Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Alinemen horizontal adalah poyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen
horizontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau trase jalan. Alinemen horizontal
terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung
tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau
busur lingkaran saja.
Terdapat beragam nilai superelevasi maksimum jalan
Untuk daerah yang licin akibat sering turun hujan atau kabut sebaiknya e maksimm 8
%, dan di daerah perkotaan dimana sering kali terjadi kemacetan dianjurkan menggunakan e
maksimum 4-6 %. Pada daerah persimpangan tempat pertemuan beberapa jalur jalan, e
maksimum yang dipergunakan sebaiknya rendah, bahkan dapat tanpa superelevasi. AASHTO
menganjurkan pemakaian beberapa nilai superelevasi maksimum yaitu 0.04, 0.06, 0.08, 0.10,
dan 0.12. Indonesia pada saat ini umumnya mengambil nilai 0,08 dan 0,10. Bina Marga (luar
kota) menganjurkan superelevasi maksimum 10 % untuk kecepatan rencana > 30 km/jam dan
8 % untuk kecepatan rencana 30 km/jam, sedangkan untuk jalan di dalam kota dapat
dipergunakan suerelevasi maksimum 6%.
Kemirigan melintang permukaan pada lengkung horizontal (superelevasi)
Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal diperoleh dengan
membuat kemiringan melintang jalan. Kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal
yang bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna mengimbangi gaya
sentrifugal biasanya disebut superelevasi. Semakin besar superelevasi semakin besar pula
komponen berat kendaraan yang diperoleh. Supereleasi maksimum yang dapat dipergunakan
pada suatu jalan raya dibatasi oleh beberapa keadaan seperti :
a. Keadaan cuaca, seperti sering turun hujan, berkabut. Di daerah yang memiliki 4
musim, superelevasi maksimum yang dipilih dipengaruhi juga oleh sering dan
banyaknya salju yang turun.
b. Jalan yang berada di daerah yang sering turun hujan, berkabut, atau sering turun salju,
superelevasi maksimum lebih rendah dari pada jalan yang berada di daerah yang
selalu bercuaca baik.
masuk ke selokan samping, maka dibuatkan kemiringan melintang jalan yang umum disebut
sebagai kemiringan melintang normal. Besarnya kemiringan melintang normal ini sangat
tergantung dari jenis lapis permukaan yang dipergunakan. Semakin kedap air muka jalan
tersebut semakin landai kemiringan melintang jalan yang dibutuhkan, sebaliknya lapis
permukaan yang mudah dirembesi oleh air harus mempunyai kemiringan melintang jalan
yang cukup besar, sehingga kerusakan konstruksi perkerasan dapat dihindari. Besarnya
kemiringan melintang ini (= en) berkisar antar 2-4%.
Bentuk kemiringan melintang normal pada jalan 2 lajur 2 arah umumnya berbentuk ,
dan pada jalan dengan median kemiringan melintang dibuat untuk masing masing jalur.
Jika kendaraan melakukan gerakan membelok ke kiri dan kendaraan bergerak di
sebelah kiri, maka pada bentuk kemiringan normal kendaraan tersebut telah mempunyai
superelavasi sebesar en. Tetapi jika kendaraan membelok ke kanan, en memberikan
superelevasi negatif. Hal tersebut masih dapat dipertahankan pada lengkung lengkung
tumpul. Berarti terdapat harga batasan R dimana bentuk kemiringan normal masih dapat
diperthankan atau batasan R dimana bentuk superelevasi penuh mulai dibutuhkan.
timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Efek negatip tersebut dapat
dikurangi dengan membuat lengkung. Lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat
dipilih untuk radius lengkung yang besar, dimana superelevasi yang dibutuhkan kurang atau
sama dengan 3%.
Bagian lurus dari jalan (di kiri TC atau di kanan CT) dinamakan bagian TANGEN. Titik
peralihan dari bentuk tangen ke bentuk busur lingkaran (circle) dinamakan titik TC dan titik
peralihan dari busur lingkaran (circle) ke tangen dinamakan titik CT.
Jika bagian-bagian lurus dari jalan tersebut diteruskan akan memotong titik yang
diberi nama PH (Perpotongan Horizontal), sudut yang dibentuk oleh kedua garis tersebut,
dinamakan sudut perpotongan, bersimbul . Jarak antara TC PH diberi simbul Tc.
Ketajaman lengkung dinyatakan oleh radius Rc. Jika lengkung yang dibuat simetris, maka
garis 0-PH merupakan garis bagi sudut TC-O-CT. Jarak antara titik PH dan busur lingkaran
dinamakan Ec. Lc adalah panjang busur lingkaran.
Tc = Rc tg
Ec = Tc tg
lingkaran, maka radius lengkung yang berurutan diambil tidak melampaui 1:1,5.
Tikungan ganda umumnya terpaksa dibuat untuk penyesuaian dengan keadaan medan
sekeliling, sehingga pekerjaan tanah dapat seefisien mungkin.
5. Hindarkan sedapat mungkin lengkung yang berbalik dengan mendadak. Pada keadaan
ini pengemudi kendaraan sangat sukar mempertahankan diri pada lajur jalannya dan
juga kesukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.