Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DIRI RENDAH
BAB I. TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri ( Keliat, 1998).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.
Seseorang yang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa apa, tidak
kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap
hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya,
entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini, J.F,
2002).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini :
a. Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan
standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga
disebut bahwa ideal diri sama dengan cita cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap
kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart & Sundeen, 1998).
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan
tapi merupakan tugas utama pada masa remaja
d. Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu di berbagai kelompok sosial.Peran yang diterapkan adalah peran dimana
seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau
dipilih oleh individu (Stuart & Sundeen, 1998).
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart &
Sundeen, 1998.
2. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam
mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan sumbersumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah seseorang dalam
memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab Gangguan Konsep Diri Harga
Diri Rendah, yaitu :
a. Factor Presdisposisi
Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua, penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Factor Presipitasi
Factor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan bagian tubuh,
perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.
3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan,kekalahan, dan kegagalan, tetapi merasa sebagai seorang
yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.Umumnya disertai oleh evalauasi diri
yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan
alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat.
Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah
persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive,
kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien
gangguan jiwa.
4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah
a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum dan menolak diri sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat meberi rasa puas
Masalah utama
Defisit Perawatan Diri
Penyebab
6. Penatalaksanaan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksudmeliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun
gejala negative skizofrenia
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5) Tidak menyebabkan kantuk
6) Memperbaiki pola tidur
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep
dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
c. Therapy
Kejang
Listrik
Electro
Convulsive
Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
latihan
keterampilan
sosial
untuk
meningkatkan
kemampuan
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
c.
Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri,
perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e.
Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f.
Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
MASALAH YANG PERLU DIKAJI
No
1
Masalah Keperawatan
Data Subyektif
Data Obyektif
Masalah utama : gangguan Mengungkapkan ingin diakui Merusak
diri
sendiri,
konsep diri : harga diri jati dirinya. Mengungkapkan Merusak
orang
lain,
rendah
tidak ada lagi yang peduli. Ekspresi malu,
Mengungkapkan tidak bisa Menarik diri dari hubungan
apa-apa.
Mengungkapkan social,
Tampak
mudah
dirinya
tidak
berguna. tersinggung,
Tidak
Mengkritik
diri
sendiri. mau makan dan tidak tidur
Perasaan tidak mampu.
Mk : Penyebab tidak Mengungkapkan
Tampak
ketergantungan
efektifnya koping individu ketidakmampuan
dan terhadap orang lain Tampak
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik
bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan
pada pasien sebagai berikut:
a.
b. Isolasi Sosial
c.
a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
b. Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan adalah :
a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu
batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan seharihari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
b. Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal
berikut :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
b. Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !
T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus
Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Terminasi :
Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.
Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00
Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
Orientasi :
Assalammualaikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah
Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau
sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu T?
Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini
Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!
Kerja :
T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T
bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat
sampah untuk membuang sisa-makanan.
Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya
Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut
dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai
Sekarang coba T yang melakukan
Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?
Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.
Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel
Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.
Untuk mengatasi masalah Iolasi Sosial
Tindakan keperawatan pada pasien
Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
a. Tujuan khusus I: Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi: Setelah dilakukan dua kali interaksi, pasien menunjukkan tanda-tanda
percaya kepada perawat, seperti: wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata,
bersedia menceritakan perasaannya, bersedia mengungkapkan masalahnya.
Intervensi keperawatan:
2) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat berhubungan sosial, dan kerugian tidak
berhubungan sosial (menarik diri)
3) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
d. Tujuan khusus IV: Pasien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat melaksanakan hubungan sosial
secara bertahap, dengan: perawat, perawat lain, pasien lain, dan kelompok.
Intervensi keperawatan:
1) Observasi perilaku pasien saat berhubungan social
2) Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan perawat,
perawat lain, pasien lain, dan kelompok
3) Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)
4) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien
bersosialisasi
5) Beri motivasi pada pasien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
6) Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
e. Tujuan khusus V: Pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah melakukan hubungan social
Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menjelaskan perasaan setelah
berhubungan sosial, dengan: orang lain dan kelompok.
