Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Pembimbing:
dr. Donny Sulifan, Sp.Rad
Disusun oleh:
1. Cecile
2. Eddy
3. Cicilia Asali
2013-061-142
2014-061-111
2014-061-112
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Modalitas Radiologi Diagnostik dan Radiologi Intervensi dalam Dunia Medis yang
merupakan salah satu tugas dalam mengikuti siklus kepaniteraan klinik radiologi
RSUD R. Syamsudin, SH. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, yaitu dr. Donny
Sulifan, Sp.Rad selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta memberikan dukungan dalam
penyusunan referat ini, dan juga pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis berharap referat ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca. Penulis juga menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di
dalamnya. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki kekurangan referat ini di kemudian hari.
Jakarta, 6 November 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Radiologi merupakan suatu cabang ilmu medis yang mendalami ilmu
pencitraan sebagai sarana untuk menegakkan diagnosis, yang lazimnya dikenal
sebagai radiologi diagnostik. Sekarang ini radiologi juga dapat menjadi sarana
dalam mentatalaksana suatu penyakit, yang lazimnya dikenal sebagai radiologi
intervensi.
Radiologi dalam tujuannya untuk menegakkan diagnosis menggunakan
berbagai variasi modalitas pencitraan, seperti radiografi sinar X, ultrasound,
computed tomography, magnetic resonance imaging, dan ilmu radionuklir
yang menggunakan modalitas pencitraan positron emission tomography. Pada
radiologi intervensi, dilakukan tindakan intervensi yang invasif minimal dan
terutama sangat bergantung dengan serangkaian modalitas pencitraan
diagnostik.
Modalitas pencitraan radiologi yang beragam sebagian besar
menggunakan sinar X yang memiliki sifat sinar pengion dan berpotensi
membahayakan sel-sel tubuh yang sehat akibat efek samping radiasi yang
dihasilkannya. Pencitraan radiologi juga memerlukan agen kontras yang dapat
bersifat iritatif, agar dapat menilai kondisi anatomis maupun fungsional dari
organ yang akan dipelajari.
Sehingga, penting untuk mengetahui fungsi, mekanisme, indikasi, serta
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing modalitas pencitraan radiologi,
agar dapat tepat guna serta mendapatkan manfaat yang lebih dari hasil
pemeriksaan jika dibandingkan dengan risiko radiasi, risiko alergi zat kontras,
dan risiko perjalanan penyakit yang akan terjadi jika tidak segera dilakukan
tatalaksana.
1.2.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui berbagai macam modalitas radiologi diagnostik dan
radiologi intervensi yang tersedia beserta dengan indikasi, kontraindikasi,
Manfaat Penulisan
1.3.1. Bagi bidang akademik
Penulisan referat ini bermanfaat untuk mengetahui berbagai macam
modalitas radiologi yang tersedia beserta dengan indikasi dan
kontraindikasinya serta berbagai macam penyakit yang bisa
didiagnosis dan dievaluasi dengan modalitas tersebut.
1.3.2. Bagi masyarakat
Penulisan referat ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat sehubungan dengan adanya berbagai macam modalitas
radiologi yang semakin canggih untuk membantu mendiagnosis suatu
penyakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
X-Ray
Sinar X merupakan modalitas pencitraan utama pada bidang radiologi
diagnostik maupun interventif. Sinar X dapat dilakukan untuk mengambil
hampir semua posisi anatomi dan organ tubuh manusia, terkadang dengan
bantuan kontras. Sinar X merupakan sinar pengion dengan risiko yang dapat
merusak sel-sel tubuh yang sehat, sehingga perlu sekali mengetahui indikasi
serta anatomi organ tubuh yang ingin dipelajari agar didapatkan manfaat dari
uji pencitraan lebih banyak daripada risiko kerugian radiasi yang diterima
pasien.
2.1.1. Mammografi
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada
wanita. Mammografi merupakan alat yang menggunakan sinar x-ray
untuk membuat gambaran yang detail mengenai payudara seseorang.
Mammografi menggunakan x-ray dalam dosis rendah menggunakan
target yang terbuat dari metal dengan berat jenis rendah.
Mammografi dikerjakan dengan 2 fungsi utama, yaitu skrining
dan diagnosis. Mammografi dapat dilakukan pada wanita yang tidak
memiliki gejala klinis yaitu fungsi skrining, maupun pada wanita yang
telah mengeluhkan adanya massa pada payudara (fungsi diagnostik).
Indikasi pemeriksaan mammografi :
gambaran.
Gambar simetris.
Gambaran simetris
rendah.
Terlihat gambaran batas lipatan payudara bawah
Puting susu terfoto tegak lurus
mammografi.
Adanya mikrokalsifikasi yang spesifik.
2. Tanda sekunder
Perubahan pada kulit berupa penebalan dan retraksi.
Kepadatan yang asimetris.
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular yang tak
teratur.
Bertambahnya vaskularisasi asimetris.
Pembesaran kelenjar aksiler.
3. Pada tumor jinak
Lesi dengan peningkatan densitas, batas tegas, licin, dan
teratur.
Adanya halo.
Dapat terlihat kalsifikasi yang kasar dan umumnya dapat
dihitung.
