tata
kelola yang lama kepada tata kelola yang baru yang sudah
dikembangkan dalam tahap Service Design.
d. Service Operation: Pada bagian ini berisi langkah-langkah best
practice untuk melakukan manajemen service TI.
e. Continual Service Improvement: Pada bagian ini dilakukan
pengelolaan

masukan

dari

pelanggan

yang

kemudian

dikolaborasikan kedalam empat tahap diatas. Hal ini bertujuan


untuk meningkatkan hasil keluaran dari kegiatan Service Strategy,
Service Design, Service Transition, dan Service Operation.

Gambar 1. ITIL Service Life Cycle

Masing-masing tahap terdiri dari sejumlah proses seperti digambarkan


pada tabel 1 berikut :

13

Tabel 1. Proses pada tiap-tiap level ITIL Lifecycle

Pada saat ini framework ITIL sudah dikembangkan hingga versi 3.


Pada tahap Service Strategy dilakukan pengembangan strategi untuk
mengubah manajemen service TI menjadi sebuah aset strategis dari
organisasi. Pada tahap Service Design dilakukan pengembangan
panduan manajemen layanan TI berdasarkan strategi yang sudah
dikembangkan sebelumnya pada tahap Service Strategy, selain itu
panduan dibangun berdasarkan policy yang berlaku dalam organisasi dan
untuk pemenuhan kepuasan pelanggan.

14

Pada tahap Service Transition dilakukan proses transisi dari tata


kelola yang lama kepada tata kelola yang baru yang sudah dikembangkan
dalam tahap Service Design. Pada bagian Service Operation berisi
langkah-langkah best practise untuk melakukan manajemen service TI.
Pada bagian Continual Service Improvement dilakukan pengelolaan
masukan dari pelanggan yang kemudian dikolaborasikan ke dalam empat
tahap sebelumnya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil keluaran
dari kegiatan Service Strategy, Service Design, Service Transition, dan
Service Operation [8]. Sesuai dengan standar auditing ISACA (Information
Systems Audit and Control Association), selain melakukan pekerjaan
lapangan, auditor juga harus menyusun laporan yang mencakup tujuan
pemeriksaan, sifat dan kedalaman pemeriksaan yang dilakukan. Laporan
ini juga harus menyebutkan organisasi yang diperiksa, pihak pengguna
laporan yang dituju dan batasan-batasan distribusi laporan. Laporan juga
harus memasukkan temuan, kesimpulan, rekomendasi sebagaimana
layaknya laporan audit pada umumnya.

C. Incident Management
Menurut framework ITIL, pengertian insiden adalah sebuah interupsi
atau pengurangan kualitas dari layanan TI. Selain itu sebuah kesalahan
konfigurasi pada sistem dapat dikatakan sebagai insiden walaupun belum
menimbulkan masalah yang berarti pada sistem tersebut. Manajemen
insiden (incident management) adalah proses yang dilakukan untuk
menyelesaikan suatu insiden. Proses manajemen insiden (incident
management) dilakukan berdasarkan input dari user melalui service desk,
laporan teknisi, atau juga deteksi otomatis dari sebuah tool event
management. Manajemen insiden (incident management) pada framework
ITIL v3 berada pada Cycle Service Operation.
Tujuan utama dari manajemen insiden (incident management) adalah
untuk mengembalikan kondisi layanan TI ke keadaan normal secepat
mungkin, dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap

15

kegiatan bisnis utama organisasi. Proses-proses penting yang dilakukan


pada Incident Management untuk mengembalikan kondisi adalah :
a. Identifikasi insiden (incident identification)
Proses manajemen insiden (incident management) dimulai
dengan identifikasi. Identifikasi yang paling umum dilakukan
adalah melalui layanan service desk dan laporan dari staf
teknisi. Selain itu identifikasi insiden dapat dilakukan secara
otomatis oleh tool event management yang dipasang pada
perangkat-perangkat

utama.

Kondisi

ideal

dari

langkah

identifikasi adalah insiden dapat teridentifikasi sebelum terjadi


implikasi terhadap user.
b. Pencatatan insiden (incident logging)
Langkah ini wajib dilakukan untuk setiap jenis insiden baik yang
berskala besar maupun kecil. Beberapa informasi yang harus
dicatat terkait suatu insiden adalah ID, kategori insiden, waktu
terjadi,

deskripsi

insiden,

nama

orang/grup

yang

bertanggungjawab atas penanganan, implikasi insiden, dan


waktu penutupan kasus.
c. Pengkategorisasian insiden (incident categorization)
Dalam membuat kategori insiden dibutuhkan sebuah proses
khusus antara pengelola TI dan pihak manajemen organisasi.
Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kategori insiden dan
prioritas

penanganannya

organisasi.

Kategori

sejalan

insiden

dengan

dapat

dibuat

proses

bisnis

berdasarkan

perkiraan lamanya penanganan, implikasi terhadap proses


bisnis organisasi, dan jumlah staf teknis terkait.
d. Investigasi (investigation and diagnosis)
Tindakan investigasi dilakukan untuk menemukan sumber
masalah dari insiden. Dalam melakukan investigasi, setiap
tindakan wajib dilaporkan juga ke dalam formulir insiden. Hal ini

16

berguna sebagai data historis tindakan penanganan suatu


insiden.
e. Resolusi (resolution and recovery)
Langkah

ini

menyelesaikan

merupakan
suatu

tindakan

insiden.

yang

Langkah

diambil

untuk

resolusi

dapat

dilakukan oleh service desk sebagai pihak yang pertama


menemukan insiden dari user, staf teknisi yang sedang
mengerjakan kegiatan konfigurasi, maupun oleh supplier
terhadap perangkat yang masih dalam garansi.
f. Penutupan (incident closure)
Langkah penutupan adalah langkah yang dilakukan oleh
service desk maupun staf teknisi terkait untuk memastikan
apakah insiden telah benar selesai ditangani. Yang harus
diperhatikan dalam langkah penutupan ini adalah dokumentasi
proses penanganan insiden, perkiraan terhadap perulangan
insiden, dan survei kepuasan user atas penanganan insiden.
Tahapan penanganan insiden digambarkan dalam diagram alir
seperti pada gambar 2.

17

Gambar 2. Tahapan penanganan insiden menurut ITIL

D. Problem Management
ITIL menggambarkan masalah (problem) sebagai suatu dasar yang
tak dikenal penyebab satu atau lebih dari peristiwa. Proses dari Problem
Management dapat ditunjukkan pada Gambar 2:
PROBLEM
A problem describes
an undesirable
KNOWN
ERRORsituation, indicating
the unknown root cause of one or more existing or
A problem for which the root is known and for which a
temporary workaround has been identified

18

REQUEST FOR CHANGE (RFC)


An RFC propose a change, e.g to eliminate a known
Gambar 3. Skema Problem Management Process [12]

Sasaran dari Problem Management adalah: a) menjamin minimalisasi


dampak operasional ketika incident dan problem terjadi yang disebabkan
oleh errors di dalam infrastuktur TI; b) menghindari incident yang sama
terjadi kembali akibat errors yang sama atau errors lainnya yang belum
terdeteksi; c) meningkatkan produktifitas atas penggunaan sumber daya
TI dengan mengetahui dan memahami cara bagaimana menggunakannya
(dibentuk Knowledge Database).
Proses-proses penting yang dilakukan pada Problem Management
adalah:
a. Mencatat eskalasi incidents.
b. Menugaskan sumber daya (people, technology, tools) untuk
menanganinya.
c. Lakukan workaround terlebih dahulu agar dampak operasional
bisnis tidak terganggu terlalu lama.
d. Tindaklanjuti problem tersebut ke proses-proses berikutnya.
e. Mencari akar penyebab masalah sehingga berubah dari kondisi
problem menjadi kondisi Known Error, dengan melakukan
identifikasi, klasifikasi permasalahan; menugaskan sumber daya
(people, hardware, software, tools) untuk mencari penyebabnya;
menyelidiki dan mendiagnosa data / informasi yang didapat.

19

f. Mencari

dan

mengimplementasikan

solusi

terbaik

sehingga

merubah dari kondisi Known Error menjadi kondisi Error


Closure, dengan melakukan identifikasi dan pencatatan errors
yang terjadi.
g. Eskalasi/peningkatan ke pihak penyedia solusi dengan memberikan
data-data (informasi) diatas sehingga dapat dikembangkan / dicari
software dan hardware solusinya.

Gambar 4. Tahapan penanganan masalah menurut ITIL

20

E. Fakultas

Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

Universitas

Warmadewa
1. Gambaran Umum
FKIK Unwar yang didirikan pada tahun 2008 dalam jajaran fakultas
yang ada di Unwar umurnya tergolong masih sangat muda. Untuk bisa
bersaing dengan institusi sejenis baik yang ada di tingkat lokal, nasional,
regional maupun internasional maka tidak ada kata lain selain
membangun. Modal tekad saja tentu tidak cukup, diperlukan semangat
dan kebersamaan serta langkah dan tindakan nyata yang cepat dan tepat
dari seluruh komponen masyarakat Warmadewa (Pimpinan baik di tingkat
Fakultas dan Universitas, Yayasan dan seluruh Civitas Akademika dan
pegawai). Pembangunan haruslah mengacu pada Standar Pendidikan
Kedokteran Indonesia dan haruslah dilakukan secara berencana,
bertahap, konsisten, komprehensip dan berkelanjutan. Seluruh komponen
dalam sistem pendidikan mesti mendapat sentuhan secara proporsional.
a. Program Pendidikan
Kurikulum adalah back-bone institusi pendidikan, karena kurikulum
memberi arah pendidikan dan sekaligus warna lulusan.Standar
pendidikan dokter dan standar kompetensi dokter yang dikeluarkan
oleh KKI dengan jelas mengamanatkan kepada seluruh institusi
pendidikan kedokteran di Indonesia untuk melaksanakan KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi).Sebagai fakultas yang baru saja
berdiri, tentulah tidak mungkin menyelesaikan model kurikulum sendiri
dalam waktu relatif singkat.Itulah sebabnya KBK yang dikembangkan
dan diterapkan di FKIK Unwar merujuk kepada KBK yang diterapkan di
FK Unud dengan tetap memperhatikan kharakteristik atau local genius
dari Universitas Warmadewa.Muatan inti kurikulum mengacu pada
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (KKI, 2006), sementara muatan
lokal sesuai dengan pola ilmiah pokok Unwar yaitu lingkungan.
b. Penilaian Hasil Belajar

21

Yang pasti, penilaian keberhasilan belajar diarahkan dengan tujuan


untuk mengetahui pencapaian kompetensi seperti yang tertera dalam
Standar Kompetensi Dokter.Pencapaian kompetensi ini dinilai dengan
PAP (Penilaian Acuan Patokan) (Criterion-referenced). Sementara itu,
kriteria kelulusan merupakan hasil pencapaian kompetensi ditambah
penilaian proses pendidikan (akademik dan nonakademik)
c. Mahasiswa
Kalau tujuannya adalah untuk menghasilkan lulusan dokter layanan
primer dan sarjana kesehatan yang berkualitas maka input, yaitu calon
mahasiswa haruslah juga berkualitas. Untuk keperluan itu maka dalam
penerimaan

mahasiswa

pada

tahun

ajaran

2009-2010

dikembangkanlah alat (instrument) evaluasi ujian masuk dengan


memasukkan prestasi calon mahasiswa selama di SMU sebagai salah
satu komponen, ditambah tes potensi akademik dan psikogram
sebagai komponen lainnya. Ke depan tampaknya kualitas input perlu
dijaga bahkan ditingkatkan dengan memainkan nilai passing grade.
Dengan 53 mahasiswa yang direkrut pada tahun ajaran 2009-2010,
dari sisi rasio dosen dan mahasiswa dan ketersediaan RS jejaring
pendidikan sesungguhnya sudah sangat memadai, namun masih perlu
ditingkatkan terutama dari sisi sarana dan prasarana. Selain itu
pengembanan unit bimbingan dan konseling, PA, dan organisasi
kemahasiswaan merupakan kebutuhan yang patut dipenuhi.
d. Staf Akademik dan Sumber Daya Manusia lainnya
Tangan kanan dalam proses pendidikan adalah dosen. Dosen harus
cukup, baik dalam jumlah maupun kualifikasi dan jenis keahliannya.
FKIK Unwar sekarang ini telah memiliki 9 orang dosen, 6 berstatus
sebagai dosen tetap yayasan, 1 orang dosen tetap Kopertis, dan 2
orang dosen yang diperbantukan oleh FK Unud. Dosen tetap Yayasan
adalah mantan mantan dosen senior FK Unud yang telah purna bakti
yang sisi keilmuannya pastilah tidak meragukan. Dengan 9 orang

