Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
INSUFISIENSI MITRAL
MAKALAH
oleh
Kelompok 11
KEPERAWATAN KLINIK 1B
Insufisiensi Mitral
oleh
Niken Oktaviani
142310101059
142310101065
Rizal Amirullah
142310101141
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat dan
limpahan rahmatnyalah makalah tentang penyakit Insufisiensi Mitral ini dapat
terselesaikan dengan baik. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi,
sistematika, maupun cara penyajiannya. Makalah tentang penyakit Insufisiensi
Mitral ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Klinik 1B
bagi Semester 3 Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas jember. Ucapan
terimakasih kami ucapkan kepada Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes, selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Klinik 1B ini. Serta bagi semua pihak yang
turut mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari materi tentang penyakit
terutama penyakit Insufisiensi Mitral. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lain yang akan menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami
sendiri sebagai penyusun.
Jember,
19
September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................
HALAMAN JUDUL..................................................................................
ii
PRAKATA..................................................................................................
iii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iv
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................
1
2
3
LatarBelakang.................................................................................
Tujuan.............................................................................................
ImplikasiKeperawatan....................................................................
1
2
2
1
2
3
4
5
6
7
8
3
5
6
8
9
10
11
11
BAB 3. PATHWAY....................................................................................
13
15
4.1 Pengkajian......................................................................................
4.2 Analisa masalah ............................................................................
4.3 Diagnosa........................................................................................
4.4 Intervensi.......................................................................................
4.5 Implementasi..................................................................................
4.6 Evaluasi..........................................................................................
15
20
21
22
28
30
BAB 5. PENUTUP.....................................................................................
32
5.1 Kesimpulan....................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................
32
32
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
34
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit katup jantung merupakan penyakit yang masih tinggi insidensinya
terutama di negara berkembang seperti di Indonesia. Penyakit ini menduduki
posisi ke dua setelah penyakit jantung koroner. Ada dua macam penyait katup
jantung yaitu stenosis dan insufisiensi mitral. Penyakit katup jantung Insufisiensi
mitral merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke
atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna.
Kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup
dengan sempurna pada saat systole menyebabkan peningkatan volume kerja
jantung karena jantung perlu memompa volume untuk mengganti darah yang
mengalir balik. Dilihat dari fungsi katup jantung yaitu untuk mempertahankan
atau mencegah aliran balik darah dari berbagai arah.
Insufisiensi mitral merupakan tipe kerusakan katup jantung yang sering
terjadi. Setelah umur 55 tahun, dapat ditemukan insufisiensi mitral dengan
berbagai derajat keparahan. Angka kejadian di atas umur 55 tahun mencapai
hampir 20% pada laki-laki dan perempuan yang melakukan ekokardiogram.
Sedangkan angka kejadian insufisiensi mitral adalah 2% dalam populasi umum.
Perbandingan laki-laki dan perempuan dalam menderita kelainan ini adalah sama.
Penyebab insufisiensi mitral adalah deformitas daun-daun katup,deformitas
analus mitral, atau gangguan pada khorda tendinae dan muskulus papilaris dan
penyebab lain juga adalah demam reumatik. Data terakhir mengenai prevalensi
demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981-1990 didapati 0,3-0,8 diantara
1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya.
(Burnside,1995,251).