2.1.2. Skeletal
Radiografi telah terbukti merupakan modalitas yang berguna
dalam melakukan evaluasi terhadap tulang, sendi, dan jaringan lunak
ekstremitas. Selain itu, radiografi sering menjadi pemeriksaan pertama
yang dilakukan untuk mengevaluasi patologi yang terjadi pada tulang,
walaupun tetap diperlukan pemeriksaan tambahan yang sesuai untuk
Trauma
Nyeri
Instabilitas
Impingement
Suspek kekerasan fisik yang terjadi pada bayi dan anak-anak
Penyakit metabolik, defisiensi nutrisi, dan perebuhan skeletal
Views
Area
Scapula
Clavicle
Acromioclavi
cular (AC)
Shoulder
Humerus
Elbow
Forearm
Wrist
Hand
Hand bone
Fingers
age
Hip
Pelvis
Femur
Patella
Knee
Tibia-fibula
Ankle
Calcaneus
Foot
Toes
Lokasi
Posisi pada tulang
Batas
Bentuk
Ukuran
Integritas korteks
Karakteristik lesi
Matriks tulang
Respon membran periosteum
Perubahan jaringan
lunak
2.1.3. Toraks
Pada foto toraks, organ utama yang dapat dinilai adalah traktus
respiratorius dan kardiovaskular. Terdapat berbagai organ yang dapat dinilai
pada foto toraks, diantaranya adalah jalan nafas, paru paru, pembuluh darah
paru, mediastinum, jantung, pleura, dan dinding dada. Posisi yang paling
sering digunakan untuk mendapatkan foto toraks adalah posisi postero-anterior
dan lateral kiri.
Cara pengambilan foto toraks yang baik pada posisi postero-anterior
adalah pasien menghadap ke arah film, lalu dagu diangkat. Bahu diarahkan ke
depan dan pasien diminta untuk menarik nafas dalam. Posisi ini dilakukan
dalam keadaan berdiri. Pada foto antero-posterior, pasien dapat duduk,
duduk, dan tidur.Pasien tetap diminta untuk menarik nafas dalam.
Indikasi untuk dilakukannya foto toraks antara lain:
baca sebuah foto toraks diperlukan untuk mengurangi bias dalam pembacaan
foto. Kelayakan baca sebuah foto toraks dinilai dari:
Inspirasi penuh, dapat dinilai dari jumlah os costae yang terlihat pada foto.
Jumlah os costae yang terlihat jika foto adekuat adalah 6 costae anterior
Trakea
10
Timus
Normal terlihat pada bayi dan anak anak, berbentuk seperti layar kapal.
Diafragma
Hemidiafragma kanan lebih tinggi daripada kiri.
Fisura dan sinus kostofrenikus
Fisura normal terlihat seperti bayangan yang tidak lebih tebal daripada 1
garis pensil yang ditajamkan.Sinus kostofrenikus tajam.
Hilus
Sebanyak 97 % hilus kiri pada orang normal akan lebih tinggi daripada
hilus kanan.
Nodus limfatikus
Seharusnya tidak terlihat pada foto polos toraks.
Tulang tulang yang terekspos
2.1.4. Panoramic
Foto panoramic semakin sering digunakan dan merupakan pencitraan
yang berguna sebagai alat diagnostik pada dokter gigi. Pada foto panoramic,
sering terjadi superimpose dari gigi maupun kesalahan saat pengambilan foto.
Selain itu, untuk melakukan evaluasi pada foto panoramic tidaklah mudah.
Tidaklah mudah untuk menginterpretasikan sebuah foto panoramic. Agar tidak
terdapat organ yang terlewat saat menilai sebuah foto dikembangkanlah
berbagai cara, diantaranya adalah dengan memulainya dari tulang tulang
yang terscanning dan jaringan lunak lalu gigi. Berikut merupakan langkah
langkah dalam membaca sebuah foto panoramic:
1.
2.
3.
4.
5.
2.1.5. Abdomen/BNO
11
Supinasi
Cara pengambilan
Pasien berdiri atau duduk
tegak
Sinar ditembakkan secara
horisontal
Pasien tidur dalam posisi
supinasi
Sinar ditembakkan secara
vertikal ke bawah
Pronasi
Dekubitus
Keunggulan
Melihat udara bebas dalam
rongga abdomen
Mencari air-fluid level dalam
usus
Menilai keberadaan gas dalam
usus halus
Menilai ada tidaknya kalsifikasi
Menilai adanya massa jaringan
lunak
Menilai adanya gas pada
pronasi
Sinar ditembakkan secara
vertikal ke bawah
Pasien tiduran dengan sisi
dan desenden
Menilai adanya air-fluid level,
kiri dibawah
Sinar ditembakkan secara
lateral kiri
12
pneumoperitoneum, dan
obstruksi usus
13
trauma tumpul.
Evaluasi dari massa yang terpalpasi pada anak.
Terdapat langkah-langkah dalam menilai foto abdomen. Pertama,
lihatlah pola udara yang ada pada foto, lalu carilah apakah ada keberadaan
udara ekstraluminer. Selanjutnya, apakah tampak bayangan opak dalam foto,
bayangan opak dalam foto harus dapat dibedakan dengan phlebolith. Terakhir
evaluasi jaringan lunak/organ. Pada foto abdomen, organ yang dapat dinilai
antara lain:
kiri, apabila terlihat, posisinya akan lebih tinggi daripada ginjal kanan.
