Sie sind auf Seite 1von 15

DAFTAR ISI

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.1
1.2 Tujuan Percobaan.2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA....3

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan.7
3.2 Prosedur Percobaan..7

BAB 4

HASIL & PEMBAHASAN


4.1 Hasil percobaan8
4.2 Perhitungan.. 8
4.3 Pembahasan..9

BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan..12
5.2 Saran....12

DAFTAR PUSTAKA.13

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar alkalinitas yang
terkandung dalam suatu perairan. Dalam praktikum ini juga digunakan 2 indikator
yaitu fenolftalein dan metil jingga. Indikator fenolftalein (pp) dipakai untuk
mengetahui titik akhir titrasi dalam penentuan alkalinitas karbonat, sedangkan
indikator metil jingga dipakai untuk mengetahui titik akhir titrasi dalam penentuan
alkalinitas total.
Penyebab alkalinitas di dalam air adalah bikarbonat, karbonat dan hidroksida
ynag jumlahnya ditentukan dengan titrasi menggunakan larutan standar asam
kuat, sampai titik ekuivalen bikarbonat atau asam karbonat secara elektrometris
atau perubahan warna.
Penyusun alkalinitas perairan adalah anion karbonat, bikarbonat, hidroksida,
borat, fosfat, silikat dan sebagainya. Penyusun alkalinitas yang utama adalah
karbonat, bikarbonat dan hidroksida.
Sebagian besar alkalinitas dalam air alam disebabkan oleh adanya bikarbonat
dan sisanya disebabkan oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu,
seperti pada siang hari adanya ganggang dan lumut dalam perairan merupakan
faktor turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat, sedangkan dalam suasana
seperti ini kadar karbonat dan hidroksida naik dan menyebabkan pH larutan juga
naik.
Uraian diatas dapat kita pahami dengan melakukan praktikum dengan judul
ALKALINITAS. Dalam praktikum alkalinitas digunakan larutan uji seperti
sumur bor, sumur tanah, sungai mahakam dan air parit. Praktikum ini menentukan
alkalinitas dari larutan uji karena menentukan alkalinitas sangat penting.
Alkalinitas merupakan salah satu penentu kualitas badan air/ suatu perairan.

1.2 Tujuan Percobaan


Mengetahui pengertian alkalinitas
Mengetahui alkalinitas total dari larutan uji
Mengetahui fungsi penambahan indikator

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkaliniti
merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkaliniti dalah hasil reaksireaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro ynag
menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dinyatakan dalam mgCaCO 3/l (cara
kuno, tetapi masih terpakai di Amerika Serikat, misalnya pada Caldwell-Lawrence
diagram). Alkaliniti dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO 32-),
bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), dan juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat
(SiO44-) dan sebagainya. Penyusun alkalinitas yang utama adalah bikarbonat,
karbonat dan hidroksida. Alkalinitas dinyatakan dalam rumus :

alkalinitas(mgCaCO 3 /l)

(A x B)
x 1000 x 50,4
C

Dimana, A = Volume H2SO4 (ml)


B = Normalitas H2SO4 (N)
C = Volume sampel (ml)
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya
bikarbonat dan sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang
hari) adanya ganggang dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar
karbondioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti ini kadar karbonat dan
hidrroksida naik dan menyebabkan PH larutan naik.
Air ledeng memerlukan ion alkaliniti tersebut dalam dalam konsentrasi
tertentu : kalau kadar alkaliniti terlalu tinggi (dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan
Mg2+ yaitu kadar kesadahan) air menjadi agresif dan menyebabkan karat pada
pipa, sebaliknya alkaliniti yang rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan
dapat menyebabkan karat CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil
penampang basah pipa. Dalam air buangan khususnya dari industi kadar alkaliniti
3

yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dan asam lemah seperti asam
asetat, popionat, amoniak, sulfit (SO32-). Alkaliniti juga merupakan parameter
pengontrol untuk anaerobik digeser dan instalasi lumpur aktif. Air irigasi boleh
mengandung kadar alkalinitas tinggi.
(Dr.Ir.G.Alaerts, Ir. Srisumerti Santika, M.Sc. 2002. Metode Penelitian Air.
Surabaya : Usaha Nasional, hal 63)
Titrasi asam-basa digunakan secara meluas untuk analisa kimia, dimana
penentuan pada analisis ini, zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan
dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya sampai tercapai satu titik
ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat dapat diketahui.
(Dr.Ir.G.Alaerts, Ir. Srisumerti Santika, M.Sc. 2002. Metode Penelitian Air.
Surabaya : Usaha Nasional, hal 63)
Titrasi Karbonat
Ketika CO2 diabsorpsi oleh sebuah larutan standar NaOH. Normalitas dari
larutan akan berpengaruh jika indikator fenolftalein dipergunakan. Diutarakan
juga bahwa campuran dari karbonat dan hidroksida, atau karbonat dan bikarbonat,
dapat ditentukan melalui titrasi yang menggunakan indikator fenolftalein dan
metil orange. Biasanya ion karbonat dititrasi sebagai basa dengan sebuah titran
asam kuat.
Campuran dari karbonat dan bikarbonat, atau karbonat dan hidroksida,
dapat dititrasi dengan HCl standar sampai kedua titik akhir yang ditulis, dimana
NaOH dinetralisasi secara lengkap pada titik akhir fenolftalein, Na 2CO3
ternetralisasi setengah dan HCO3- belum bereaksi sama sekali. Dari titik akhir
fenolftalein sampai metil orange, bikarbonat akan dinetralisasi. Hanya sedikit tetes
titran yang diperlukan oleh NaOH untuk nerubah dari pH 8 menjadi 4.
(R.A Day, Jr, Underwood A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga, hal 181-182)
Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam
sulfat dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat-zat alkalinitas yang
4

merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi (titik ekuivalensi) kira-kira pada pH
8,3 dan pH 4,5. Titik akhir ini dapat ditentukan oleh :
1. Jenis indikator yang dipilih dimana warnanya berubah-ubah pada pH titik
akhir titrasi (pH ekuivalen).
2. Perubahan nilai pH pada pH meter waktu titrasi asam basa dimana
lengkungan pada grafik pH dan volume asam memperlihatkan titik akhir
titrasi/titik ekuivalensi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
OH- + H+

H2O

CO32- + H+

HCO3-

HCO3- + H+

H2O + CO2,

Pada pH 8,3

Pada pH 4,5

pH titik akhir titrasi untuk beberapa contoh air :


Contoh air
Air dengan kandungan alkaliniti (CO32-, HCO3-,

pH titik akhir titrasi

OH-) sebanyak :
30 sebagai mg CaCO3/l

8,3 5,1

150 sebagai mg CaCO3/l

8,3 4,8

500 sebagai mg CaCO3/l

8,3 4,5
8,3 4,5
8,3 3,7

Air dengan kandungan alkaliniti silikat,fospit


Limbah industri

(perkiraan)
Dari tabel, ternyata pH titik akhir titrasi 4,5 sebenarnya berubah sedikit
dengan komposisi air. Bila perlu ketelitian tinggi, pH tersebut dapat dipakai untuk
titrasi potensiometris (titrasi kolorimetris kurang peka). Namun, untuk analisa
biasa (rutin) pH titik akhir tersebut dianggap tetap sama 4,3 sampai 4,5, yaitu pada
saat indikator metil orange mulai berubah warnanya dari kuning-orange menjadi
kemerah-merahan.
(Dr.Ir.G.Alaerts, Ir. Srisumerti Santika, M.Sc. 2002. Metode Penelitian Air.
Surabaya : Usaha Nasional, hal 64-65)
5

