Sie sind auf Seite 1von 13

LAPORAN TUGAS MANDIRI

DASAR-DASAR AGRONOMI PERTANIAN

Disusun oleh :
Agung Nugroho Satriyo Wicaksono
11/318269/PN/12569

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN


JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai
budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran
hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan
mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan
ikan atau eksploitasi hutan (Anonim, 2008).
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Keadaan negara yang memiliki lahan pertanian yang
cukup luas semakin menjadi faktor pendukung untuk memilih bidang pertanian
sebagai sumber pendapatan baik sebagai mata pencaharian pokok atau sampingan.
Selama manusia masih memerlukan kebutuhan pangan, maka selama itu pula
pertanian akan menjadi sektor yang penting untuk kehidupan manusia.
Selama ini, pertanian masih identik dengan pedesaan dan kemiskinan. Di
Indonesia hampir seluruh kegiatan pertanian berpusat di pedesaan.Kehidupan
masyarakat pedesaan, petani, dan usahataninya merupakan pokok bahasan dalam
studi sosial ekonomi pertanian yang mempelajari segala bentuk perilaku, upaya,
dan hubungan antar manusia,yang berhubungan dengan pertanian. Aspek sosial
mempengaruhi petani dalam usahatani yang terlihat dari langkah-langkah yang
diambil petani dalam menjalankan usahatani. Langkah ini sangat dipengaruhi oleh
sikap-sikap dan hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat dimana petani
hidup.
B. Tujuan
Penyusuan laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas Pratikum Dasardasar Agronomi Pertanian :
1. Mengetahui tahapan budidaya tanaman padi
2. Mengetahui kendala dalam budidaya tanaman padi di lapangan.
3. Mengetahui tingkat pendapatan petani

II. TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman padi, pada umumnya ditanam dengan sistem penggenangan.
Petani pada umumnya membiarkan air pengairan mengalir masuk ke petak
sawahnya, dan terus mengalir dari petak satu ke petak lainnya, dan bahkan
mengalir ke tempat pembuangan, seperti kali atau parit. Teknik budidaya tanaman
padi seperti ini, yang ini disebut sebagai padi sawah, telah dipraktikan dari zaman
dahulu. Munculnya teknik budidaya baru, maka teknik budidaya padi sawah
disebut teknik budidaya padi sawah konvensional. Kalau dibandingkan dengan
penanaman padi secara kering, yaitu padi gogo, padi sawah memberikan hasil
yang jauh lebih tinggi (Wangiyana et al. 2010).
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang tergolong pada
tanaman C4 dimana untuk melangsungkan fotosintesisnya diperlukan cahaya
matahari yang memiliki intensitas tinggi. Untuk mendapatkan cahaya matahari
yang

optimum

yang

diperlukan pada proses fotosintesis tanaman pada

pertanaman padi diperlukan pengaturan jarak tanam yang tepat (Rahardja dan
Wahyu, 2005).

Di Indonesia karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menjadikan


beras sebagai makanan pokok. Padi sebagai makanan pokok disebabkan karena
pembudidayaanya dan cara pengolahannya menjadi bahan pangan lebih sederhana
dibandingkan tanaman pangan yang lain. Konsumsi beras penduduk Indonesia per
kapita/tahun rata-rata adalah 104,1 kg atau secara nasional sekitar 27 juta
ton/tahun. Produksi beras nasional yang rendah sebanyak 2 juta ton beras
diimpor sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor beras terbesar
di dunia (Kurniasih dan Muqnisjah, 2003).
Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu
lahan tertentu, yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula. Pertanian dapat
mengandung dua arti: (1) dalam arti sempit atau sehari-hari diartikan sebagai
kegiatan bercocok tanam, (2) dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang
menyangkut proses produksi menghasilkan bahan kehidupan manusia yang dapat
berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai usaha yang memperbaharui,
memperbanyak (reproduksi), dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Sebuah
negara mampu berdiri kokoh jika kebutuhan pangan dalam negara tersebut

