Sie sind auf Seite 1von 17

Anorexia Nervosa

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri


Dosen pembimbing: Prof. Dr. M. Fanani, dr., Sp.KJ(K)

Disusun oleh:

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa padaumumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan
beberapa masalah kesehatan lainnya. Pada penderita anoreksia nervosa
keadaan kelaparan yang kronis dapat menyebabkan keabnormalan kelenjar
endokrin, kurang optimalnya pertumbuhan selama masa remaja, osteoporosis,
anemia, hipotermia, sinus bradycardia, dan beberapa penyakit lainnya (Mc
Intire & Lacy, 2007). Fairburn dan Hill (2005) menyebutkan penderita
anoreksia umumnya akan mengalami amenorrhoea. Menurut jurnal yang
dikeluarkan oleh National Institute of Mental Health (NIMH) pada tahun
2007 pada penderita anoreksia nervosa memiliki angka kematian sepuluh kali
lipat lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengalami kelainan ini.
Pada penderita bulimia nervosa, masalah kesehatan yang biasa muncul
adalah dehidrasi, karies gigi, renal calculi, metabolism asam, dan perdarahan
esophagus (McIntire & Lacy, 2007). Karies gigi terjadi pada penderita
bulimia nervosa disebabkan oleh asam lambung yang keluar dari mulut
sebagai akibat dari pemuntahan makanan (Deborah, 2001). Penderita bulimia
nervosadisebabkan mengalami hipokhloremia dan hipokalsemia (Fairburn &
Hill, 2005)
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan anoreksia nervosa?
2. Apa saja tipe-tipe gangguan anoreksia nervosa?
3. Bagaimana etiologi gangguan anoreksia nervosa?
4. Apa saja karakteristik dari gangguan anoreksia nervosa?
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan anoreksia
nervosa?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, yakni:
1. Menjelaskan mengenai definisi anoreksia nervosa
2. Menjelaskan tipe-tipe gangguan anoreksia nervosa
3. Menggambarkan etiologi gangguan anoreksia nervosa
4. Menjelaskan karakteristik gangguan anoreksia nervosa
5. Memberi gambaran tentang penatalaksanaan gangguan
anoreksia nervosa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Anorexia Nervosa


Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa
dan bulimia nervosa pada umumnya dialami oleh wanita
serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan
lainnya. Pada penderita anoreksia nervosa keadaan kelaparan
yang kronis dapat menyebabkan keabnormalan kelenjar
endokrin, kurang optimalnya pertumbuhan selama masa
remaja, osteoporosis, anemia, hipotermia, sinus bradycardia,
dan beberapa penyakit lainnya (Mc Intire & Lacy, 2007).
Fairburn dan Hill (2005) menyebutkan penderita anoreksia
umumnya akan mengalami amenorrhoea. Menurut jurnal
yang dikeluarkan oleh National Institute of Mental Health
(NIMH) pada tahun 2007 pada penderita anoreksia nervosa
memiliki angka kematian sepuluh kali lipat lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak mengalami kelainan ini.
Istilah anoreksia berasal dari bahasa Yunani, an kata
depan untuk negasi dan orexis nafsu atau hasrat (makan)
sehingga anoreksia berarti hilangnya atau tidak adanya nafsu
makan. Anoreksia nervosa pertama kali dijelaskan dan
dinamai oleh Gull, seorang dokter Inggris pada tahun 1878,
kelainan ini mencapai tingkat ketenarannya hanya pada
dekade terakhir (Palmer dalam Quay dan Werry, 1972).
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan yang ditandai oleh
penurunan berat badan yang disengaja, yang dimulai dan
atau dipertahankan oleh pasien (PPDGJ-III, 1993).
Anoreksia nervosa adalah jenis gangguan yang ditandai
dengan penolakan berat badan yang normal sesuai dengan
proporsional tinggi badan, ketakutan yang kuat terhadap
kegemukan dan distorsi tentang gambaran tubuh (melihat

tubuhnya lebih gemuk daripada sebenarnya) (Encyclopedia


of

Psychology,

1994).