Intervensi keperawatan:
1) Diskusikan dengan pasien tentang perasaan setelah berhubungan sosial, dengan: orang lain
dan kelompok
2) Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.
f. Tujuan khusus VI: Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Kriteria evaluasi: Setelah dua kali interaksi, pasien dapat menyebutkan: manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat, nama obat, warna, dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek
terapi dan efek samping obat. Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, dan
pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Intervensi keperawatan:
1) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama obat,
warna, dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian, efek terapi dan efek samping obat
2) Observasi pasien saat penggunaan obat
B. RENTANG RESPON
Respon adaptif
Respon maladaptif
Depersonalisasi
positif
Kerancuan
identitas
Harga diri
rendah
Konsep diri
positif
Aktuallisasi
diri
(suliswati dkk,2005:91)
a. Aktuaisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan
orang lain.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan
atau penyakit)
c. Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a. Penolakan dari orang lain
b. Kurang penghargaan
c. Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan
tidak konsisten
d. Persaingan antar saudara
e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f. Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
a. Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan
sehat sakit
b. Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi
c. Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik
dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d. Peran yang terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a. Ketidak percayaan orang tua pada anak
b. Tekanan dari teman sebaya
c. Perubahan dari struktur sosial
D. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun
eksternal klien, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
E.
Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya.
Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran,
panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal. Prosedur medis keperawatan.
POHON MASALAH
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
G.
1.
a.
2. Jangka panjang
a. Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting
bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b. Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego:
1. Penggunaan fantasi
2. Disosiasi
3. Isolasi
4. Projeksi
5. Pergeseran ( displasement )
6. Peretakan ( splitting )
7. Berbalik marah pada diri sendiri
8. Amuk
H. PERILAKU
1. Mengkritik diri sendiri
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
(7)
2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada lansia, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai antipsikosis kuat
dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid.
Di samping itu halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat
sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih 60
70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam.
Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat, sebagian besar
diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang hipersensitif terhadap
halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi reaksi ekstapiramidal
seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang terjadi gangguan percernaan dan
perubahan hematologik ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah,
hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem,
retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra piramidal berkaitan dengan obatobatan antipsikotik.
b) Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan kedua neurotransmiter mayor
secara alamiah yang terdapat di susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin,
ketidakseimbangan defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum.
Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain, glaukoma, ulkus peptik
stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis
ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi,
konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium, kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti
ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual,
muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada
perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau
mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. (Keliat, Budi Ana, 1998 : 3 )
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah :
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan,
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah
sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini.
3. Faktor predisposisi
4.
5.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan
bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan
atau peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat, hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain.
i. Spiritual
j.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.
c.
d.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
7.
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah / menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.
Status mental
Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih,
penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien
dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan berpenampilan baik / berpakaian terhadap status
psikologis klien.
Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap, sering terhenti / bloking,
apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan.
Aktivitas motorik
Lesu, tegang, gelisah.
Agitasi : gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan
Tik : gerakan-gerakan kecil otot muka yang tidak terkontrol
Grimasem : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak terkontrol klien
Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari
Kompulsif : kegiatan yang dilakukan berulang-ulang
Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
Khawatir : objeknya belum jelas
Afek
Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau
menyedihkan.
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang sangat kuat
Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan stimulus
Interaksi selama wawancara
Kooperatif : berespon dengan baik terhadap pewawancara
Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan
Mudah tersinggung
Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak bersahabat atautidak ramah
Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
Curiga : menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara atau orang lain.
Persepsi
Jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
Proses pikir
c.
a.
b.
lainnya
Flight of ideas : pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik yang lainnya.
Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan
kembali
Perseferasi : kata-kata yang diulang berkali-kali
Perbigerasi : kalimat yang diulang berkali-kali
Isi fikir
Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
Phobia : ketakutan yang patologis / tidak logis terhadap objek / situasi tertentu.
Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ tubuh yang sebenarnya tidak ada.
Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungan yang
bermakna yang terkait pada dirinya.
Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil
atau diluar kemampuannya.
Waham :
Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Somatik : keyakinan klien terhadap tubuhnya dan diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan keyakinan
Kebesaran : keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuannya dan diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Curiga : keyakinan klien bahwa ada seseorang yang berusaha merugikan, mencederai
dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal yang dinyatakan
secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
Waham yang bizar
Sisip pikir : klien yakin ad aide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikirannya,
disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
Siar pikir : klien yakin ada orang lain yang mengetahui apa yang klien pikirkan walaupun
klien tidak pernah menceritakannya kepada orang, disampaikan secara berulang-ulang dan
tidak sesuai kenyataan
Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar, disampaikan secara
berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Tingkat kesadaran
Bingung : tampak bingung dan kacau ( perilaku yang tidak mengarah pada tujuan).
Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
d.
e.
f.
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
klien dalam sikap yang canggung dan dipertahankan klien tapi klien mengerti semua yang
terjadi dilingkungannya
Orientasi : waktu, tempat dan orang
Jelaskan apa yang dikatakan klien saat wawancara
Memori
Gangguan mengingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian lebih dari 1 bulan.
Gangguan mengingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian dalam minggu
terakhir.
Gangguan mengingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang
tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
Tingkat konsentrasi
Mudah beralih : perhatian mudah berganti dari satu objek ke objek lainnya.
Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang karena tidak
menangkap apa yang ditanyakan atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan.
Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan ataupengurangan pada bendabenda yang nyata
Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita : klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik
dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan / klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain ataulingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang
Kebutuhan persiapan pulang
Makan
Tanyakan frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara makan, observasi kemampuan klien
menyiapkan dan membersihkan alat makan.
Buang Air Besar dan Buang Air Kecil
Observasi kemampuan klien untuk Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK),
pergi menggunakan WC atau membersihkan WC.
Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut, gunting
kuku, observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien.
Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian, observasi
penampilan dandanan klien.
Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam, persiapan sebelum tidur dan
aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
g.
h.
i.
j.
4.
Observasi penggunaan obat, frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien tentang bagaimana, kapan perawatan lanjut, siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki.
Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah,
mencuci pakaian sendiri, mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari-hari, aktivitas lain yang
dilakukan di luar rumah.
Pola dan mekanisme koping
Data didapat melalui wawancara dengan klien atau keluarganya.
Aspek medis
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan oleh Dokter, tuliskan obat-obatan klien saat ini,
baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
5.
Masalah Keperawatan
Dari pengkajian dapat disimpulkan masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada
klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu :
Pohon masalah
Bagan 1
Pohon masalah
Isolasi sosial : menarik diri
1) Definisi
Suatu kondisi dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami
perasan negatif mengenai dirinya dalam berespon.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
(1) Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif dalam berespon terhadap kejadian
kehidupan pada seorang individu dengan evaluasi diri positif sebelumnya.
(2) Pengungkapan perasaan negatif, mengenai diri ( ketidak berdayaan, kegunaan )
b) Minor
(1)
(2)
Ekpresi malu
(5)
Pengabaian diri
(6)
Isolasi sosial
(Carpenito. L.J, 1998 : 353 )
1) Definisi
Keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk menglami gangguan dalam
cara penerapan citra diri seseorang.
2) Batasan karakteristik
a) Mayor
Respon negatif verbal atau nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur
dan / atau fungsi (misal malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
b) Minor
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Perasaan terhadap bagian tubuh, perasaan ketidak berdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan
(6)
(7)
(8)
(9)
Tingkah laku merusak diri (misal mutilasi, usahah bunuh diri, makan berlebihan, kurang
makan)
( Carpenito. L.J, 2001:348)
Kriteria evaluasi
Intervensi
Beri salam a
hubungan
saling
percaya
dibina :
b. Jelaskan maks
c.
Jelaskan kontr
c.
e.