Uterus
Uterus normalnya berada di atas vesika urinaria, dan dipisahkan oleh
Pada lambung selalu terlihat gambaran air fluid level.Udara dalam usus
halus normalnya hanya berjumlah 2 3 balon udara, dengan diameter
normal < 3cm. Dalam usus besar dapat terlihat bayangan udara bulat kecil
serta fekalit didalamnya. Pada rektum dan sigmoid hampir selalu ada
(Ultravist). Efek samping dari kontras adalah alergi, beban fungsi ginjal.
Dosis pemberian kontras adalah 1-2 ml/ kg bb.
Indikasi dilakukannya pyelografi intravena diantaranya adalah:
16
Gambar 2.7. Foto saat vesika urinaria penuh dan post void.
2.1.7. Barium enema / Colon in loop
Barium enema merupakan pemeriksaan saluran pencernaan bawah
dimana barium sulfat dan/atau udara dimasukkan ke dalam colon melalui
rectal tube. Pemeriksaan barium dan udara (double-contrast study) digunakan
untuk menilai penyakit intralumen dan mukosal, seperti ulcus kecil dan polip,
sedangkan Single-contrast study hanya menggunakan barium saja. Bila
dicurigai perforasi lower GIT, digunakan water-soluble contrast media.
Penting untuk mengosongkan kolon dulu sebelum dilakukan pemeriksaan.
Gambar 2.8. Foto single-contrast barium enema dan double-contrast barium enema
18
Barium merupakan zat yang kering, berwarna putih, dan seperti kapur.
Ketika akan digunakan sebagai kontras, barium akan dicampur dengan air
sebelum dimasukkan ke dalam kolon via rektum. Setelah masuk ke dalam
kolon, barium akan melapisi permukaan dalam kolon sehingga dinding kolon
dapat tervisualisasi dan dinilai.
Barium enema digunakan untuk menilai struktur dan abnormalitas
fungsi dari kolon termasuk rektum. Indikasi pemeriksaan barium enema adalah
penyakit Crohn, massa dan obstruksi kolon, kanker, penurunan berat badan
yang sulit dijelaskan, perubahan pola pergerakan usus, dan irritable bowel
syndrome. Kontraindikasi pemeriksaan barium enema adalah colitis ulseratica
yang berat, perforasi kolon, kehamilan, megakolon toksik, dan sakit perut akut.
Terdapat persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan barium enema. Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien hanya
boleh meminum cairan yang jernih, seperti air, teh, kopi, jus tanpa serat buah.
Pasien diinstruksikan untuk meminum laksatif sehari sebelum dan per rektal
90 menit sebelum dilakukannya pemeriksaan.
2.1.8. Angiografi
Angiografi merupakan pencitraan menggunakan sinar X pada pembuluh darah
yang telah diinjeksikan media kontras. Angiografi dapat digunakan sebagai
acuan dalam melakukan berbagai intervensi yang akan dilakukan pada
pembuluh darah, Teknik angiografi tidak hanya digunakan dalam
mengevaluasi pembuluh darah jantung, tetapi juga otak, ginjal, dan
ekstremitas.Angiografi dapat dilakukan dengan MRI maupun CT.
Indikasi penggunaan angiografi adalah:
19
20
jaringan yang mempunyai sedikit echo dikatakan sebagai sonolusen (hipoekoik atau
anekoik) dan biasanya muncul sebagau warna gelap atau hitam.
USG digunakan secara luas sebagai modalitas pencitraan. USG biasanya
merupakan pilihan pertama dalam menilai pelvis wanita dan pasien pediatrik, dalam
membedakan lesi kistik maupun solid, untuk menggambarkan vaskular secara noninvasif, dan menggambarkan fetus dan plasenta selama kehamilan. USG juga
digunakan untuk aspirasi cairan tubuh dan biopsi.
Beberapa penggunaan USG lainnya yang sering adalah dalam pemeriksaan
payudara, nodul tiroid, tendon dan dalam menilai otak, pinggang dan tulang belakang
dari neonatus.
Tabel 2.2. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan USG
Keuntungan
Kerugian
Tidak menggunakan radiasi
Sulit menembus melalui tulang
Tidak mempunyai efek samping jangka
Struktur-struktur yang diisi udara sulit
panjang
dinilai
Memiliki gambaran ang sesungguhnya
Pasien yang obesitas sulit dinilai
pada saat itu (real time)
dengan menggunakan USG
Nyaman bagi pasien
Bergantung pada keterampilan operator
Ukurannya kecil, dapat dipindahkan, tidak
dalam menggunakan USG
mahal
2.2.1. USG Doppler
Sonografi membuat penggunaan efek doppler untuk menentukan
apakah suatu objek (biasanya darah) bergerak menuju atau menjauhi dari
transducer dan berapa kecepatannya saat bergerak. Transducer mengirimkan
sinyal dalam frekuensi tertentu dan frekuensi dari echo yang kembali akan
dibandingkan dengan frekuensi yang diketahui dari sinyal yang asli. Jika echo
yang kembali mempunyai frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang asli, maka objek bergerak menjauhi transducer. Jika echo yang kembali
mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang asli, maka
objek bergerak menuju transducer.