Meskipun jumlah kasus demam rematik yang dapat berpotensi menyebabkan
insufisiensi mitral di Indonesia tidak lebih tinggi dibanding negara berkembang
lainnya tetapi kita harus waspada dalam upaya pencegahan. Dengan
memperhatikan gaya hidup, dan lingkungan yang sehat,diharapkan dapat
menurunkan resiko penyakit katup jantung seperti insufisiensi mitral. Sehingga
kami sebagai mahasiswa keperawatan memberikan sebuah rangkuman makalah
tentang insufisiensi mitral sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa
keperawatan. Selain itu tujuan dari makalah ini adalah membahas tentang
bagaimana tanda-tanda penyakit ini, cara pencegahan dan bagaimana cara
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan insufisiensi mitral.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan insufisiensi mitral
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian insufisiensi mitral
2. Mengetahui epidemiologi insufisiensi mitral
3. Mengetahui etiologi insufisiensi mitral
4. Mengetahui tanda dan gejala insufisiensi mitral
5. Mengetahui patofisiologi insufisiensi mitral
6. Mengetahui komplikasi dan prognosis insufisiensi mitral
7. Mengetahui pengobatan insufisiensi mitral
8. Mengetahui pencegahan insufisiensi mitral
1.3 Implikasi Keperawatan
a. Perawat sebagai care giver
Perawat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
dengan kelaian Infusiensi Mitral
b. Perawat sebagai konselor
mitral adalah bentuk yang paling umum dari penyakit jantung katup (Tierney
et.al, 2006). Insufisiensi mitral adalah daun katup mitral yang tidak dapat menutup
dengan rapat sehingga darah dapat mengalir balik
2.3 Etiologi
Insufisiensi mitral terjadi bila bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling
menutup selama sistole. Chordae tendinae memendek, sehingga bilah katup tidak
dapat menutup secara sempurna, akibatnya terjadilah insufisiensi dari ventrikel
kiri ke atrium kiri. Demam rematik menjadi penyebab utama dari regurgitasi katup
mitral. Tetapi saat ini, di negara-negara yang memiliki obat-obat pencegahan yang
baik, demam rematik jarang terjadi. Misalnya di Amerika Utara dan Eropa Barat,
penggunaan
antibiotik
untuk
strep throat
(infeksi
tenggorokan
karena
rematik masih sering terjadi dan merupakan penyebab umum dari regurgitasi
katup mitral.
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, penyebab yang lebih sering adalah
serangan jantung, yang dapat merusak struktur penyangga dari katup mitral.
Penyebab umum lainnya adalah degenerasi miksomatous (suatu keadaan dimana
katup secara bertahap menjadi terkulai/terkelepai), disfungsi/ruptur muskulus
papilaris sebagai dampak iskemik jantung ( cepat menimbulkan edema paru akut
dan syok), endokarditis infektif, dan anomali kongenital. Di negara berkembang,
terbanyak
penyebab
insufisiensi
mitral
adalah
demam
reumatik
yang
MR,
adapun
penyakit
yang
mendasari
antara
lain
peripartal, hipertiroidisme,
toksik, AIDS.
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama
sistol dan terjadi MR.
e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada lansia. Dapat
diketahui melalui ekokardiogram foto thoraks, penemuan biopsi.
f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR.
g. Infective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun chorda
tendinae dan merupakan penyebab MR akut.
h. Kongenital. Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral pada
anomali ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni akibat
kelainan jaringan ikat.
Palpitasi
2.
Lemah
3.
Dyspnea
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Fibrilasi atrium
2.5 Patofisiologi
Katup mitral yang tidak bisa menutup dengan sempurna pada saat sistolik
pada insufisiensi mitral dapat diakibatkan karena kalsifikasi, penebalan dan
distorsi daun katup. Selama fase sistolik terjadi aliran balik ke atrium kiri,
sedangkan aliran ke aorta berkurang. Walaupun demikian output ventrikel kiri ke
aorta harus dipertahankan secara optimal dengan mekanisme kompensasi,
ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat, sampai timbul dekompensasi. Akhirnya
ventrikel kiri akan berdilatasi juga sebagai akibat volume darah yang banyak
masuk dari atrium kiri pada saat sistolik. Pada saat diastolik darah mengalir dari
atrium kiri ke ventrikel kiri. Darah atrium kiri tersebut berasal dari paru-paru
melalui vena pulmonalis dan juga darah dari insufisiensi yang berasal dari atrium
kiri, dimana dilatasi ini akan menyebabkan insufisiensi semakin banyak, timbul
hipertensi pulmonal seperti yang terjadi pada stenosis mitral.
Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang biasanya
bersifat irreversible, dan disertai dengna terjadinya kongestif vena pulmonalis
yang berat dan edema pulmonal. Patofisiologi insufisiensi mital dapat dibagi ke
dalam fase akut, fase kronik yang terkompensasi dan fase kronik yang
dekompensasi
1. Fase akut sering disebabkan adanya kelebihan volume di atrium dan
ventrikel kiri. Ventrikel kiri menjadi overload karena setiap kontraksi tidak
hanya memompa darah menuju aorta tetapi juga terjadi regurgitasi ke
atrium kiri pada kasus akut, stroke volume ventrikel kiri meningkat tetapi
cardiac output menurun.