mampu terpenuhi dengan baik, kemampuan suatu negara dalam memenuhi


kebutuhan pangan rakyatnya juga merupakan suatu indikator yang utama dalam
menentukan miskin tidaknya suatu negara (Suratiyah, 2008).
Menurut Anderson (1982), Usahatani adalah kegiatan usaha manusia
untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman
atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang
bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani dikatakan efektif
bila petani/produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki
sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut
menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Umumnya,
petani tidak pernah menghitung untung rugi usahanya. Dalam agrobisnis petani
harus berpikir mencari laba untuk dapat mengembangkan usahanya. Ada tiga
komponen yang mendasari analisis usahatani, yakni biaya produksi, pendapatan,
dan keuntungan.
Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh setiap penduduk berbeda-beda.
Bila dibedakan berdasarkan pola penguasaan lahan, maka lahan terdiri atas: milik,
sewa, sakap, dan gadai. Pola usahtani yang dilakukan juga berbeda-beda, yaitu
pola usaha sawah, pola usaha tegal, pola usaha pekarangan, dan pola usaha kolam.
Penggunaan lahan pertanian berupa: sawah, tegal, dan pekarangan. Jenis lahan
yang dimiliki oleh petani sangat menentukan pola usahatani dalam mengolah
lahan yang petani miliki. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani
kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suratiyah, 2008):
a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang
meningkat
b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup
yang rendah
c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan
lainnya

III.

METODE PELAKSANAAN PRATIKUM

Tugas mandiri pratikum Dasar-dasar Agronomi dilaksanakan pada hari


Rabu tanggal 20 Mei 2015 di Desa Pogung Rejo, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
Alat-alat yang dipergunakan dalam tugas ini adalah alat tulis, perekam suara
untuk merekam hasil wawancara, dan kamera untuk dokumentasi kegiatan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan berupa pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan saat wawancara dengan narasumber.
Dalam tugas mandiri ini yang pertama kali dilakukan adalah melakukan
survey tempat dan mencari petani (narasumber) yang bersedia diwawancarai.
Setelah dilokasi, wawancara dilakukan dengan menanyakan pertanyaanpertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan meliputi syarat tumbuh,
persiapan lahan, persiapan bahan tanam, penanaman, pemeliharaan, pascapanen,
dan pemasaran hasil pertanian. Setelah kegiatan wawancara selesai, dilakukan sesi
dokumentasi. Setelah data hasil wawancara didapat kemudian dibandingkan
dengan teori yang ada.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi sebagian besar


masyarakat Indonesia. Sebagai makanan pokok utama di Indonesia tentu
kebutuhan akan pasokan komoditas Padi (Oryza sativa) pastinya sangat banyak.
Karena hal tersebut perlulah pengembangan komoditas ini, pengetahuan tentang
sifat sifatnya untuk selanjutnya dapat dibudidayakan dengan baik. Pembudidayaan
yang baik akan membawa hasil produksi yang optimal dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
Tanaman padi agar dapat tumbuh dengan baik memerlukan curah hujan
yang tinggi kurang lebih 1500-2000 milimeter per tahun dengan ketinggian antara
0-1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimal 23 derajat Celcius.
Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11-25C untuk
perkecambahan, 22-23C untuk pembungaan, 20-25C untuk pembentukan
biji,dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena
merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di daerah tropika (Aak,
1992).
Dalam membudidayakan tanaman Padi Pak Sagiyo melaukan beberapa
tahapan dalam mengelola lahan baik itu dari persiapan lahan sampai pascapanen.
Tahapan-tahapan yang diliputi diantarnya yakni:
1. Pesiapan Lahan
Dalam persiapan lahan perlu memperhatikan beberapa hal penting agar
dalam proses produksi tanaman apat tumbuh baik dan optimal. Bebrapa hal
penting tersebut diantara yaitu:
a. Pembersihan
Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jeramijerami maupun gulma yang ada. Lalu setelah itu dikumpulkan di tempat
yang tepat untuk kemudian di bakar. Hal ini dilakukan supaya nantinya
dalam penanam Padi akar tidak terganggu dalam proses pertumbuhannya.
b. Pencangkulan
Sebelum pencangkulan sawah harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah
menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan

pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang


yang bocor.
c. Pembajakan
Dalam pembajakan laha mengguanakan alat metode modern yakni
menggunakan alat berupa traktor. Tujukan pembajakan ini untuk
menggemburan lahan dan pembenaman tanaman tanaman pengganggu.
Setelah pembajakan, lahan sawah digenagi air lagi kurang lebih selama 5-7
hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan
bongkahan-bongkahan tanah.
d. Penggaruan
Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanya
untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan
berrulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi
perembesan air ke bawah.
2. Persiapan Bahan Tanam
Bibit yang digunakan oleh Pak Sagiyo adalah Benih Padi IR 64. Dari benih
tersebut kemudian dibibitkan. Sebelum dilakukan pembibitan untuk
mendapatkan benih yang bermutu baik maka dilakukan pemilahan, walaupun
benih tersebut dihasilkan sendiri, atau benih berlabel. Pemilahan benih
tersebut dilakukan dengan cara perendaman dan pemeraman..
3. Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman dahulu dilakukan penyaplakan terlebih
dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus
dan rapi sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris
dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam diantaranya: jarak tanam 25 x 25 cm,
30 x 30 cm, 35 x 35 cm, atau jarak tertentu lainnya. Bibit padi ditanam tunggal
atau satu bibit perlubang. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 1,5 cm
serta bentuk perakaran saat penanaman horizontal seperti huruf L dengan kondisi
tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air (Hardjowigeno, 1993).
Pak Sagiyo menanam bibit yang telah disemai dengan jarak tanam sekitar
20 cm sampai 25 cm, penetapan jarak tanam pun tidak dilakukan dengan teliti
namun hanya dengan mengkira-kiranya saja. Selain itu pada setiap lubang tanam,

Pak Sagiyo meletakkan 10 bibit padi karena apabila hanya ditanam 1 bibit dalam
satu lubang dikhawatirkan bibit tersebut tidak tumbuh akibat serangan hama
maupun faktor lingkungan lain. Hal ini menyebabkan benih yang dibutuhkan pun
tidak efektif sehingga meningkatkan jumlah input benih.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan ini meliputi pemupukan, pengairan, dan proses pengendalian
hama. Pemupukan dilakukan dengan teratur dan menyebar dengan menggunakan
pupuk. Dalam pemberian pupuk, pak Sagiyo menggunakan Pupuk kandang, Urea,
dan UPK. Pengairan di lahan ataupun di persawahan daerah pogung berasal dari
air selokan mataram yang mengalir lancar. Sehingga laahan sawah Pak Sagiyo
maupun sawah sekitar tidak mengalami kekurang air. Di lahan persawahan pak
Sagiyo terdapat beberapa macam OPT, salah satunya yaitu hama Walang sangit.
Dalam pengendaliannya beliau menggunkan pestisida berupa obat Matador.
5. Pascapanen
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat,
menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis,
kesehatan, ekonomi dan agronomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat.
Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan
kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah.
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu
panen sangat mempengaruhi kualitas bulir padi dan kualitas beras. Panen terlalu
cepat menyebabkan persentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji padi
tidak terisi atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat
menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan beras
pecah saat digiling. Perontokan padi dilakukan segera setelah padi dipotong
menggunakan sabit, agar kualitas gabah dan beras giling tinggi. Perontokan lebih
dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Beras menjadi kurang bersih (Anonim,
2008).
Gabah Kering dari hasil panen budidaya Padi Pak Sagiyo biasanya
langsung dijual ke pengepul. Selain itu hasil panen kadang langsung dibeli oleh
warga sekitar. Sebenarnya harga jual padi akan lebih tinggi apabila dilakuka
pengolaan lebih lanjut. Namun apabila melakukan hal tersebut pak Sagiyo

