Sie sind auf Seite 1von 4

Anggota Gerak Bawah

Metatarus Primus Varus. Kedudukan varus metatarsal pertama terhadap keempat metatarsal
yang lain disebut metatarsus primus varus. Batas medial kaki melengkung ke medial
sehingga terdapat celah lebar antarjari pertama dan kedua.bila diobati dini dengan
penggunaan gips koreksi secara berturut-turut untuk koreksi berangsur-angsur, kelainan ini
akan hilang. Bila kelainan ini tidak dikoreksi akan terjadi haluks valgus adolesen, yaitu ibu
jari membelok ke lateral oleh karena penekanan sepatu.
Metatarsus Varus (Metatarsus Adduktus). Seluruh kaki bagian distal berada dalam keadaan
teradduksi, supinasi, dan umumnya disertai dengan endotosi tibia. Namun, tumit dan
pergelangan kaki masih normal sehingga membedakannya dengan pes ekuinovarus bawaan.
Pemasangan gips koreksi dilakukan secara berturut-turut dengan mempertahankan tumit
dipertahankan pada posisi netral dan penekukan kaki bagian depan dalam posisi abduksi dan
pronasi. Metatarsus varus yang tidak ditangani melebihi usia dua tahun memerlukan tindak
bedah membebaskan jaringan ikat lunak. Bila anak telah mencapai usia empat tahun tanpa
koreksi, mungkin diperlukan osteotomi pada dasar setiap metatarsal.
Pes Ekuinovarus Bawaan. Kelainan ini mudah didiagnosis tetapi sulit dikoreksi sempurna.
Insidensinya dua per seribu kelahiran hidup, dengan setengahnya terjadi secara bilateral.
Rasio penderita laki-laki dan perempuan adalah 2 berbanding 1. Penyebab penyakit ini tetap
merupakan teka teki yang tak terjawab. Faktor genetik berperan pada 10% kasus, tapi sisanya
merupakan kelainan yang timbul pertama kali dalam silsilah keluarga. Deformitas ini
diketahui timbul pada usia dini perkembangan embrio pada saat kaki pertama kali terbentuk.
Kelainan bawaan ini merupakan gabungan beberapa kelainan, antara lain adduksi dan
supinasi kaki oada sendi tarso-metatarsal, posisi varus kalkaneus pada sendi subtalar,
keduduka ekuinus pada sendi pergelangan kaki, dan deviasi ke arah medial seluruh kaki
terhadap lutut yang disebabkan oleh angulasi leher talus dan torsi tibia ke arah dalam.
Tingkatanya dapat ringan, sedang atau berat, bergantung pada kekakuan dan tahanannya. Otot
pada bagian posterior dan medial kaki, terutama otot gastroknemius dan otot tibialis
posterior, memendek, dan sendi pun turut menebal dan memendek pada sisa konkaf kelainan
ini.

Kontraktur jaringan lunak berjalan progresif dan menimbulkan perubahan sekunder,


tidak saja pada tulang yang sedang tumbuh tetapi juga pada sendi. Oleh sebab itu, koreksinya
harus dilakukan sedini mungkn, selambat-lambatnya dalam hari-hari pertama kehidupan bayi.
Tindakan koreksi pasif yang dilakukan berupa pengadaan abduksi secara berhati-hati
untuk melawan adduksi kaki depan, varus, ekuinis, dan melawan varus tumit serta ekuinus
pergelangan kaki. Koreksi ini harus dipertahankan cukup lama sampai berakhir usia
pertumbuhan. Meskipun demikian, setelah koreksi sempurna, sering terjadi kegagalan
pertumbuhan jaringan ikat lunak yang memendek sehingga timbul kekambuhan pada
sebagian penyandang, terutama pada periode pertumbuhan tulang yang cepat.
Metode penanganan harus disesuaikan dengn derajat pes ekuinovarus dan dapat
digunakan berturut-turut pada berbagai fase penanganan koreksi. Cara pertama adalah dengan
koreksi gips yang digantikan dan seminggu sekali untuk meneruskan koreksi. Koreksi ini
umumnya memakan waktu 6 minggu. Cara kedua mengguanakn bidai pes ekuinovarus
bawaan yang dikatkan pada kaki dengan plester dan berangsur-angsur diputar ke arah luar
dan ke arah valgus. Plester perekatan diganti tiap minggu selama kurang lebih 12 minggu;
setalah fase ini, koreksi dipertahankan tapi gerakan sendi tetap dapat dilakukan. Cara ketia
menggunakan sepatu bidai yang digunakan diang dan malam hari, hanya dilepas pada waktu
mandi, selama 3 bulan; pemakaian diteruskan sampai anak dapat berjalan. Bidai ini harus
terus dipakai pada malam hari sedikitnya sampa usia 2 tahun atau lebih untuk mencegah
kekambuhan. Cara keempat menggunakan sepatu yang mengahadap keluar (sepatu terbalik
kiri da kanan) yang dipakai siang hari sampai umur 3 tahun, biasanya dengan tambahan sol
pengganjal berbentuk baji di tepi luarnya.
Sekitar 60% anak penyandang ekuinovarus bawaan yang diobati dino dengan metode
nonoperatif akan memberikan hasil yang memuaskan setalh 3 bulan. Selebihnya, hasilnya
tidak memuaskan. Pada keadaan ini, penyandang dianjurkan menjalani operasi koreksi
jaringan ikat lunak akibat adanya kontraktur tendo otot posteromedial dan sendi pada fase
awal. Operasi ini ruwet dan tidak selamanya memberikan hasil yang memuaskan. Setelah
operasi, terapi tetap dilanjutkan dengan pengelolaan nonoperatif seperti yang telah disebutkan
diatas. Pada kelainan tulang kaki yang menetap, ekuinovarus dapat dikoreksi dengan
artrodesis tripel, yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian yaitu
artikulasio talokalneus, talonavikularis, dan kalkaneokuboid.