22

dosen tetap berarti rasio dosen mahasiswa adalah 1:6 suatu rasio
yang secara sederhana tampaknya amat ideal. Tetapi jangan lupa,
rasio ideal saja tidaklah cukup, masih dibutuhkan besaran lain yakni
distribusi dan variabilitas keilmuan. Untuk diketahui bahwa di
kedokteran saja paling tidak ada 20 cabang ilmu yang harus diajarkan
pada mahasiswa, dan itu berarti harus ada 20 jenis dosen dengan
keahlian yang berbeda. Jika ini sudah terpenuhi, barulah ada jaminan
bahwa proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan normal.
Untuk

memenuhi

kebutuhan

ini

tidak

ada

jalan

lain

kecuali

meningkatkan jumlah pengangkatan tenaga pendidikan baik dosen


tetap maupun dosen tidak tetap atau dosen luar biasa. Dan hal ini
sesungguhnya tidak susah dilakukan oleh karena banyak orang yang
mau membantu, sekarang tinggal menunggu kesiapan Yayasan
sebagai owner Unwar untuk menindaklanjuti. Bahwa bidang ilmu dan
teknologi kependidikan khususnya pendidikan kedokteran seperti
halnya ilmu dan teknologi lainnya, berkembang begitu pesat.
Mengingat ilmu kependidikan adalah art sekaligus science maka untuk
menguasainya, belajar dan berlatih adalah keharusan. Kegiatan
seperti ini mestinya dilakoni oleh seluruh dosen, baik dosen muda
maupun dosen tua. Tenaga edukatif yang jumlahnya hanya 9 orang,
selain sebagai tenaga edukatif, mereka juga adalah tenaga yang
didudukkan dalam jabatan-jabatan struktural Sebagian besar dari
mereka ini kualifikasi keilmuannya adalah srata II (S2), dan mereka
sebagian besar juga adalah tenaga edukatif yang telah mendapatkan
pengalaman

berlatih

dalam

metodologi

pendidikan

kedokteran

(medical education methodology). Karena mereka ini adalah para


pensiunan yang umurnya sudah rata-rata di atas 65 tahun maka
merekapun perlu mendapatkan pelatihan kembali sebagai usaha untuk
merecharge kemampuan mereka dalam metodologi pengajaran. Untuk
menunjang pelaksanaan administrasi, FKIK Unwar mendapat 9 orang
tenaga administratif dengan kualifikasi sangat bervariasi. Berikut

23

adalah tabel yang berisikan jenis, kualifikasi, posisi, dan kharakteristik


lainnya dari SDM PSPD Unwar.
e. Sumber Daya Pendidikan
1) Fasilitas Fisik
Sarana fisik berupa gedung dimana perkantoran, proses belajar
mengajar, kerja laboratorium diselenggarakan keberadaannya juga
sangat penting.Kenyamanan, keamanan, dan keasrian suasana
lingkungan

sangat

besar

kontribusinya

terhadap

keberhasilan

belajar.Gedung yang sekarang diperuntukan bagi FKIK Unwar adalah


gedung lama yang dimanfaatkan oleh beberapa fakultas.Disamping
tata ruang yang kurang pas, keamanan dan kenyamanannya juga
sangat kurang. Di bangunan ini, FKIK Unwar mendapatkan beberapa
ruangan yang sifatnya fixed yang terdiri dari ruangan perkantoran
pimpinan, staf maupun administrasi. Ruangan fixed lainnya terdiri dari
ruangan laboratorium basah, laboratorium kering, perpustakaan, skill
lab serta 5 ruangan diskusi kelompok kecil. Sedang 1 ruangan kuliah
kapasitas 60 diberikan sebagai ruangan yang sifatnya tidak fixed
(dapat dimanfaatkan secara bersama di bawah koordinasi FKIK
Unwar).
(1) Perpustakaan
Kebutuhan esensial lainnya adalah perpustakaan. Tak salah
orang berkata bahwa perpustakaan adalah jantung institusi
pendidikan. Supaya tetap sehat setiap saat harus dirawat.
Sementara ini, beberapa buku standar

dan CD-Rom yang

berisikan soft copy beberapa textbook dan film pendidikan


kedokteran sudah tersedia di FKIK Unwar. Tetapi hal itu belumlah
cukup karena perkembangan ilmu dan teknologi kedoteran
demikian pesatnya, resikonya adalah bahwa edisi-edisi textbooks
yang laris di pasaran berubahnya juga sangat cepat. Jika ingin
menerapkan evidence based medicine secara konsekuen, berarti

24

harus berani secara konsisten melakukan updating terhadap


textbooks yang ada di perpustakaan, dan itu pasti mahal. Oleh
sebab itu perlu difikirkan kemungkinan pengembangan E-library
untuk menjawab persoalan itu. E-library yang ada sekarang terdiri
dari 15 unit computer,

mempergunakan teknologi intranet. Ke

depan perlu ditingkatkan band-with internet untuk melancarkan


pelayanan E-library.
(2) Laboratorium
Laboratorium dalam konteks belajar, lebih dimanfaatkan untuk
tujuan membantu

mahasiswa dalam memahami isi dari cabang

ilmu tertentu, sedikit ditujukan untuk memantapkan bidang


keterampilan laboratorium. Sementara itu, skill-lab adalah tempat
dimana keterampilan klinik dasar mahasiswa dipersiapkan dengan
matang sebelum mereka terjun ke fase pendidikan klinik, saat-saat
mereka berhadapan langsung dengan pasien yang sebenarnya.
Laboratorium-laboratorium

ini

sekarang

masih

dalam

fase

persiapan dan diperkirakan akan dapat dimanfaatkan secara


maksimal pada tahun 2010-2011.
2) Sumber Daya Pendidikan Klinik
Pada saat mahasiswa sampai pada fase pendidikan profesi, peran
RS pendidikan menjadi demikian pentingnya. Sekarang ini FKIK
Unwar telah menjalin kerjasama dengan beberapa RS Daerah seperti
RSUD Sanjiwani Gianyar sebagai RS pusat pendidikan dan RSUP
Sanglah, RSUD Wongaya, RSU Korpri, dan RSUD Tabanan sebagai
RS Jejaring

Pendidikan. RS-RS ini

akan

dimanfaatkan

oleh

mahasiswa terutama pada saat mereka melakukan Kepanitraan Klinik


Remaja maupun Madya.
Sebagai pusat pendidikan, RS-RS ini mesti mempunyai kualifikasi
sebagai RS Pendidikan yang dinyatakan dengan SK dari Depkes.
Kecuali RSUP Sanglah, semua RS pendidikan yang rencananya akan

25

dimanfaatkan oleh FKIK Unwar ternyata masih belum mempunyai


kualifikasi seperti itu. Oleh sebab itu, ke depan PSPD Warmadewa
mempunyai tanggung jawab moral maupun material untuk membantu
RS - RS tersebut dalam mencapai kualifikasi sebagai RS pendidikan.

3) Teknologi Informasi
Seperti

diketahui

SPICES

(Student

centre,

Problem-based,

Integrated, Community oriented, Elective, System-based) adalah


pendekatan pembelajaran dalam KBK. Dengan metoda ini diharapkan
kemandirian, kemampuan berfikir kritis dan daya kreasi mahasiswa
dapat berkembang dengan sempurna. Supaya prosesnya dapat
berjalan dengan baik maka dibutuhkan sumber belajar yang murah
dan mudah didapat. Buku teks sebagai salah satu sumber belajar
penting disamping cepat berubah, harganya juga tidak murah. Dunia
maya yang begitu kaya dengan sumber ilmu dan teknologi menjadi
alternatif lain bagi mahasiswa untuk mendapatkan sumber belajar.
Modal utama untuk menemukan sumber belajar seperti ini adalah
penguasaan salah satu instrument ICT yakni internet. ICT bukan
hanya internet, ICT juga dapat dikembangkan menjadi E-learning atau
bahkan E-education. Modal awal untuk menuju kearah ini antara lain
adalah tersedianya faslitas WIFI atau Hotspot dan Web Unwar. Ke
depan untuk dapat memanfaatkan ICT secara perlahan komponen
pendukung ICT perlu ditingkatkan.
4) Penelitian dan Abdimas
Disamping kualitas bidang pendidikan dan pengajaran, kualitas
bidang penelitian dan abdimas juga sangat penting terutama jika
dihubungkan dengan insitusional outlooks. Penelitian yang dilakukan
hendaknya

yang

bermanfaat

untuk meningkatkan

kemampuan

26

mengajar, suasana akademik, kualitas kurikulum serta memberi


dasar-dasar proses penelitian yang benar bagi mahasiswa dan
tentunya juga yang berguna untuk kepentingan stake-holders. Pada
umumnya motivasi meneliti di kalangan dosen dan mahasiswa
utamanya di Fakultas Kedokteran di Indonesia adalah rendah, hal ini
sedikit banyak terkait dengan keterbatasan waktu, materialreward bagi
peneliti kurang, keterbatasan dana, dan kompetensi dalam bidang
penelitian yang terbatas. Ke depan pelatihan-pelatihan penelitian dan
usaha pencaharian sumber dana penelitian akan terus digalakkan.
f. Evaluasi Program Pendidikan
Akan

dilaksanakan

evaluasi

kurikulum,

terutama

dalam

hal

pelaksanaan, kualitas staf akademik, PBM, kemajuan mahasiswa dan


fasilitas pendukung paling tidak 1 kali dalam setahun.Diharapkan hal ini
dapat dilakukan secara berkualitas dan konsisten oleh badan

yang

relevan. Hasil evaluasi harus dapat dianalisis secara cermat sehingga


dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi pimpinan, staf akademik,
mahasiswa dan staf pendukung lainnya terutama untuk perencanaan,
pengembangan, dan perbaikan kurikulum serta program pendidikan
secara keseluruhan.
Dengan telah dimilikinya psikogram masing-masing mahasiswa maka
pemantauan kamajuan mahasiswa lewat sistem yang dikemas dengan
baik dapat dilakukan dengan lebih mudah, dan hasilnya dapat digunakan
sebagai umpan balik kepada panitia seleksi ujian masuk, perencanaan
kurikulum dan biro konseling.Selain itu paling tidak setiap 5 tahun institusi
harus melibatkan stake-holders untuk melakukan evaluasi terhadap
program pendidikan secara menyeluruh.
g. Penyelenggaraan Program dan Adminstrasi Pendidikan
Sebagai satu lembaga pendidikan kedokteran dan kesehatan yang
baru berdiri, FKIK Unwar dikelola oleh satu Tim yang diorganisasikan

27

dalam 1 struktur organisasi sederhana disesuaikan dengan kemampuan


dan kebutuhan.Unsur pimpinan terdiri dari Dekan dan 3 orang Wakil
Dekan (Wadek). Di bawahnya terdapat unsure pelaksana akademik yaitu
MEU yang disebut UP#KIK, Bagian, dan UP2M, unsure pelaksana
administrasi yaitu TU, dan unsure penunjang seperti Laboratorium
Biomedis, Laboratorium Keterampilan Klinis, AVA&ICT, dan Perpustakaan.
Dalam pengembangan, FKIK Unwar menerapkan sistem manajemen
yang pada intinya sangat mengedepankan kecepatan, ketepatan,
profesionalisme, keterbukaan, dan akuntabilitas. Untuk itu pengembangan
mestinya berbasis Renstra, Renop, Renja, dan Lakip. Berikut adalah
gambar struktur organisasi FKIK Unwar.
Sementaraitu, dana yang dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan
pendidikan

sebagian besar berasal dari dana yang dihimpun atau

bersumber dari masyarakat, berupa pungutan kepada mahasiswa (SPP,


Registrasi,

SDOP,

SDP

maupun

pungutan

insidental

lainnya).