Lakukan kon
f.
Klien
mau
mengungkapkan
perasaannya.
g. Klien mau bercerita mengenai
masalah yang dihadapinya.
TUK 2 :
Klien
dapat
mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
TUK 3 :
Klien
dapat
kemampuan
digunakan
TUK 4 :
Klien dapat menetapkan Setelah ... kali pertemuan, klien
a. Rencana bersa
(merencanakan) kegiatan membuat rencana kegiatan
sesuai
dengan
dilakukan setia
kemampuan yang dimiliki
b. Tingkatkan ke
c.
Beri contoh c
dapat dilakuka
TUK 5 :
Klien dapat melaku-kan Setelah 1 kali pertemuan, klien
a. Beri kesempa
kegiatan sesuai dengan melakukan sesuai kondisi sakit dan
kondisi
sakit
dan kemampuanya
sesuai rencana
kemampuannya
b. Beri pujian
melakukan tind
c. Diskusikan
kegiatan di rum
TUK 6
Klien
dapat Setelah
memanfaatkan
II
Kurang
motivasi
perawatan diri
b.d
defisit
perawtan diri
kali
interaksi
klien
a.
Beri pendidik
dua
ada di keluarga
rendah
b. Bantu kelua
selama klien d
TUM :
Klien
dapat
mearawat Setelah
...
kali
dirinya sendiri
menunjukkan
TUK 1 :
kepada perawat :
Klien
dapat
interaksi
tanda-tanda
maupun non v
b. Perkenalkan
tujuan perawat
yang disukai k
masalah
d. Buat kontrak y
e. Tunjukkan sik
f. Tunjukkan sik
adanya
g. Beri perhatian
kebutuhan das
h. Tanyakan pera
dihadapi klien
i. Dengarkan de
perasaan klien
TUK 2 :
Klien
mengetahui
a.
pentingnya perawatan dirib.
c.
d.
1) Mandi
Frekunsi mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
Frekunsi keramas
4) Ganti pakaian
5) Berhias
Frekunsi berhias
6) Gunting kuku
b. Diskusiakan
b. Dalam
tiga
kali
interaksi
2) Gosok gigi
1) Cara mandi
3) Keramas
4) Ganti pakaian
3) Cara keramas
5) Berhias
6) Gunting kuku
c. Berikan pujia
yang positif
5)
6)
4. Klien
dapat
melaksanakan perawatan
dengan bantuan perawat
Cara berhias
Cara gunting kuku
Dalam
dua
kali
interaksai
2) Gosok gigi
a. Mandi
3) Keramas
b. Gosok gigi
4) Ganti pakaian
c. Keramas
5) Berhias
d. Ganti pakaian
6) Gunting kuku
b. Beri pujian
perawatan diri
e.
f.
5. Klien
dapat
melaksanakan perawatan
diri secara mandiri
Berhias
Gunting kuku
Dalam
tiga
kali
interaksi
klien
a.
Pantau
klie
1) Mandi
2) Gosok gigi
3) Keramas
4) Ganti pakaian
5) Berhias
2) Tindakan ya
dirum
b. Diskusikan de
1) Sarana yang
perawatan diri
2)
Anjurkan ke
sarana tersebut
c.
Diskusikan d
perlu dilakuka
diri:
1) Anjurkan ke
perawatan diri
2) Ingatkan klie
keramas, ganti
3) Bantu jika
dalam perawat
4) Berikan pujian
Tim Keperawatan (2006) Standar Rencana Keperawatan RSMM Bogor, Bogor : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik, Depkes RI.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan asuhan keperawatan oleh perawat dan
klien. Petunjuk dalam implementasi :
a.
3) Fase Orientasi
a) Memberi salam terapeutik
b) Mengevaluasi dan memvalidasi data subjektif dan objektif yang mendukung diagnosa
keperawatan.
c) Membuat kontrak untuk sebuah topik disertai waktu dan tempat dan serta mengingatkan
kontrak sebelumnya.
4) Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan pelaksanaan
perencanaan yang sudah ditentukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada fase ini
perawat mengeksplorasi stressor yang tepat mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, fikiran, perasaan dan perbuatan klien.
5) Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase yang amat sulit dan penting dari hubungan intim terapeutik
yang sudah terbina dan berada dalam tingkat optimal. Fase terminasi terbagi menjadi :
a) Terminasi sementara
Adalah terminasi akhir dari tiap pertemuan antara perawat dengan klien.
b) Terminasi Akhir
(1) Mengevaluasi respon klien setelah tindakan keperawatan.
(2) Merencanakan tindak lanjut.
(3) Mengeksplorasi perasaan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari
perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui
hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.
Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan
yang telah dilakukan.
b. Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang
dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S:
: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Rencana tindak lanjut berupa :
1) Rencana teruskan, bila masalah tidak berubah.
2) Rencana dimodifikasi, jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil tidak
memuaskan.
3) Rencana dibatalkan, jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan masalah
yang ada serta diagnosa lama dibatalkkan.
4) Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan diperlukan adalah memelihara
dan mempertahankan kondisi baru.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang
positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement.
Hasil yang diharapkan saat merawat klien dengan respon konsep diri mal adatif
adalah klien akan mencapai tingkat aktualitas diri yang maksimal untuk menyadari
potensi dirinya.
Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :
Pada akhir keperawatan diharapkan :
a) Klien mampu :
1) Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki
klien.
2) Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3) Klien membuat rencana kegiatan
4) Klien membuat rencana kegiatan
5) Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6) Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7) Melakukan kegiatan hidup sehari hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
8) Meminta bantuan keluarga
9) Melakukan follow up secara teratur
b) Keluarga mampu :
1) Mengidentifikasi terjadinya gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
2) Merawat klien di rumah dan mendukung kegiatan klien.
3) Menolong klien menggunakan obat dan follow up.
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir; tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan
realitas dunia.( Stuart and Sundeen, 1998.hal : 227 )
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain.( Suliswati, 2005.hal : 89 )
Gangguan konsep diri merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau berada
pada risiko mengalami suatu keadaan negative dari perubahan mengenai perasaan, pikiran
atau pandangan mengenai dirinya.
Hal ini meliputi perubahan dalam citra tubuh, ideal diri, penampilan peran atau identitas
pribadi. ( Carpenitto, Lynda Juall, 2000. hal : 345 )
b. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai dengan menganalisis
seberapabanyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya, dan harga diri di peroleh dari
diri sendiri dan orang lain. ( Suliswati, dkk. 2005. hal : 93 )
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya.
( Stuart and Sundeen, 1998. hal : 227 )
Menurut Stuart and Sundeen (1998), konsep diri terdiri atas komponen-kompenen berikut ini
:
1.
Citra tubuh adalah kumoulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhdap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
2.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
3.
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperolah dengan
Penampilan peran merupakan pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan social
Menurut Stuart and Sundeen ( 1998 ), undividu dengan kepribadian yang ehat akan
mengalami hal hal berikut ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari pengertian yang ada, penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri rendah adalah
penilaian individu terhadap diri sendiri tentang seberapa jauh prilaku sesuai dengan harapan
atau cita cita dan ideal diri, individu akan megalami gangguan harga diri yakni perasaan
negatif terhadap diri sendiri.
B. Psikodinamika
1. Etiologi
Menurut Kelliat, B.A. 1998, gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi
secara :
a.
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba tiba, misalnya haru operasi kecelakaan, dicerai suami, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan,
dituduh KKN, di penjara tiba-tiba )
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
1)
Harapan akan struktur ,bentuk dan fungsi yang tidak tercapai dirawat/sakit atau
penyakit.
3)
Maturasional
Berhubungan dengan kurang stimulasi atau kedekatan ,perpisahan dengan orang tua,
evaluasi negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua , ketidak mampuan
mempercayai orang terdekat
2)
Usia sekolah
Remaja
Pada usia remaja penyebab harga diri rendah ,jenis kelamin, gangguan hubungan teman
sebagai perubahan dalam penampilan,masalah-masalah pelajaran an kehilangan orang
terdekat.