Pes Kalkaneovalgus. Pada pes kalkaneovalgus, salah satu kaki atau keduanya berada dalam
posisi dorsofleksi dan eversi yang menetap. Ini dianggap suatu kelainan sementara akibat
posisi intrauterin sehingga disebut kalkaneovalgus akibat posisi. Kelainan ini dikelola dengan
cara peregangan pasif oleh orangtua secara kontinu dan biasanya sembuh spontan.
Koalesensi Tarsus. Pada koalesensi tarus, dua tulang tarsal pada kaki berkoalisi dan
disatukan oleh jembatan kartilago berupa sinkondrosis yang pada usia dewasa mengalami
penulangan menjadi sinostosis. Akibatnya, terjadi hambatan gerak pada sendi yang terkena.
Kaki selalu berada dalam posisi valgus dan rata tetapi tidak seperti pes plano valgus yang
hipermobil dan fleksibel. Jenis kelainan kaki ini berkembang menjadi kaku dan nyeri karena
spasme dan kekakuan sekunder otot peroneus sehingga disebut juga pes planus spastik
peroneus. Penanganannya nonopertaif hanya bersifat sementara, berupa eksisi daerah yang
menyatu secara tidak adekuat. Bila terjadi perubahan degeneratif sekunder pada sendi
talonavikular pengobatan yang terbaik adalah artrodesis tripel.
Flatfoot (kaki ceper). Kelainan herediter ini sering dijumpai dan ditandai dengan hilangnya
arkus plantaris yang terlihat jelas bila anak berdiri; telapak kaki rapat dengan pijakannya,
tumit dalam posisi valgus, dan kaki mengalami pronasi. Kelainan ini terutama disebabkan
oleh kekenduran ligamen yang bersifat umum, hilangnya stabilitas kekuatan otot, distribusi
tekanan yang abnormal atau kombinasinya.
Tulang Navikula Asesoris. Kelainan ini berupa tonjolan kartilago yang kadang berukuran
besar waktu lahir, timbul di pusat osifikasi yang terpisah pada daerah medial. Bila timbul
keluhan,

tonjolan

tulang

tambahan

ada

tulang

navikula

perlu

dieksisi

dengan

mempertahankan insersi bagian dalam tendo tibialis posterior.


Pseudoartrosis Tibia. Merupakan kelainan yang jarang ditemukan karena disebabkan oleh
sklerosis tulang yang mengecil dan menjadi rapuh sehingga terjadi fraktur patologis pada
waktu lahir atau pada masa anak. Vaskularisasi tulang ini kurang baik sehingga tidak terjadi
penyambungan tulang dan terbentuk sendi semu atau pseudoartrosis yang menambah
kelainan angulasi. Kelainan ini memerlukan penyatuan menggunakan tandur tulang.
Menikus Diskoid Lateral. Kelainan ini merupakan kelainan maniskus lateral yang lebih
tebal dari ukuran normal, berbentuk cakram, dan kurang melekat pada bagian posterior plato
tibia. Bila lutut diekstensikan, menikus yang tebal ini akan terdorong ke depan sehingga

kondilus femur yang bergeser di atasnya mendorong meniskus secara mendadak ke belakang,
menimbulkan bunyi yang khas pada gerakan sendi lutut.
Dislokasi Patela Habitual. Merupakan cacat bawaan dislokasi patela ke sisi lateral yang
terjadi berulang akibat otot kuardriseps yang pendek dan kondilus femur lateral yang datar.
Selain itu, pada pertumbuhan anak, terjadi genu valgus. Hal ini harus dibedakan dengan
dislokasi patela rekuren.
Koksa Vara Bawaan. Koksa vara bawaan merupakan keadaan akibat kegagalan osifikasi
leher femur yang menyebabkan deformitas pertumbuhan tulang berupa sikap varus bagian
atas femur pada waktu anak tumbuh. Kelainan ini lebih sering disebut kelainan pertumbuhan
daripada kelainan bawaan. Pada pemeriksaan klinis akan terlihat pemendekan tungkai dan
pembatasan gerak abduksi pasif panggul. Terdapat tanda Trendelenburg yang positif karena
jarak trokanter mayor ke krista iliaka lebih pendek dari pada normal sehingga efisiensi gerak
otot abduktor panggul terutama otot gluteus medius berkurang. Hal ini mengakibatkan anak
berjalan dengan gerakan Trendelenburg untuk mengurangi rasa nyeri. Pengobatan yang
efektif untuk koksa vara bawaan adalah osteotomi subtrokanter ke arah abduksi femur yang
tidak saja memperbaiki abduksi dan varus tetapi juga merangsang osifikasi di leher femur.
Operasi memberikan hasil baik bila dilakukan sebelum kelainan menjadi nyata.

Das könnte Ihnen auch gefallen