Pengelolaannya diatur melalui mekanisme DIK dan DIP setiap tahunnya.


Supaya azasnya transparan dan akuntabel pengelolaan dana di tingkat
fakultas maupun program studi mestinya diusahakan berbasis kinerja
sehingga pengembangan RENJA dan LAKIP (Rencana Kerja Tahunan
dan Laporan Akuntabiltas Kinerja Institusi Pendidikan) merupakan
keharusan. Untuk pengembangan, dibutuhkan dana yang luar biasa
besarnya. Oleh sebab itu dana yang digali dari masyarakat jelas tidak
mencukupi, sehingga penggalian dana dari sektor lainnya hendaknya
terus ditingkatkan.
h. Pembaharuan Berkesinambungan
Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan, maka secara berkala
akan dilakukan peninjauan ulang terhadap struktur dan fungsi institusi.
Dalam hal ini, senat fakultas yang belum terbentuk sampai detik ini
bersama-sama pimpinan akan memegang peran penting dalam proses

28

perjalanan organisasi. Pimpinan bersama senat ke depan juga harus


mengembangkan rencana stratejik jangka menengah dan jangka panjang.
2. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan setiap kegiatan didalamnya, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa terdiri dari:

Unsur Pimpinan.
Unsur Pelaksana Akademik.
Unsur Penunjang Akademik.
Unsur Administrasi.

Dari masing-masing unsur organisasi yang ada maka dapat dijabarkan


sebagai berikut :
1) Unsur Pimpinan
Unsur Pimpinan terdiri dari:
a) Dekan
b) Deputi Dekan Bidang Akademik, disebut Deputi Dekan I
c) Deputi Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan,
disebut Deputi Dekan II
d) Deputi Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, disebut
Deputi Dekan III
2) Unsur Pelaksana Akademik
Unsur Pelaksana Akademik tediri dari :
a) Unit Pengembangan dan Pelaksana Pendidikan Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (UP3KIK)
b) Bagian
c) Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (UP2M)
d) Unit Keterampilan Klinik
3) Unsur Penunjang Akademik
Unsur Penunjang Akademik disebut Unit Penunjang meliputi:
a) Laboratorium Biomedik
b) Perpustakaan
c) Teknologi Informasi dan Audio Visual Aids
4) Unsur Administrasi
Unsur Administrasi terdiri dari
a) Bagian Tata Usaha

29

Struktur Organisasinya tergambar sebagai bagan berikut :

DEKAN

SENAT

DEPUTI DEKAN I, II, III

UNIT PENJAMINAN MUTU

TATA USAHA

SUB BAGIAN Akademik


SUB
dan
BAGIAN
Kemahasiswaan
Keuangan
SUB
dan
BAGIAN
Kepegawaian
Umum dan Perlengkapan

UNIT PENUNJANG :
- Perpustakaan
- IT-AVA
- Lab Biomedik

UP3KIK

BAGIAN
KLINIK

UNIT
BAGIAN
PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIT SKILL LAB
BIOMEDIK

BLOK
Gambar 5. Struktur organisasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

30

3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI


a. Dekan
1) Dekan adalah pimpinan Fakultas yang bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Fakultas.
2) Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor dengan
persetujuan Yayasan setelah mendapat pertimbangan Senat
Fakultas.
3) Masa jabatan Dekan adalah empat (4) tahun dan dapat
dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh menjabat lebih
dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
4) Dekan mempunyai tugas memimpin:
Penyelenggaraan

pendidikan,

penelitian,

dan

pengabdian pada masyarakat.


Pembinaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Penyelenggaraan manajemen.
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Rektor.
5) Untuk melaksanakan tugas tersebut pada ayat (2) Dekan
mempunyai fungsi:
Melakukan koordinasi dalam proses pendidikan.
Melakukan koordinasi dalam proses penelitian.
Melakukan koordinasi dalam proses pengabdian pada
masyarakat.
Melakukan koordinasi dalam pengembangan tenaga
pendidik.
Melakukan koordinasi dalam pengembangan tenaga
kependidikan.
Melakukan
koordinasi

dalam

penyelenggaraan

manajemen.
Melakukan koordinasi dengan lembaga dan unit di
tingkat Universitas.
Melakukan koordinasi

dengan

fakultas

lain

di

lingkungan Universitas dan atau kerjasama dengan


instansi di luar Universitas.

31

6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Dekan bertanggung


jawab kepada Rektor.
b. Deputi Dekan
1) Deputi Dekan adalah unsur pimpinan yang mempunyai tugas
membantu Dekan dalam memimpin penyelenggaraan kegiatan
Fakultas.
2) Deputi Dekan diangkat dan diberhentikan oleh Rektor dengan
persetujuan Yayasan atas usul Dekan setelah mendapat
pertimbangan Senat Fakultas.
3) Masa jabatan Deputi Dekan adalah empat (4) tahun dan dapat
dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh menjabat lebih
dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
4) Deputi Dekan mempunyai tugas sebagai berikut:
o Deputi Dekan I mempunyai tugas membantu Dekan dalam
memimpin pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi.
o Deputi Dekan II mempunyai tugas membantu Dekan
dalam memimpin pelaksanaan kegiatan administrasi
umum dan keuangan.
o Deputi Dekan III mempunyai tugas membantu Dekan
dalam memimpin pelaksanaan kegiatan dalam bidang
pendidikan ko-kurikuler, kemahasiswaan dan pengabdian
pada masyarakat.
o Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Dekan
bertanggung jawab kepada Dekan.
5) Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam ayat (2), Deputi
Dekan mempunyai fungsi sebagai berikut:
Deputi Dekan I melaksanakan koordinasi dalam kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi:
Perencanaan,

pelaksanaan

dan

pengembangan

pendidikan dan pengajaran dengan memanfaatkan tugas


dan fungsi UP3KIK.

32

Perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan penelitian


dan pengabdian pada masyarakat.
Pembinaan dan pengembangan kompetensi

tenaga

pendidik dan peneliti.


Pengelolaan data dan informasi dalam bidang pendidikan,
pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Pembinaan suasana akademik dan budaya ilmiah secara
berkelanjutan.
Persiapan pembentukan program studi baru.
Tugas-tugas lain yang diberikan Dekan
Deputi Dekan II melaksanakan koordinasi dalam kegiatan
administrasi umum dan keuangan meliputi:

Keuangan
Kepegawaian
Sarana-prasarana
Kerumahtanggaan & ketertiban
Kesekretariatan
Pengelolaan data dan informasi
Tugas-tugas lain yang diberikan Dekan

Deputi

Dekan

III

melaksanakan

koordinasi

kegiatan

kemahasiswaan dan alumni yang meliputi:


Pengembangan daya nalar dan sikap profesionalisme
mahasiswa
Penyelenggaraan dan pembinaan kegiatan mahasiswa
dalam berorganisasi dan pengembangan bakat dan minat
serta

membangun

sikap

yang

menjunjung

tinggi

tatakrama dan etika


Bimbingan dan penyuluhan kepada mahasiswa untuk
mendukung keberhasilan pendidikannya
Pelaksanaan kegiatan dalam bidang kesejahteraan dan
pengabdian pada masyarakat
Penyelenggaraan suasana dan lingkungan kampus yang
aman dan kondusif

33

Pelaksanaan

koordinasi

dengan

fakultas

lain

di

lingkungan Universitas dan atau kerjasama dengan


instansi lain dalam bidang pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat
Pengelolaan data dan informasi terkait bidang pendidikan
ko-kurikuler dan alumni.
Tugas-tugas lain yang diberikan Dekan
6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Deputi Dekan
bertanggung jawab kepada Dekan.
c. Senat
1) Senat adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di
Fakultas

yang

memiliki

kewenangan

dalam

menjabarkan

kebijakan dan peraturan yang relevan untuk dilaksanakan di


Fakultas.
2) Ketua Senat adalah Dekan yang didampingi oleh seorang
Sekretaris yang dipilih dari anggota.
3) Anggota Senat terdiri dari:
a) Guru Besar
b) Pimpinan Fakultas
c) Wakil dosen yang jumlahnya ditentukan secara proporsional
dari jumlah dosen dan dipilih oleh dosen dalam rapat yang
dilaksanakan khusus untuk itu.
4) Masa jabatan anggota Senat dari wakil dosen adalah empat (4)
tahun dan dapat dipilih kembali.
5) Untuk melaksanakan tugasnya,

Senat

dapat

membentuk

beberapa komisi yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan


dan perkembangan Fakultas.
Senat mempunyai tugas:
1) Merumuskan arah kebijakan Fakultas di bidang akademik
2) Merumuskan arah kebijakan penilaian prestasi akademik,
kecakapan

serta

integritas

staf

pengajar

dalam

upaya

meningkatkan karier akademik serta jenjang kepegawaian


3) Merumuskan norma, etika, dan tolok ukur penyelenggaraan
fungsi Fakultas

34

4) Menilai

pertanggungjawaban

atas

pelaksanaan

kebijakan

akademik dan non-akademik yang telah dilaksanakan oleh


Dekan
5) Memberikan pertimbangan atas kelayakan dosen yang diusulkan
memangku jabatan fungsional akademik lebih tinggi
6) Mengusulkan pemberian doktor kehormatan bagi seseorang
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan atau
ketentuan yang berlaku di Universitas
7) Memberikan pertimbangan dan persetujuan

atas

rencana

anggaran pendapatan dan belanja Fakultas yang diajukan oleh


Dekan
8) Memberi pertimbangan dan memilih dosen yang mencalonkan
diri sebagai Dekan
9) Memberi pertimbangan

atas

dicalonkannya

dosen

untuk

menjabat sebagai Deputi Dekan


d. Rumah Sakit Pendidikan
1)

Rumah Sakit Pendidikan dan Fakultas melakukan kerjasama


dalam

penyelenggaraan

Tridharma

Perguruan

Tinggi

berdasarkan nota kesepahaman antara Pemerintah Daerah


dengan Universitas.
2)

Rumah Sakit Pendidikan terdiri dari Rumah Sakit Pendidikan


Utama dan Rumah Sakit Pendidikan Jejaring yang ditetapkan
berdasarkan kerjasama operasional antara Rumah Sakit dengan
Fakultas.

3)

Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah Rumah Sakit Umum


Daerah Sanjiwani Gianyar dan Rumah Sakit lainnya sebagai
Rumah Sakit Pendidikan Jejaring.

4)

Rumah Sakit Pendidikan mempunyai tugas pokok membantu


Fakultas dalam melaksanakan pendidikan mahasiswa dalam
bidang klinik.

35

5)

Berdasarkan kesepakatan seperti ayat (2), Rumah Sakit


Pendidikan berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan
klinik sesuai dengan kerjasama operasional yang ada.

e. Dinas Kesehatan
1)

Dinas

Kesehatan

Propinsi

dan

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota bekerjasama dalam penyelenggaraan Tridharma


Perguruan Tinggi sesuai dengan nota kesepahaman antara
Pemerintah Daerah dengan Universitas.
2)

Berdasarkan nota kesepahaman seperti ayat (1), Dinas


Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membantu Fakultas menyelenggarakan Tridharma Perguruan
Tinggi

berdasarkan

kerjasama

operasional

antara

Dinas

Kesehatan dengan Fakultas.