Arah aliran darah direpresentasikan secara sonografi dengan warna
merah dan biru. Warna merah mengindikasikan aliran menuju transducer dan
biru mengindikasikan aliran menjauhi transducer.
22
24
4. Hidronefrosis
Hidronefrosis didefinisikan sebagai dilatasi dari pelvis renal dan calyx.
Pada pasien dengan kolik renal, USG digunakan pertama kali untuk
mengevaluasi suatu keadaan hidronefrosis. Tanda khas dari obstruktif
uropathy adalah dilatasi dari sistem calyxes. Sinus renal yang ekogenik
25
26
8. Asites
Asites merupakan akumulasi cairan abnormal di dalam rongga
peritoneal. Pada posisi recumbent, cairan asites mengalir dari right
paracolic gutter ke right subphrenic space sehingga asites lebih umum
dikenali dengan USG di kuadran kanan atas antara liver dan diafragma.
Cairan asites yang merupakan transudat akan berwarna sonolusen.
Cairan yang merupakan eksudat atau mengandung darah atau pus dapat
mengandung echo. USG secara umum digunakan untuk menentukan lokasi
yang terbaik untuk melakukan parasentesis untuk memindahkan cairan
asites. Ultrasonografer menandai suatu tanda pada kulit pasien yang
mengindikasikan portal terbaik untuk menarik cairan sekaligus
menghindari cedera organ visceral.
2.2.3. Echocardiography
Echocardiography bermanfaat sebagai metode non-invasif yang
bermakna dalam menilai perikardium dan memiliki tingkat hasil negatif palsu
berkisar 5-10%.
28
31
Computed Tomography-scan
Computed Tomography (CT) menggunakan foton sinar X dan rekonstruksi
digital untuk memproduksi sebuah gambaran. Scanner CT terdiri dari tube sinar X dan
detektor. Tube sinar X memproduksi pancaran sinar sinar X yang menembus pasien,
lalu ditangkap oleh detektor dan direkonstruksi untuk membentuk gambaran 2D atau
3D. Cara kerja CT-scan yaitu dengan adanya sumber sinar X yang diatur untuk
berotasi di sekeliling pasien. Sumber sinar X memproduksi pancaran sinar X tipis
berbentuk kipas. Data analog yang ditangkap oleh scanner akan diproses dengan
berbagai
algoritma
menjadi
gambaran
yang
sudah
direkonstruksi
yang
33
34
CT pulmonary angiogram
Dada/mediastinum/paru-paru
CT Scan
parenkim paru. Terutama untuk evaluasi perubahan pada interstisial seperti pada
emfisema, fibrosis, dll. Ada pula High resolution CT yang berisikan gambar
pada saat inspirasi dan ekspirasi. Penemuan secara tidak sengaja akan adanya
nodul anoa gejala biasa disebut incidentaloma yang bisa memungkinkan adanya
tumor baik itu jinak ataupun kanker.
Abdominal
untuk
menentukan
stadium
kanker
dan
untuk
mengikuti
Pelvis
Urografi
Kolonografi
Kardiak
Angiografi
36
melihat
pencitraan
dari
fraktur
terutama
sekitar
sendi,
karena
Penggunaan bagi wanita hamil dan anak-anak, dan prosedur yang bersifat intervensi
harus lebih berhati-hati.
Menurut Mahdi S. et al., indikasi CT-scan untuk cedera kepala ringan (CKR)
adalah sakit kepala, vomitus, penghilangan kesadaran atau amnesia, dan intoksikasi
alkohol. Haydel et al., menambahkan beberapa kriteria yaitu usia > 60 tahun, defisit
pada memori jangka pendek, bukti adanya trauma di atas klavikula, dan kejangkejang. Stiell et al. mengembangkan 5 kriteria termasuk usia > 65 tahun, fraktura
tengkorak terdepresi atau terbuka, vomitus lebih dari 2 kali, tanda-tanda fraktura basal
tengkorak dan nilai GCS < 15 2 jam post-trauma.
Terdapat 2 macam ukuran dosis radiasi CT, yaitu: CT dose index (CTDI) dan dose
length product (DLP). CTDI adalah dosis untuk satu potongan CT, dan definisi
aslinya adalah dosis dari pancaran utam ditambah dengan scatter dari potongan
sekitarnya. Weighted CTDI adalah 2/3 dosis perifer dan 1/3 dosis sentral pada fantom
akrilik 100 mm. Volum CTDI didefinisikan sebagai CTDIw dibagi dengan faktor
pitch pancaran. DLP adalah CTDIvol dikalikan dengan panjang scan (tebal potongan
x banyaknya potongan). Dosis yang tepat harus diperkirakan karena adanya
perbedaan postur tubuh, dan dapat digunakan faktor konversi agar dosisnya tepat.