4)
Usia sebaya
Lansia
c.
Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau
dirawat.Klien mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian dirumah sakit akan menabah
persepsi negative terhadap dirinya.
2. Proses
a.
Faktor Predisposisi
Menurut stuart and sundeen ( 1998 ), berbagai factor penunjang terjadinya perubahan
dalam konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali.
2) Faktor yang mempengarui penampilan peran adalah tuntunan peran kerja, dan harapan
peran cultural.
3)
Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua,
b. Factor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
1)
trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2)
Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
a)
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk perubahan individu atau keluarga dan norma-norma
budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
b)
Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah berkurangnya anggota keluarga melalui
Transisi peran sehat sakit sebagai pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
Komplikasi
Komplikasi yang bias ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri, halusinasi, resiko
mencederai diri sendiri dan lingkungan.
4.
Manifestasi prilaku
Menurut Stuart and Sundeen (1998) pErilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
adalah :
a.
Mengkritik diri sendiri dan orang lain karena merasa diri kurang sempurna sehungga
akan timbul penurunan produktivitas sebab asumsi diri yang tidak berguna maka timbul
penurunan destruktif yang di arahkan ke orang lain, orang lain merasa lebih dari dirinya
yang mengakibatkan gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu dan selalu
merasa bersalah.
b.
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan dan selalu mempunyai perasaan
negative terhadap dirinya, terjadi ketegangan peran, pandangan hidup yang pesimis sampai
pada keluhan fisik.
c.
personal dan destruktif yang mengarah pada diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri
secara social, penyalahgunaan obat yang dilakukan mengakibatkan kecemasan.
5. Psikopatologi
Diawali dengan individu merasa malu terhadap diri sendiri karena kegagalan yang
dialaminya. Kemudian akan merasa bersalah akan dirinya sendiri, menyalahkan atau
mengejek diri sendiri karena menganggap bahwa dirinya tidak berarti. Setelah individu
merasa dirinya tidak berguna maka akan mengasingkan diri kemudian individu mengalami
rasa kurang percaya diri dan individu sukar untuk mengmbil keputusan bagi dirinya sendiri.
Hal ini mengakibatkan individu bisa menarik diri, mengalami halusinasinya mencederai diri
sendiri atau orang lain. Tanda tanda tersebut merupakan akibat dari harga diri rendah.
Respon
adaptif
respon
maladaptif
Aktualisasi
Diri
konsep diri
positif
harga diri
kekacauan
rendah
identitas
depersonalisasi
a.
Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien untuk menghadapi masalah dan bisa
memecahkannya.
1)
Aktualisasi Diri
Adalah kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri termasuk persepsi saat lalu
akan diri dan perasaannya.
2)
Respon maladptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana individu
tudak dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun respon maladaptive gangguan konsep
diri adalah :
1)
2)
Kerancuan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai
tujuan.
3)
Depersonalisasi
Yaitu mempunyai keptibadian yang kurang sehat, tidak dapat berhubungan dengan orang
lain secara intim, tidak ada rasa percaya diri, dan tidak dapat membina hubungan dengan
orang lain.
D. Pengkajian Keperawatan
1. Prilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah :
a.
b.
c.
d.
e.
Keluhan fisik.
f.
g.
b. Kerancuan gender.
c.
Afektif
Kognitif
1) Bingung
2) Disorientasi waktu
3) Gangguan berpikir
4) Gangguan daya ingat
5) Gangguan penilain
d. Prilaku
1) Afek yang tumpul
2) Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespon
3) Komunikasi yang tidak serasi atau idiosinkratik
4) Kehilangan kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan
5) Menarik diri secara social
4. Mekanisme Koping
Menurut Stuart and Sundeen ( 1998 ), mekanisme koping termasuk pertahanan koping
jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
a.