3)

Berdasarkan kerjasama operasional seperti ayat (2),


Dinas

Kesehatan

membantu

kedokteran komunitas.

penyelenggaraan

pendidikan

36

f. Unit Pengembangan dan Pelaksana Pendidikan Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan
1) Unit Pengembangan dan Pelaksana Pendidikan Kedokteran
dan

Ilmu

Kesehatan

(UP3KIK)

adalah

unsur

pelaksana

akademik dalam pengembangan dan penyelenggaraan proses


pendidikan serta evaluasi pelaksanaan pendidikan.
2) UP3KIK dipimpin oleh seorang Kepala yang

memiliki

kemampuan dalam bidang pendidikan kedokteran dan ilmu


kesehatan, serta dalam manajemen, dan dibantu oleh seorang
Sekretaris.
3) Kepala UP3KIK diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas
persetujuan Yayasan berdasarkan usulan Dekan.
4) UP3KIK bertugas merancang dan mengembangkan:
kurikulum, (2) proses pembelajaran,

(1)

(3) evaluasi hasil

pelaksanaan proses pembelajaran, (4) sumber daya manusia di


bidang pendidikan, dan (5) sosialisasi proses pembelajaran.
5) UP3KIK mempunyai fungsi melaksanakan koordinasi dalam: (1)
pengembangan

kurikulum,

(2)

pengelolaan

proses

pembelajaran, (3) pengelolaan monitoring dan evaluasi proses


pembelajaran,

(4)

pengembangan

sumber

daya

manusia

khususnya diper bidang pendidikan kedokteran dan ilmu


kesehatan, dan (5) sosialisasi proses pembelajaran kepada staf
pada unsur atau unit terkaitdi Fakultas.
6) Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang tercantum pada
ayat (4) dan (5), UP3KIK dilengkapi dengan seksi-seksi yaitu:
(1) Pengembangan Kurikulum, (2) Pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM), dan (3) Monitoring dan Evaluasi.
7) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala UP3KIK
bertanggung jawab kepada Dekan.

g. Bagian Lainnya

37

1) Bagian

adalah

unsur

pelaksana

akademik

dalam

pengembangan ilmu-ilmu biomedik dan ilmu-ilmu klinik serta


ilmu kesehatan lainnya.
2) Bagian terdiri dari Bagian Biomedik dan Bagian Klinik.
3) Bagian dipimpin oleh seorang Ketua yang keahlian dan
kemampuannya

memenuhi

persyaratan

sesuai

dengan

kelompok bidang ilmu.


4) Ketua Bagian Biomedik diangkat dan diberhentikan oleh Rektor,
atas usulan Dekan dengan persetujuan Yayasan dengan masa
jabatan selama 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali, tidak
lebih dari 2 (dua) kali berturut-turut.
5) Ketua Bagian Klinik diangkat dan diberhentikan berdasarkan
mekanisme dan ketentuan khusus.
6) Bagian mempunyai tugas untuk: (1) melaksanakan pendidikan,
(2)

mengembangkan

keilmuan,

baik

ilmu

yang

menjadi

spesialisasinya maupun yang terkait dengan pendidikan (3)


melaksanakan penelitian, (4) melaksanakan pengabdian pada
masyarakat, (5) pengembangan staf akademik dan nonakademik di Bagian terkait, dan (6) merancang kerjasama di
tingkat daerah, nasional, regional, dan internasional dalam
bidang Tridharma

Perguruan Tinggi,

dengan

persetujuan

Dekan.
7) Bagian mempunyai fungsi: (1) melaksanakan proses pendidikan
sesuai dengan bidang keilmuannya, (2) melaksanakan kegiatan
penelitian dan pengembangan ilmu, (3) melaksanakan kegiatan
pengabdian

pada

masyarakat,

(4)

melaksanakan

pengembangan staf sesuai dengan perkembangan institusi,


ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan ilmu kesehatan
lain yang ditekuni, (5) melaksanakan pembinaan staf akademik
untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional, (6) berperan
aktif dalam menciptakan suasana akademik yang kondusif, (7)

38

berperan aktif dalam mengembangkan sarana dan strategi


pembelajaran, dan (8) melaksanakan fungsi lain dalam kegiatan
Tridharma Perguruan Tinggi

yang diberikan oleh Pimpinan

Fakultas atau Pimpinan Universitas.


8) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Ketua Bagian
bertanggung jawab kepada Dekan.
h. Blok
1) Blok adalah unsur pelaksana akademik dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran kedokteran atau ilmu kesehatan lainnya.
2) Blok dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh seorang
Sekretaris,

yang keahlian dan kemampuannya memenuhi

persyaratan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kelompok


(cluster) ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau cluster
yang relevan dengan kompetensi dokter layanan kesehatan
primer dan ilmu kesehatan lainnya.
3) Ketua dan Sekretaris Blok diangkat dan diberhentikan oleh Dekan
atas usulan Ketua UP3KIK.
4) Blok mempunyai tugas untuk: (1) merancang kurikulum Blok, (2)
merancang proses pembelajaran, (3) menyusun buku panduan
belajar (study guide) sebagai acuan proses pembelajaran, (4)
menyelenggarakan proses pembelajaran, (5) melakukan evaluasi
hasil proses pembelajaran, (6) menyelenggarakan remedial bagi
mahasiswa yang membutuhkan, (7) melakukan review terhadap
proses pelaksanaan Blok berdasar atas hasil monitoring dan
evaluasi.
5) Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan ayat (5), Blok
mengadakan koordinasi dengan UP3KIK dan unsur atau unit
terkait
6) Dalam melaksanakan tugasnya Ketua Blok bertanggung jawab
kepada Dekan.

i. Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat

39

1) Unit Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (UP2M)


adalah unsur pelaksana akademik dalam penyelenggaraan
penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
2) UP2M

dipimpin

oleh

seorang

Ketua

yang

keahlian

dan

kemampuannya memenuhi persyaratan dalam bidang penelitian


dan pengabdian pada masyarakat.
3) Ketua UP2M diangkat dan diberhentikan oleh Dekan atas
pertimbangan Senat.
4) Masa kerja Ketua UP2M ditetapkan selama 4 (empat) tahun dan
dapat dipilih kembali

dengan ketentuan tidak boleh menjabat

lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.


5) UP2M

mempunyai

pelaksanaan,

tugas

melakukan

merancang,
evaluasi

mengkoordinasikan

penyelenggaraan,

dan

mengembangkan kegiatan penelitian dan pengabdian pada


masyarakat.
6) Untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan ayat (5), UP2M
memiliki fungsi:
a) Membuat rancangan kegiatan penelitian dan pengabdian
pada masyarakat
b) Melakukan koordinasi

penyelenggaraan

penelitian

dan

pengabdian pada masyarakat, termasuk yang terkait dengan


etika penelitian
c) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
d) Melakukan pelaporan hasil kegiatan
e) Menerbitkan jurnal dalam bidang penelitian dan pengabdian
pada masyarakat apabila tenaga dan dana memungkinkan
f) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan intra Universitas
dan pada masyarakat umum
7) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Ketua UP2M
bertanggung jawab kepada Dekan.
j. Unit Keterampilan Klinik
1) Unit Keterampilan Klinik (UKK) adalah unsur pelaksana akademik
dalam penyelenggaraan pembelajaran keterampilan klinik

40

2) Unit Keterampilan Klinik dipimpin oleh seorang Ketua yang keahlian


dan

kemampuannya

memenuhi

persyaratan

dalam

bidang

pembelajaran keterampilan klinik.


3) Ketua Unit Keterampilan Klinik diangkat dan diberhentikan oleh
Rektor atas usulan Dekan dengan persetujuan Yayasan.
4) Unit
Keterampilan
Klinik
mempunyai
tugas
merancang,
mengkoordinasikan proses pembelajaran, melakukan evaluasi
keberhasilan belajar, dan mengembangkan metode, strategi dan
situasi pembelajaran yang sesuai untuk bidang keterampilan klinik
kedokteran dan ilmu kesehatan lainnya.
5) Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan

ayat

(3),

Unit

Keterampilan Klinik mempunyai fungsi:


a) Membuat rancangan kurikulum pendidikan keterampilan klinik
b) Membuat perencanaan pengadaan sarana pembelajaran yang
sesuai
c) Menyelenggarakan pembelajaran
d) Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pembelajaran
e) Menyelenggarakan remedial bagi mahasiswa yang belum
mencapai kompetensi yang diharapkan.
f) Melakukan koordinasi dengan Rumah Sakit Pendidikan
6) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Ketua

UKK

bertanggung jawab kepada Dekan.


k. Program Studi Pendidikan Dokter
1) Program Studi Pendidikan Dokter mempunyai tugas pokok
sebagai pelaksana program akademik dalam pendidikan ilmu
kedokteran dan profesi kedokteran
2) Program Studi Pendidikan Dokter melaksanakan pendidikan
kedokteran dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yang
merujuk kepada Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
(KKI, 2006 ; DIKTI, 2008).
3) Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, sebagaimana ayat 1
di atas, Program Studi Pendidikan Dokter mempunyai fungsi:
a) Melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.

41

b) Melaksanakan pembinaan tenaga pendidik dan tenaga


kependidikan.
c) Melaksanakan

pengembangan

dan

pembinaan

manajemen.
d) Melaksanakan tugas lain yang relevan dengan pendidikan
atas petunjuk Dekan.
4) Program Studi Pendidikan Dokter dipimpin oleh seorang Ketua
dan dibantu oleh seorang Sekretaris.
5) Masa kerja Ketua dan Sekretaris ditetapkan selama 4 (empat)
tahun dan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh
menjabat lebih dari dua kali masa jabatan berturut-turut.
6) Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter bertanggung jawab kepada Dekan.
l. Laboratorium Biomedik
1) Laboratorium Biomedik adalah

unit

penunjang

pelaksana

akademik dalam penyelenggaraan proses pembelajaran untuk


meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam bidang ilmu
biomedik dan keterampilan klinik.
2) Laboratorium Biomedik dipimpin oleh seorang Kepala yang
diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usulan Dekan
dengan persetujuan Yayasan
3) Laboratorium Biomedik mempunyai tugas mengelola praktikum
ilmu biomedik
4) Untuk menyelenggarakan tugasnya sesuai dengan ayat (3),
Laboratorium Biomedik mempunyai fungsi:
a) Mempersiapkan sarana untuk penyelenggaraan praktikum
b) Menyelenggarakan praktikum di bidang ilmu-ilmu biomedik
tertentu.
c) Melakukan evaluasi penyelenggaraan praktikum.
d) Melakukan koordinasi dengan unsur atau unit yang
relevan.
5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Ketua Laboratorium
bertanggung jawab kepada Dekan.

42

m. Perpustakaan
1) Perpustakaan adalah unit penunjang pelaksanaan pendidikan
dalam penelusuran bahan pustaka.
2) Perpustakaan dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan
diberhentikan oleh Dekan atas pertimbangan Senat.
3) Perpustakaan memiliki tugas mengelola bahan pustaka, sarana
bantu pembelajaran, dan lingkungan belajar yang kondusif.
4) Untuk menyelengaraan tugas sesuai dengan ayat

(3)

Perpustakaan mempunyai fungsi :


a) Menyiapkan sarana perpustakaan
b) Memberikan pelayanan perpustakaan
c) Menyiapkan dan mengembangkan bahan pustaka tercetak
dan bahan pustaka elektronik
d) Menciptakan suasana belajar yang kondusif.
e) Melakukan evaluasi dan pengembangan tugas
f) Mengembangkan manajemen perpustakaan.
5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Perpustakaan
bertanggung jawab kepada Dekan.
n. Unit Teknologi Informasi Komunikasi dan Audio-Visual Aids
(TIK & AVA)
1) Unit Teknologi Informasi Komunikasi dan Audio Visual Aids (TIK
& AVA) adalah unit penunjang pelaksanaan pendidikan dan
penelusuran bahan pustaka.
2) Unit TIK & AVA dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat dan
diberhentikan oleh Dekan atas pertimbangan Senat.
3) Unit TIK & AVA memiliki tugas: mengelola TIK dan AVA mencakup
sarana

dan

pembelajaran

sistem
dan

lainnya

menciptakan

untuk

kelancaran

lingkungan

belajar

proses
yang

kondusif.
4) Untuk menyelengaraan tugas sesuai dengan ayat (3) Unit TIK &
AVA mempunyai fungsi:
a) Menyiapkan sarana komputer, internet, dan AVA untuk
mendukung proses pembelajaran dan kegiatan akademik
lainnya serta kegiatan administrasi.