Dosis yang diserap dinilai dalam satuan Gray (Gy), dan dosis efektif dinilai dalam
satuan Sievert (Sv). Dosis radiasi yang seharusnya diberikan tergantung pada banyak
faktor, contohnya adalah banyaknya scan yang harus dibuat, arus tube dan waktu scan
dalam mAs, ukuran pasien, rentang scan aksial, derajat overlap di antara potongan
CT, voltase tube pada puncak kV dan desain spesifik scanner yang dipakai.
2.4.
PET CT-scan
Indikasi penggunaan SPECT (Single Photon Emission Computed
Tomography) dapat dipakai sebagai pelengkap semua modalitas yang menggunakan
gamma sebagai penghasil gambar dan menghasilkan gambar 3 dimensi yang sangat
membantu seperti pada tumor imaging, Inspection imaging (leukocyte), thyroid
imaging atau One scintigraphy.
38
terbanyak pada kanker yang bertumbuh dengan cepat. Ini membuat pewarnaan pada
jaringan dengan penggunaan glukosa yang tinggi seperti pada otak, hati dan
kebanyakan kanker lainnya. Oleh karena itu modalitas ini bisa digunakan untuk
diagnosa, daging, dan monitor pengobatan kanker seperti pada Hodgkin lymphoma,
non Hodgkin lymphoma, dan kanker paru.
Dalam bidang neuroimaging dengan konsep bahwa aktivitas otak tinggi
sehingga akan menghasilkan aktivitas radiologi yang tinggi juga. Pemeriksaan ini
akan dapat mengukur aliran darah ke daerah berbeda dari otak. Pengukuran
melibatkan tracer oxygen-15 sehingga dapat pada penyakit Alzheimers disease akan
terjadi penurunan penggunaan metabolisme glukosa dan oksigen. Hal ini bisa
membedakan penyakit alzheimer dengan proses dementing lainnya. Bisa juga untuk
menentukan lokasi fokus kejang yang akan tampil sebagai daerah hipometabolik
ketika fase interictal.
Beberapa tracer lainnya juga banyak digunakan untuk neuropsikiatri dan
penyakit neurologis. Ada pula steretactic surgery dan radiosurgery yang
menggunakan gambar yang dihasilkan dari PET untuk menuntun operasi pada tumor
intracranial, malformasi arterivena dan prosedur operasi lainnya.
Dalam bidang kardiologi, atherosclerosis dan penyakit pembuluh darah
lainnya. Bahkan alat ini dapat mendeteksi Hybernating myocardium tetapi karena
biaya sangat mahal maka jarang digunakan. Dapat juga mendeteksi risiko stroke.
Dalam penyakit infeksi terutama oleh bakteri dan menggunakan tracer khusus
seperti 18F maltose, maltohexaose dan 2-fluorodeoxysorbitol.Dalam penelitian obat
untuk menemukan bagaimana sifat farmakokinetik saat percobaan pre-klinis. Alat ini
bisa melihat pengambilan obat di jaringan, dan bahkan eliminasi dari obat dapat
dimonitor.(10)
2.5.
Tubuh manusia tersusun dari banyak atom, dan masing-masing memiliki sebuah
nukleus yang mengandung proton dan neutron. Satu pengecualian, namun sangat
penting, adalah nukleus hidrogen, yang tersusun hanya dari satu buah proton.
40
pencitraan.
Setiap proton memiliki muatan listrik positif, karena proton memiliki perputaran,
muatan ini bergerak dengan konstan. Muatan listrik yang bergerak dikenal
sebagai arus listrik, yang kemudian menginduksi medan magnet. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa setiap proton memiliki medan magnet kecilnnya masing-
Jaringan yang berbeda memiliki nilai T1 dan T2 yang berbeda, sehingga pada
pencitraan MR dapat dibedakan antara lemak, otot, tulang, dan jaringan lainnya.
Jaringan dengan T1 yang singkat akan tampak terang.
Jaringan dengan T2 yang lama akan tampak terang.
Terang dalam hal ini berarti lebih putih atau memiliki peningkatan intensitas
sinyal, sedangkan gelap berarti lebih hitam atau memiliki penurunan
atau menekan sinyal dari jaringan tertentu, sehingga membuat jaringan tersebut
tampak gelap pada gambar, dan membuat struktur dan jaringan patologis lainnya lebih
nyata. Jaringan yang umumnya disupresi adalah lemak. Lemak seharusnya tampak
terang pada T1W, namun akan menjadi gelap pada suppressed T1W.
Fitur ini berguna ketika perlu dilakukan identifikasi lesi yang mengandung
lemak, seperti: kista ovarium dermoid, myelolipoma adrenal, dan liposarkoma, karena
kelainan-kelainan ini akan menjadi tampak gelap pada pencitraan fat-suppressed.
Selain itu, hal ini juga penting untuk evaluasi jaringan pasca pemberian kontras
gadolinium
Kontras MRI
intraartikuler.
Pasca injeksi Gd-DTPA IV, zat kontras memasuki aliran darah, memberikan
penyangatan pada parenkim organ, dan kemudian diekskresi oleh ginjal melalui
filtrasi glomerulus. Beberapa kontral gadolinium dapat juga diekskresikan secara
bilier.
Pengaruh gadolinium adalah untuk mempersingkat waktu relaksasi T1 dari
nukleus hidrogen,yang kemudian akan membuat sinyal pada T1W menjadi lebih
terang. Hal inilah yang membuat pencitraan pasca gadolinium umumnya
merupakan gambaran T1W.