2. Fase kronik terkompensasi terjadi secara perlahan dari beberapa bulan
sampai beberapa tahun. Pada fase ini ventrikel kiri menjadi hipertropi dan
terjadi peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk meningkatkan
stroke volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan pada
atrium akan berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena
pulmonalis sehingga gejala dan tanda kongesti pulmonal akan berkurang.
3. Fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium ventrikel
kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume dan stroke
volume
vetrikel
kiri
akan
menurun.
Penurunan
stroke
volume
gagal
memompakan
darah
untuk
memenuhi
kebutuhan
10
b. Prognosis
1. Hasilnya bervariasi, biasanya kondisi ini ringan, sehingga tidak ada terapi
atau pembatasan diperlukan. Gejala biasanya dapat dikontrol dengan obatobatan.
2. Sesekali Dekompensasi kordis kiri (LVF) timbul, keadaan umum penderita
merosot cepat
3. Lebih lama bebas keluhan dari pada stenosis mitral.
2.7 Pengobatan
Sebagian besar penderita tidak memerlukan pengobatan. Jika jantung
berdenyut terlalu cepat, beta-blocker dapat digunakan untuk memperlambat
denyut jantung serta mengurangi palpitasi dan gejala lainnya. Jika terjadi
regurgitasi, setiap kali sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi atau
pembedahan, penderita harus mengkonsumsi antibiotik karena terdapat resiko
infeksi katup jantung.
Pengobatan dengan terapi medikantosa dengan
1. Digoxin : berguna dalam penanganan fibrasi atrium. Obat ini adalah
kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif dan dapat
meningkatkan kekuatan denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung
kuat dan sekata.
2. Antikoagulan oral : diberikan kepada paisen untuk mengelakkan terjadinya
pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa
terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.
11
3. Antibiotik
profilaksis
administrasi
antibiotik
dilakukan
untuk
12
13
Rematik : PJR
BAB 3. PATHWAYS
Insufisiensi mitral
Inadekuat nutrisi
Cemas
14
n jantung memompa
darah
meningkat
Dilatasi
dan
kontraktilitasPenurunan
menurun curah jantung
Kongesti paru
Dilatasi atrium
Edema paru
Sesak nafas
Kerusakan atrium
Takiaritmia
15
dimulai
dengan
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi,
16
tekanan arteri
3) Perkusi
: batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.
4) Auskultasi
: bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks,
menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi, bunyi jantung I
lemah karena katup tidak menutup sempurna, bunyi jantung III
17
Dyspnea,
Orthopnea,
18
tanda-tanda
bendungan
paru.
Kadang-kadang
terlihat
pula
pada
insufisiensi
gerakan
katup,
mitral
ketebalan
digunakan
serta
adanya
diagnostik
insufisiensi
mitral
sertaderajatnya,
19
secaraselektif
menilai
anatomi
pembuluh
darah
koroner.
akan didapatkan
pula peningkatan
tekanan
diarteri
Diagnosa
Evaluasi
Keperawatan
20
nafas
beraktivitas
memompa darah.
DO : tekanan darah
130/80 mmHg, terjadi
aritmia,
denyut
jantung
dan
irama
DS
mengatakan
napas,
dan
batuk
perubahan member
retensi cairan
intertestial.
DS
Klien Ketidakseimbangan
Intoleransi aktifitas
atau jaringan
ditempat
tidur sekalipun
DO
frekuensi
pernapasan
menit
DS
mengatakan
24x/
Pasien kurangnya informasi
Defisit pengetahuan
katup jantung
DO : pasien terlihat
khawatir dan sudah
tidakada
harapan
21
untuk hidup
4.3 Diagnosa
1) Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan ketidakmampuan ventrikel
kiri untuk memompa darah.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru
akibat sekunder dari perubahan member kapiler alveoli dan retensi cairan
intertestial.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen ke
jaringan
4) defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kelainan
katup jantung
4.4 Intervensi
No Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Keperawatan
dan Intervensi
Rasional
22
1.
Penurunan curah
Tujuan : dalam
jantung yang
lapor tanda
mortalitas dan
berhubungan
penurunan curah
penurunan
morbiditas
dengan
jantung dapat
curah
sehubungan
ketidakmampuan
teratasi dan
ventrikel kiri
menunjukkan
untuk memompa
darah.