Sedangkan

Kartono

(2000),

mengatakan bahwa anoreksia nervosa merupakan kehilangan


psikogenik dari rasa lapar.
Kaplan, dkk (2010) mengatakan bahwa anorexia nervosa
ditandai oleh gangguan citra tubuh yang berat dan usaha
mati-matian untuk menjadi kurus seringkali sampai titik
kelaparan. Orang dengan anorexia nervosa menunjukkan
gangguan citra tubuh mereka merasa gemuk atau memiliki
bentuk

tubuh

yang

jelek

(misshaped)

menyangkal kekurusannya.
Kelompok gangguan makan

ini

telah

dan

seringkali

muncul

pada

masyarakat kaya pada dekade terakhir. Mereka yang berada


pada masa remaja nampaknya diakibatkan oleh konsep
kurus

itu

indah

pada

masyarakat

kaya

pada

saat

melimpahnya makanan dan kurangnya olahraga sehingga


membuat berat badan meningkat. Gangguan makan dalam
berbagi bentuk telah dilaporkan pada sampai 4% pelajar
remaja dan dewasa muda. Sekitar 95% penderita adalah
wanita, kelainan ini biasanya terjadi pada masa remaja dan
terkadang

pada

masa

dewasa. Anoreksia

nervosa diperkirakan terjadi pada kira-kira 0,5 sampai 1%


gadis remaja. Biasanya menyerang orang-orang golongan
sosial ekonomi menengah ke atas. Gangguan ini terjadi 10
sampai 20 kali lebih sering pada wanita dibandingkan lakilaki. Lebih sering pada Negara yang maju, dan mungkin
ditemukan dengan frekuensi tertinggi pada wanita muda
yang profesinya memerlukan kekurusan, seperti model dan
penari balet. Seorang penderita anoreksia nervosa biasa
disebut dengan anoretik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa anoreksia nervosa adalah


suatu gangguan yang ditandai oleh penurunan berat badan
yang disengaja, yang dimulai atau dipertahankan oleh pasien,
penolakan terhadap berat badan yang proporsional denga
tinggi badan, ketakutan yang kuat terhadap kegemukan serta
adanya distorsi tentang gambaran tubuh.
B. Tipe-tipe Anoreksia Nervosa
Menurut Nevid, dkk (2003), terdapat dua subtipe umum dari
anoreksia nervosa, yakni:
a. Tipe makan berlebihan
Tipe ini ditandai dengan episode yang sering makan
berlebihan

dan

memuntahkannya.

Meskipun

siklus

berulang dari makan banyak dan memuntahkannya juga


terjadi pada penderita bulimia, tetapi penderita bulimia
tidak mengurangi berat badan mereka sampai tingkat
anoreksik.

Tipe

ini

cenderung

berganti-ganti

antara

periode kontrol yang kaku dan perilaku impulsif.


b. Tipe menahan
Tipe ini cenderung secara kaku bahkan secara obsesif
mengontrol diet dan penampilan mereka.
C. Etiologi dan Psikodinamika
Para ahli kesehatan tidak

menemukan

secara

pasti

penyebab anoreksia nervosa. Ini muncul dari faktor yang


bervariasi, termasuk didalamnya faktor genetik, perilaku
keluarga dan faktor budaya. Bagian dari penjelasan yang juga
dapat menjadi penyebab gangguan ini adalah anggapan oleh
perkembangan remaja ke arah yang lebih komples, termasuk
remaja putri. Anggapan tersebut adalah bahwa kurus yang
berlebihan adalah menarik.
Untuk menjadi sekurus idola remaja dan model yang
dikehendaki,

beberapa

remaja

berusaha

mencapai

dan

mempertahankan suatu berat badan yang sebenarnya tidak

sehat. Walaupun hal tersebut mungkin bagi para idola remaja


dan para model untuk menjdai kurus sekaligus sehat,
masalah

akan

muncul

ketika

remaja

tidak

mampu

mempertahankan bentuk tubuh mereka tanpa diikuti dengan


kesehatan .
Menuruk Kaplan dkk (2010), faktor biologis, sosial, dan
psikologis merupakan faktor-faktor yang terlibat sebagai
penyebab anoreksia nervosa
a. Faktor biologis
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia,
beberapa diantaranya juga ditemukan pada depresi.
Para

ilmuwan

menduga

bahwa

terdapat

ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang mengatur


rasa

lapar

nervosa

dan

kenyang

kemungkinan

pada

terbesar

penderita anoreksia
berkaitan

serotonin kimiawi otak (Goode, 2000).