43

b) Memberikan pelayanan perpustakaan elektronik bagi


civitas akademika
c) Menyiapkan dan

mengembangkan

bahan

pustaka

elektronik (online)
d) Menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan tetap
mempertahankan ketersediaan dan kelancaran fungsi TIK
& AVA di Fakultas.
e) Memberikan bantuan teknis bagi civitas academika terkait
dengan masalah TIK & AVA untuk kelancaran kegiatan
akademik dan non-akademik di Fakultas.
5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Unit TIK &
AVA bertanggung jawab kepada Dekan.
o. Tata Usaha
1) Bagian

Tata

administrasi

Usaha
dalam

adalah

unsur

penyelenggaraan

penunjang

di

bidang

ketatausahaan

dan

kerumahtanggaan.
2) Bagian Tata Usaha meliputi:
a) Sub Bagian Umum dan Keuangan.
b) Sub Bagian Akademik dan Kemahasiswaan.
3) Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala, yang
diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usulan Dekan
dengan persetujuan Yayasan dandalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh Kepala Sub-Bagian.
4) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas mengelola

administrasi

umum dan keuangan, akademik dan kemahasiswaan


5) Untuk melaksanakan tugas sesuai dengan ayat (4), Bagian Tata
Usaha mempunyai fungsi:
a) Mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan
b) Mengawasi penyelenggaraan ketatausahaan.
c) Mengkoordinasikan
penyelenggaraan
administrasi
pendidikan dan kemahasiswaan.
d) Mengkoordinasikan
penyelenggaraan
penelitian

administrasi

44

e) Mengkoordinasikan

penyelenggaraan

administrasi

pengabdian pada masyarakat


f) Mengkoordinasikan penyelenggaraan administrasi umum
dan keuangan.
g) Mengkoordinasikan

penyelenggaraan

hubungan

masyarakat.
h) Menciptakan suasana kerja yang kondusif.
i) Melakukan koordinasi dengan unit-unit internal PSPD dan
internal Unwar.
6) Sub-Bagian Akademik

dan

Kemahasiswaan

dipimpin

oleh

seorang Kepala Sub-Bagian yang dalam melaksanakan tugas


bertanggung jawab kepada Kepala Tata Usaha.
7) Sub-Bagian Akademik dan Kemahasiswaan mempunyai tugas
membantu Kepala Tata Usaha dalam mengelola administrasi
akademik dan kemahasiswaan
8) Untuk melaksanakan tugas

sesuai

ayat

(7)

Sub-Bagian

Akademik dan Kemahasiswaan mempunyai fungsi:


a) Menyelenggarakan administrasi proses pembelajaran
b) Melaksanakan administrasi kegiatan penelitian
c) Melaksanakan administrasi pengabdian pada masyarakat.
d) Melaksanakan administrasi kegiatan kemahasiswaan.
e) Melaksanakan administrasi pelaksanaan kerjasama
pendidikan dan penelitian di lingkungan Universitas.
f) Mengolah data dalam bidang administrasi akademik dan
kemahasiswaan
g) Menyusun
laporan

kegiatan

akademik

dan

kemahasiswaan
9) Sub-Bagian Administrasi Umum dan Keuangan dipimpin oleh
seorang Kepala Sub-Bagian, dan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kepala Tata Usaha.
10)Sub-Bagian Administrasi Umum dan Keuangan memiliki tugas
membantu Kepala Bagian Tata Usaha menunjang administrasi
umum dan keuangan
11) Untuk melaksanakan tugas tersebut pada ayat (9) Sub Bagian
Administrasi Umum dan Keuangan memiliki fungsi:
a) Menyelenggarakan kesekretariatan
b) Menyelenggarakan administrasi kepegawaian.
c) Menyelenggarakan perlengkapan.

45

d) Menyelenggarakan kerumahtanggaan dan memelihara


ketertiban/keamanan
e) Menyelenggarakan administrasi keuangan
f) Mengolah data administrasi umum dan keuangan.
12)Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kepala Tata Usaha
bertanggung jawab kepada Dekan.
p. Unit Penjaminan Mutu
1) Unit Penjaminan Mutu Fakultas adalah unsurpelaksana yang
bertugas melaksanakan program penjaminan mutu di Fakultas,
yang diselaraskan dengan program penjaminan mutu
Universitas.
2) Unit Penjaminan Mutu Fakultas dipimpin oleh seorang Kepala
yang diangkat dan diberhentikan oleh Rektor atas usulan Dekan
dengan persetujuan Yayasan.
3) Unit Penjaminan Mutu Fakultas terdiri dari dua divisi:
a) Divisi Pengkajian dan Pengembangan
b) Divisi Monitoring dan Evaluasi
4) Unit Penjaminan Mutu Fakultas mempunyai tugas mengelola
penjaminan mutu di Fakultas
5) Unit Penjaminan Mutu Fakultas mempunyai fungsi:
a) Menyelenggarakan pelatihan, konsultasi, pendampingan
dan koordinasi di bidang penjaminan mutu di Fakultas,
b) Menyelenggarakan sistem informasi penjaminan mutu
akademik,
6) Menyelenggarakan sistem penjaminan mutu akademik sesuai
dengan kondisi
Fakultas,
a) Menyelenggarakan audit mutu akademik internal
b) Menyusun standar penjaminan mutu internal
c) Membantu meningkatkan akreditasi Fakultas
d) Menyusun laporan dan menyampaikan umpan balik dari
pemangku kepentingan (stakeholder) kepada Program
Studi dan Fakultas
7) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Unit Penjaminan
Mutu Fakultas wajib melakukan koordinasi dengan Lembaga
Penjaminan Mutu Universitas.

46

8) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Unit


Penjaminan Mutu bertanggung jawab kepada Dekan.

47

4. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


1) Visi
Menjadi lembaga pendidikan kedokteran
berkualitas

dan

kompetitif

di

tingkat

dan kesehatan

nasional

serta

yang

mampu

menghasilkan dokterdan sarjana kesehatan yang kompeten dan


profesional dalam layanan kesehatan primer, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan serta peduli terhadap lingkungan.
2) Misi
a. Mengembangkan pendidikan kedokteran dan kesehatan yang
berorientasi pada peningkatan relevansi, atmosfer akademik,
manajemen

internal,

efisiensi,

dan

keberlanjutan

dengan

memperhatikan peran lingkungan untuk menghasilkan lulusan


yang kompetitif dan profesional; (2)
b. Mengembangkan iklim dan kultur meneliti pada civitas akademika
untuk menghasilkan penelitian yang gayut dengan kebutuhan
stake-holders dan sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran dan kesehatan
c.

Melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang


berbasis pada hasil penelitian dan partisipasi masyarakat agar
hasilnya dapat bermanfaat bagi pembangunan kesehatan

3) Tujuan
a. Menghasilkan dokter layanan kesehatan primer dan sarjana
kesehatan

yang

lingkungan

dalam

berkualitas,

kompeten,

melaksanakan

profesi

profesional,
serta

sadar

kompetitif

dalambursa kerja nasional;


b. Menjadi

institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan yang

menerapkan sistem manajemen, tatakelola, dan penjaminan mutu


yang berkualitas
4) Sasaran
a. Terwujudnya KBK dengan implementasi yang berkualitas
b. Tercapainya status institusi yang terakreditasi

48

c. Lahirnya karya-karya penelitian yang ramah lingkungan serta


bermanfaat untuk kepentingan masyarakat dan terpublikasikan
dalam jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi baik level nasional maupun
internasional
d. Lahirnya karya abdi masyarakat di bidang kesehatan preventif,
kuratif, rehabilitatif dan promotif yang bermanfaat bagi masyarakat
e. Tersedianya SDM, sarana dan prasarana pendidikan, serta
lingkungan

kampus

mendukung

yang

atmosfer

memadai

akademik

dan
yang

berkualitas
kondusif

guna
dalam

penyelenggaraan pendidikan
f. Terwujudnya jejaring kerjasama baik lokal, nasional maupun
internasional

atas

dasar

kebersamaan,

kesetaraan,

kebermanfaatan untuk kemajuan institusi


g. Optimalnya peran organisasi dan manajemen pendidikan sehingga
tatakelola institusi menjadi professional, transparan dan akuntabe
h. Terwujudnya

pengelolaan

institusi

berbasis

IT

sehingga

aksesibilitas institusi makin mudah serta terjamin sisi efisiensi dan


efektivitas pelaksanaan pendidikan
i. Terselenggaranya penjaminan mutu yang efektif dan efisien.
5. Program Kerja Tahun 2010 2014
Tabel2. Program kerja tahun 2010-2014

Tujuan
1. Menghasilkan
dokter layanan
kesehatan
primer dan
sarjana
kesehatan
yang

A. Peningkatan Mutu Relevansi dan Daya Saing


Sasaran
Cara mencapai tujuan &
sasaran
Uraian
Indikator
Kebijakan
Program
1.1 Terwujudnya 75% dokter
MEU
1.1.1.
KBK dengan
dibentuk
Memantapkan
muda lulus
implementasi
Task-force
KBK baik dari
dengan IPK
yang
review
sisi konten
>=3,5
berkualitas
kurikulum
maupun
3 modul special
dibentuk.
pelaksanaann
topic
ya agar

49

berkualitas,
kompeten,
profesional,
sadar
lingkungan
dalam
melaksanakan
profesi serta
kompetitif
dalambursa
kerja nasional;

4 modul
elective study
30 modul blok
11 buku
Pedoman
Kepanitraan
Klinik
Persentase
rerata soal
MCQ di
semester II
berbentuk
vignette 35%
80% rerata
kelulusan ujian
blok untuk first
taker di
semester II
75% dokter
muda lulus
tepat waktu
80%
mahasiswa
berkunjung ke
perpustakaan
setiap bulannya
75% rerata
mahasiswa
yang
mengakses ELibrary/ bulan
4 kali rerata
bimbingan oleh
dosen PA/
semester
1.2.Terwujudnya
jejaring
kerjasama
baik lokal,
regional
maupun
internasional
atas dasar
kebersamaa

Setiap tahun
bertambah 1
dokumen kerja
sama dengan
instansi terkait
Setiap tahun
ada >= 2 staf

sesuai
dengan
standar
kompetensi
doketr
Indonesia
(SKDI) dan
memiliki
warna lokal
yang selaras
dengan
karakterstik
Universitas
Warmadewa

Fakultas
memfasilitasi
pengembang
an
networking
yang
dirancang
oleh Bagian

1.2.1Memban
gun jejaring
kerjasama
baik lokal,
regional
maupun
internasional
atas dasar

50

n,
kesetaraan,
kebermanfaa
tan untuk
kemajuan
institusi

yang
memanfaatkan
jejaring untuk
meningkatkan
kualifikasi baik
di bidang ilmu
maupun bidang
pendidikan
80% alumni
terindentifikasi
dan
tersambung
komunikasi
dengan institusi

kebersamaan,
kesetaraan,
kebermanfaat
an untuk
kemajuan
institusi

1,3 Tercapainya
status institusi
yang
Akreditasi
terakreditasi
institusi B

1.4 Lahirnya
karya-karya
penelitian
yang ramah
lingkungan
serta
bermanfaat
untuk
kepentingan
masyarakat
dan
terpublikasika
n dalam
jurnal-jurnal
ilmiah
terakreditasi
baik level
nasional
maupun
internasional

Setiap
dosen1
proposal
penelitian
dalam
setahun

1.4.1Memperbaiki
kualitas dan
produktivitas
penelitian
dengan mengembangkan
roadmap yang
dilaksanakan
secara
konsisten

Semua
dosen

1.5.1 Meningkatkan mutu

1.5 Lahirnya
karya abdi

Tersedia
dokumen roadmap penelitian
10 tulisan
dalam jurnal
terakreditasi
nasional
setahun
3 tulisan dalam
jurnal
internasional
setahun
15 jumlah
penelitian/tahun

Pembentuka
n Task-force
Akreditasi

51

masyarakat
di bidang
kesehatan
preventif,
kuratif,
rehabilitatif
dan promotif
yang
bermanfaat
bagi
masyarakat

Tujuan
1. Menghasilkan
dokter
layanan
primer yang
berkualitas,
kompeten,
profesional,
sadar
lingkungan
dalam
melaksanaka
n profesinya
serta
kompetitif
dalam bursa
kerja nasional

15 kali
pengabdian
kepada
masyarakat/tah
un
Semua
mahasiswa
terlibat dalam
pengabdian
masyarakat

terlibat
pengabdian
masyarakat
paling tidak
1 kali per
tahun

dan produktivitas
pengabdian
kepada
masyarakat
terutama yang
berbasis pada
pemberdayaa
ndan
peningkatan
partisipasi
masyarakat

B. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan


Sasaran
Cara mencapai tujuan &
sasaran
Uraian
Indikator
Kebijakan
Program
1.6.Tersedianya
SDM, sarana
dan prasarana
pendidikan,
serta
lingkungan
kampus yang
memadai dan
berkualitas
guna
mendukung
atmosfer
akademik
yang kondusif
dalam
penyelenggar
aan
pendidikan