1)
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas (misal : konser
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara (misal : ikut serta
Aktivitas yang secara sementara meningkatkan perasaan diri (misal : olah raga yang
Aktivitas yang mewakili uapaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas
Penutupan identitas merupakan adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu
tersebut.
b.
Identitas negative merupakan asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima
pergeseran ( displacement ), peretakan ( splitting ), berbalik marah pada diri sendiri dan
amuk.
POHON MASALAH
Isolasi sosial
Isolasi sosial
d. Perilaku kekerasan
E. Diagnosa Keperawatan
1. gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial
F. Intervensi Keperawatan
a.
Perencanaan
Wajah bersahabat.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Intervensi
a.
terapetik dengan cara sapa klien dengan ramah baik verbal dan nonverbal.
b.
c.
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d.
e.
f.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Rasional :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Rasional : diskusikan
tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlukan
sebagai dasar asuhan keperawatan.
b.
utamakan memberi pujian yang realistis. Rasional : pujian yang realistis tidak
Intervensi
a.
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien. Rasional : klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Rasional : contoh
peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.
Tujuan
khusus 5
: Klien
dapat
melakukan
kegiatan
sesuai
kondisi
sakit
dan
kemampuannya.
Kriteria evaluasi : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Intervensi
a.
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.
Tujuan khusus 6 : klien dapat memanfaatkan sistem yang ada.
Kriteria evaluasi : Klien memanfaatkan sistem yang ada di keluarga.
Intervensi
a.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah. Rasional : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri
dirumah.
b.
sistem keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
c.
Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran
tinggi terganggu, daya nilai norma, sosial, dan tilik diri terganggu,berdaya berat dalam fungsi
fungsi mental, waham, halusinasi, gangguan peran dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam kehidupan sehari hari,tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
b. Mekanisme Kerja
Memblokade dopamine pada reseptor sinaps di otaknya khususnya pada system pyramidal.
c.
Efek samping
Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Mekanisme Kerja
Obat antipsikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor parasimpatik neuron diotak,
khususnya system limbik dan system ekstra pyramidal.
c.
Efek Samping
Indikasi
Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, muntah, bingung, agitasi, Konstipasi,
tachikardia, dilatasi ginjal, dan retensi urine.
d. Kontra indikasi
Hipersensitif pada Trihexyphenidyl, glaucoma, sudut sempit, psikosis berat, psikoneurosis,
hypertrophy prostate dan obstruksi saluran cerna.
4. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Merupakan suatu jenis pengobatan somatic dimana arus listrik digunakan pada otak melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelvis.Pada dasarnya digunakan untuk pegobatan
depresi, obat mania hingga menuju bunuh diri, kontra indikasinya pada tumor otak dan
infarkmiokard.
6. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mencurahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas pada tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
Menggunakan pekerjaan atau kegiatan sebagai media pelaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah, Terapi okupasi diberikan dalam bentuk terapi
aktivitas kelompok mengenai cara bersosialisasi, cara berkenalan, identivikasi kemampuan
diri dan melatih hal positif yang ada pada diri klien.
G.
Implementasi Keperawatan
Implementasi disesuiakan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering
implementasi jauh berbeda dengan rencana keperawatan. Hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang
dilaksanakan hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga
tidak memenuhi aspek legal. Seblum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan,perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih
sesuai dan di butuhkan klien sesuai kondisi saat ini (here and now). Perawat juga menilai
diri sendiri apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual,teknikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan setelah semua itu tidak ada hambatan maka tindakan
keperawatan boleh dilaksanakan pada saat dilaksanakan tindakan keperawatan maka
kontrak dengan klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta
peran klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua yang dilaksanakan beserta respon
klien. (Nursalam, BSN, 2001).
H. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu evaluasi proses atau
formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan
dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang telah
ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP, sebagai pola pikir :
S
= Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
b.
Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan telah dijalankan tetapi hasil
belum memuaskan.
c.
Rencana dibatalkan jika menemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah