Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Natrium bikarbonat: jenis antasida yang kerjanya cepat tapi efeknya juga cepat
hilang. Obat ini menyebabkan timbulnya gas di dalam lambung. Antasida jenis ini
tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, gagal jantung, dan gangguan ginjal.
Efek samping yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek samping yang
umumnya terjadi adalah sembelit, diare, dan kentut terus-menerus, Perut
kembung, Teerdapat darah dalam kotoran mereka
2 mmol.
Obat antasida bekerja dengan menetralkan asam yang yang ada di perut, mengurangi
gejala sakit maag dan menghilangkan rasa sakit.
Obat antasida terdiri dari dua golongan, yaitu sistemik dan nonsistemik. Obat antasida
sistemik mengandung natrium bikarbonat yang cepat bekerja dan efektif serta mudah
diabsorpsi oleh tubuh. Akan tetapi penggunaan obat sistemik dalam jangka panjang
tidak dianjurkan sebab mengandung natrium yang dapat meningkatkan retensi cairan
dan berefek negatif bagi penderita penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit gagal
jantung kongesti.
Obat antasida nonsistemik diabsorpsi sedikit oleh tubuh, dan yang termasuk dalam
golongan ini ialah kalsium karbonat, aluminium hidroksida, magnesium hidroksida,
natrium trisiklat dan hidroksi-aluminium-natrium-karbonat.
Obat antasida umumnya diproduksi dalam bentuk kombinasi, dengan maksud untuk
saling mengimbangi efek sampingnya. Misalnya aluminum hidroksida dengan efek
samping konstipasi, dikombinasi dengan magnesium hidroksida yang memiliki efek
laksatif. Jika terjadi banyak gas sebaiknya menggunakan obat antasida yang
mengandung simetikon yaitu metilpolisiloksan yang diaktifkan. Obat antasida yang
berbentuk tablet kurang efektif jika dibandingkan dengan yang berbentuk bubuk atau
suspensi. Dengan demikian dianjurkan untuk mengunyah obat antasida yang berbentuk
tablet terlebih dahulu sebelum ditelan.
Obat antasida juga dipergunakan dalam pengobatan tukak peptik, karena dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya.
Pengobatan peptik ulcer di bawah petunjuk dokter, dan obat-obat lainnya hanya dapa
diperoleh dengan resep dokter.
Natrium bikarbonat
Jika dipergunakan sekali-kali, natrium bikarbonat bekerja efektif dan cepat. Untuk
penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan, mengingat pengaruhnya terhadap
keseimbangan asam-basa dalam tubuh yang dapat menyebabkan alkalosis. Natrium
bikarbonat menyebabkan terbentuknya gas CO2, sehingga perut menjadi kembung
Kalsium karbonat
Kalsium karbonat merupakan obat antasida yang kuat, cepat, dan bekerja dalam jangka
waktu yang panjang. Efek sistemik kecil, jika dibandingkan dengan natrium karbonat.
Kalsium karbonat lebih efektif dibandingkan dengan garam aluminium atau magnesium,
dan efek samping yang dapat timbul pada penggunaan obat ini ialah konstipasi.
Aluminium hidroksida
Aluminium hidroksida merupakan obat antasida yang paling lemah daya kerjanya. Efek
samping yang tidak dikehendaki ialah konstipasi, tetapi tidak mempengaruhi
keseimbangan
asam
basa
dalam
tubuh.
Magnesium hidroksida
Magnesium hidroksida mempunyai daya kerja diantara diantara daya kerja kalsium
karbonat dan aluminium hidroksida. Efek samping yang tidak dikehendaki adalah
laksative
Dihidroksi-aluminium-natriumkarbonat
Obat antasida ini mempunyai daya kerja seperti aluminium hidroksida dan natrium
bikarbonat.
Simetikon
Simetikon bukan obat antasida, namun mempunyai daya kerja sebagai defoamer atau
antiflatulent. Bekerja dengan cara mendispersi atau mencegah terjadinya kantungkantung gas yang dikelilingi oleh mukus atau lendir.