Opiat
endogen
mungkin
berperan

dengan
terhadap

penyangkalan rasa lapar pasien anoreksia nervosa.


Penelitian terdahulu menunjukkan penambahan yang
dramatik
antagonis

pada
opiat.

beberapa

pasien

Kelaparan

yang

menyebabkan

diberikan
banyak

perubahan biokimiawi. Fungsi tiroid juga tertekan.


Kelainan tersebut dikoreksi dengan pemberian makan
kembali.
Beberapa penelitian tomografi (CT) mennemukan
pembesaran rongga cairan serebrospinalis (pembesaran
sulkus dan ventrikel) pada penderita anoreksia nervosa
selama kelaparan, suatu penemuan yang dibalikkan
oleh penambahan berat badan. Pada suatu penelitian
tomografi

emisi

positron

(PET,

positron

emission

tomography) metabolisme nukleus kaudatus adalah

lebih tinggi pada keadaan anoretik dibandingkan setelah


pemberian makan.
Faktor biologis

juga

meliputi

faktor

genetik.

Berdasarkan penelitian terbaru, faktor genetik dinilai


beresiki 56% dalam perkembangan anoreksia nervosa.
Pada kenyataannya, orang yang memiliki ibu atau
saudara

perempuan

nervosa

memiliki

yang
12

mengakami

kali

anoreksia

kemungkinan

untuk

mendapatkan penyakit anoreksia nervosa daripada oran


lain

yang

tidak

memiliki

sejarah

keluarga

yang

mengalami gangguan makan tersebut.


b. Faktos sosial
Penderita anoreksia menemukan bahwa masyarakat
mendukung tindakan mereka yang mengarah kepada
kekurusan dan olahraga. Penderita anoreksia nervosa
memiliki pemikiran bahwa kurus itu indah dan kurus itu
digemari oleh masyarakat sehingga mereka melakukan
tindakan-tindakan yang mengarah kepada kekurusan.
Tekanan untuk menjadi kurus ini terutama tertuju pada
wanita. Tekanan untuk mencapai standar kurus yang
tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor
penampilan sehubungan dengan peran wanita dalam
masyarakat kita, dapat menyebabkan wanita muda
tidak puas dengan tubuh mereka sendiri. Ketidakpuasan
inilah yang dapat menyebabkan diet yang berlebihan
dan perkembangan perilaku makan yang mengganggu.
c. Faktor psikologis
Anoreksia nervosa tampaknya merupakan suatu
reaksi terhadap kebutuhan pada remaja untuk menjadi
lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan
seksualnya. Penderita anoreksia nervosa biasanya tidak
memiliki

rasa

otonomi

dan

kemandirian.

Banyak

penderita

anoreksia

nervosa

merasakan

tubuhnya

sebagai di bawah pengendalian orang tua. Kelaparan


yang

diciptakan

sendiri

(self

starvation)

mungkin

merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai


orang yang unik dan khusus. Hanya melalui tindakan
disiplin diri yang tidak lazim, seseorang anoretik dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
Faktor psikologis juga meliputi motivasi untuk
menarik

perhatian,

keinginan

akan

individualitas,

penolakan seksualitas, dan cara mengatasi kekangan


orang tua. Penderita

anoreksia

nervosa

terkadang

memiliki keluarga yang memberi tuntutan yang tinggi


bagi

mereka

untuk

berprestasi.

Ketidakmampuan

memenuhi standar orang tua yang tinggi menyebabkan


penderita anoreksia nervosa merasa tidak mampu
mengendalikan

kehidupan

mereka

sendiri.

Dengan

membatasi makan yang masuk ke dalam tubuh mereka,


penderita anoreksia nervosa memperoleh suatu rasa
kendali diri.
D. Kriteria diagnostik Anoreksia Nervosa
Pada PPDGJ-III, anoreksia nervosa (F50.0) merupakan salah
satu

jenis

pada

gangguan

makan.

Kriteria

diagnostik

anoreksia nervosa menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut:


a. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan
dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh
penderita
b. Untuk suatu diagnosis yang pasti, dibutuhkan semua halhal seperti di bawa ini:
1) Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah
normal (baik yang berkurang maupun yang tak pernah
mencapai), atau indeks massa tubuh Quetelet adalah
17,5 atau kurang (Indeks massa tubuh Quetelet =

berat (kg) / (tinggi (m)) 2). Pada penderita pra-pubertas


bisa saja gagal memperoleh berat yang diharapkan
selama periode pertumbuhan.
2) Berkurangnya berat badan dilakuakn sendiri dengan
menghindarkan

makanan

yang

mengandung

lemakdan salah satu atau lebih dari hal-hal yang


berikut ini:
(a) Merangsang muntah oleh diri sendiri
(b)Merangsang pengeluaran makanan oleh diri sendiri
(c) Olah raga berlebihan
(d)Memakai obat penekan nafsu makan dan atau
diuretika
3) Terdapat
distorsi

body

image

dalam

bentuk

psikopatologis yang spesifik di mana ketakutan gemuk


terus menerus menyerang penderita, penilaian yang
berlebihan terhadap berat badan yang rendah
4) Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan
hipotalamus-hipofisis-gonda, dengan manifestasi pada
wanita sebagai amenore dan pada pria sebagai
kehilangan

minat

pengecualian

dan

adalah

potensi

seksual.

pendarahan

vagina

(suatu
yang

menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima


terapi hormon pengganti, umunya dalam bentuk pil
kontrasepsi). Juga dapat terjadi perubahan jormon
pertumbuhan,

naiknya

kadar

kortisol,

perubahan

metabolisne periferal pada hormon tiroid, dan sekresi


insulin abnormal.
5) Jika
onset
terjadi
perkembangan
tertahan

pada

masa

pubertas

tertunda,

(pertumbuhan

berhenti,

pra-pubertas,
atau
pada

bahkan
anak

perempuan buah dadanya tidak berkembang dan


terdapat

amenore

primer,

pada

anak

laki-laki

genitalnya tetap kecil). Pada penyembuhan, pubertas


kembali normal, tetapi menarche terlambat.
Menurut

DSM-IV,

kriteria

diagnosis

untuk

anoreksia

nervosa adalah:
a. Menolak berat badannya pada atau di atas berat
badan normal
b. Ketakutan yang besar terhadap peningkatan berat
badan atau menjadi gemuk, bahkan meskipun berat
badannya di bawah berat badan normal
c. Mengalami gangguan dalam hal berat atau bentuk
tubuh, pengaruh yang buruk terhadap evaluasi diri,
atau penolakan yang serius terhadap berat badan
minimal saat ini.
d. Pada wanita pasca menarche, amenorrhea, tidak
mengalami siklus menstruasi selama sedikitnya tiga
kali berturut-turut.
E. Penatalaksanaan
Mengingat implikasi

psikologis

dan

medis

anoreksia

nervosa yang dipersulit, suatu rencana pengobatan yang


menyeluruh,
diperlukan

termasuk
dan

terapi

perawatan

di

individual

dan

rumah

sakit

keluarga,

jika

adalah

dianjurkan. Pendekatan perilaku, dan kognitif pada beberapa


kasus medikasi harus dipertimbangkan.
a. Hospitalisasi
Pertimbangan pertama dalam pengobatan anoreksia
nervosa adalah memulihkan keadaan nutrisi pasien,
karena

dehidrasi,

kelaparan,

dan

gangguan

keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan gangguan


kesehatan yang serius dan pada beberapa kasus
menyebabkan kematian. Keputusan untuk merawat
pasien di rumah sakit didasarkan pada kondisi medis
pasien dan derajat struktur yang diperlukan untuk

menjamin kerja sama pasien. Pada umunya, pasien


anoreksia nervosa yang berada 20% di bawah berat
badat yang diharapkan untuk tinggi badannya adalah
dianjurkan untuk program rawat inap, dan pasien yang
30%