Rasio dosen
tetap
mahasiswa
pada fase
akademik 5,0
Rasio dosen
tetap dan
dosen tidak
tetap
pada jenjang
profesi 1:1
82% Dosen
tetapberkualifik
asi S2-SP1
8% dosen tetap
berkualifikasi
S3-SP2
15% Guru
Besar
Rerata ruang
belajar/mahasis
wa 1,7 m2
10%
Mahasiswa
berprestasi
mendapat

Perencanaa
n
komprehens
ip dan
proporsional
Rekrutmen
dosen
setiap tahun
Dosen baru
wajib
mengikuti
pendidikan
pasca

1.6.1
Meningkatkan
aksesibilitas
sumber daya
(manusia,
sarana,
prasarana,
dan
lingkungan)

52

beasiswa
Sumber
beasiswa
bertambah 1
buah tiap tahun
325 buah judul
buku teks di
perpustakaan
100% Anggaran
terserap untuk
kegiatan
PBM/triwulan
RS Pendidikan
Utama
terakreditasi
sebagai rumah
sakit
pendidikan
C. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik
Sasaran
Tujuan
2. Menjadi
institusi
pendidikan
kedokteran
yang bertata
kelola baik
dan
menerapkan
manajemen
modern
dalam
mengelola
sumber daya
dan dana

Uraian
Indikator
2.1Optimalnya
Rerata waktu
peran
penyampaian
organisasi dan
modul blok
manajemen
sebelum hari H
pendidikan
kegiatan PBM
sehingga
100% Dosen
tatakelola
datang tepat
institusi
waktu saat
menjadi
PBM
professional,
transparan
Persentase
dan akuntabel
rerata
Mahasiswa
yang datang
tepat waktu
saat PBM/
semester
Rerata waktu
penyerahan
soal ujian oleh

Cara mencapai tujuan &


sasaran
Kebijakan
Program

2.1.1
Pembentuk Mengelola
an Taskinstitusi
force
dengan
pengemban menerapkan
g OTK
kaedahkaedah goodgovernance.

53

Dosen kepada
pengelola blok
dalam setahun
adalah 10 hari
Rerata waktu
penyampaian
informasi hasil
ujian blok
adalah 2 hari
2.2 Terwujudnya
pengelolaan
institusi
berbasis IT
sehingga
aksesibilitas
institusi
makin mudah
serta terjamin
sisi efisiensi
dan
efektivitas
pelaksanaan
pendidikan

2.2.1Mengem
bangkan
Semua SIM
Pembentuka sistem
n Task-force manajemen
berbasis IT dan
pengembang dan sistem
terintegrasi
SIMT
informa-si
Rerata waktu
manajemen
penyerahan
(akademik,
soal ujian oleh
keuangan,
Dosen kepada
kemahasiswa
pengelola blok
an,
dalam setahun
kepegawaian,
adalah 10 hari
dan sarana
Rerata waktu
prasarana)
berbasis IT.
penyampaian
informasi hasil
ujian blok
2.2.2 Menginadalah 2 hari
tegrasikan
Seluruh
sistem
dokumen
informasi
monev untuk
manajemen
PBM tersedia
untuk meningkatkan
Penjaminan
ketepatan dan
mutu
kecepatan
terlaksana
aksesnya
Monef PBM
guna
oleh Tim Monef
memperbaiki
Internal
kualitas
dilaksanakan
pelayanan
lebih dari 3
kali/ tahun
2 kali AMAI/
tahun

54

2.3 Terselenggaranya
penjami-nan
mutu yang
efektif dan
efisien

Pelaksanaa
n audit
setiap
tahun
Penguatan
kinerja
UPMF dan
MEU
.Pelaksanaan
monev dan
penjaminan
mutu secara
periodik

2.3.1
Mengembangkan
sistem
pengelolaan
keuangan
berbasis
kinerja yang
dilaksanakan
secara
konsisten dan
berkelanjutan
2.3.2Membangun dan
melaksanakan
sistem serta
tata laksana
monev dan
penjaminan
mutu yang
efektif dan
efisien.

6. PROFIL TEKNOLOGI INFORMASI


Implementasi IT di Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa
berada dibawah Unit IT dan AVA dengan tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut :
a. Unit Teknologi Informasi Komunikasi dan Audio Visual Aids
(TIK & AVA) adalah unit penunjang pelaksanaan pendidikan
dan penelusuran bahan pustaka.
b. Unit TIK & AVA dipimpin oleh seorang Kepala yang diangkat
dan diberhentikan oleh Dekan atas pertimbangan Senat.
c. Unit TIK & AVA memiliki tugas: mengelola TIK dan AVA
mencakup sarana dan sistem lainnya untuk kelancaran

55

proses pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar


yang kondusif.
d. Untuk menyelengarakan tugas sesuai dengan ayat (3) Unit
TIK & AVA mempunyai fungsi:
Menyiapkan sarana komputer, internet, dan AVA untuk
mendukung

proses

pembelajaran

dan

kegiatan

akademik lainnya serta kegiatan administrasi.


Memberikan pelayanan perpustakaan elektronik bagi

civitas akademika
Menyiapkan dan mengembangkan bahan pustaka

elektronik (online)
Menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan
tetap mempertahankan ketersediaan dan kelancaran

fungsi TIK & AVA di Fakultas.


Memberikan bantuan teknis bagi civitas academika
terkait dengan masalah TIK & AVA untuk kelancaran

kegiatan akademik dan non-akademik di Fakultas.


e. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Unit TIK &
AVA bertanggung jawab kepada Dekan.

1. Skema Jaringan Komputer

56

Gambar 6. Skema jaringan komputer Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan Universitas Warmadewa

2. Deskripsi Impelementasi dan Manajemen Jaringan.


a Jaringan Komputer :
- Topologi
yang diimplementasikan adalah topologi star,
dengan media transmisi :
o Kabel RJ45 (UTP) dengan kecepatan 100 Mbps untuk
menghubungkan semua perangkat PC, Server, dan printer.
o Wireles Network (akses poin) untuk menghubungkan
perangkat laptop, tablet, smartphone dan perangkat mobile
lainnya.
o Fiber optik untuk menghubungkan jaringan komputer antar
gedung dan jaringan internet dari ISP.

57

Satu buah Router difungsikan sebagai Firewall, DHCP


server, dan bandwidth manajemen untuk seluruh jaringan

komputer.
Router yang digunakan adalah Mikrotik Router Board
dengan 13 port 100 Mbps dengan processor dualcore 2 Ghz

dan ram 1 GB.


Akses poin ditempatkan disejumlah titik sehingga semua

area dalam lingkungan kampus tercover sinyal wifi.


Tiap unit memiliki jaringan komputer yang terpisah (subnet)
dengan set IP yang berbeda-beda, sehingga gangguan pada
satu unit lebih mudah ditangani tanpa mengganggu unit
yang lain. Untuk membagi jaringan pada tiap unit, digunakan
switch dengan kecepatan 100Mbps, dan sejumlah akses

poin.
Tiap komputer diberikan host name yang unik yang
menggambarkan lokasi dan fungsinya, sehingga gangguan

pada satu client dengan mudah bisa dideteksi


IP Address di set secara otomatis melalui DHCP server
dengan waktu leasing yang berbeda-beda pada setiap

jaringan tergantung kebutuhan.


Komputer-komputer tertentu diporteksi dengan password

sehingga tidak bisa diakses oleh sembarang user.


Setiap komputer dan perangkat jaringan dilengkapi dengan

UPS sehingga gangguan supply daya listrik bisa diantisipasi.


Setiap komputer dilengkapi dengan software antivirus untuk
mengantisipasi serangan trojan atau malware berbahaya.

b Internet
-

Bandwidth internet yang digunakan adalah sebesar 40

Mbps.
Internet didistribusikan melalui jaringan komputer dengan

metode Hotspot.
Setiap user diberikan satu buah username dan password
untuk memperoleh layanan internet sehingga user yang
tidak berhak tidak dapat menikmati layanan internet.

58

Hanya komputer yang menggunakan layanan DHCP yang


diberikan hak untuk mendapatkan layanan internet, sehingga
semua komputer yang terhubung jaringan dapat dipantau

dengan lebih detail melalui server.


Besarnya bandwidth diatur melalui user profile yang dibagi
menjadi beberapa jenis sehingga bandwidth internet dapat
dibagi secara adil berdasarkan kebutuhan tiap jenis

pemakai.
Penyewaan IP Address dibatasi satu buah IP hanya untuk
satu buah mac address sehingga memberikan kesempatan
lebih besar kepada banyak perangkat untuk berbagi

jaringan.
Firewall melindungi jaringan dan pemakai dari akses-akses
tidak bertanggungjawab dan merugikan seperti netcut, p2p,

desktop sharing dan sebagainya.


Jaringan menggunakan DNS nawala dengan transparant
proxy untuk memblokir akses terhadap situs-situs berbahaya

dan mengandung pornografi.


Akses terhadap media sosial dibatasi hanya pada jam-jam di
luar jam kerja sehingga tidak mengganggu aktifitas pegawai
dan tidak menambah beban jaringan internet.

Aplikasi Yang Digunakan

Tabel 3. Aplikasi yang digunakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu


Kesehatan Universitas Warmadewa

Nama

Aplikasi

Implementas

Sistem

Aplikasi

Baru

i
Fakultas

Informasi

akademik

mulai

Akademik

untuk

dijalanka

penunjang

Fungsi

Status

Lokasi

Pengguna

Bagian
Akademik

59

kegiatan
2

Sistem

akademik
Menunjang

Sudah

Bagian

Bagian

Informasi

menajemen

berjalan

Keuangan

keuangan

Keuangan

keuangan

dan keuangan dan

Sistem

Menunjang

Sudah

Informasi

manajemen

berjalan

Kepegawaian

Kepegawaian

Fakultas

kepegawaian
Bagian
keuangan
dan

Sistem

Menunjang

Sudah

kepegawaian
Bagian umum Bagian

Informasi

manajemen

berjalan

dan

umum

Saran

aset

perlengkapan

perlengkapan

Prasarana
Sistem

Menunjang

Baru

Internet

Civitas

Informasi

layanan

mulai

Kemahasiswa

kemahasiswaa

dijalanka

a
Sistem

n
n
Menunjang unit Sudah

Unit

Unit

Informasi

perpustakaan

Perpustakaan

perpustakaan

Perpustakaan
Electronic

Menunjang unit Sudah

Internet

Unit

Library
Sistem

perpustakaan
Menunjang

berjalan
Sudah

perpustakaan
Bagian Umum Bagian

Administrasi

administrasi

berjalan

dan

Umum

Surat

surat menyurat

Perlengkapan

Perlengkapa

Menyurat

berjalan

akademika

d Server
- Server Sistem Informasi Akademik dan Electronic Library diberikan
-

Public IP sehingga bisa diakses dari luar jaringan kampus.


Server Sistem Informasi Akademik menggunakan perangkat keras
dengan dual processor Intel Xeon 5600 dengan clock 3,4 GHz dan
RAM 12 GB

dan

dan

60

Server Electronic Library menggunakan perangkat keras dengan dual

core processor Intel Core I5 3,4 GHz dan RAM 4 GB.


Kedua server ini menggunakan sistem operasi Windows Server 2008

R2 yang dilengkapi dengan firewall.


Kedua server dilengkapi dengan UPS 4200 VA untuk mengantisipasi

gangguan sumber daya listrik.


Pada bagian Tata Usaha diberikan sebuah print server yang mampu
membagi pakai 2 buah printer untuk dipakai bersama dalam bagian

tersebut
Dibagian Tata Usaha diberikan juga satu buah Data Server yang
bertugas melakukan backup data secara otomatis terhadap semua data
pada komputer yang ada dalam bagian tersebut.

e Penanganan Gangguan
- Untuk menangani gangguan jaringan dan internet, unit IT dan AVA
mempekerjakan 2 tenaga teknisi yang setiap saat memantau kondisi
-

jaringan dan internet yang ada.


Setiap gangguan dilaporkan kepada unit IT dan AVA yang akan

diteruskan kepada staf teknisi untuk segera melakukan penanganan.


