Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun Oleh :
Nama
Prodi
Kelompok
:
:
:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pohon dewandaru dalam terminologi jawa dapat diartikan sebagai kayu
Pembawa Wahyu Dewa. Kata dewandaru banyak dijumpai dalam kisah
pewayangan maupun dalam khasanah bahasa Jawa Kuno maupun sansakerta.
Karenanya tidak mengherankan jika kemudian pohon bernama dewandaru ini
kemudian sarat dengan mitos. Mulai dari mitos soal asal-usulnya, hingga berbagai
khasiat magisnya sebagai kayu sakti dan bertuah. Karena dianggap memiliki
kekuatan magis, kayu dewandaru pun kerap kali dimanfaatkan sebagait aksesoris.
Misalnya saja dibuat tasbih, gelang, akik (batu cincin), dan kalung.
Selain kental dengan mitos, bila dikaji secara ilmiah, tanaman yang bernama
latin Eugenia uniflora ini, merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi mencapai 5
meter, dan hidup menahun. Batang pohonnya tegak, berkayu, dan berbentuk bulat
dengan kulit kayu berwarna coklat. Sementara daunnya merupakan daun tunggal,
berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang meruncing.
Pohon dewandaru dikenal juga sebagai asem selong, belimbing londo, ceremai
londo, atau cereme asam. Dalam bahasa Inggris pohon yang dipercaya
mempunyai kekuatan magis ini disebut dengan Surinam Cherry, Brazilian
Cherry,
atau Cayenne
adalah Eugenia
Cherry.
uniflora L.,
Sedangkan
yang
nama
mempunyai
ilmiah
tumbuhan ini
beberapa
sinonim
B. Tujuan
1. Mengetahui kandungan kimia tanaman dewandaru (Eugenia uniflora)
2. Mengetahui manfaat tanaman dewandaru (Eugenia uniflora)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informasi Spesies
Dewandaru
Eugenia uniflora L.
Sinonim
Eugenia michelii Lamk
Nama umum
Indonesia:
Inggris:
Melayu:
Ceremai belanda
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Bunga
Buah
Biji
Akar
: Tunggang, coklat.
C. Habitat
Tanaman Dewandaru tersebar luas di Negara-negara Amerika Selatan
terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay. Sedangkan di Indonesia,
tanaman ini menyebar di wilayah Sumatera dan Jawa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kandungan Kimia Tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora)
Dewandaru (Eugenia uniflora) mengandung senyawa flavonoid dan
fenolik. Monoterpenes (75,3%) ditemukan sebagai kandungan volatile
tertinggi dalam buah dewandaru. Adapun senyawa lainnya yaitu trans-betaocimene (36,2%), cisocimene (13,4%), isomeric beta-ocimene (15,4%), dan
beta-pinene (10,3%). Kandungan terapeutik pada ekstrak daun seperti selina1,3,7(11)-trien-8-one juga ditemukan pada ekstrak volatile buah. Hal itu
menunjukkan kemungkinan buah bermanfaat terapeutik seperti layaknya
ekstrak daun.
Minyak esensial daun dewandaru didapat melalui clevenger apparatus dan
dianalisis dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Daun
dikumpulkan dan segera diekstrak untuk lima hari berturut-turut pada pukul
09.00 hingga pukul 14.00. Tidak ada variasi pada hasil minyak yang diteliti
pada
waktu
tersebut.
Furanodiene
dan
produk
susunan
ulangnya,
al.,
anti-febrile,
dan
1994).
sebagai
antidiabetik.
Pada Brazilian
antidiare,
Selain
itu,
folk
diuretik,
ekstrak
daun Eugenia uniflora juga sebagai agen hipotensif (Consolini et al., 2000) dan
menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma (Matsumura et al.,
2000). Adapun secara rinci, khasiat tanman dawandaru adalah sebagai berikut :
1. Antioksidan
Buah maupun daun dewandaru terbukti bisa mencegah munculnya
kanker atau tumor. Warna merah buah dewandaru menunjukkan bahwa di
dalamnya terdapat kandungan senyawa tertentu. Dari hasil penelitian
daun
dewandaru.
Ilmuwan
Ternyata
protein
biji
dewandaru
mampu
menghambat
temurun
itu
juga
sudah
didukung
data
ilmiah
yang
DAFTAR PUSTAKA
Consolini, A.E., and Sarubbio, M.G., 2002, Pharmacological effects of Eugenia
uniflora (Myrtaceae) aqueous crude extract on rats heart, Journal of Ethno
pharmacology,81,57-63.
Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner and G.S. Hirschman, 1988,
Eugenia uniflora leaf extract and lipid metabolism in Cebus apella monkeys.
Journal of Ethnopharmacology 24:321-325.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen
Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30.