Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Namanya Lani, namun di sekolah dia lebih dikenal dengan sebutan Putri Permen. Mau tahu mengapa?
Karena dia sangat suka membagi-bagikan permen kepada teman-temannya. Setiap hari dia selalu
membawa sekantong permen ke sekolah.
Bu, mana permen-permen yang akan kubawa? tanya Lani suatu pagi. Dia kebingungan karena tidak
mendapati sekantong permen yang akan dibawa. Biasanya kantong plastik putih berisi permen sudah
ada di dekat tas sekolahnya.
Hari ini tidak ada permen lagi, Lan. Persediaan sudah habis. Nanti siang Ibu akan beli lagi di
supermaket, jawab ibu tak acuh.
Ah, Ibu gimana, sih! Jika Lani tidak membawa permen pasti teman-teman Lani menjauh. Lani tidak
punya teman lagi, jawab Lani uring-uringan. Wajahnya merah, matanya berkaca-kaca.
Lho, kamu bisa kan bisa tetap punya teman tanpa harus membawa permen? kata ibu sambil
memandang Lani. Rani cemberut mendengar komentar ibunya. Bulir air mata mulai berjatuhan di
pipinya.
Sudahlah! Ibu tidak sayang aku lagi, sahut Lani sambil mengambil tas sekolahnya dengan kasar.
Tanpa mengucap salam dia pun berlari ke luar.
***
Hai Putri Permen, bagi permennya , dong! Cici, Ita, Nunik, Rino dan beberapa siswa menyambut
kedatangan Lani dengan gembira. Lani tidak menjawab. Dia menunduk. Dia sama sekali tak menatap
wajah teman-temannya.
Maaf, Teman, kali ini aku tidak membawa permen. Aku janji besok akan membawanya, jawab Lani
terbata-bata.
Wah, nggak asyik kalau main sama kamu tanpa mengunyah permen! komentar Rino.
Iya, apalagi jika besok tidak membawa, kita cabut saja julukan Putri Permen darinya. timpal Cici.
Lani tak menghiraukan ocehan teman-temannya. Dalam hati dia menyalahkan ibunya yang tidak
menyediakan permen untuknya. Kini dia dijauhi teman-temannya.
Pulang sekolah, wajah Lani masih terlihat kusut. Tanpa makan siang dia langsung menuju kamarnya.
Dia benar-benar marah kepada ibunya.
Lan, ayo makan siang dulu! kata ibu mencoba membujuk Lani. Hening, tak ada jawaban. Ibu lalu
menghampiri Lani yang sedang berbaring di tempat tidur. Sebuah bantal menutupi wajahnya. Sekali
lagi ibu membujuknya untuk makan siang. Namun Lani tetap bergeming.
Ayo, nanti makan siangmu keburu dingin. Ada bakwan udang kesukaanmu, lo! bujuk ibu lagi.
Tidak mau. Aku kesal sama Ibu. Gara-gara tidak membawa permen, teman-teman menjauhiku.
Julukan Putri Permen juga akan hilang jika besok aku tidak membawa permen lagi, jawab Lani dengan
suara keras.
Besok aku tak mau sekolah jika tak ada permen! ancamnya. Ibu hanya memandang Lani. Keningnya
berkerut memikirkan sesuatu.