Pada saat diperlukan, staf IT dapat bekerja 24 jam untuk menangani

gangguan yang terjadi.


Kondisi jaringan dan internet dapat dipantau dan dikontrol oleh unit IT
dan Ava secara remote melalui remote desktop pada server atau
melaui web interface pada mikrotik.

61

BAB III
METODOLOGI

Untuk melakukan audit pada proses incident management dan


problem management, digunakan framework ITIL v.3, dengan mengukur
maturity level dari tiap proses. Maturity level diukur dengan melakukan self
assessment melalui penyebaran kuesioner yang berisi daftar pertanyaan
yang telah disediakan diadalam ITIL toolkit. Setiap pertanyaan dijawab
dengan pilihan skor dari 1 sampai 5, kemudian dihitung nilai rata-rata skor
untuk menentukan nilai maturiti dari proses yang bersangkutan.
Standar nilai maturity level telah ditetapkan oleh ITIL dengan
rentang nilai skor sebagai berikut :

Tabel 4. Arti skor maturity level ITIL

62

Nilai Skor
Kurang dari 1,4

Keterangan
Proses ini tidak ada atau sangat terbelakang. Skor
proses yang rendah bisa menjadi indikasi bahwa

1,5 sampai 2,4

peningkatan komunikasi diperlukan.


Pada tingkat ini ada kebutuhan untuk beberapa
proses desain ulang. Meskipun ada beberapa
tanda-tanda aktivitas proses, apa yang ada di

2,5 sampai 3,4

tempat agak kurang dikembangkan.


Skor ini menunjukkan bahwa proses masih berada
di bawah standar praktek/industri yang baik, hal ini
menunjukkan bahwa ada dasar yang kuat di mana

3,5 sampai 4,4

perbaikan dapat dilakukan.


Skor proses dalam kisaran ini menunjukkan
bahwa proses tertentu sangat dekat dengan apa
yang dapat dianggap sebagai praktek yang baik.

4,5 keatas

Banyak dari karakteristik proses berada di tempat.


Skor yang tinggi menunjukkan bahwa hampir
semua

partisipan

merasa

bahwa

proses

didefinisikan dengan sangat baik, dengan manfaat


yang jelas dan mencerminkan praktek terbaik
industri di daerah ini.
Audit dalam kerangka kerja ITIL merupakan proses berkelanjutan
yang dilakukan secara periodik untuk mengukur tingkat pencapaian
perusahaan terhadap visi yang telah ditetapkan. Audit merupakan bagian
dari Continual Service Improvement yang terdiri dari beberapa tahap
seperti digambarkan pada gambar 7.

63

Output asli dari assessment menjadi baseline


pengukuran.

Gambar 7. Continual Service Improvement

Audit diperlukan untuk menentukan Where are we now?. Audit dilakukan


dengan melakukan assessment, sehingga dalam proses ini disebut
sebagai Current State Assesment.
Tahapan Audit.
Proses audit ini melalui beberapa tahap yaitu :
1. Persiapan
Dalam tahap persiapan dikumpulkan berbagai informasi yang
berkaitan dengan audit, bidang-bidang audit dan framework apa saja
yang bisa digunakan untuk melakkan audit. Dalam tahap ini diputuskan
meteoda atau framework apa yang akan digunakan melakukan audit.
Dalam hal ini penulis menggunakan framework ITIL v.3.
2. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini, dikumpulkan berbagi literatur yang mendukung
proses audit seperti visi dan misi organisasi, program kerja, struktur
organisasi, target dan indikator capaian, infrastruktur jaringan, dan datadata lain yang diperlukan dalam proses audit. Sebagian besar data ini

64

didaptkan dari dokumen rencana strategis dan program kerja Fakultas


Kedokteran dan Ilmu kesehatan tahun 2009-2014. Berbagai literatur
mengenai framework audit yang digunakan juga dikumpulkan untuk
menentukan langkah-langkah audit yang tepat dan efisien.
3. Pengolahan Data
Setelah semua data dan literatur dikumpulkan, kemudian
diputuskan mengenai bidang apa saja yang akan diaudit, dan pada
lingkup organisasi mana saja audit dilakukan. Responden juga dipilih
dan ditetapkan untuk mendapatkan hasil audit yang lebih akurat.
Jadwal audit kemudian disusun berdasarkan tahapan dan langkat yang
disyaratkan dalam ITIL. Dalam tahap ini pula disusun kuesioner yang
akan disebarkan kepada target-target yang telah ditetapkan diatas yang
terdiri dari sejumlah partanyaan yang sudah disiapkan oleh ITIL toolkit.
Kuesioner dibagi menjadi dua bagian berdasarkan bidang audit yang
dipilih yaitu bidang incident management dan problem mangement.
Setiap

kuesioner

dilengkapi

dengan

panduan

pengisian

untuk

menghindari dan meminimalisir kurang tepatnya hasil penilaian


partisipan.
Survey lapangan juga dilakukan untuk mengumpulkan data
tambahan yang berkaitan dengan infrastruktur jaringan, struktur
organisasi, implementasi software dan kebutuhan data lainnya.
4. Analisa Data.
Setelah data kuesioner terkumpul, kemudian direkap menjadi
sebuah tabel untuk dihitung nilai total skor, cacah data dan nilai ratarata skor dari tiap pertanyaan. Nilai rata-rata keseluruhan skor dari
pertanyaan dalam kuesioner adalah nilai maturiti dari proses yang
bersangkutan.
Skor rata-rata dari tiap pertanyaan kemudian diurutkan dari nilai
terrendah ke nilai tertinggi untuk menentukan pada poin-poin mana
saja dari pertanyaan tersebut yang memerlukan perhatian atau

65

pengembangan lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan dengan nilai


maturiti dibawah standar akan menjadi temuan audit yang akan
menjadi prioritas perbaikan dan peningkatan kwalitas dimasa yang
akan datang.
Analisa data ini akhirnya menghasilkan kesimpulan mengenai
kondisi manajemen penanganan insiden dan manajemen penanganan
masalah yang terjadi saat ini. Saran juga diberikan berdasarkan
panduan yang diberikan oleh ITIL mengenai manajemen penanganan
insiden dan manajemen penanganan masalah yang baik berdasarkan
standar ITIL.

66

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Incident Management
Daftar pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner untuk menguji maturiti
level dari Incident Management adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Daftar pertanyaan kuesioner Incident Management

N
o
1

Pertanyaan
Apakah staf IT memliki
pemahaman yang jelas
dalam penanganan

insiden?
Apakah ada cukup
informasi tentang insiden
yang bisa ditangkap

ketika insiden itu terjadi?


Apakah suatu insiden
memiliki kode klasifikasi
tertentu yang
menunjukkan penyebab

dari insiden tersebtu?


apakah ada pemahaman
pada pengguna layanan
bahwa mengurangi
insiden dapat
meningkatkan
produktifitas secara
umum?

Skor
3

67

Apakah ada anggaran


untuk penyediaan alat
pelacakan manajemen
insiden dan pengurangan
Insiden secara

keseluruhan?
Ketika suatu insiden
selesai ditangani apakah
diberi kode yang
menyatakan penyebab

dari insiden tersebut?


Sebelum suatu insiden
ditangani adapakah ada
upaya untuk memeriksa
apakah insiden yang
sama pernah terjadi di

masa lalu?
Apakah ada cukup waktu
dan anggaran yang
diberikan untuk staf
mengikuti pelatihan

penangaan insiden?
Adakah prosedur untuk
menilai tingkat kepuasan
pengguna terhadap

10

penanganan insiden?
Apakah ada laporan yang
cocok diberikan kepada
Manajemen yang
menunjukkan bahwa
insiden dapat
diselesaikan pada

68

layanan pengaduan atau


11

pada level lainnya?


Apakah ada tinjauan rutin
terhadap kinerja
penanganan insiden dan
mendokumentasikannya

12

dalam indikator kinerja?


Apakah semua kejadian
direkam atau apakah ada
cara-cara informal bagi
pengguna untuk dapat
menyelesaikan suatu

13

insiden?
Apakah ada aliran
informasi yang baik dari
Manajemen Insiden ke
dalam proses Manajemen

14

Masalah?
Apakah ada daftar
pengguna prioritas tinggi
yang menerima
perlakuan istimewa saat

15

mengalami insiden?
Apakah ada prosedur di
tempat untuk menangani
insiden yang memiliki

16

dampak tinggi?
Apakah setiap insiden
diberikan nomor
identifikasi yang unik?

Setiap pertanyaan memiliki pilihan jawaban berupa skor yang berarti :

69

1 : Tidak Yakin
2 : Sangat Tidak Setuju
3 : Tidak Setujua
4 : Setuju
5 : Sangat Setuju

Setelah kuesioner disebarkan secara acak, diperoleh hasil seperti


ditampilkan dalam tabel 6.
Tabel 6. Rekap hasil kuesioner Incident Management
Pertanyaan

Partisipan

Nilai

10

Total

Count

Avg

42

10

4.2

45

10

4.5

15

10

1.5

49

10

4.9

32

10

3.2

14

10

1.4

44

10

4.4

20

10

15

10

1.5

10

28

10

2.8

11

42

10

4.2

12

45

10

4.5

13

37

10

3.7

14

22

10

2.2

15

47

10

4.7

16

14

10

Total

48

47

50

51

54

54

57

52

48

50

511

160

1.4
3.19
38

No
1

70

Total nilai dan cacah nilai tiap pertanyaan dihitung kemudian dicari
nilai rata-ratanya pada tiap pertanyaan. Rata-rata nilai ini kemudian
dihitung kembali untuk mendapatkan nilai rata-rata untuk proses incident
management.
Nilai rata-rata tiap pertanyaan kemudian diurutkan dari nilai
terrendah

ke

nilai

terbesar

untuk

melihat

pada

poin

mana

pembenahan/perbaikan pada proses penangnan insiden perlu dilakukan


perbaikan.

Tabel 7. Rata-rata skor tiap pertanyaan Incident Management

No
1
2
3
4
5
6
7

9
10
11

Process : Incident Management


Pertanyaan
Ketika suatu insiden selesai ditangani apakah diberi kode
yang menyatakan penyebab dari insiden tersebut
Apakah setiap insiden diberikan nomor identifikasi yang
unik?
Apakah suatu insiden memiliki kode klasifikasi tertentu
yang menunjukkan penyebab dari insiden tersebut?
Adalah prosedur untuk menilai tingkat kepuasan
pengguna terhadap penanganan insiden?
Apakah ada cukup waktu dan anggaran yang diberikan
untuk staf mengikuti pelatihan di bidang ini?
Apakah ada daftar pengguna prioritas tinggi yang
menerima perlakuan istimewa saat mendaftar insiden?
Apakah ada laporan yang cocok diberikan kepada
Manajemen yang menunjukkan bahwa insiden dapat
diselesaikan pada layanan pengaduan atau pada level
lainnya?
Apakah ada anggaran untuk penyediaan alat pelacakan
manajemen insiden dan pengurangan Insiden secara
keseluruhan?
Apakah ada aliran informasi yang baik dari Manajemen
Insiden ke dalam proses Penanganan Masalah?
Apakah staf IT memliki pemahaman yang jelas dalam
penanganan proses ini?
Apakah ada tinjauan rutin terhadap kinerja penanganan

Avg
1.4
1.4
1.5
1.5
2
2.2
2.8

3.2

3.7
4.2
4.2

71

12

13
14

15
16

insiden dan mendokumentasikannya dalam indikator


kinerja?
Sebelum suatu insiden ditangani adapakah ada upaya
untuk memeriksa apakah insiden yang sama pernah
terjadi di masa lalu
Apakah ada cukup informasi tentang insiden yang bisa
ditangkap ketika insiden itu terjadi?
Apakah semua kejadian direkam atau apakah ada caracara informal bagi pengguna untuk dapat menyelesaikan
suatu insiden?
Apakah ada prosedur di tempat untuk menangani insiden
dampak tinggi?
apakah ada pemahaman pada pengguna layanan bahwa
mengurangi insiden dapat meningkatkan produktifitas
secara umum?