Indikator asam basa


Indikator fenolftalein yang sudah dikenal merupakan asam diprotik dan
tidak berwarna . indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarna dan
kemudian, dengan hilangnya proton kedua menjadi ion dengan sistem terkonjugat,
menghasilkan warna merah. Metil orange, indikator lainnya yang banyak
digunakan merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya.
Penambahan proton menghasilkan kation yang berwarna merah muda.
(R.A Day, Jr, Underwood A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga, hal 141-142)
Pada umumnya asam adalah zat-zat molekular yang bila direaksikan
dengan air menghasilkan ion hidronium. Misalnya hidrogen klorida adalah suatu
asam karena bila dilarutkan dalam air akan bereaksi dengan solven tersebut dan
menghasilkan H3CO+. HCl adalah suatu elektron kuat. Berarti asam adalah larutan
akan terdisosiasi 100% oleh karena itu di dalam larutan HCl yang pekat
terkandung konsentrasi ion H3O+ yang tinggi sehingga HCl dikatakan sebagai
asam kuat, banyak juga asam yang merupakan elektrolit lemah, misalnya asam
asetat (HO2H3O2) asam ini akan bereaksi dengan air menurut persamaan berikut :
HO2H3O2 + H2O
Atau,

HO2H3O2

H3O+ + O2H3O2H+ + C2H3O2

Ini adalah suatu kesetimbangan dalam HO2H3O2 larutan ini hanya sebagian
kecil dari solutnya akan terdisosiasi menjadi ion, berarti konsentrasi ion H3O+
dalam larutan sangat rendah. Akibatnya asam asetat dan asam-asam lain yang
merupakan elektrolit lemah dikatakan sebagai asam lemah.
(James Brady E. 1994. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga, hal 20)

BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
6

3.1.1. Alat

Buret

Labu erlenmeyer 250 Ml

Gelas ukur 100 Ml

3.1.2. Bahan

Larutan H2SO4 0,02 M

Indikator fenoftalien

Indikator metil jingga

Larutan uji (sampel)

3.2. Cara Kerja


Penentuan Alkalinitas Fenolftalien (Karbonat)

Diukur 10 ml cuplikan dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml.

Ditambah 3 tetes indikator fenolfalien.

Apabila berwarna merah muda,dititrasi dengan larutan baku H2SO4 0,02 M


sampai warna merah muda tepat hilang.

Apabila tidak terjadi warna merah muda, maka alkalinitas fenolftalein


tidak ada.
Penentuan Alkalinitas Metil Jingga (Total)

Diukur 10 ml cuplikan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml.

Ditambah 3 tetes indikator metil jingga

Dititrasi dengan larutan baku H2SO4 0,02 M sampai warna merah jingga.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel Pengamatan
Sampel
Sumur Bor
Sumur Tanah
Sungai Mahakam
Air Parit