42
Lemak akan tampak terang walaupun tanpa pemberian kontras gadolinium. Untuk
meningkatkan deteksi penyangatan kontras pada lemak, umumnya dilakukan
berpotensi menjadi panas dan menyebabkan luka bakar pada jaringan sekitarnya.
Benda-benda ferromagnet yang ruang geraknya dapat menimbulkan bahaya bagi
pasien seperti cerebral aneurysm repair clip dan staples bedah merupakan
kontraindikasi absolut pemeriksaan MRI. Untuk menanggulangi hal tersebut, saat
ini sudah banyak diproduksi klip dan staples yang berbahan MRI-compatible, yang
alat ini akan terapung di udara ketika memasuki medan magnet, sehingga peralatan
tersebut mutlak tidak boleh berada dalam ruangan MRI.
4. Peralatan mekanik dan elektrik
Pemeriksaan MRI tidak dapat dilakukan pada pasien dengan pacemaker, implan
pain stimulator, pompa insulin dan implan pompa obat-obatan lainnya, serta
implan koklear.
Terdapatnya pacemaker atau implan defibrilator merupakan kontraindikasi absolut
pemeriksaan MRI karena medan magnet dapat me-nonaktifkan dan memanaskan
sagital, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan
patologisnya. Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat,
misalnya :
- Pemeriksaan kepala
Modalitas ini untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitari, lubang telinga dalam
rongga mata, sinus dan neuroimaging.
Pada neuroimaging, MRI adalah modalitas untuk melihat kanker neurologik karena
lebih sensitif ketimbang modalitas lainnya. Penambahan kontras antara daerah putih
dan abu otak membuat modalitas ini adalah pilihan optimal untuk banyak kondisi
seperti penyakit demielinisasi, demensia, penyakit serebrovaskuler, penyakit infeksi
dan epilepsi.
MRI dapat juga digunakan untuk menuntun operasi seperti pada tumor intrakranial,
malformasi arterivena, dan operasi lainnya.
- Pemeriksaan otak
Modalitas ini untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi, tumor, kelainan kongenital, kelainan pembuluh darah, seperti:
aneurisma, angioma, proses degeneratif, atrofi.
- Pemeriksaan muskulo-skeletal
Modalitas iniuntuk organ: lutut, bahu , siku, pergelangan tangan, pergelangan kaki,
dan kaki; untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen, tumor, infeksi,
dll.
Dapat juga digunakan tumor jaringan lunak, dan penilaian penyakit sendi.
- Pemeriksaan abdomen
Modalitas ini untuk melihat hati, ginjal, kantung dan saluran empedu, pankreas,
limpa, organ ginekologis, prostat, dan buli-buli.
Hepatobiliary MR digunakan untuk mendeteksi dan menentukan jenis lesi pada hati,
pankreas, dan saluran empedu. kelainan pada hati bisa dievaluasi dengan difussion
Weights, opposed phase imaging dan dynamic contrast enhancement sequences.
pencitraan anatomik dari saluran empedu dengan T2 weighted sequence pada
45
- Pemeriksaan Thorax
Modalitas ini untuk melihat paru-paru dan jantung.
Cardiac MRI adalah teknik pencitraan pelengkap seperti modalitas lainnya seperti
Echocardiography, Cardiac CT, dan Nuclear medicine lainnya. penggunaan modalitas
ini mencakup penilaian iskemi pada miokardium, kardiomiopati, miokarditis,
kelebihan besi, penyakit rakituluh darah, dan penyakit jantung bawaan.
- Functional MRI
Modalitas ini untuk melihat menilai bagian otak yang berbeda sebagai respons
terhadap stimuli luar atau aktivitas pasif saat keadaan istirahat. Hal ini banyak
digunakan dalam penelitian untuk melihat bagian korteks mana yang berubah saat
aktivitas tertentu yang dijalankan manusia.
- Onkologi
Pemeriksaan dengan MRI untuk menginvestigasi stadium dari kanker rektum dan
prostat sebelum operasi.(2)
Beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak
seperti otak, sumsum tulang sertamuskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas dan terperinci.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi,
dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
Breast MRI
MRI mammae seringkali dilakukan dengan kontras gadolinium untuk
mendapatkan pencitraan gambaran jaringan abnormal mammae secara lebih
mendetail. MRI biasanya digunakan pada penderita kanker mammae, untuk mengukur
dimensi kanker dan sekaligus mencari lokasi tumor lainnya pada kedua mammae.
46
MRI juga dapat digunakan pada wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya kanker
mammae, namun tidak dilakukan secara tunggal untuk skrining karena tingginya
angka false positive.
2.6.