4.4

4.5
4.5

4.7
4.9

B. Problem Management
Daftar pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner untuk menguji maturiti
level Problem Management adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Daftar pertanyaan kuesioner Problem Management

No
1

Pertanyaan
Apakah Staff IT
memiliki pemahaman
yang jelas tentang
proses penanganan
masalah?

Skor
3

72

Apakah ditetapkan
secara gamblang
didalam organisasi
orang yang
bertanggung jawab
terhadap penanangan

masalah?
Apakah ada daftar
lingkup kerja
pemeliharaan yang
digunakan ketika
analisa lebih detail
terhadap suatau
masalah selesai

dilakukan?
Apakah kepala bagian
IT secara proaktif
melakukan
pencegahan

masalah?
Apakah ada cukup
waktu dan anggaran
yang diberikan
kepada staf untuk
mengikuti pelatihan di
bidang penanganan

masalah?
Apakah kepala bagian
IT menganalisa datadata suatu insiden
untuk mengetahui tren
dari insiden tersebut?

73

Apakah ada komitmen


manajemen dalam
mendukung staf untuk
mengalokasikan
waktu untuk
memecahkan suatu
masalah secara

terstruktur?
Apakah organisasi
berkomitmen untuk
mengurangi jumlah
masalah dan jumlah
insiden yang dapat
mengganggu kinerja

organisasi?
Apakah ada laporan
yangsesuai yang
diberikan kepada
Manajemen yang
menunjukkan jumlah
masalah yang dapat

10

diselesaikan?
Apakah tanggung
jawab untuk
manajemen masalah

11

telah ditetapkan?
Apakah alat-alat
elektronik yang
digunakan dalam
penanganan masalah
sudah dimanfaatkan
dengan baik?

74

12

Apakah ada prosedur


untuk
mengklasifikasikan
potensi masalah
berdasarkan kategori,
urgensi, prioritas dan
dampak yang

13

ditimbulkan?
Apakah proses
penanganan masalah
memiliki garis
komunikasi yang baik
dengan menajemen

14

yang lain?
Apakah infrastruktur
IT dipantau setelah
suatu masalah

15

berhasil diselesaikan?
Apakah ada tinjauan
rutin terhadap kinerja
penanganan insiden
dan
mendokumentasikann
ya dalam indikator

16

kinerja?
Apakah proses
penanganan masalah
bertukar informasi
dengan proses-proses
yang lain?

75

Setiap pertanyaan memiliki pilihan jawaban berupa skor yang berarti :


1 : Tidak Yakin
2 : Sangat Tidak Setuju
3 : Tidak Setujua
4 : Setuju
5 : Sangat Setuju

Setelah kuesioner disebarkan secara acak, diperoleh hasil seperti


ditampilkan dalam tabel 10.

Tabel 9. Rekap hasil kuesioner Problem Management


Pertanyaan

Partisipan

Nilai

10

Total

Count

Avg

36

10

3.6

38

10

3.8

26

10

2.6

41

10

4.1

43

10

4.3

41

10

4.1

31

10

3.1

48

10

4.8

43

10

4.3

10

45

10

4.5

11

39

10

3.9

12

30

10

13

29

10

2.9

14

45

10

4.5

15

18

10

1.8

16

22

10

2.2

Total

56

59

53

51

58

60

59

61

57

61

575

160

3.5938

No
1

76

Total nilai dan cacah nilai tiap pertanyaan dihitung kemudian dicari nilai
rata-ratanya pada tiap pertanyaan. Rata-rata nilai ini kemudian dihitung
kembali untuk mendapatkan nilai rata-rata untuk proses problem
management.
Nilai rata-rata tiap pertanyaan kemudian diurutkan dari nilai
terrendah

ke

nilai

terbesar

untuk

melihat

pada

poin

mana

pembenahan/perbaikan pada proses penangnan insiden perlu dilakukan


perbaikan.
Tabel 10. Rata-rata skor tiap pertanyaan Incident Management

No
1

2
3

4
5

7
8

9
10

Process : Probel Management


Pertanyaan
Apakah ada tinjauan rutin terhadap kinerja penanganan
insiden dan mendokumentasikannya dalam indikator
kinerja?
Apakah proses penanganan masalah bertukar informasi
dengan proses-proses yang lain?
Apakah ada daftar lingkup kerja pemeliharaan yang
digunakan ketika analisa lebih detail terhadap suatau
masalah selesai dilakukan
Apakah proses penanganan masalah memiliki garis
komunikasi yang baik dengan menajemen yang lain?
Apakah ada prosedur untuk mengklasifikasikan potensi
masalah berdasarkan kategori, urgensi, prioritas dan
dampak yang ditimbulkan?
Apakah ada komitmen manajemen dalam mendukung staf
untuk mengalokasikan waktu untuk memecahkan suatu
masalah secara terstruktur
Apakah Staff IT memiliki pemahaman yang jelas tentang
proses penanganan masalah?
Apakah ditetapkan secara gamblah didalam organisasi
orang yang bertanggung jawab terhadap penanangan
masalah
Apakah alat-alat elektronik yang digunakan dalam
penanganan masalah sudah dimanfaatkan dengan baik?
Apakah kepala bagian IT secara proaktif melakukan
pencegahan masalah?

Avg
1.8

2.2
2.6

2.9
3

3.1

3.6
3.8

3.9
4.1

77

11
12

13

14
15
16

Apakah kepala bagian IT menganalisa data-data suatu


insiden untuk mengetahui tren dari insiden tersebut
Apakah ada cukup waktu dan anggaran yang diberikan
kepada staf untuk mengikuti pelatihan di bidang
penanganan masalah?
Apakah ada laporan yangsesuai yang diberikan kepada
Manajemen yang menunjukkan jumlah masalah yang dapat
diselesaikan?
Apakah tanggung jawab untuk manajemen masalah telah
ditetapkan?
Apakah infrastruktur IT dipantau setelah suatu masalah
berhasil diselesaikan?
Apakah organisasi berkomitmen untuk mengurangi jumlah
masalah dan jumlah insiden yang dapat mengganggu
kinerja organisasi

4.1
4.3

4.3

4.5
4.5
4.8

Cacah skor tiap jawaban berdasarkan proses ditampilkan dalam tabel 11.
Tabel 11. Cacah skor tiap-tiap jawaban berdasarkan proses

Skor

Total
Jawaban

No

Process

Incident

1
Tidak

2
Sangat

3
Tidak

4
Setuju

5
Sangat

yakin

Tidak

Setuju

24

Setuju
18

20

49

49

160

21

41

56

36

160

Setuju

Manage
2

ment
Problem

78

Manage
ment

Total nilai proses berdasarkan partisipan ditampilkan dalam tabel 12


Tabel 12. Total skor proses berdasarkan partisipan

No

Participant

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Participant 1
Participant 2
Participant 3
Participant 4
Participant 5
Participant 6
Participant 7
Participant 8
Participant 9
Participant 10

Incident Management

Problem Management

50
53
56
57
59
57
63
56
53
57

56
59
53
51
58
60
59
61
57
61

Nilai Rata-Rata Proses


1. Incident Management : 3.1938
2. Problem Management : 3.5938

79

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey, didapat maturiti level dari proses incident
management adalah sebesar 3.1938. Berdasarkan standar maturiti yang
ditetapkan ITIL maka nilai tersebut menyatakan bahwa manajemen
penanganan insiden di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Warmadewa masih berada dibawah standar, sehingga perlu
dilakukan sejumlah pembenahan manajemen pada bidang penanganan
insiden.
Sedangkan untuk proses problem management diperoleh maturity
level sebesar 3.5938, yang berdasarkan standar audit ITIL nilai tersebut
berarti bahwa manajemen manajemen penanganan masalah sudah
mendekati standar yang ditetapkan oleh ITIL.

B. Saran.
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kwalitas
penanganan insiden dan penanganan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Incident Management
a. Perlu ditetapkan sebuah SOP (standar operasional prosedur)
dalam penanganan insiden yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh ITIL
b. Insiden perlu diklasifikasikan dan diberikan kode tertentu yang
berisi penjelasan penyebab insiden dan proses penanganannya
secara spesifik.
c. Perlu dibuatkan sebuah prosedur untuk menilai tinggak
kepuasan pengguna terhadap proses penanganan insiden.

80

d. Perlu dialokasikan lebih banyak waktu dan anggaran bagi staff


IT untuk mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen
penanganan insiden.
e. Perlu dibuatkan daftar prioritas penanganan terhadap pengguna
tertentu yang memiliki tingkat urgensi dan resiko yang lebih
tinggi terhadap kerusakan/gangguan layanan akibat adanya
sebuah insiden.
f. Perlu dibuatkan sistem pelaporan yang lebih baik untuk proses
penangan insiden.
g. Perlu komunikasi yang lebih antara proses penanganan insiden
dan penanganan masalah, sehingga insiden-insiden tertentu
tidak menimbulkan potensi berkembang menjadi sebuah
masalah.
2. Problem Management
a. Perlu ditetapkan sebuah SOP (standar operasional prosedur)
dalam penanganan masalah yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh ITIL
b. Perlu dilakukan evaluasi secara kontinyu berkaitan dengan
kinerja penanganan masalah dan mendokumentasikannya
menjadi sebuah indikator kinerja.
c. Perlu lebih banyak komunikasi dan pertukaran informasi antara
proses penanganan masalah dengan proses-proses lainnya
dalam lingkup service operation
d. Perlu dibuatkan batasan/lingkup kerja bagi penanganan
masalah sehingga proses penanganan masalah menjadi lebih
fokus dan terarah.
e. Diperlukan komitmen lebih besar dari manajemen untuk
memberikan alokasi waktu yang lebih luas bagi staff IT untuk
menangani masalah.

81

DAFTAR PUSTAKA

[1]

[2]
[3]
[4]

[5]
[6]

[7]

[8]

[9]
[10]

[11]

[12]

[13]

Jogiyanto HM. 2000. Analisis dan Desain Sistem Informasi :


Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktis Aplikasi Bisnis.
Yogyakarta : Andi.
Hadaina, Adila. 2011. Sistem Informasi dalam Bidang Penelitian
Sains. Bogor.
Weber, Ron. 1999. Information System Control and Audit. New
Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Office of Government Commerce (OGC). 2008. ITIL Service
Management Practices V3 Qualifications Scheme. United
Kingdom :The Stationery Office (TSO).
Office of Government Commerce (OGC). 2007. An Introductory
Overview of ITIL V3. United Kingdom : itSMF.
Maliki, Irfan. 2010. Manajemen Resiko Teknologi Informasi
untukKeberlangsungan Layanan Publik menggunakan Framework
Information Technology Infrastucture Library (ITIL Versi 3).
Universitas Komputer Indonesia : Bandung.
Manuputty, Augie David. 2011. Analisa Layanan Manajemen TI
dengan Framework ITIL (Studi Kasus : Fakultas Teknologi
Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana). Universitas Kristen
Satya Wacana : Salatiga.
Silitonga, Tumpal Paradonga dan Achmad Halil Nor Ali. 2010.
Sistem Manajemen Insiden pada Program Manajemen Service
desk dan Dukungan TI berdasarkan Framework ITIL v3. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember : Surabaya.
IT Governance Institute. 2003. Board Briefing on IT Governance,
2nd Edition. USA.
Office of Government Commerce (OGC). 2003. The key to
ManagingIT Services Service Support, 2nd ed. United Kingdom :
The Stationery Office Norwich.
Office of Government Commerce (OGC). 2007. The Official
Introduction to the ITIL Service Lifecycle, 1st ed. United Kingdom :
The Stationery Office Norwich. 21
Ayat, Masarat. 2008. Implementing ITIL Service Support in The
Infrastructure and Service Unit of CICT, UTM. Universiti Teknologi
Malaysia : Malaysia.
Maman Kh, 2002. Menggabungkan Metode Penelitian Kuantitatif
dengan Kualitatif. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

82

[14]
[15]
[16]

Husein, Umar. 1999. Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam


Pemasaran. Jakarta : Gramedia.
Creswell, J. W. 1994. Research Design : Quantitative And
Qualitative Approach. London : Sage.
ITGI dan OGC. 2005. Aligning CobIT, ITIL, and ISO 17799
forBusiness Benefit: Management Summary. United Kingdom :
itSMF.

Das könnte Ihnen auch gefallen