ml sampel
100 ml

Indikator
Pp

Vol H2SO4 0,02 N


-

100 ml
100 ml

Mo
Pp

31,4 ml
-

100 ml
100 ml

Mo
Pp

13 ml
-

100 ml
100 ml

Mo
Pp

3,9 ml
-

100 ml

Mo

5,8 ml

4.2 Perhitungan
Alkalinitas Total (mg CaCO3/l)
-

Sumur Bor

(AxB) x 1000 x 50,4


C

31,4 x 0,02 x 1000 x 50,4


100

Sumur Tanah

316, 512 mg CaCO3/l

(AxB) x 1000 x 50,4


C

13,0 x 0,02 x 1000 x 50,4


100

Sungai Mahakam

131,04 mg CaCO3/l

(AxB) x 1000 x 50,4


C

3,9 x 0,02 x 1000 x 50,4


100

Air Parit

39,312 mg CaCO3/l

(AxB) x 1000 x 50,4


C

5,8 x 0,02 x 1000 x 50,4


100

58,464 mg CaCO3/l

4.3 Pembahasan
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO 3/l.
Prinsip percobaan alkalinitas adalah penetralan atau penentuan penambahan asam
tanpa menurunkan pH larutan melalui reaksi asam basa menggunakan titrasi
H2SO4 dan karbonat.
Pada percobaan pertama merupakan penentuan alkalinitas fenolftalein
(karbonat). Pada percobaan pertama diguanakan 4 larutan uji yaitu air sumur bor,
sumur tanah, sungai mahakam dan air parit,masing-masing dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer dan masing-masing ditetesi dengan 3 tetes indikator fenolftalein
(pp). Dikatakan bahwa jika setelah larutan uji ditetesi dengan indikator pp dan
terbentuk warna merah muda maka larutan tersebut bersifat basa kemudian
dititrasi dengan larutan baku H2SO4 0,02 N, namun yang tejadi pada percobaan ini
adalah tidak terjadi warna merah muda larutan tersebut bersifat basa. Hal ini
menunjukan bahwa 4 larutan uji tidak ada alkalinitas karbonat (fenolftalein).
Pada percobaan kedua merupakan penentuan alkalinitas metil jingga
(total). Pada percobaan kedua juga digunakan 4 larutan uji yaitu air sumur bor,
sumur tanah, sungai mahakam dan air parit, masing-masing dimasukkan ke dalam
labu erlenmeyer dan ditetesi dengan 3 tetes indikator metil jingga (Mo). Setelah
ditetesi dengan indikator Mo, terjadi perubahan warna menjadi kuning jingga.
Setelah larutan uji berwarna kuning jingga, larutan uji tersebut dititrasi dengan
larutan baku H2SO4 0,02 N hingga larutan berwarna merah jingga. Jadi hasil akhir
yang didapatkan pada percobaan kedua ini adalah alkalinitas total. Alkalinitas

total larutan uji pertama (sumur bor) ; 316,512 mg CaCO 3/l, larutan uji kedua
(sumur tanah) ; 131,04 mg CaCO3/l, larutan uji ketiga (sungai mahakam) ; 39,312
mg CaCO3/l dan larutan uji keempat (air parit) ; 58,464 mg CaCO3/l.
P adalah jumlah volume alrutan yang dibutuhkan untuk mencapai pH = 8,3
sebagai alakalinitas karbonat dan M adalah jumlah ml larutan titran yang
dibutuhkan untuk mencapai pH = 4,5, maka jika :
-

P = M, alkalinitas pembentuk adalah hidroksida

P = M, alkalinitas pembentuk adalah karbonat

P = 0, alkalinitas pembentuk adalah bikarbonat

P < M, alkalinitas pembentuk adalah karbonat dan bikarbonat

P > M, alkalinitas pembentuk adalah karbonat dan hidroksida

Maka diketahui bahwa percobaan termasuk dalam P = 0, karena itu alkalinitas


penyusun semua sampelnya adalah bikarbonat.
Fungsi dari penambahan indikator fenolftalein adalah untuk mengetahui
titik akhir titrasi (TAT) dalam penentuan alkalinitas karbonat. Fungsi penambahan
metil jingga adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi (TAT) dalam penentuan
alkalinitas total.
Struktur indikator Fenolftalein (pp)
O
O
H
H

H+

OH

C
O
C
O
Strukur Metil Jingga + H2SO4
O3S

N=N

N(CH3)2 + H2SO4

O3S

.. ..
N N=
10
H

N+(CH3)2 + H2SO3-

BAB 5
PENUTUP

11

5.1 Kesimpulan
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
penurunan nilai pH larutan.
Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan maka didapat hasil
alkalinitas total pada beberapa sampel. Air sumur bor ; 316,512 mg/l,
sumur tanah ; 131,04 mg /l, sungai mahakam ; 39,312 mg /l dan air parit ;
58,464 mg /l.
Fungsi dari penambahan indikator fenolftalein adalah untuk menentukan
titik akhir titrasi (TAT) dalam pembentukan alkalinitas karbonat,
sedangkan fungsi dari penambahan metil jingga adalah untuk menentukan
titik akhir titrasi (TAT) dalam pembentukan alkalinitas total.

5.2 Saran
Sebaiknya larutan uji yang digunakan juga bisa dipakai untuk penentuan
alkalinitas karbonat dengan indikator fenolftalein sehingga praktikan dapat
membandingkan hasil dari penentuan alkalinitas total dengan indikator metil
jingga dengan hasil penentuan indikator karbonat.

DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G, Ir. 2002. Metode Penelitian air. Surabaya : Usaha Nasional

12

Brady James, E. 1994. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga


Underwood, JR. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :

13

1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita
bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah
serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua
lapisan kedap air.
2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan
mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau,
kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu :
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti
rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti
air laut yang berada di laut.

14

Das könnte Ihnen auch gefallen