di

bawah

berat

badan

yang

diharapkan

memerlukan perawatan rumah sakit psikiatrik yang


terentang dari dua sampai enam bulan.
Program psikiatrik rawat inap untuk pasien anoreksia
nervosa biasanya menggunakan kombinasi pendekatan
penatalaksanaan

perilaku,

psikoterapi

keluarga,

pendidikan, dan terapi keluarga. Pada beberapa kasus,


medikasi psikotropika juga digunakan. Terapi yang
berhasil dibantu oleh kemampuan anggota staf untuk
mempertahankan pendekatan yang kuat namun suportif
pada pasien, seringkali melalui kombinasi pendorong
positif (pujian) dan pendorong negatif (pembatasan
olahraga dan perilaku pencahar). Tetapi, beberapa
fleksibilitas

dalam

mengindividualisasikan

program

diperlukan

terapi

untuk

untuk

memenuhi

kebutuhan dan kemampuan kognitif pasien. Akhirnya,


pasien harus mau berperan serta dalam pengobatan
untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Sebagian besar pasien tidak tertarik dengan terapi
psikiatrik dan bahkan menolaknya. Mereka dibawa ke
praktik dokter dengan paksaan sanak saudara atau
teman-teman mereka. Pasien jarang menerima anjuran
untuk dirawat di rumah sakit tanpa berdebat dan
mengkritik

program

yang

ditawarkan.

Dengan

menekankan pada manfaat, seperti menghilangkan


insomnia

dan

tanda

serta

gejala

mungkin

membantu membujuk

depresif pasien,

pasien untuk

mau

merawat dirinya di rumah sakit. Dukungan sanak


saudara dan kepercayaan pada dokter dan tim terapi
sangat penting jika harus dilakukan rekomendasi yang
kuat. Keluarga pasien harud diberitahukan bahwa pasien
akan menolak perawatan dan selama beberapa minggu
pertama

pengobatan

permohonan

yang

akan

dramatik

membuat
meminta

banyak
dukungan

keluarga supaya melepaskannya dari program rumah


sakit. Hanya jika risiko kematian akibat komplikasi
malnutrisi

kemungkinan

terjadi,

perawatan

atau

komitmen

kemungkinan

terjadi,

perawatan

atau

komitmen dengan paksaan harus didapatkan.


Penatalaksanaan umum pasien anoreksia nervosa
selama program pengobatan di rumah sakit harus
memperhitungkan hal-hal berikut:
1) Masing-masing pasien harus ditimbang setiap hari
pada pagi hari setelah mengosongkan kandung
kemihnya
2) Asupan cairan setiap hari dan output urin harus
dicatat.
3) Jika terjadi muntah, anggota staf rumah sakit
harus

melakukan

pengukuran

eletrolit

serum

secara teratus dan mengamati perkembangan


hipokalemia
4) Setelah pasien dipulangkan dari rumah sakit,
klinisi

biasanya

melakukan
ditemukan

merasa

bahwa

pengawasan

rawat

jalan

bila

diri

pasien

dan

masalah

pada

perlu

untuk

keluarganya
b. Psikoterapi
Sebagian besar pasien dengan anoreksia nervosa
memerlukan intervensi yang terus-menerus setelah
dipulangkan dari rumah sakit. pada kasus yang kurang

parah,

perawatan

diperlukan.

di

Sebagian

rumah
besar

sakit

mungkin

tidak

pasien

memiliki

onset

ganguan pada masa remaja, terapi keluarga adalah


bagian dari rencana pengobatan yang menyeluruh.
Walaupun terapi berorientasi psikodinamika klasik tidak
berhasil dalam stadium awal pengobatan, khususnya
jika pasien anoreksia nervosa dalam keadaan kelaparan,
psikoterapi berorientasi tilikan adalah membantu pada
beberapa

pasien

anoreksia

jika

mereka

telah

distabilkan.
Psikoterapi psikodinamik kadang-kadang digunakan
untuk pengobatan pasien anoreksia nervosa. Tetapi,
penolakan

pasien,

menyebabkan

dilakukan.