Scintigraphy
Modalitas ini merupakan bentuk metode diagnostik yang digunakan dalam
bidang Nuclear medicine. Metode ini menggunakan radioisotop dari dalam tubuh
yang diberikan lewat radiopharmaceuticals dan radiasi yang dikeluarkan akan
ditangkap oleh detektor eksternal atau gama cameras untuk membentuk gambar dua
dimensi. (3)
Berbeda dengan SPECT dan Positron emission tomography (PET) yang
membentuk gambar 3 dimensi. Kedua modalitas ini dianggap berbeda dengan
Scintigraphy walau menggunakan kamera gamma yang sama untuk mendeteksi
radiasi internal.(3)
Indikasi penggunaan Scintigraphy dibagi ke dalam sistem organ seperti :
- Sistem bilier (Cholescintigraphy)
Digunakan untuk mendiagnosis obstruksi pada saluran empedu oleh batu empedu
(Cholelithiasis), adanya tumor, atau penyebab lain. Bisa juga digunakan untuk
mendiagnosis penyakit gallbladder, fistula bilier.
Pada cholescintigraphy, larutan radioaktif kimia yang diinjeksi akan diambil oleh hati
dan disekresi ke empedu. Lalu radiopharmaceutical akan masuk ke saluran empedu,
kantong empedu dan usus. Kamera gama akan diletakan di atas abdomen untuk
menangkap gambar.
- Lung scintigraphy
47
Indikasi tersering dari pemeriksaan ini adalah untuk mendiagnosis emboli pulmoner
dan ventilation/perfusion Scan.
Indikasi lain seperti evaluasi transplantasi paru-paru, evaluasi persiapan operasi, dan
evaluasi Rights to left shunt.
Pada fase ventilasi pada ventilator/perfusion Scan, gas xenon atau technetium DTPA
dalam bentuk aerosol akan diinhalasi oleh pasien lewat mouthpiece atau mask yang
menutup hidung dan mulut. Sedangkan fase persuasi melibatkan injeksi secara
intravena dengan macro aggregated albumin (Tc99m-MAA). Lalu kamera gama akan
menangkap gambarnya.(3)
- Tulang
Ada methylene-diphosponate (MDP) yang bisa ditangkap tulang. Secara kimia dengan
memasangkan technetium-99m dengan DMP, maka akan bisa ditransportasi dan
menempel ke tulang lewat hydroxyapatite untuk menghasilkan gambar. Penambahan
sedikitpun pada fungsi fisiologis seperti fraktur pada tulang, maka akan meningkatkan
konsentrasi dari tracer.(4)
Indikasi klinis mencakup mendeteksi dan follow-up metastasis ke tulang akibat
keganasan, deteksi fraktur, osteomyelitis, refleks sympathetic dystrophy, dan evaluasi
dari protesa sendi panggul seperti saat infeksi.(5)
Benign neoplastic
Malignant neoplastic
Osteoid osteoma
Primary :osteosarcoma, secondary
48
Inflammatory
Infective
Neurovascular
:metastasis
Inflammatory arthropathies
Osteomyelitis, discitis, septic arthritis
Avascular nekrosis, refleks
Metabolis
Trauma
sympathetic dystrophy
Osteomalacia, Pagets disease
Fracture, insufficiency fracture,
Post surgical
Degenerative
Non-bony
- Jantung
Ada thallium stress Test yang merupakan bentuk dari scintigraphy, di mana sejumlah
thallium 201 akan dideteksi di jaringan jantung yang berkorelasi dengan suplai darah
ke jaringan. Sel jantung yang sehat akan memiliki pompa ion atrium kalium. Thalium
akan berikatan dengan pompa kalium dan akan ditransportasi ke sel. Olahraga atau
dipyridamole akan menginduksi pelebaran dari arteri koroner normal. Ini akan
menghasilkan coronary steal dari area iskemik di mana arteri sudah dilatasi maksimal.
Area yang infak atau iskemik akan tetap dingin. Pemeriksaan pre dan Post stres
thallium bisa memberitahu area yang akan membaik dari revaskularisasi miokardial.
Terdistribusi mengindikasikan Adam a coronary steal dan kehadiran dari iskemik
coronary artery disease.
- Parathyroid
Tc99m-sestamibi digunakan untuk mendeteksi adenoma parathyroid.
- Thyroid
Untuk mendeteksi metastasis/ fungsi dari tiroid, isotop iodin -131/ technetium 99m
digunakan secara umum dan untuk tujuan ini isotop iodide tidak perlu berikatan
dengan protein atau molekul karena jaringan tiroid menangkap iodide bebas secara
aktif.
Biasa digunakan untuk mengevaluasi struktur umum dari kelenjar tiroid seperti pada
pembesaran nodular atau diffuse yang berkaitan dengan fungsinya. Hal ini sangat
berguna untuk membedakan diagnosis hipertiroid, membedakan Graves dari toxic
nodular goiter, mencari perbedaan signifikan dalam menentukan dosis terapi dari I131 dan memprediksi keluaran dan kemungkinan efek samping dari terapi.(6)
49
Dapat juga digunakan untuk mencari korelasi dari palpasi tiroid dengan penemuan
scintigraphy untuk menentukan derajat fungsi di dalam nodul yang terpalpasi atau
secara tidak sengaja ditemukan dalam sebuah modalitas radiologi non-nuklir lainnya.