membutuhkan tenaga tambahan. Beliau lebih sering menjual ke pengepul karena


dirasa lebih praktis bila langsung dijual ke pengumpul walaupun hasilnya sedikit
lebih rendah.
Kegiatan analisis ekonomi pertanian bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemiskinan, kesejahteraan, dan ketahanan pangan pada keluarga petani. Keadaan
ekonomi rumah tangga tani diukur dari pendapatan, pengeluaran, dan aset yang
dimiliki. Pendapatan petani dapat berasal dari usahatani maupun luar usahatani,
sedangkan pengeluaran petani terdiri dari biaya untuk usaha tani, pangan serta
nonpangan. Usahatani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani
dalam pemanfatan sumberdaya yang ada, yaitu meliputi lahan, modal, tenaga
kerja, dan lain-lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan.
Usaha tani merupakan usaha yang dilakukan petani untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. semakin luas lahan, maka petani dapat menanam dengan
kuantitas yang lebih besar. Hal ini akan berdampak pada total pendapatan yang
akan semakin besar

diperoleh petani sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan keluarga petani.


Pendapatan usahatani merupakan pendapatan bersih dari total rerata nilai
produksi dikurangi biaya yang mendukung usahatani tersebut antara lain biaya
tenaga kerja, biaya sarana produksi, biaya penyusutan alat dan lain-lain.
Berdasarkan hasil wawancara luasan lahan yang digarap oleh Pak Sugiyo seluas
1155 m2. Dan dalam satu musim terakhir menghasilkan produksi Gabah Kering
(GK) sebesar 460 kg .
No.

1.
2.
3.

Keterangan
Nilai produksi (A)
Biaya-biaya :
Biaya Benih
Biaya Tenaga kerja
Biaya Pupuk dan Pestida
Total biaya (B)
Pendapatan (A-B)

Nilai (Rp)
1.840.000
54.000
500.000
180.000
734.000
1.106.000

Dari hasil kegiatan usahatani yang dilakukan oleh Pak Sagiyo


mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.106.000 per musim. Menurut Pak Sagiyo
pendapatan yang hanya mengadalkan dari beusahatani tidak dapat memenuhi

kebutuhan hidup. Namun menurut beliau behubung karena kemampuan yang


dimiliki beliau terbatas maka beliau hanya bisa mendapatkan penghasilan
tambahan dengan cara kerja serabutan.

V. KESIMPULAN

1. Tahapan budidaya tanaman padi meliputi persiapan lahan, persiapa benih,


penanaman, pemeliharaan dan pasca panen
2. Selama ini yang menjadi kendala dalam kegitan budidaya padi adalah
Hama Walang Sangit dan Sumber dana sebagai modal usahatani.
3. Besar kecilnya pendapat dari hasil usahatani dipengaruhi oleh luas
sempitnya lahan usahatani

DAFTAR PUSTAKA

Aak Anwari, M. 1992. Pemuliaan tanaman padi.Balai Penelitian Tanaman Pangan


Malang.dalam Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan
Pemulia Tanaman Indonesia. Komisaris Daerah Jawa Timur. Hal.1-16.
Anderson, D. 1982. Small-scale industry in developing countries: A discussion of
the issues. World Development 10: (11).
Anonim. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Padi. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Gorontalo. Gorontalo.
Hardjowigeno, S. 1993. Tanah Sawah. IPB Press. Bogor.
Kurniasih, A. dan W.Q. Mugnisjah. 2003. Pengaruh sistem tanaman padi (Oryza
Sativa L.) dan populasi ikan terhadap pertumbuhan dan produksi pada sistem
mina padi. Gakuryoku IX : 3642. Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta.
Rahardja P. C. dan Wahyu W. 2005. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.
AgoMedia Pustaka, Jakarta.

Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.


Wangiyah, W., V. F. A. Budianto, N. Farida, dan N. W. D. Dulur. 2010.
Pertumbuhan dan hasil tanam padi (Oryza sativa L.) var. silungga pada
berbagai teknik budidaya dan aplikasi kompos bokashi pupuk kandang sapi.
Agoteksos 20 : 103111.

Lampiran

Das könnte Ihnen auch gefallen