1. Kaji dan
jantung
2. Berikan
oksigen
tambahan
dengan
nasal atau
oksigen untuk
masker
kebutuhan
sesuai
miokardium
indikasi
3. Kolaborasi
pemberian
cairan
untuk melawan
efek hipoksi
atau iskemia
3. Karena adanya
intervena,
peningkatan
pembatasa
tekanan
n jumlah
ventrikel kiri,
total cairan
klien tidak
sesuai
dapat
dengan
menoleransi
indikasi,
peningkatan
hindari
volume
cairan dan
cairan(preload)
natrium
4. Kolaborasi
normal, tidak
obat
miokardium
sediaan
pemberian
denyut jantung,
dengan infark
kanula
dalam batas
terjadi aritmia,
1. Kejadian
diuretic
5. Kolaborasi
pemberian
obat
klien juga
mengeluarkan
sedikit natrium
yang
menyebabkan
retensi cairan
dan
23
teratur.
vasodilator
meningkatkan
seperti
kerja
nitrat
miokardium
4. Penurunan
preload paling
banyak
digunakan
dalam
mengobati
klien dengan
curah jantung
relative normal
ditambah
dengan gejala
kongesti
deuritik blok
reabsorbsi
diuretic
sehingga
mempengaruhi
reabsorbsi
natrium dan air
5. Vasodilator
digunakan
untuk
meningkatkan
curah jantung,
menurunkan
volume
sirkulasi(vasodi
lator) dan
tahanan
vasikuler
24
sistemis
(arteridilator)
juga kerja
ventrikel
2.
Tujuan : Dalam
Auskultasi
efektif
bunyi napas.
paru, akibat
berhubungan
pola napas
1.
Kaji
sekunder
dengan
kembali efektif
adanya
dekompensasi
perembesan
cairan, kongesti
Kriteria hasil :
paru akibat
sekunder dari
napas, frekuensi
perubahan
pernapasan
member kapiler
normal (16-20 x
alveoli dan
atau menit),
retensi cairan
respon batuk
intertestial.
berkurang, output
edema.
2. Pertahank
1. Indikasi edema
jantung.
2. Waspadai
an
adanya gagal
pemasuka
kongestif atau
n total
kelebihan
cairan
volume cairan.
3. Memenuhi
2000ml
atau
24jam
dalam
kebutuhan
cairan tubuh
orang dewasa
25
toleransi
tetapi
jam
kardiovask
memerlukan
uler.
3. Kolaborasi
pembatasan
pemberian
diet tanpa
garam.
4. Kolaborasi
pemberian
diuretik
dengan adanya
dekompensasi
jantung.
4. Natrium
meningkatkan
retensi cairan
dan
meningkatkan
volume plasma
yang
berdampak
terhadap
peningkatan
beban kerja
jantung dan
akan
meningkatkan
kerja
miokardium.
5. Diuretic
bertujuan
untuk
menurunkan
volume plasma
dan
menurunkan
retensi cairan
di jaringan
sehingga
menurunkan
26
risiko
terjadinya
edema paru.
3.
Intoleransi
Tujuan : Dalam
aktivitas
frekuensi
terhadap
berhubungan
aktivitas sehari-
jantung,
aktivitas dapat
dengan
hari klien
irama, dan
mengindikasika
ketidakseimbang
terpenuhi dan
perubahan
n penurunan
an suplay
meningkatnya
TD selama
oksigen
oksigen ke
kemampuan
dan
jaringan.
beraktivitas
sesudah
Kriteria hasil :
Klien
menunjukkan
peningkatan
kemampuan
beraktivitas atau
mobilisasi
ditempat tidur,
frekuensi
pernapasan
normal.
1. Catat
aktivitas.
2. Tingkatkan
istirahat,
batasi
aktivitas,
dan
berikan
aktivitas
senggang
yang tidak
berat.
3. Jelaskan
pola
peningkata
n bertahap
dari
tingkat
aktivitas,c
ontoh
bangun
dari kursi,
1. Respon klien
miokardium.
2. Menurunkan
kerja
miokardium
atau konsumsi
oksigen.
3. Aktivitas yang
maju
memberikan
control jantung,
meningkatkan
regangan dan
mencegah
aktivitas
berlebihan.
4. Untuk
mendapatkan
cukup waktu
resolusi bagi
tubuh dan tidak
terlalu
memaksa kerja
jantung
27
bila tak
ada nyri,
ambulasi,
dan
istirahat
selama 1
jam
setelah
makan.
4. Berikan
waktu
istirahat
diantara
waktu
aktivitas
5.