Hal lain seperti menentukan lokasi dari jaringan tiroid ektopik, evaluasi dari hipotiroid
kongenital (total genesis atau hemiagenesis, dyshormogenesis, penurunan tiroid
inkomplit), evaluasi massa pada leher atau substernal, dan membedakan tiroiditis
apakah viral atau autoimun dan hipertiroid karena Graves disease.(6)
mammogram abnormal, jaringan mammae yang padat, jaringan parut post operasi,
memiliki implan payudara, ataupun yang tidak dapat dideteksi dengan mammografi
dan USG. Scintimammography tidak dilakukan untuk skrining.(7)
51
- Renal Scintigraphy
Pemeriksaan ini terdiri dari dua sisi yaitu fungsi renal dan kemampuan ekskresi
dari renal. Dengan pemeriksaan ini maka perubahan patologik pada ginjal bisa
dideteksi baik itu inflamasi, tumor, retensi urin, dan kontrol tekanan darah tinggi
setelah transplantasi ginjal.
Renal Scintigraphy adalah pemeriksaan nuklir medis untuk menilai fungsi ginjal
sebagai clearance , dan aliran urine ke kandung kemih. Namun bisa juga digunakan
untuk menentukan lokasi, bentuk, dan ukuran dari ginjal.(8) Adapun indikasi pada
pemeriksaan ini adalah :
a. Data mengenai disfungsi ginjal setelah kelainan ginjal baik karena
inflamasi atau tumor.
b. Untuk pemeriksaan terpisah terhadap persuasi ginjal dan fungsi seperti
pada donor hidup ginjal atau pada operasi ginjal.
c. Diagnosis obstruksi pada sistem urinari.
d. Penilaian hubungan antara stenosis pembuluh darah ginjal seperti pada
hipertensi.
e. Monitor fungsi ginjal saat transplantasi ginjal.
52
f. Pada bayi dengan kelainan traktus urinari untuk mempelajari aliran urin.
- Seluruh tubuh
Contohnya seperti galium Scan,indium White blood cell Scan, iobenguane Scan
(MIBG), dan octreotide Scan.MIBG Scan mendeteksi jaringan adrenergik dan bisa
digunakan untuk identifikasi lokasi tumor seperti phaeochromocytomas dan
neuroblastomas.
53
BAB III
KESIMPULAN
Terdapat berbagai macam modalitas radiologi yang dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis suatu penyakit, menyingkirkan diagnosis banding serta mengevaluasi
terapi yang diberikan. Berbagai modalitas tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian
masing-masing sesuai fungsinya. Seorang dokter harus mengetahui indikasi dan
kontraindikasi dari setiap modalitas dan harus dapat menentukan dengan baik modalitas mana
yang dapat membantunya untuk menegakkan suatu diagnosis penyakit.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Herring W. Learning Radiology. 2nd ed.
2. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life
Support for Doctors Student Course Manual. 8th ed. Chicago.
3. CT scan [Internet]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2015 [cited 2015 Nov 5].
Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=CT_scan&oldid=688453849
4. Magnetic resonance imaging [Internet]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2015 [cited
2015 Nov 5]. Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Magnetic_resonance_imaging&oldid=688933947
5. Scintigraphy [Internet]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2015 [cited 2015 Nov 5].
Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Scintigraphy&oldid=679044052
6. Bone scan | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org [Internet]. Radiopaedia.
[cited 2015 Nov 5]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/bone-scan
7. Microsoft Word - BNMS Bone Scintigraphy Guideline v1 BNMS_Bone_Scintigraphy_Guideline_v1.pdf [Internet]. [cited 2015 Nov 5].
Available from:
http://www.bnms.org.uk/images/stories/Procedures_and_Guidelines/BNMS_Bone_Sc
intigraphy_Guideline_v1.pdf
8. Society of Nuclear Medicine - Thyroid_Scintigraphy_V3.pdf [Internet]. [cited 2015
Nov 5]. Available from: http://snmmi.files.cmsplus.com/docs/Thyroid_Scintigraphy_V3.pdf
9. cintimammography [Internet]. [cited 2015 Nov 5]. Available from:
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=scintimammo
10. Kidney Diagnostics (Renal scintigraphy) | Nuklearmedizin [Internet]. [cited 2015 Nov
5]. Available from: http://radiology.klinik-amring.com/index.php/Nuklearmedizin/kidney-diagnostics-renal-scintigraphy.html
11. Single-photon emission computed tomography [Internet]. Wikipedia, the free
encyclopedia. 2015 [cited 2015 Nov 5]. Available from:
55
https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Singlephoton_emission_computed_tomography&oldid=687953669
12. Positron emission tomography [Internet]. Wikipedia, the free encyclopedia. 2015
[cited 2015 Nov 5]. Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?
title=Positron_emission_tomography&oldid=686791570
13. Makes D. Payudara dan tiroid : Mammografi payudara. Dalam : Rasad S. Radiologi
diagnostik. Balai Penerbit FKUI: Jakarta; 2006.
14. Makes D. Payudara dan tiroid : Ultrasonografi dan tomografi komputer payudara.
Dalam : Rasad S. Radiologi diagnostik. Balai Penerbit FKUI: Jakarta; 2006.
15. Smith A. The principles of contrast mammography. [Internet]. Cited 14 Okt. Available
from :http://www.hologic.com/sites/default/files/Principles%20of%20Contrast.pdf.
16. WHO. Manual of Diagnostic Ultrasound. 2nd edition. Geneva. 2011.
56