Karena

pasien

proses

memandang

ini

sukit

gejalanya

sebagai inti dari kekhususan mereka. Ahli terapi harus


menghindari penanaman yang berlebihan dalam usaha
mengganti perilaku makan pasien.
Psikoterapi yang berorientasi pada insight hanya berguna pada
pasien anoreksia nervosa yang telah stabil. Psikoterapi adalah
pendekatan yang terbaik untuk gangguan ini. Beberapa penelitian
mendukung penggunaan dari family based interventions, adolesent
focused indivudual therapy dan developmentally adapted cognitive
behavioral therapy (James lock et al, 2009).
Cakupan perawatan psikologis yang fokus terhadap individual ada
gangguan makan diantaranya adalah psikoterapi psikodinamika,
psikoterapi interpersonal, developmentally oriented individual therapy,
CBT, dialectical behavioral therapy, nutritional therapy dan
psikoterapi baru yaitu cognitive remediation therapy (Crisp, 1980 :
Lavenkron, 2001; mcintosh et al. 2005; Pike, Walsh, Vitousek, Wilson
& Bauner, 2004 ; Robin et al. 1999; Tchanturia, Whitney & Treasure,
2006)
c. Terapi biologis

Penelitian

farmakologis

belum

mengindentifikasi

adanya medikasi yang menyebabkan perbaikan pada


gejala anoreksia nervosa. Beberapa laporan mendukung
pemakaian

cyproheptadine

(Periactin),

suatu

obat

dengan sifat anti histaminik dan antiserotonergik, pada


anoreksia
memberikan

tipe

pembatas.

suatu

manfaat

Amitriptyline
pada

pasien

(Elavil)
dengan

anoreksia nervosa. Pada pasien dengan gejala depresif


yang menyertai, antidepresan juga diperlukan untuk
pasien anoreksia nervosa.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) juga bermanfaat pada
kasus anoreksia nervosa tertentu dengan gangguan
depresif berat.
d. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Diakui sebagai treatment yang efektif untuk gangguan makan. Dari
beberapa study menunjukkan bahwa CBT paling baik digunkan
sebagai single antidepresant drugs dan lebih efektif daripada treatment
lainnya (Wilfew & Cohen, 1997; wilson & Fairbun, 1998).
CBT didasarkan pada suatu model kognitif tentang apa yang
menyebabkan gangguan (Fairbun, 1997). Tekanan sosial atas wanita
untuk lebih kurus yang berhubungan dengan shape dan weigh dan
untuk melakukan pengekangan diet secara ketat (Polivy & Herman,
1993). Treatmen diarahkan pada dietary restraint menuju pada pola
makan yang lebih normal, pengembangan kognitif dan memodifikasi
pikiran yang disfungsional dan perasaan-perasaan personal yang
berkaitan dengan berat dan bentuk tubuh.

BAB III
PENUTUP
Anoreksia nervosa adalah suatu gangguan yang ditandai
oleh penurunan berat badan yang disengaja, yang dimulai
atau dipertahankan oleh pasien, penolakan terhadap berat
badan yang proporsional denga tinggi badan, ketakutan yang
kuat terhadap kegemukan serta adanya distorsi tentang
gambaran tubuh. Terdapat dua tipe anoreksia nervosa, yakni
tipe menahan dan tipe makan berlebihan. Menuruk Kaplan
dkk (2010), faktor biologis, sosial, dan psikologis merupakan
faktor-faktor

yang

terlibat

sebagai

penyebab

anoreksia

nervosa. Mengingat implikasi psikologis dan medis anoreksia


nervosa yang dipersulit, suatu rencana pengobatan yang
menyeluruh,
diperlukan

termasuk
dan

terapi

perawatan

di

individual

dan

rumah

sakit

keluarga,

jika

adalah

dianjurkan. Pendekatan perilaku, dan kognitif pada beberapa


kasus medikasi harus dipertimbangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Durand, V. Mark., Barlow, David H. 2007. Intisari Psikologi


Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Kaplan, Harold I., dkk. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang:
Binarupa Aksara.
Nevid, Jeffrey S., dkk. 2003. Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Puspitasari, Karentia. 2007. Faktor-faktor Penyebab Anoreksia
Nervosa

Pda

Remaja

Putri.

Skripsi

Fakultas

Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.

Psikologi

Das könnte Ihnen auch gefallen