Beberapa nama obat antasida yang dijual secara bebas
1. Dexanta, terdapat dalam jenis tablet atau suspensi dan
mengandung aluminium hidroksida, magnesium hidroksida dan simetikon dalam kadar
yang
berbeda-beda.
2. Bufantacid, tersedia dalam bentuk sirup, tiap 5 ml mengandung
aluminium hidroksida, Mg-hidroksida dan simetikon dengan kadar yang berbeda-beda.
3. Bigastron, tersedia dalam bentuk tablet dan suspensi.
Pada sediaan suspensi mengandung aluminium hidroksida magnesium hidroksida dan
simetikon dalam kadar yang berbeda-beda.
Seluruh antasida dapat digunakan untuk terapi tukak duodenum dan terbukti efektif
untuk tukak lambung akut.
Antasida sistemik, diabsorpsi dalam usus halus sehingga dapat menyebabkan urin
bersifat alkali. Untuk keadaan pasien dengan gangguan ginjal, dapat terjadi alkalosis
metabolik sehingga saat ini penggunaannya sudah jarang. Contoh antasida sistemik
adalah Natrium bikarbonat (NaHCO3).
Antasida non sistemik, tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan
alkalosis metabolik. Salah satunya adalah Magnesium [Mg(OH)2], Aluminium [(Al(OH)3],
Kalsium (CaCO3), Magnesium trisilikat (Mg2Si3O8nH2O), Magaldrat.
Mg(OH)2 memiliki efek netralisasi yang lebih lama dibandingkan NaHCO3 atau CaCO3,
sedangakan Magnesium trisilikat, Al(OH)3 dan Aluminium fosfat memiliki aktivitas
Tingkat basa cairan tubuh yang tinggi akan menyebabkan alkalosis metabolik (alkalosis
metabolic), sedangkan kelebihan asam akan menyebabkan asidosis metabolik
(metabolic acidosis).
Alkalosis adalah kondisi dimana pH cairan tubuh, terutama darah, memiliki kandungan
basa berlebih.
Dalam kondisi ini tingkat pH dari jaringan tubuh lebih tinggi dari kisaran pH normal.
Peningkatan basa disebabkan oleh naiknya konsentrasi serum bikarbonat (HCO3).
Ini adalah gangguan yang disebabkan oleh hilangnya atau turunnya ion hidrogen yang
dipicu meningkatnya kadar bikarbonat dalam tubuh.
Secara sederhana, alkalosis disebabkan oleh hilangnya hidrogen (H +) atau
meningkatnya bikarbonat (HCO3).
Penyebab
Seperti disebutkan sebelumnya, alkalosis metabolik disebabkan oleh kelebihan alkali
(basa) yaitu bikarbonat dalam darah.
Kisaran normal pH darah adalah 7,36-7,44, yang berarti darah cenderung bersifat basa.
Sebagai pengingat, pH 7,0 dianggap netral, pH di atas 7,0 bersifat basa, sedangkan di
bawah 7,0 adalah asam.
Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO 2 dalam darah. Hal ini
terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO 2 akan mengakibatkan terjadi
peningkatan konsentrasi H2CO3 dan H+.
Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu
a. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata
b. Gangguan pada otot-otot pernapasan
c. Gangguan pertukaran gas
d. Obstruksi sel-sel napas baik atas akut
Kompensasi yang terjadi dalam tubuh untuk mengurangi PCO 2 yaitu pertama dengan
cara meningkatkan ventilasi alveoli. Dengan peningkatan ventilasi alveoli ini tubuh akan
membuang kelebihan CO2 yang berlebih. Kompensasi selanjutnya yaitu dengan cara
peningkatan HCO3 plasma yang disebabkan oleh penambahan bikarbonat baru ke dalam
cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatan HCO 3 membantu mengimbangi peningkatan
PCO2- , sehingga mengembalikan pH plasma kembali normal.
Mekanisme penurunan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi respons secara
langsung terhadap peningkatan PCO2 darah. Peningkatan PCO2 akan meningkatkan
PCO2 sel tubulus, menyebabkan peningkatan pembentukan H + dalam sel tubulus, yang
kemudian merangsang sekresi H+ lebih banyak.
b. Asidosis metabolik
Pada asidosis metabolik, kelebihan H+ melebihi HCO3 yang terjadi di dalam cairan
tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO 3. Penurunan ini
dikarenakan penurunan konsentrasi HCO3 cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO3 ini
dapat dikarenakan hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare.
