Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1. Menjelaskan dan mengetahui definisi dan klasifikasi dari Dengue Hemorragic Fever
(DHF)
2. Menjelaskan dan mengetahui etiologi dan faktor resiko dari Dengue Hemorragic
Fever (DHF)
3. Menjelaskan dan mengetahui patofisiologi dari Dengue Hemorragic Fever (DHF)
Dengue Hemorragic Fever (DHF)
4. Menjelaskan dan mengetahui manifestasi klinis dari Dengue Hemorragic Fever
(DHF)
Dengue Hemorragic Fever (DHF)
5. Menjelaskan dan mengetahui pemeriksaan diagnostik Dengue Hemorragic Fever
(DHF)
6. Menjelaskan dan mengetahui
(DHF)
7. Menjelaskan dan mengetahui komplikasi dari Dengue Hemorragic Fever (DHF)
8. Menjelaskan dan mengetahui pencegahan terjadinya Partus Prematurus Imine Dengue
Hemorragic Fever (DHF)ns
PEMBAHASAN
dengan
jantung
dan
organ
lain).
Untuk
mengetahui
adanya
demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty,
meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun. Cara
penularan virus dengue yaitu virus masuk ketubuh manusia melalui gigitan nyamuk
selanjutnya beredar dalam sirkulasi darah selama periode sampai timbul gejala
demam. Periode ini dimana virus beredar didalam sirkulasi darah manusia disebut
fase viremia. Apabila nyamuk yang belum terinfeksi menghisap darah manusia dalam
fase viremia maka virus akan masuk kedalam tubuh nyamuk dan berkembang selama
periode 8-10 hari sebelum virus siap di transmisikan kepada manusia lain. Rentang
waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik tergantung pada kondisi lingkungan
terutama temperatur sekitar. Siklus penularan virus dengue dari manusia nyamuk
manusia dan seterusnya (ecological of dengue infection) (Djunaedi, 2006).
3. PATOFISIOLOGI DHF
(Terlampir)
4. MANIFESTASI KLINIS DHF
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat terjadi
asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi :
a. Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
Pada undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat dibedakan
dengan penyebab virus lain. Demam disertai kemerahan berupa makulopapular,
timbul saat demam reda. Gejala dari
saluran pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai.
b. Demam dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan
Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot &
sendi/tulang, nyeri retro (-), orbital, photophobia, nyeri pada punggung, facial
flushed, lesu, tidak mau makan, konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan
depresi umum. Pemeriksaan fisik :
1. Demam: 39- 40C, berakhir 5- 7 hari
2. Pada hari sakit ke- 1 tampak flushing pada muka (muka kemerahan), leher,
dan dada
3. Pada hari sakit ke- 3 timbul ruam kulit makulopapular/ rubeolliform.
4. Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian
dorsal, lengan atas, dan tangan
5. Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada
kulit yg normal, dapat disertai rasa gatal
6. Manifestasi perdarahan
7. Uji bendung positif dan/atau petekie
merupakan
vena.
Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
Epistaksis, perdarahan gusi
Perdarahan saluran cerna
Hematuria (jarang)
Menorrhagi
Hepatomegali teraba 2- 4 cm di bawah arcus costae kanan
dan kelainan fungsi hati (transaminase) lebih sering
ditemukan pada DBD. Berbeda dengan DD, pada DBD
terdapat hemostasis yang tidak normal, perembesan plasma
(khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal),
hipovolemia,
permeabilitas
dan
syok,
kapiler.
karena
terjadi
Perembesan
peningkatan
plasma
yang
2. Fase kritis
Dalam perjalanan penyakit infeksi dengue, terdapat tiga fase perjalanan infeksi dengue, yaitu:
1. Fase demam: viremia menyebabkan demam tinggi
2. .Fase kritis / perembesan plasma: onset mendadak adanya perembesan plasma dengan
derajat bervariasi pada efusi pleura dan asites
3. Fase recovery/ penyembuhan/ convalescence : perembesan plasma mendadak berhenti
disertai reabsorpsi cairan dan ekstravasasi plasma
9.
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi dengue,
seperti berikiut :
1.
Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi ke fase
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral ataumuntah
Hematokrit meningkat 10%- 20% meskipun dengan rehidrasi oral
Ancaman syok atau dalam keadaan syok
Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal)
9.
KOMPLIKASI DHF
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
b. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading pemberian
cairan pada masa perembesan plasma
d. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan hebat
(DIC, kegagalan organ multipel)
e. Hipoglikemia / hiperglikemia,
berkepanjangan dan
f. terapi cairan yang tidak sesuai
10. PENCEGAHAN DHF
hiponatremia,
hipokalsemia
akibat
syok
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi
yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak
berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:
- Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur
agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
- Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain
dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.
- Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu
sekali.
- Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama
yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah
kaleng, botol pecah, dan ember plastik.
- Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan menggunakan
tanah.
- Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya
kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.
2. Biologis
2.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu
dengan menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sampah-sampah dan lubang-lubang
pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga
dapat dilakukan dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan jentikjentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, memasang kelabu,
menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,
memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi
setempat.
Pemberantasan Sarang Nyamuk
PSN merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN
terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari
gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara:
1. Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas
bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
2. Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan
lain-lain.
3. Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
menampung air hujan.
2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:
a. Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit
air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau altosoid 2-3 bulan sekali dengan
takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air.
Abate dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek.
b. Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
d. Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
e. Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
f. Gunakan sarung kelambu waktu tidur.
Daftar pustaka
Bapenas. 2006. Laporan Kajian Kebijaksanaan Penanggulangan (wabah) Penyakit Menular
(Studi Kasus DBD). Jakarta: Direktorat Kesehatan&Gizi Masyarakat.
Depkes RI. 2010. Data Kasus DBD per Bulan di Indonesia Tahun 2010, 2009 dan 2008.
Jakarta: Depkes RI.
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan Tahun 2005. Jurnal
Mutiara Kesehatan Indonesia vol 1 no 2 Desember 2005: 48-65.
WHO. 2011. Situation of Dengue/Dengue Hammorrhagic fever in the South-East Asia
Region. http://www.searo.who.int/en/Section10/Section 332_1103.htm. diakses tanggal
18 September 2015.
Yudhastuti, R. dan Vidiyani, A. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan
Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Daerah
Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 1 no 2
Januari 2005: 170-182.