Sie sind auf Seite 1von 2

Nama : Hanif Bangun

Nuranto
NPM

: 34414752

Kelas : 2ID05

STRESS DALAM PEKERJAAN DAN HUMAN ERROR

A.

Human Error
Human error didefinisikan sebagai suatu keputusan atau tindakan yang mengurangi atau potensial
untuk mengurangi efektifitas, keamanan atau performansi suatu sistem (Mc. Cormick 1993). Menurut
Peters, human error adalah suatu penyimpangan dari suatu performansi standart yang telah ditentukan
sebelumnya, yang mengakibatkan adanya penundaan waktu yang tidak diinginkan, kesulitan, masalah,
insiden, kegagalan. Namun pada penyelidikan lebih lanjut human error dapat dikategorikan juga sebagai
ketidaksesuaian kerja yang bukan hanya akibat dari kesalahan manusia, tetapi juga karena adanya
kesalahan pada perancangan dan prosedur kerja.
Kesalahan yang diakibatkan oleh faktor manusia kemungkinan disebabkan oleh pekerjaan yang
berulang-ulang (repetitive work) dengan kemungkinan kesalahan sebesar 1% (Iftikar Z.
Sutalaksana,1979). Adanya kesalahan yang terjadi yang disebabkan oleh pekerjaan yang berulang ini
sedapat mungkin harus dicegah atau dikurangi, yang tujuannya untuk meningkatkan keandalan seseorang
dengan menurunnya tingkat kesalahan yang terjadi. Sehingga perlu dilakukan perbaikan performansi
manusia untuk mengurangi laju kesalahan. Laju kesalahan (error rate) yang besarnya 1 dalam 100 terjadi
dengan kemungkinan 1%. Apabila hal semacam ini terjadi maka dapat dikatakan bahwa kondisi dalam
keadaan baik.
Pada dasarnya terdapat klasifikasi human error untuk mengidentifikasi penyebab kesalahan
tersebut. Menurut Iftikar. Z. Sutalaksana (1979) klasifikasi tersebut secara umumdari penyebab terjadinya
human error adalah sebagai berikut :
1. Sistem Induced Human Error
Dimana mekanisme suatu sistem memungkinkan manusia melakukan kesalahan, misalnya
manajemen yang tidak menerapkan disiplin secara baik dan ketat.
2. Desain Induced Human Error
Terjadinya kesalahan diakibatkan karena perancangan atau desain sistem kerja yang kurang baik.
Sesuai dengan kaidah Murphy (Murphys law) menyatakan bahwa bila suatu peralatan dirancang
kurang sesuai dengan pemakai (aspek ergonomis) maka akan terdapat kemungkinan akan terjadi
ketidaksesuaian dalam pemakaian peralatan tersebut, dan cepat atau lambat akan terjadi.
3. Pure Human Error.
Suatu kesalahan yang terjadi murni berasal dari dalam manusia itu sendiri, misalnya karena skill,
pengalaman, dan psikologis.
B. Stress Kerja
Stres Kerja Stres adalah kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan
kondisi fisik seseorang, apabila stres ini terlalu besar maka dapat mengancam kemampuan seseorang
dalam menghadapi lingkungan (Davis dan Newstrom, 1985:195). Dalam kehidupan sehari-hari stres
dapat diartikan sebagai sesuatu yang membuat kita mengalami tekanan mental atau beban kehidupan,
suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbulkan ketegangan, mengganggu
keseimbangan karena masalah atau tuntutan penyesuaian diri.
Menurut Donnelly (1985:204) menyatakan: Stres kerja adalah suatu tanggapan adaptif, ditengahi
oleh perbedaan individu dan/atau proses psikologi, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan
(lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang
berlebihan terhadap seseorang. Menurut Fawzi (2001:394) perhatian terhadap masalah stres harus
dibedakan atas jenisnya yaitu stres yang disebut eustres (yang berdampak positif) dan distress (yang

berdampak positif). Stres yang berdampak positif dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan karena
dapat memberikan semacam rangsangan dan motivasi untuk memecahkan suatu masalah sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal , tapi penelitian ini adalah pada stres sebagai distress yaitu stres yang
mengakibatkan dampak merugikan bagi manusia seperti terganggunya kesehatan, kehidupan, penampilan,
tingkah laku, dan sikap.
Reaksi yang diberikan seseorang dalam menghadapi stressor menunjukkan karakter yang
dimilikinya dan sampai dimana batas kemampuan mereka untuk mengatasinya. Menurut penelitian
Datzer & Kelley (dalam Rini; 2002:1) stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh yaitu berupa fisik,
emosional dan perilaku. Pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lamanya, dan
frekuensi stres yang dialami seseorang, jika stres yang dialami seseorang itu berjalan sangat lama
membuat letih healt promoting response dan akhirnya melemahkan daya tahan itu sendiri.
Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa stres kerja memberikan pengaruh yang sangat
besar pada kondisi psikologis maupun fungsi fisiologisnya, tetapi stres pada taraf tertentu dapat menjadi
motivasi yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang. Semua orang tidak akan bereaksi sama
terhadap suatu stressor karena respon seseorang terhadap stressor sangat dipengaruhi oleh ambang stres
yang dimilikinya dan beberapa faktor lainnya, lagi pula stres kerja sangat mempengaruhi daya tahan
tubuh karena ditentukan oleh jenis, lamanya dan frekuensi stres yang dialami seseorang,
Sumber stres kerja menurut Menurut Robbins (1996:224) yang potensial sebagai berikut:
1. Lingkungan Perubahan dalam daur bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi ini sering diiringi
dengan pengurangan yang permanen tenaga kerja, pemberhentian masal sementara, gaji yang
dikurangi, pekan kerja yang lebih pendek dan semacamnya, selain itu ketidakpastian politik dan
ketidakpastian teknologi dapat menyebabkan stres kerja.
2. Organisasional Faktor yang menjadi sumber atau mempengaruhi stres kerja cukup banyak jumlahnya,
sebagai berikut: kekaburan peran dan konflik peran, kelebihan beban kerja (work Overload), tanggung
jawab terhadap orang lain (responsibility for people), pengembangan karier (career development),
kurangnya kohesi kelompok, dukungan kelompok yang tidak memadai, struktur dan iklim organisasi
(organizational structure and climate), wilayah organisasi (Organizational territory), karekteristik tugas
(task characteristic), pengaruh kepemimpinan (leadership influence).
3. Individual Lazimnya individu hanya bekerja 40 sampai 50 jam sepekan. Pengalaman dan masalah yang
dijumpai orang diluar jam kerja yang lebih dari 120 jam tiap pekan dapat meluber ke pekerjaan, faktor
ini mencakup isyu keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian yang intern.
Kesulitan pernikahan, pecahnya suatu hubungan dan kedisiplinan merupakan contoh masalah
hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan sehingga terbawa ke tempat kerja.
Menurut Selye (dalam Hidayat; 1998:231) stres kerja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Alarm Stage, awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang ditimbulkan penekanan.
Jika penekanan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu pesan biokimia keseluruh sistem dalam
tubuh. Dengan tanda terjadinya dalam waktu yang sangat singkat, mempunyai ketegangan yang tinggi,
denyut jantung meningkat, tekanan darah naik.
2. Tahap Resistance (perlawanan), bila stres terus berlangsung maka gejala yang semula ada akan
menghilang karena terjadi penyesuaian dengan lingkungan dan peningkatan daya tahan terhadap stres.
3. Tahap Kolaps/Exhaustion (kehabisan tenaga), tubuh tidak mampu mengatasi stres yang dialami, energi
menurun dan terjadi kelelahan, akhirnya muncul gangguan bahkan sampai kematian. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tahapan stres kerja menunjukkan manifestasi di bidang
fisik dan psikis, di bidang fisik berupa kelelahan sedangkan di bidang psikis berupa kecemasan dan
depresi, hal ini dikarenakan penyediaan energi fisik maupun mental yang mengalami defisit terusmenerus semakin habis, sehingga daya tahan terhadap stres sangat lemah.

Das könnte Ihnen auch gefallen