Selain karena penurunan kadar HCO3, asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh
penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI.
Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H+ secara langsung. Inti dari penyebab
asidosis metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO 3/H+. baik terjadi kekurang HCO3
maupun peningkatan H+.
Kompensasi yang terjadi dalam tubuh paling primer yatiu dengan peningkatan ventilasi
alveoli. Peningkatan ini akan mengurangi PCO 2 dan kompensasi ginjal, yang dengan
menambahkan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel, membantu memperkecil
penurunan awal konsentrasi HCO3 ekstrasel, serta meningkatakan ekskresi ion H+untuk
mengurangi kadar ion H+ di CES.
Alkalosis
alkalosis adalah keadaan dimana pH darah Arteri diatas 7.4. Alkalosis ini terbagi menjadi
dua jenis yaitu Alakalosis respiratorik dan alkalosis metablolik.
a. Alkalosis respiratorik
Hal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi
alveolar yang menyebabkan PCO2 turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan
saraf pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena
gangguan CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal
jantung kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o 2nya
rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan o 2 maka secara fisiologis tubuh akan
berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan
ventilasi untuk memenuhi kebutuhan o2, namun hal ini menyebabkan banyak
CO2 banyak keluar dari tubuh.
Kompensasi yang dilakukan tubuh yaitu dengan menurunkan ventilasi alveoli. Dengan
penurunan ventilasi ini diharapkan kadar CO 2 di darah meningkat, sehingga dapat
menurunkan pH. Mekanisme peningkatan H+ ini seperti ini, sel tubulus akan memberi
respons secara langsung terhadap penurunan PCO 2 darah. Penurunan PCO2 akan
menurunkan PCO2 sel tubulus, menyebabkan mengurangi pembentukan H+ dalam sel
tubulus, yang kemudian penurunan sekresi H +. Dengan penurunan ekresi ini berarti
H+yang direabsorbsi akan meningkat, sehingga kadar H+ didalam darah meningkat.
Kompensasi kedua yaitu dengan cara meningkatkan ekskresi HCO 3. Dimana dengan
peningkatan eksresi HCO3 akan mengakibatkan banyak ion H+ yang tidak berikatan yang
nantinya akan direabsobsi tubulus yang kemudian didifusikan ke aliran darah. Dengan
peningkatan konsentrasi H+ di dalam darah nantinya akan menurunkan pH darah.
b. Alkalosis metabolik
Seperti dijelaskan diatas tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu karena
terjadi penurunan rasio antara HCO 3/H+. Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi
peningkatan rasio antara HCO3/H+. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal ,
diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO3 dan/atau penurunan konsentrasi H+.
Hal hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO 3 salah satunya karena konsumsi
bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang
berlebihan.
Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H+ turun diantaranya yaitu
a. Pemberian diuretika(kecuali penghambat karbonik anhidrase)
Dengan penambahan obat diuretic akan menyebabkan aliran cairan di tubulus lebih
cepat, sehingga reabsobsi Na+ meningkat. Karena peningkatan reabsobsi Na + selalu
berpasangan dengan sekresi H+, maka sekresi H+ meningkat pula. Selain itu reabsopsi
bikarbonat meningkat pula seiring dengan peningkatan ekskresi H+
b. Kelebihan alddosteron
Salah satu fungsi aldosteron yaitu meningkatkan reabsopsi Na +. seperti yang dijelaskan
diatas, terjadi juga alkalosis. Walaupun alkalosis yang disebabkan karena peningkatan
aldosteron merupakan alkalosis ringan.
c. Muntah
Muntah menyebabkan banyak HCl lambung keluar dari tubuh. Dengan demikian, banyak
ion H+ yang hilang dari tubuh. Alkalosis jenis ini banyak ditemukan pada neonates yang
mengalami obstruksi pylorus akibat hipertrofi sfingter pylorus.
Kompensasi primermya yaitu dengan penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO 2, dan
peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal, yang membantu mengompensasi peningkatan
awal konsentrasi HCO3 CES.