Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Laporan Kasus
Desember 2015
BLEFARITIS
OLEH :
Hilda Kusuma Wardani
110 209 0036
PEMBIMBING :
Prof. Dr. dr. St. Rukiah Syawal, Sp. M
LAPORAN KASUS
BLEFARITIS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. AR
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
Keluhan utama
VISUS
Visus jauh tanpa koreksi
Koreksi
Visus jauh dengan koreksi
OS
20/30
terbaik
Visus dekat
Koreksi
Visus dekat dengan koreksi
B.
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
Silia
Apparatus Lakrimalis
Konjungtiva
OD
OS
Udem (+)
Udem (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Krusta (+)
Normal, Sekret (+)
Lakrimasi (-)
Hiperemis(+),
Krusta (+)
Normal, Sekret (+)
Lakrimasi (-)
inj. Hiperemis (+),
Perikorneal (+)
Inj.Perikorneal(+)
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Jernih
Normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+),
Jernih
Normal
Coklat, Kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+),
Lensa
Gerakan Bola Mata
RCTL (+)
Jernih
Kesegala arah
RCTL (+)
Jernih
Kesegala arah
C. PALPASI
No
1
2
3
Pemeriksaan
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula pre-aurikuler
OD
Tn
(-)
Tidak ada pembesaran
OS
Tn
(-)
Tdk ada pembesaran
E. FUNDUSKOPI
F. LABORATORIUM
IV. RESUME
Perempuan 45 tahun datang ke poliklinik Balai Kesehatan Mata Masyarakat,
dengan keluhan Gatal dan sakit pada kedua kelopak mata dialami pasien sejak kurang
lebih 1 minggu sebelum ke poliklinik mata. Pasien juga merasa panas pada kedua
kelopak mata. Pada pagi hari mata terasa lengket disertai banyak secret disertai krusta
berwarna putih kekuningan di margo palpebral, silia pada palbepbra sering rontok.
Pasien juga mengeluh palpebra bengkak dan merasa tidak nyaman. Benjolan pada
palpebra (-), mata berair (-), fotophobia (-). Riwayat penyakit yang sama sebelumnya
(+), riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-), riwayat penyakit sistemik, DM (-)
HT (-). Riwayat pengobatan sebelumya (-)
Pada pemeriksaan oftalmologis, segmen anterior ODS ditemukan palpebra
udem (+), hiperemis (+), krusta kekuningan (+),
Pemeriksaan Visus, VOD : 20/30 VOS : 20/30. Pada palpasi, tidak terdapat nyeri
tekan, pemeriksaan tonometri dalam batas normal.
V.
DIAGNOSIS
Blefaritis skuamosa okulus dekstra et sinistra
VI.
DIAGNOSA BANDING
Konjungtivitis Bakteri ODS
Disfungsi kelenjar Meibom
VII. TERAPI
Eyelied hygiene
Kompres air hangat atau cairan bikarbonat 3% dengan menggunakan shamp bayi.
Doksisiklin 2 x 100 mg
Oxytetrasiklin zalf 3 dd 1 app ODS
VIII.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
XI.
DISKUSI
Diagnosis blefaritis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis serta
pemeriksaan fisik. Dari ananmnesis didapatkan keluhan gatal dan sakit pada kedua tepi
kelopak mata yang dialami pasien sejak kurang lebih 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa blefaritis merupakan suatu
peradangan pada margo palpebra. Selain itu pasien juga mengeluh adanya rasa panas pada
kedua kelopak mata, rasa lengket pada kedua mata terutama pada pagi hari disertai adanya
krusta di margo palpebra, bulu mata juga rontok. Gambaran ini sesuai dengan gambaran
klinik blefaritis teutama blefaritis ulseratif. Rasa lengket pada mata disebabkan oleh adanya
krusta dan rontoknya bulu mata disebabkan adanya destruksi pada folikel rambut di tepi
palpebra yang menyebabkan tidak ada pertumbuhan bulu mata yang baru.
Pada pemeriksaan fisik generalis tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan
oftalmologis didapatkan visus mata kiri dan kanan mengalami penurunan yaitu 20/30. Hal ini
tidak berhubungan langsung dengan blefaritis kemungkinan disebabkan karena adanya
kelainan refraksi yaitu miopia. Pada palpebra didapatkan adanya edema, palpebra hiperemis,
serta krusta warna kekuningan di pangkal rambut palpebra. Hal ini sesuai dengan gambaran
klinik blefaritis skuamosa yang disebabkan oleh infeksi stafilococcus.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya penyulit seperti hordeolum, kalaizon, keratitis
maupun konjungtivitis. Pengobatan pada pasien ini meliputi kebersihan margo palpebra
dengan membersihkan tepi palpebra dengan kain kasa hangat, dimana saat membersihkannya,
kelenjar di tekan- tekan untuk mengeluarkan isinya. Selain itu diberikan antibiotik dalam
bentuk tablet dan salep untuk menghilangkan infeksi. Selain itu kebersihan secara umum juga
perlu diperhatikan. Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam, dimana jika ditangani dengan
baik akan mengalami penyembuhan yang cepat. Jika tidak di diobati blefaritis ini akan
berlangsung lama dan bisa menimbulkan penyulit seperti kerusakan pada kornea karena
adanya trikiasis.
BAB I
PENDAHULUAN
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada tepi kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan akhiran itis
Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam bahasa Inggris.
Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat - zat
asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak
merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak
biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan
ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang disebabkan
oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat
terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular
dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal adalah blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis
sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan
antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis,
hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan
kornea.3,4
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.3
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah,
dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. facialis.3,4
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo palpebra.
Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk menutup mata.3,4
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo pada annulus
foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas dengan sebagian
menembus M. Orbicularis Oculi menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian
kulit yang tempat insersi M. Levator palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra.
Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau
membuka mata. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia
tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).3,4
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae. Inervasinya
oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M. Mulleri adalah untuk
mengangkat kelopak mata.3,4
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.3
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.3
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupaka jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah dikelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah ).3
7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.3
8. Persarafan sensorik kelopaka matas atas didapatkan dari ramus frontal n.V,
sedangkan kelopaka bawah oleh cabang ke II saraf ke V.3
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutupi bulbus okuli.
Konjungtiva merupaka membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.5,6
10
kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan di superior dan inferior disebut fornix
konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup terbentuk sakus konjungtiva, merupakan ruang
sebelah anterior mata dan terisi sedikit cairan.7
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian terbesar) dan
lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra) yang merupakan lanjutan
tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot polos yang tipis di tepi atas palpebra
superior yaitu M. Tarsalis superior Mller, melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu
mata terdapat M. Siliaris Riolani (muskular skelet).7
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian perifer
disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng jaringan ikat yang
padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk seperti huruf D yang bagian
horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus pada palpebra superior lebarnya 10 -12
mm, sedangkan tarsus pada palpebra inferior lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam
sebaris kelenjar sebasea yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis Meibom. Permukaan
posterior tarsus menjadi satu dengan konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahankan
oleh tarsus ini.7
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel sel goblet, ketebalannya bervariasi
tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya menjadi berlapis
gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva epitelnya lebih tebal.7
11
II. 3. Definisi
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada tepi kelopak
mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak. Blefaritis dapat
disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,
sedangkan Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).3
12
II. 4. Epidemiologi
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan
angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis
sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses
penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut,
hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui
menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang
berkulit putih, meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering
didiagnosis pada ras ini.8
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.9
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada
kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila
13
dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda
(42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).8
II. 5. Etiologi
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi lingkungan,
atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:3
a. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak. Infeksi
biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan
staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).
b. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan
kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang juga
dapat disebabkan oleh karena paparan hewan seperti anjing atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau
kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai
jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau
ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat terjadi karena
kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior
dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata
(meibomian blefaritis) yang menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya
seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.8
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan pintu dari
kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan tepi luar
dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau dan tepi bagian dalam kelopak
mata yang bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak mata atau
permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang mendasari
terjadinya kelainan pada kelopak mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak.
Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika kelenjar minyak
memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat
menjadi meradang, iritasi, dan gatal.9
14
II. 6. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.10
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon
mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien.
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin
melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan
erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan
inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian.
Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan
titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi
terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan
meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.10
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi
dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal
dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior
telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau
15
menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan
konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya
mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior,
terjadi perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih
tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara
kelenjar.10
II. 7. Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:
1.
Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis
sebore). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2
2. Blefaritis Posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang
kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena produksi
minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain
itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.2
16
1.
Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan
sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila
terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk
mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya
menyertainya.3
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta dan eritema pada
tepi kelopak mata dan collarette formation pada dasar bulu mata. Infeksi kronis dapat
disertai dengan eksasebasi akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis ulseratif.
Dapat juga terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk erosi epitelial,
neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.11
2. Blefaritis Sebore
17
Blefaritis Skuamosa
18
4.
Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunungkuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di
sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan
keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat
sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel
rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).3
19
Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak mata
atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus
dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal.
Blefaritis angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Moraxella
lacunata.3,11
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak
mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat
terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.3
20
6.
Blefaritis Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut.3
Gambar 10 : Meibomianitis
Sumber : Atlas of Opthalmology
22
Feature
Lashes
Lid margin
Cyst
Anterior blefaritis
Posterior
blefaritis
Staphylococcal
Seborrhoeic
Deposit
Hard
Soft
Loss
++
Distorted or
trichiasis
++
Ulceration
Notching
Hordeolum
++
++
Meibomian
Conjunctiva
Phlyctenule
Tear film
Foaming
Cornea
Associated
disease
++
+
++
Dry eye
++
Punctate erosions
++
Vascularization
++
Infiltrates
++
Atopic
dermatitis
Seborrhoeic
dermatitis
Acne rosacea
23
II. 9. Penatalaksanaan
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga kebersihan
kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus memastikan bahwa pasien
mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan untuk
jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu
evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya
diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak
berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan
microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel,
seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan,
meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam
satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan
untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan
kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan
mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan
adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi
dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka
panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter
blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan
tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang
lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga
untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol
sedang dipelajari.8
24
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air
mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster,
atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan
kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium,
meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon
terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan
pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid
dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati
dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen
dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat
mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan
folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau
ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan
rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau
kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus
lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton
bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat
membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi
tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau
menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada
gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin
adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah
konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada
pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan
mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu,
25
Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu,
Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah
penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anakanak.9
II. 10. Komplikasi
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis
benar-benar sudah hilang.13
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi air
mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat terjadi karena
dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat
juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik
3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau
salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear
film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai derajatpenglihatan
berfluktuasi sepanjang hari.13
II. 11. Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol
tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang
baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari
kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi
tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis,
kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.13
26
BAB III
KESIMPULAN
27
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada kelopak
merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak
biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan
minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan
ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang disebabkan
oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat
terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular
dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.2
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol tandatanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik
biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan,
karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan dengan
penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut
dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi
ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat
terjadi.13
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. 17th ed.
Jakarta: EGC; 2009.
2. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at :
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed desember 14, 2015.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia:
2013; page 52-4.
5. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery.
Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed Oktober 01, 2014.
6. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80.
7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004.
8. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation Blepharitis Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm.
Accessed
29
30