Defisit
Tujuan : setelah
pengetahuan
dilkukan
dasar
mempuyai
berhubungan
perawatan selama
patologi
dasar
dengan
abnormalit
pemahaman
kurangnya
paham tentang
as katub
tentang
informasi tantang
kelainan katup
kelainan katup
jantung
jantung
Kriteria hasil :
1. jelaskan
2. Jelaskan
1. pasien harus
abnormalita
rasional
s katubnya
pengobata
sendiri dan
n, dosis,
konsekuensi
Setelah dilakukan
efek
hemodinami
tindakan
samping,
k kerusakan
keperawatan, Pasi
dan
sebagai
en mengerti
pentingnya
dasar
minum
penjelasan
obat sesuai
rasional
resep
aspek
tentang
kelainan katub
jantung dalam
3. Anjurkan
pengobatan.
jangka waktu
dan biarkan
1x24 jam
pasien
meningkatk
menunjukka
an
2. Dapat
28
kerjasama
ketrampilan
dengan
pemantauan
terapi obat
sendiri
dan
menceah
penghentian
sendiri pada
obat dan
/atau
interaksi
obat yang
merugikan
3. Adanya
perubahan
pada
indikasi
harus
dilaporkan
pada dokter
untuk
evaluasi.
4.3 Implementasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
29
1.
2.
3.
diuretik
1. Mencatat frekuensi jantung,
irama, dan perubahan TD
selama dan sesudah aktivitas.
2. Meningkatkan istirahat, batasi
aktivitas, dan berikan aktivitas
senggang yang tidak berat.
3. Menjelaskan pola peningkatan
bertahap dari tingkat
aktivitas,contoh bangun dari
kursi, bila tak ada nyri,
ambulasi, dan istirahat selama
30
katup jantung
4.4 Evaluasi
No.
Diagnosa
Evaluasi
1.
Keperawatan
Penurunan curah
jantung yang
berhubungan dengan
ketidakmampuan
teratur.
memompa darah.
2.
P : hentikan ntervensi
S ; Klien mengatakan tidak sesak napas, dan batuk
efektif berhubungan
berkurang
dengan perembesan
perubahan member
P : hentikan ntervensi
3.
5.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ditempat tidur,
ketidakseimbnagan
suplay oksigen ke
jaringan
Defisit pengetahuan
P : hentikan ntervensi
S : Pasien mengatakan telah mengerti tentang
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tantang kelainan
katup jantung
P : hentikan ntervensi
32
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit katup jantung Insufisiensi mitral merupakan keadaan dimana
terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat
katup mitral tidak menutup secara sempurna. Kelainan katup mitralis yang
disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat
systole menyebabkan peningkatan volume kerja jantung karena jantung perlu
memompa volume untuk mengganti darah yang mengalir balik. Secara umum,
insufisiensi mitral dapat disebabkan karena reumatik dan non reumatik, baik
secara degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung
bawaan, trauma dan sebagainya.
Beberapa tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan insufisiensi mitral
yaitu palpitasi, lemah, dyspnea, ortopnea, paraxymal nocturnal dyspnea, thrill
sistolik di apeks, hanya terdengar bising sistolik di apeks, bunyi jantung 1
melemah, bising panasistolik, iktus kordis kuat, dan fibrilasi atrium. Pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan menggunakan elektrokardiogram, foto thorax,
fonokardiogram, dan pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksaan dimulai dengan keadaan umum (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi), lalu pemeriksaan tanda-tanda vital, kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan persistem. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan
insufisiensi mitral dimulai dengan pengkajian data klien, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi. Prioritas keperawatan dalam asuhan
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Manurung, D. Penyakit jantung valvular, penyakit katup mitral dan tricuspid.
Dalam: Ilmu Penyakit Dalam ed.2. 1991. 236 44.
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Price, Silvia Anderson (2006). Pantofisiologi. Jakarta
Wilkinson, Judith M. dan Ahren, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan edisi 9. Jakarta: EGC.
Zaidema. Cacat katup jantung. Dalam : Penyakit jantung. Nurcaya.199:94100.
https://necel.wordpress.com/2010/08/05/mitral-insufisiensi/
http://riakhumairah.blogspot.co.id/2014/03/insufisiensi-mitral.html
https://www.scribd.com/doc/62692563/INSUFISIENSI-MITRAL
35
21